Anda di halaman 1dari 41

1

PROPOSAL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STIGMA MASYARAKAT TERHADAP


ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RT 6 RW 1 KELURAHAN MACINNI PARANG

OLEH:

DEDI SADARMEI NAZARA


N I M. 115491428

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA
MAKASSAR
2017
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

HIV/AIDS kini sudah menjadi masalah internasional yang

menimbulkan keresahan. Selain vaksin dan obat yang belum jelas

keberadaannya, kasus HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami

peningkatan di berbagai negara (Widoyono, 2011).

HIV/AIDS dibanyak negara memang memperlihatkan fenomena

gunung es, dimana terlihat tampak kecil namun jumlah sebenarnya

jauh lebih besar.Kecepatan penyebaran virus HIV terutama

dipengaruhi oleh perilaku seks di masyarakat seperti berganti-ganti

pasangan terutama pada WPS yang tidak menggunakan kondom dan

penggunaan alat suntik secara bersamaan untuk NAPZA.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan lembaga kusus

penanggulanan AIDS dari PBB (UNAIDS), melaporkan bahwa jumlah

penderita HIV/AIDS di dunia pada tahun 1990 adalah 7,8 juta jiwa.

Pada akhir Desember 2010 mencapai 33,2 juta jiwa (Depkes RI, 2010).

Pada tahun 2013 diperkirakan sekitar 35 juta orang hidup

dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia

<15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta

yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15 tahun.
3

Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3

juta dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun(Kemenkes RI, 2014).

Sejak pertama kali kasus HIV dilaporkan di Indonesia pada

tahun 1987 pada seorang wisatawan Belanda kebetulan seorang Gay,

yang akhirnya meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Denpasar

Bali, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan cepat

setiap tahunnya.

Pada tahun 2011 jumlah ODHA di Indonesia berada pada

angka 545.428 jiwa, tahun 2012 berada pada angka 591.825 jiwa,

tahun 2013 berada pada angka 638.643 jiwa, tahun 2014 berada pada

angka 686.319 jiwa dan pada tahun 2015 berada pada angka 735.256

jiwa. Rata-rata ODHA di atas adalah mereka yang sering berganti-ganti

pasangan, pasangan sesama jenis, dan pengguna jarum suntik secara

bersamaan pada penggunaan NAPZA (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan perhitungan jumlah penderita HIV/AIDS per

provinsi oleh Kemenkes RI pada September 2014, Sulawesi Selatan

masuk dalam 10 provinsi dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak

di Indonesia bersama dengan DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa

Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Kep.

Riau. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan di Sulawesi Selatan berada

pada angka 4.314 jiwa dan jumlah penderita AIDS yang dilaporkan

berada pada angka 1.734 jiwa. Namun diperkirakan jumlah ini masih
4

akan terus bertambah. 1 laporan mungkin dapat mewakili 10 kasus

yang lain. Inilah disebut sebagai fenomena gunung es (Kemenkes RI,

2014).

Kasus HIV/AIDS yang mengalami peningkatan setiap tahunnya,

harus dibarengi dengan peningkatan pengobatan. Epidemi HIV/AIDS di

Indonesia telah bergerak dari suatu tingkat epidemi yang rendah yaitu

prevalensi < 1 % ke arah tingkat epidemik terkonsentrasi dimana pada

kelompok risiko tinggi tertentu telah melebihi angka 5%. Penularan

HIV/AIDS di Sulawesi Selatan sudah sampai pada taraf epidemik

terkonsentrasi dengan prevalensi HIV lebih 5 % secara konsisten pada

kelompok ​Injecting Drug User (IDUs) dan pada kelompok pekerja seks

komersial. Kasus yang meningkat pesat dari tahun ke tahun perlu di

intervensi dengan program kegiatan yang lebih intensif dengan

melibatkan seluruh sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta.

Tantangan tersebut, menuntut kita untuk melakukan pencegahan dari

hulu ke hilir sehingga usaha preventif yang dilakukan dapat terlaksana

secara menyeluruh guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

di Sulawesi Selatan (Depkes Sul-sel, 2014).

Usaha-usaha tersebut, bukannya tanpa halangan atau masalah.

Salah satu kesulitan yang dihadapi pemerintah adalah diskriminasi dan

stigmatisasi yang diberikan oleh masyarakat kepada orang dengan

HIV/AIDS. Hal tersebut dapat menyebabkan kesulitan dalam


5

pekerjaan, perawatan, pengobatan, dan interaksi sosial dalam

masyarakat. Untuk mengatasi masalah stigmatisasi oleh masyarakat

kepada ODHA, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat

memunculkan masalah tersebut(Widyanto & Triwibowo, 2013).

Menurut hasil penelitian dokumentasi pelanggaran HAM

Yayasan Spiritia, 30% responden menyatakan pernah mengalami

berbagai diskriminasi dalam pelayanan kesehatan dan dalam keluarga.

Bentuk stigmanya pun beragam, baik berupa pengasingan,

penghindaran, bahkan kekerasan (Katiandagho, 2015).

Menurut UNAIDS, bentuk stigma yang diperoleh oleh ODHA

diantaranya adalah kesulitan dalam memperoleh pendidikan,

pekerjaan, dan pelayanan kesehatan yang selayaknya.

Setelah banyaknya laporan terkait stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA di berbagai negara di dunia, pada tahun 2014

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pedoman konsolidasi

tentang pencegahan HIV/AIDS yang menekankan ke arah

pengurangan stigma oleh masyarakat terhadap ODHA (UNAIDS,

2015).

Penelitian di Amerika Serikat (2000) mengatakan beberapa

faktor yang menyebabkan timbulnya stigma dan diskriminasi, yaitu: (1)

kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS (2) persepsi yang salah

tentang cara penularan HIV (3) kesalahan dalam mencari tindakan dan
6

pengobatan (4) adanya pelaporan epidemic yang kurang benar dan

anggapan bahwa HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan (5) adanya

prasangka dan ketakutan yang berlebihan terhadap masalah sosial

yang sensitif (Sofro & Sujatmoko, 2015).

Faktor-faktor lainnya yaitu: (1) anggapan bahwa HIV/AIDS

adalah penyakit yang mengancam jiwa (2) ketakutan yang berlebihan

tentang masalah penularan (3) religi atau kepercayaan yang

menyamakan HIV/AIDS dengan kesalahan moral (4) status ekonomi

sosial, usia, dan gender (5) kurangnya pengetahuan (Katiandagho,

2015).

Hal ini di dukung oleh sebuah penelitian yang meneliti tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi Stigma dan diskriminasi oleh petugas

kesehatan terhadap ODHA adalah: (1) tingkat pendidikan (2) persepsi

(3) lama bekerja (4) tingkat pengetahuan (5) kepatuhan terhadap

agama (6) umur (7) kepatuhan terhadap agama (8) jenis

kelamin(Paryati, Raksanagara, & Afriandi, 2012).

Bila dilihat berdasarkan tempat, penemuan kasus tertinggi di

Sulawesi Selatan terdapat di kota Makassar (75%), hal tersebut karena

hampir semua pelayanan HIV/AIDS masih terpusat di kota Makassar

(Depkes Sul-sel, 2014).

Kota Makassar merupakan ibu kota dari Sulawesi Selatan yang

terdiri dari berbagai kelurahan, salah satunya adalah kelurahan Maccini


7

Parang. Mancini Parang terletak di tengah-tengah kota Makasar.

Maccini parang merupakan bagian dari kecamatan Makassar yang

sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Maccini, sebelah timur

berbatasan dengan kelurahan Karuwisi, sebelah selatan berbatasan

dengan kelurahan Bara-Barayya Utara, dan sebelah barat berbatasan

dengan kelurahan Maccini. Pada tahun 2015, secara keseluruhan

terdapat 1.709 KK dan 6.857 warga (laki-laki 3.384, perempuan 3.473)

di Maccini Parang yang terbagi dalam 6 RW. RW 1 terdiri dari 6 RT,

RW 2 terdiri dari 5 RT, RW 3 terdiri dari 4 RT, RW 4 terdiri dari 7 RT,

RW 5 terdiri dari 4 RT, dan RW 6 terdiri dari 5 RT. Pada RT 6 di RW 1

terdiri dari 77 warga dengan jumlah laki-laki 21 jiwa dan perempuan 39

jiwa.

Warga RT 6 RW 1 kelurahan Maccini Parang mayoritas bekerja

sebagai buruh harian lepas dan ibu rumah tangga dan sisanya tidak

bekerja. Tingkat pendidikan bervariasi, mulai dari belum/tidak sekolah,

SD, SLTP, SMA, hingga Diploma/Strata. Keadaan penduduk di

kelurahan tersebut, masih bersifat heterogen yang memiliki tingkat

sensifitas yang tinggi. Hal ini ditandai dengan, seringnya muncul

gesekan-gesekan anatara warga setempat tetapi masih dalam batas

yang mampu dikendalikan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, ditemukan

dua warga yang positif HIV. Mereka mengaku mendapatkan perlakuan


8

yang berbeda berupa pengucilan dan pemberhentian dari tempat kerja.

Selain itu, masyarakat masih menganggap ODHA harus dihindari.

Mereka merasa takut akan penularan penyakit tersebut. Dari beberapa

sumber menyebutkan, salah satu faktor munculnya stigma disebabkan

oleh rasa takut yang berlebihan terhadap ODHA.

Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di RT 6 RW 1 kelurahan Maccini Parang kecamatan

Makassar tentang faktor yang berhubungan dengan stigma masyarakat

terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)​.

B. Rumusan Masalah

Munculnya stigma dan diskriminasi terhadap penderita ODHA

di seluruh dunia, membuat pengobatan dan perawatan terhadap

mereka mengalami hambatan. Jika tak dikaji lebih lanjut, maka stigma

bisa berlanjut ke diskriminasi yang dapat menyebabkan penderita

ODHA tidak dapat hidup layak seperti orang lain. Selain itu mereka

akan takut melaporkan atau melakukan pengobatan sehingga

penyakit ini akan meluas secara diam-diam.

Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat rumusan masalah

sebagai berikut: “faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan

stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)di RT 6

RW 1 kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar.

C. Tujuan Penelitian
9

1. Tujuan Umum

Mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan stigma

masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)di RT 6 RW

1 kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan stigma

masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di RT 6

RW 1 kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar​.

2. Mengetahui hubungan pendidikan dengan stigma masyarakat

terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di RT 6 RW 1

kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar.

3. Mengetahui hubungan persepsi dengan stigma masyarakat

terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)di RT 6 RW 1

kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar​.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Sebagai bahaninformasi bagi masyarakat di RT 6 RW 1

kelurahan Maccini Parang Kecamatan Makassar tentang HIV/AIDS

2. Manfaat Ilmiah
10

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumbangan

ilmiah dan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya.

3. Manfaat bagi peneliti

Merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi

peneliti guna menambah pengetahuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang HIV/AIDS

1. Definisi HIV

HIV atau ​Human Imumnodeficiency Virus adalah sejenis

virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang

menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

HIV adalah sejenis virus yang merupakan jasad renik yang

terkecil yang dapat mengakibatkan penyakit AIDS. HIV

melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih

yang membantu dalam menghalau penyakit. Jika sistem kekebalan

ini lemah, maka orang tersebut akan mudah terserang

penyakit-penyakit tertentu (Hutapea, 2011).


11

HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah

RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang

sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tubuh, materi genetik ini

perlu diubah menjadi DNA (asam deosiribonukleat), diintegrasikan

ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang

akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang

dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru (Nursalam,

2007).

HIV dikenal juga sebagai ​retrovirus​. Dikatan ​retrovirus

karena mempunyai enzim reverse transcriptase yang

memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada

dalam RNA ke dalam bentuk DNA.

HIV dibagi atas 2 jenis HIV-1 dan HIV-2. Keduanya

ditransmisikan dengan cara yang sama dan terkait dengan infeksi

oportunistik yang serupa. HIV-1 merupakan penyebab bagi

mayoritas infeksi di dunia karena dapat bermutasi dan berkembang

menjadi lebih ganas. Sedangkan HIV-2 kurang mudah menular dan

berkembang lebih lama untuk AIDS daripada HIV-1 (Widyanto &

Triwibowo, 2013).

2. Definisi AIDS

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat

menurunnya sistem imum oleh virus yang disebut Human


12

Immunodeficiency Virus (HIV). Pada umumnya AIDS disebabkan

oleh HIV-1 Dan beberapa kasus disebabkan oleh HIV-2 yang

merupakan homolog HIV-1. Penderita AIDS dalam masyarakat

digolongkan menjadi 2 kategori yaitu: (1) penderita AIDS positif

yaitu penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala

klinis (2) penderita AIDS negatif yaitu penderita yang mengidap HIV

tetapi belum menunjukkan gejala klinis (Widyanto & Triwibowo,

2013).

3. Definisi ODHA (orang dengan HIV/AIDS)

ODHA (orang dengan HIV/AIDS) didefinisikan sebagai

seseorang yang telah terinfeksi oleh virus HIV atau yang telah

mulai menampakkan satu atau lebih gejala AIDS. Rentang waktu

dari seseorang terinfeksi sampai muncul gejala klinis bisa sangat

bervariasi antara 8 sampai 10 tahun, yang disebut sebagai masa

inkubasi, yang dalam terminologi penyakit HIV/AIDS biasa disebut

juga sebagai window period (Klatt, 2006).

4. Etiologi

AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada

manusia yang termasuk dalam keluarga lentivirus. Virus ini

menginfeksi sel T-CD4 yang memeiliki reseptor dengan afinitas

tinggi (Widyanto & Triwibowo, 2013).

5. Patofisiologi
13

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa HIV dapat membelah

dengan cepat, kadar virus dalam darah berkembang cepat. Dalam

satu hari reprilaksi HIV dapat menghasilkan virus baru, jumlahnya

dapat mencapai 10 miliar.Ada 4 fase pada infeksi HIV:

a. Periode jendela

Pada fase ini pemeriksaan tes antibodi masih negatif walaupun

virus telah ada di dalam tubuh klien.

b. Fase infeksi akut

Proses ini dimulai setelah HIV menginfeksi sel target kemudian

terjadi replikasi yang menghasilkan virus-virus baru yang

jumlahnya berjuta-juta virion. Pada fase inilah nampak sindrom

infeksi akut seperti influenza, diare dan penurunan berat badan.

c. Fase infeksi laten

Pada fase laten terjadi pembentukan respon imun spesifik HIV

dan terperangkapnya virus dalam sel dendritic folikuler (SDF) di

pusat germinativum kelenjar limfe. Fase ini berlangsung sekitar

8-10 tahun setelah terinfeksi HIV.

d. Fase infeksi kronis

Selama fase ini, replikasi virus terus terjadi di dalam kelenjar

limfe sehingga menyebabkan kematian SDF. Fungsi kelenjar

limfe pun menurun bahkan hilang dan virus pun mulai memasuki

darah. Limfosit makin tertekan karena HIV yang semakin banyak.


14

Kondisi tersebut mengakibatkan sistem imun pasien makin

menurun dan pasien makin rentan terserang penyakit hingga

akhirnya mendorong ke arah AIDS (Syamsita, 2011).

6. Manifestasi klinis

a. Gejala klinis muncul sebagai penyakit

yang tidak khas seperti :

1) Diare kronis

2) Kandidiasi mulut yang luas

3) Pneumoystis Carini

4) Pneumonia Interstisialis Lifositik

5) Ensefalopati Kronik

b. Ada beberapa gejala dan tanda mayor:

1) Kehilangan berat badan (BB) > 10%

2) Diare Kronik > 1 bulan

3) Demam > 1 bulan

c. Sedangkan tanda minornya adalah :

1) Batuk menetap > 1 bulan

2) Dermatitis Pruitis (gatal)

3) Herpes Simpleks yang meluas dan berat

4) Limfadenopate yang meluas

d. Tanda lainnya adalah :

1) Sarkoma Kaposi yang meluas


15

2) Meningitis Kriptokokal (Kunoli, 2013).

7. Penularan

a. Ibu Hamil

1) Secara intrauterin, intrapartum, dan postpartum (ASI)

2) Angka transmisi mencapai 20-50%

3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga

4) Laporan lain mengatakan risiko penularan melalui ASI

adalah 11-29%

b. Jarum Suntik

1) Prevalensi 5-10%

2) Penularan HIV anak dan remaja biasanya melalui jarum

suntik karena penyalahgunaan obat dalam hal ini narkoba

3) Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana)

dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40%

terinfeksi HIV, di Bogor 25%, dan di Bali 53%

c. Tranfusi Darah

1) Risiko penularan sebesar 90%

2) Prevalensi 3-5%

d. Hubungan Seksual

1) Prevalensi 70-80%

2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan

intim
16

3) Model penularan ini adalah yang tersering di dunia.

Pasangan yang berganti-ganti atau pasangan lebih dari 1

dapat memperbesar risiko (Widoyono, 2011).

8. Pemeriksaan penunjang

a. Uji ELIZA (Enzim Linked

Immunoabsorsent)

b. Blot wastern : mendeteksi antigen virus

c. Biakan HIV

d. Pemeriksaan p24

e. Reaksi rantai Polymerase Chain

Reaction (PCR)

9. Pengobatan

Pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi:

a. Pengobatan suportif atau dukungan dari

orang terdekat

b. Penanggulanan penyakit oportunistik

c. Terapi ARV dari lini pertama (NRTI, RTI, NNRTI, PI) sampai lini

kedua (AZT, d4T, 3TC, ddl, NVP)

d. Penanggulangan dampak psikososial baik berupa stigma atau

diskriminasi(Kunoli, 2013).

10. Pencegahan

a. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah (zina).


17

b. Menggunakan pengaman kondom saat melakukan hubungan

intim

c. Tidak berganti-ganti pasangan

d. Melakukan tes HIV sedini mungkin apalagi untuk wanita hamil

sebaiknya sejak awal kehamilan atau sebelum menikah dapat

melakukan tes HIV

e. Tidak menggunakan jarum suntik yang sama

f. Menyediakan fasilitas Konseling HIV

g. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat

11. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku berisiko tinggi,

menggunakan obat-obat

2) Penampilan umum : pucat, kelaparan

3) Gejala subjektif : demam kronik, dengan atau tanpa

menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,

anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur

4) Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan,

perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas,

meringis

5) Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri,

apatis​withdrawl​, hilang interest pada lingkungan sekitar,


18

gangguan proses pikir, hilang memori, gangguan atensi dan

konsentrasi, halusinasi dan delusi

6) HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem

muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara

berubah, disfagia, epsitaksis

7) Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,

ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia

8) Muskuloskletal : focal motor defisit, lemah, tidak mampu

melakukan ADL

9) Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edemperifer,

dizziness

10) Pernapasan : dispnea, takipnea, sianosis, SOB,

menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif atau

non produktif

11) Gu : lesi atau eksudat pada genital

12) Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie

positif

b. Diagnosa keperawatan

1) Risiko infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi

HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat

ditransmisikan
19

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan

metabolik, dan menurunnya absorbsi zat gizi

4) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan cemas

tentang keadaan orang yang dicintai.

c. Intervensi keperawatan

1) Risiko infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi

HIV, adanya infeksi nonopportunistik yang dapat

ditransmisikan:

a) Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode

mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya

b) Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial

merawat pasien. Gunakan masker bila perlu

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan

a) Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

b) Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak

mampu

c) Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak

mengganggu istirahat
20

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan

metabolik, dan menurunnya absorbsi zat gizi

a) Monitor kemampuan mengunyah dan menelan

b) Monitor BB, intake dan ouput

c) Atur antiemetik sesuai order

d) Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting

lainnya

4) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan cemas

tentang keadaan orang yang dicintai

a) Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan

perawatannya

b) Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara

verbal

c) Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan

transmisinya

B. Tinjauan tentang stigma

Stigma merupakan suatu pandangan negatif atau sikap tidak

menyenangkan terhadap seseorang dan mengakibatkan identitas atau

nama baik orang tersebut jatuh di mata masyarakat.

Stigma adalah suatu proses yang dinamis dari devaluasi

pencemaran atau kehilangan kepercayaan seseorang di mata orang


21

lain. Diskriminasi merupakan perlakuan nyata terhadap seseorang

yang telah diberikan cap atau stigma buruk. Stigma dan diskriminasi

bisa terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari keluarga, masyarakat,

institusi sampai tingkat nasional. Stigma dan diskriminasi saling

berhubungan satu dengan yang lain, saling memperkuat dan saling

mengesahkan. Diskriminasi dapat dijelaskan sebagai pembuat stigma,

sedangkan stigma bisa menyebabkan diskriminasi. Stigma dapat

menghambat pengobatan dan perawatan bagi penderita HIV/AIDS.

ODHA akan merasa takut dan malu memeriksakan kondisinya karena

takut dikucilkan atau tidak diterima dalam masyarakat. Sehingga

masih banyak ODHA tidak terdeteksi keberadaannya. Selain itu

stigma dapat menyebabkan perasaan tertekan atau depresi bagi

ODHA. Perasaan tertekan akan menurunkan daya tahan tubuh ODHA

yang sudah turun akibat serangan virus HIV (Sofro & Sujatmoko,

2015).

Stigma merupakan penanaman yang berkonotasi negatif kepada

seseorang atau kelompok yang mampu mengubah identitas.

Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme

dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara

penyimpang dengan agen kontrol sosial.

Hukuman sosial berupa diskriminasi dan stigma oleh masyarakat

di berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam


22

berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan,

diskriminasi, dan penghindaran. Ada 3 jenis stigma bagi penderita

HIV/AIDS:

1. Stigma simbolis AIDS, yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk

mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup

tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut

2. Stigma kesopanan AIDS, yaitu hukuman sosial atas orang yang

berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV

3. Stigma instrumental AIDS, yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan

atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan

menular

Masalah stigma, diskriminasi dan berbagai pandangan

merupakan hal yang serius dalam melawan HIV/AIDS. Perserikatan

bangsa-bangsa (PBB) bahkan menekankan agar masyarakat

internasional bekerja lebih keras mengakhiri stigma dan diskriminasi

untuk menghentikan infeksi HIV baru dikalangan anak-anak, dan

untuk menjamin akses ke perawatan dan pengobatan bagi semua

orang yang membutuhkan. Diyakini bahwa jika masalah stigma dan

diskriminasi ini tidak dihentikan maka penyebaran penyakit ini akan

meluas secara diam-diam.


23

Beberapa bentuk diskriminasi dan stigmatisasi terhadap ODHA

dapat diperoleh di likngkungan keluarga dan masyarakat, tempat

pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan.

C. Tinjauan tentang pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan

meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat

dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan

adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. (Wikipedia,

2009).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara.
24

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan

kebudayaan. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang

dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi

dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti

mental. Kenyataannya pengertian pendidikan ini selalu mengalami

perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda

Pendidikan dibagi atas 3 jenis :

1. Pendidikan formal yaitu sebagai pendidikan yang memakai dasar

sesuatu kurikulum atau sering disebut sebagai lembaga pendidikan

sekolah. Yang dimaksud pendidikan sekolah disini adalah

pendidikan yang diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat dan

dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari

Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi.

2. Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang tidak memerlukan

kurikulum khusus walaupun direncanakan dengan baik dan

diselenggarakan di ruang kelas, fleksibel dalam waktu, ruang,

pengelolaan dan evaluasinya. Pendidikan di lingkungan ini

memberikan bekal praktis dalam berbagai jenis pekerjaan kepada

peserta didik yang tidak sempat melanjutkan proses belajarnya

melalui jalur formal dan diberikan sertifikat bagi peserta yang

memenuhi syarat.
25

3. Pendidikan informal yaitu pendidikan yang terjadi ditengah-tengah

keluarga dan masyarakat. Pada pendidikan ini terjadi proses

pengajaran pemberitahuan, nasihat, disiplin. Yang paling penting

adalah terjadinya transfer nilai-nilai kehidupan, nilai relasi dan

kebaikan.

D. Tinjauan tentang pengetahuan

Pengetahuan (​knowledge​) merupakan hasil rasa keingintahuan

manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup

sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia baik di masa

sekarang maupun di masa depan.Pengetahuan adalah hasil tahu yang

terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu(Ariani, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu ​(know) : merupakan mengingat kembali ​(recall) ​terhadap

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ​(comprehention) : suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui sehingga

dapat menginterpretasikan suatu objek atau materi.


26

c. Aplikasi (​application​) : merupakan kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi ​real

(sebenarnya).

d. Analisis ​(analysis) : suatu kemampuan untuk menanyakan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan

yang lain.

e. Sintesis ​(syntesis) : suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau menusun

formulasi baru.

f. Evaluasi ​(evaluation) : kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek (Ariani, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan ada

dua yaitu cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian

ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses

penelitian.

a. Cara memperoleh pengetahuan non ilmiah

1) Cara coba-salah ​(Trial and Error) : cara ini dilakukan dengan

coba-coba saja, bila percobaan pertama gagal, dilakukan

percobaan yang kedua dan seterusnya sampai masalah

tersebut terpecahkan.
27

2) Secara kebetulan : penemuan kebenaran secara kebetulan

terjadi dikarenakan tidak disengaja oleh orang yang

bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoriter ; sumber pengetahuan dapat

berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal.

Biasanya dilakukan tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau tidak.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi : pengalaman merupakan

sumber pengetahuan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi dengan cara mengulang kembali pengalaman

tersebut.

5) Cara akal sehat ​(Common Sense) : akal sehat kadang-kadang

dapat menemukan teori atau kebenaran.

6) Kebenaran melalui wahyu : ajaran adalah suatu kebenaran

yang diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi dan kebenaran

itu harus dijadikan sebagai ilmu pengetahuan.

7) Kebenaran secara intuitif : diperoleh manusia secara cepat

sekali melalui proses di luar kesadaran tanpa melalui proses

penalaran atau berfikir.

8) Melalui jalan pikiran : manusia mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.


28

9) Induksi : proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan khusus ke pernyataan umum.

10) Deduksi : pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyatan

umum ke pernyataan khusus.

b. Cara baru atau ilmiah

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistemis, logis, dan ilmiah atau biasa disebut metodologi

penelitian ilmiah (Ariani, 2014).

E. Tinjauan tentang persepsi

Walgito (2001) mendefinisikan persepsi sebagai proses

pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu

yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri

individu. Persepsi adalah proses diterimanya rangsang melalui

pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu

mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati,

baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri individu (Sunaryo,

2015).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.

Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir,


29

pengalaman-pengalaman individu. Persepsi itu bersifat individual.

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu :

1. Objek yang dipersepsi : objek menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari

luar individu yang mempersepsi tetapi juga dapat datang dari

dalam diri individu yang bersangkutan.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf : alat indera dapat

berperan sebagai reseptor, selain itu juga harus ada syaraf sensoris

sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke

pusat susunan syaraf yaitu otak.

3. Perhatian : untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian sebagai langkah pertama membuat persepsi.

Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi diri dari seluruh

aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan

objek (Walgito, 2010).


30

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

Kasus HIV/AIDS menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Fenomena ini bahkan dikatakan seperti fenomena gunung es dimana

1 laporan kasus bisa mewakili 10 kasus di luar sana. Pengobatan

terus dikembangkan demi menekan angka penderita HIV/AIDS. Salah

satu kendala pemerintah dalam perawatan dan pengobatan penderita

HIV/AIDS adalah stigma masyarakat yang masih banyak diberikan

kepada penderita. Stigma adalah suatu proses dinamis dari devaluasi

pencemaran atau kehilangan kepercayaan seseorang di mata orang

lain. Stigma ini membuat para penderita enggan memeriksakan

keadaannya dengan alasan takut dikucilkan atau ditolak dalam

masyarakat. Mengalami penolakan dalam masyarakat dapat

menyebabkan penderita merasa tertekan atau depresi yang bisa

berakibat pada menurunnya imun. Perlu ditelisik lebih jauh

faktor-faktor apa saja yg menyebabkan munculnya stigma

tersebut(Sofro & Sujatmoko, 2015).


31

Pada penelitian ini akan meneliti mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan stigma masyarakat pada orang dengan

HIV/AIDS dengan variabel independen yaitu pendidikan masyarakat,

pengetahuan masyarakat, dan persepsi masyarakat, sedangkan

sebagai variabel dependen adalah stigma masyarakat terhadap

ODHA yang digambarkan dengan kerangka konsep.

1. Pendidikan

Wikipedia (2009) mengatakan pendidikan meliputi

pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat

dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbagan dan kebijaksanaan. Tingkat pendidikan seseorang

sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap sesuatu.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak

pengetahuan yang diperoleh.

2. Pengetahuan

Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat berpengaruh

terhadap bagaimana sikap seseorang kepada penderita. Stigma

dapat muncul akibat ketidaktahuan terhadap mekanisme

penularan virus HIV tersebut.

3. Persepsi

Persepsi berkaitan dengan kepercayaan yang dipahami

seseorang. Kurangnya pengetahuan dapat membuat presepsi


32

seseorang terhadap ODHA. Persepsi terhadap ODHA berkaitan

dengan rasa malu dan menyalahkan yang berkaitan dengan AIDS

tersebut.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Variable Independen Variable Dependen

2.

3.

4.
33

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

__________ : Variabel diteliti

…………… : Vartiabel tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Stigma terhadap ODHA

Stigma terhadap ODHA adalah pandangan buruk terhadap

ODHA yang terbangun dari suatu persepsi yang telah ada

sebelumnya yang menimbulkan suatu pelanggaran terhadap sikap,

kepercayaan dan nilai. Wawancara langsung terhadap responden

merupakan salah satu indikator dalam menentukan stigma

masyarakat terhadap ODHA selain membagikan pertanyaan dalam

bentuk kuesioner. Skala pengurang menggunakan skala ordinal

dengan Kriteria objektif sebagai berikut:

a. Stigma negatif : apabila skoring ≥ 5

b. Stigma positif : apabila skoring < 5

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

terhadap HIV/AIDS, pendidikan yang dimaksud di sini adalah


34

bagaimana tingkat pendidikan masyarakat dapat mempengaruhi

stigma terhadap ODHA. Tingkat pendidikan masyarakat dapat

diketahui melalui wawancara langsung pengisian data demografi

yang dicantumkan dalam kuesioner. Skala pengukuran

menggunakan skala ordinal dengan Kriteria objektif sebagai

berikut:

a. Tinggi : ≥ SMA

b. Rendah : < SMA

3. Pengetahuan

Pengetahuan dalam hal ini adalah bagaimana pengetahuan yang

dimiliki masyarakat mengenai HIV/AIDS sehingga menimbulkan

stigma terhadap ODHA. Tingkat pengetahuan masyarakat dapat

diketahui melalui sejumlah pernyataan tentang HIV/AIDS yang

dicantumkan dalam kuesioner. Skala pengukuran menggunakan

skala ordinal dengan kriteria objektif sebagai berikut :

a. Baik : apabila skoring ≥ 10

b. Kurang : apabila skoring < 10

4. Persepsi

Persepsi yang dimaksud yaitu bagaimana pendapat,

kepercayaan seseorang terhadap ODHA. Persepsi dapat

dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.

Persepsi masyarakat diketahui melalui sejumlah pertanyaan yang


35

tercantum dalam kuesioner. Skala pengukuran menggunakan

skala ordinal.

Jumlah pertanyaan : 15

Setiap pertanyaan berskala : 4, 3, 2, 1 (SS,S,KS,TS)

Skor tertinggi :2

Skor terendah :1

Dengan menggunakan rumus :

Skor tertinggi x jumlah pertanyaan : 2 x 15 = 30

Skor terendah x jumlah pertanyaan : 1 x 15 = 15

Skor tertinggi + skor terendah = 30 + 15 = 23


2 2

a. Persepsi positif : apabila skoring ≥ 23

b. Persepsi negatif : apabila skoring< 23

D. Pengujian Hipotesis

Hipotesis Alternatif (Ha)

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan

stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di

RT 6 RW 1 kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar

2. Ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan stigma

masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)di RT 6 RW

1 kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar


36

3. Ada hubungan antara persepsi masyarakat dengan stigma

masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)di RT 6 RW

1 kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian ​noneksperimen

dengan menggunakan metode pendekatan ​deskriptif dengan

rancangan ​cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan

pendidikan, pengetahuan, dan presepsi dengan stigma pada orang

dengan HIV/AIDS (ODHA).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


37

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di RT 6 RW

1kelurahan Maccini Parang kecamatan Makassar pada bulan Juni –

Juli 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi: populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di RT

6 RW 1 kelurahan Maccini Parang Kecamatan Makassar dengan

jumlah 77 jiwa.

2. Sample : pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan

Purposive Sampling ​dengan kriteria :

a. Kriteria inklusi

1) Mampu membaca dan menulis

2) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

b. Kriteria eksklusi

1) Mampu membaca menulis tetapi tidak bersedia berpartisipasi

dalam penelitian

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan :


N
n = 1+N (d)2

Keterangan :

n : jumlah sample
38

N : jumlah populasi

d : tingkat signifikan (0,05)

D. Instrumen Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan

berdasarkan pada data primer dan sekunder, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan teknik

wawancara langsung dan menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan tentang fakta seperti data-data demografi, pertanyaan

tentang pengetahuan, dan pertanyaan tentang bagaimana presepsi

responden (Notoatmodjo, 2012).

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari kantor kelurahan

Maccini Parang dan beberapa buku atau penelitian sebelumnya

yang berkaitan dengan penelitian.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, dilanjutkan dengan pengolahan data agar

data yang disajikan dapat bermakna dan berarti. Adapun tahap

pengolahan data yang akan dilakukan, yaitu:

a. Editing
39

Editing dilakukan dengan pemeriksaan kembali kelengkapan

data menurut karakteristiknya masing-masing, memeriksa

kembali data-data apakah ada kesalahan atau tidak

(Notoatmodjo, 2012).

b. Koding

Koding dilakukan dengan memberikan nomor kode menurut

jawaban responden dari kuesioner yang dibagikan

(Notoatmodjo, 2012).

c. Data Entry/Processing

Tabulasi dilakukan dengan menyusun dan menghitung data

berdasarkan variabel yang telah diteliti agar dapat

mempermudah analisa data. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan program ​SPSS for Window​(Notoatmodjo, 2012).

d. Cleaning

Cleaning dilakukan dengan cara pengecekan kembali untuk

melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

(Notoatmodjo, 2012).

e. Penyajian data

Penyajian data disajikan atau dikelompokkan dalam bentuk

tabel kerja (tabuler)yaitu penyajian berupa angka yang disusun

secara teratur dalam kolom. Di samping itu data juga disajikan


40

tekstural yaitu penyajian data dalam bentuk teks(Suryono,

2011).

2. Analisa Data

Dilakukan analisa data dengan uji statistik dengan menggunakan

SPSS​, melalui cara:

a. Analisis Univariat

Hasil data faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma

masyarakat terhadap ​ODHA disajikan dalam bentuk presentase

sehingga dapat mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012).

b. Analisis Bevariate

Setelah melewati analisis univariat, dilanjutkan pada analisis

bevariate dengan menggunakan uji ​Chi Square ​untuk menilai

hubungan masing-masing faktor terhadap stigma.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan adanya

rekomendasi penelitian. Rekomendasi penelitian diperoleh dari institusi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia yang

ditujukan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah lalu

diteruskan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di kantor walikota

Makassar untuk diteruskan ke kantor kecamatan Makassar hingga


41

sampai ke kantor Kelurahan Maccini Parang. Setelah mendapatkan

izin, peneliti dapat memberikan kuesioner kepada subjek penelitian

dengan memperhatikan etika-etika sebagai berikut:

1. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian pada subjek yang telah ditentukan,

terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari responden.

Jika responden bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani

lembar persetujuan, dan jika responden menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak

responden (Notoatmodjo, 2012).

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden tetapi hanya diberi inisial atau

nomor kode tertentu.

3. Confidentiality

Keberhasilan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

sebagai hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai