Anda di halaman 1dari 8

Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No.

1: 71-78
p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Pebruari 2016

Pengaruh Pemberian Mineral Terhadap Jumlah Bakteri Eschericia coli


Dan Coliform Pada Sapi Bali Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah
(THE EFFECT OF MINERALS ON THE NUMBER OF Eschericia coli AND COLIFORM
BACTERIA IN BALI CATTLE IN THE HIGHLANDS AND LOWLANDS)

Nyoman Rizky Agustria Dewantari1, I Nengah Kerta Besung2, I Putu Sampurna3


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,
2
Laboratorium Mikrobiologi Veteriner Universitas Udayana
3
Pusat Kajian Sapi Bali Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar-Bali
Email: rizkyagustria33@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian mineral terhadap jumlah bakteri Escherichia
coli (E. coli) dan coliform pada sapi bali di dataran tinggi dan dataran rendah. Sebanyak 24 ekor
sapi bali jantan umur 10 -12 bulan dipakai dalam penelitian ini. Sapi tersebut ditempatkan pada
dataran tinggi dan rendah, diberi perlakuan mineral selama tiga bulan yaitu tanpa mineral (sebagai
kontrol), 2,5 g/ekor/hari, lima g/ekor/hari, dan 7,5 g/ekor/hari. Sampel feses yang didapat ditanam
pada media biakan dengan metode sebar dan dihitung jumlah kuman E. coli dan coliform yang
tumbuh, kemudian dianalisis varian. Rerata jumlah E. coli pada sapi bali yang dipelihara di dataran
tinggi dan dataran rendah sebesar 4,69771 cfu/g feses dan coliform sebesar 5,0735 cfu/g feses.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mineral tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
bakteri E. coli dan coliform pada sapi bali yang dipelihara di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Kata kunci: sapi bali, dataran tinggi dan rendah, mineral, E. coli dan coliform

ABSTRACT

Research has been conducted to know the effect of mineral supplementation on bacterial
counts of Escherichia coli (E,coli) and coliform on bali cattle raised in the highlands and lowlands.
A total of 24 males bali cattle aged of 10-12 month were used in this research. The cattle was
placed on highland and lowland, and receiving mineral spplemntation for a period of 3 months. The
doses are: 2.5 g/head/ day, 5 g/head/day, and 7,5 g/head/day. The last unsupplemented group was
treated as the control. Faecal samples were obtained and grown on a culture medium by spread
method to calculated the number of E.coli and coliform bacteria present in the sample. Data were
analyzed using analysis of variance. The mean number of E.coli in bali cattle reared in highlands
and lowlands of was 4.69771 cfu/g feaces and coliform at 5.0735 cfu/g feaces. The results showed
that the mineral supplementation did not significantly affect the amount of E.coli and coliform
bacteria in Bali cattle either reared in the highlands or lowlands

Keywords: bali cattle, highlands and lowlands, mineral, E. coli and coliform.

PENDAHULUAN wilayah Pulau Jawa atau Bali dan


Lombok. Hal ini diperkuat dengan
Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan kenyataan bahwa sampai saat ini masih
salah satu bangsa sapi asli Indonesia, dijumpai banteng yang hidup liar di
yang merupakan keturunan asli banteng beberapa lokasi seperti Ujung Kulon,
(Bibos banteng) dan telah mengalami Pulau Jawa dan Pulau Bali (Antara,
proses domestikasi sekitar 3.500 SM di 2012).
71
Buletin Veteriner Udayana Dewantari et al

Sapi bali sudah menyebar ke seluruh akan menimbulkan defisiensi mineral.


pelosok Indonesia dan mendominasi Kejadian ini akan berakibat pada
spesies sapi di Indonesia khususnya gangguan metabolisme sapi bali dan
Indonesia Timur. Sapi bali merupakan mempermudah munculnya penyakit
hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan (Wanapat et al., 2011).
dari kehidupan masyarakat petani di Bali. Secara geografis lokasi peternakan
Sapi bali di Bali sudah dipelihara secara sapi di Bali ada di dua lokasi yaitu
turun menurun oleh masyarakat petani dataran tinggi dan dataran rendah. Pakan
sejak zaman dahulu. Petani memelihara sapi di lokasi peternakan tersebut
sapi bali untuk membajak sawah dan mengandung 12 unsur mikro dan makro
tegalan, untuk menghasilkan pupuk mineral secara lengkap yang diperlukan
kandang yang berguna untuk untuk pertumbuhan sapinya. Namun
mengembalikan kesuburan tanah kadar makro dan mikromineralnya sangat
pertanian. Petani memilih memelihara bervariasi. Tubuh sapi tidak hanya
sapi bali mengingat beberapa keunggulan memelukan makro dan mikro mineral
karakteristiknya antara lain : mempunyai yang lengkap, tetapi juga memerlukan
fertilitas tinggi, lebih tahan terhadap kandungan dengan jumlah yang cukup
kondisi lingkungan yang kurang baik, untuk pertumbuhannya. Kandungan
cepat beradaptasi apabila dihadapkan mineral yang minim akan berpengaruh
dengan lingkungan baru, cepat terhadap pertumbuhan, sedangkan
berkembang biak, bereaksi positif kandungan yang berlebihan akan
terhadap perlakuan pemberian pakan, dikeluarkan oleh tubuh.
kandungan lemak karkas rendah, Pada dataran tinggi sumber pakan
keempukan daging tidak kalah dengan sapi berasal dari pertanian lahan kering,
daging impor (Soares dan Dryden, 2010) tumbuhan tahunan dan tanaman
Suwiti et al. (2012) melakukan perkebunan. Sumber pakan seperti ini
penelitian terhadap sapi bali dan sangat miskin akan kandungan mineral.
ditemukan bahwa sapi bali yang di Sedangkan pada dataran rendah
pelihara di Bali mengalami defisiensi kandungan mineral dalam tanahnya
mineral Zn, Mn, dan Cl. Defisiensi ini cukup memenuhi kebutuhan sapi karena
disebabkan oleh ketersediaan sumber dataran rendah permukaan tanahnya rata,
pakan yang miskin mineral dan tumbuh dibatasi oleh pematang, dan dapat
pada lahan/tanah yang ketersediaan ditanami padi, palawija, atau tanaman
mineralnya rendah. Sapi bali memerlukan pangan lainnya dan rerumputan (Suwiti et
mineral dalam jumlah yang sangat kecil, al., 2012).
namun ketersediannya di dalam pakan Dengan adanya defisiensi mineral,
sapi sangat diperlukan. Pemberian pakan beberapa peternak mengupayakan
yang tepat pada sapi bali dapat membantu pemberian tambahan mineral dengan
kebutuhan mineral makro maupun mikro dicampur di dalam pakan maupun
dalam tubuh sapi. Mineral yang digantung di pohon. Upaya pemberian
dibutuhkan sapi bali adalah Ca, Mg, Na, mineral ini bertujuan agar kebutuhan
K, P (Makromineral) dan Fe, Cu, Zn, Co, mineral sapi terpenuhi dan sapi tidak
Mn, Se, Cl (Mikromineral). Sapi bali mengalami gangguan pertumbuhan.
dengan defisiensi mineral baik makro Penambahan mineral pada pakan ternak
maupun mikro dapat menimbulkan akan mempengaruhi komposisi pakan.
gangguan pertumbuhan dan Dengan perubahan komposisi pakan
perkembangan sistem dan fungsi imun tersebut akan berakibat pada
tubuh. Ternak sapi yang kekurangan pertumbuhan bakteri yang ada di dalam
asupan mineral yang berasal dari tanaman saluran pencernaan (Besung, 2013). Di

72
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 1: 71-78
p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Pebruari 2016

dalam rumen terdapat populasi mikroba mempercepat sintesa protein oleh


yang cukup banyak jumlahnya. Ada tiga mikroba dengan melalui pengaktifan
macam mikroba yang terdapat di dalam enzim-enzim mikroba. Zn diabsorbsi
cairan rumen, yaitu bakteri, protozoa dan melalui permukaan mukosa jaringan
sejumlah kecil jamur. Volume dari rumen. Pada konsentrasi rendah (5-
keseluruhan mikroba diperkirakan 10μg/ml), Zn menstimulir pertumbuhan
meliputi 3,60% dari cairan rumen ciliata rumen. Selain itu Zn juga dapat
(Wanapat et al., 2011). langsung masuk ke dalam inti sel bakteri
Populasi Bakteri di dalam rumen rumen dan memacu pertumbuhannya
merupakan jumlah yang terbesar terutama bifido bakterium (Franco et al.,
sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu 2013).
sekitar satu juta/ml cairan rumen. Jamur Penambahan mineral akan
ditemukan pada ternak yang berpengaruh terhadap komposisi pakan.
digembalakan dan fungsinya dalam Perubahan komposisi pakan akan
rumen sebagai kelompok selulolitik. berdampak pada komposisis bakteri yang
Kehadiran fungi di dalam rumen diakui ada di dalam saluran pencernaan. Namun,
sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan sampai saat ini belum pernah dilaporkan
serat, karena dia membentuk koloni pada adanya perubahan jumlah bakteri
jaringan selulosa pakan. Bakteri yang Escherichia coli dan coliform akibat
normal di saluran pencernaan adalah penambahan mineral.
bakteri golongan Enterobacteriaceae
seperti Escherichia coli, Proteus, METODE PENELITIAN
Nitrobacter, Citrobacter, Shigella (Guo
et al., 2010). Materi Penelitian
Beberapa jenis bakteri yang Sebanyak 24 feses sapi bali segar
dilaporkan oleh Guo et al. (2010) adalah: dipakai sebagai sampel penelitian.
bakteri pencerna selulosa antara lain : Sampel tersebut diambil dari empat
Butyrifibriofibrisolvens, Ruminococcus perlakuan pemberian mineral (premix
albus, Bakteroides succinogenes, dengan merk dagang ultra mineral PT.
Ruminococcus flavafaciens. Bakteri Eka Farma Semarang) yaitu kontrol
pencerna hemiselulosa antara lain: (tanpa mineral), pemberian mineral 2,5
Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides g/ekor/hari, lima g/ekor/heri, dan tujuh
ruminocola, Ruminococcus sp. Bakteri g/ekor/hari. Sapi tersebut dipelihara di
pencerna pati antara lain : Bakteroides dua dataran yaitu dataran tinggi dan
ammylophilus, Streptococcus bovis, dataran rendah. Masing-masing
Succinnimonas amylolytica. Bakteri perlakuan diulang tiga kali.
pencerna gula antara lain : Triponema
bryantii, Lactobasilus ruminus. Bakteri Metode Penelitian
pencerna protein antara lain : Clostridium Semua sapi diadaptasikan terlebih
sporogenus, Bacillus licheniformis. dahulu selama satu minggu dengan pakan
Mikroba membutuhkan zat-zat nutrisi yang diberikan dua kali sehari seperti
untuk sintesa komponen sel dan pada Tabel 2. Selanjutnya sapi
menghasilkan energi. Unsur-unsur mikro dikelompokkan menjadi tiga yaitu
seperti K, Ca, Mg, Cl, Fe, Mn, Co, Cu, dengan bobot badan 200-250 kg. Masing-
Zn dan Mo diperlukan oleh hampir masing kelompok diberi perlakuan
semua mikroba. Menurut Vaid et al. mineral yaitu sebagai kontrol, diberikan
(2014) bahwa mineral Zn memiliki peran mineral 2,5 g/ekor/hari, lima g/ekor/hari,
penting dalam meningkatkan aktivitas dan 7,5 g/ekor/hari dengan komposisi
mikroba. Suplementasi Zn dapat mineral per gram seperti Tabel 1.

73
Buletin Veteriner Udayana Dewantari et al

Tabel 1. Komposisi mineral diambil menggunakan sendok dan


dimasukkan ke dalam plastik.
No Nama Bahan Komposisi Sampel disimpaan pada suhu dingin
1 Kalsium Karbonat 50% dengan memasukkan ke dalam coller box
2 Fosfor 25% berisi es. Setelah di laboratorium sampel
3 Mangan 0,35% feses yang dibawa dari lapangan
4 Yodium 0,20% disimpan pada pendingin dengan suhu
5 Kalium 0,10% ±4qC sampai dilakukan pengujian.
6 Tembaga 0,15% Sebelum ditanam pada media biakan,
7 Sodium Klorin 23,05% sampel diencerkan sampai 10-3. Sebanyak
8 Zing 0,20% 0,02 ml diambil dari pengenceran 10-3
9 Magnesium 0,15% kemudian ditanam pada media biakan
Sumber: Suwiti et al., (2012) Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
dengan metode sebar. Setelah
Pemberian perlakuan mineral diinkubasikan selama 18 jam, koloni
tersebut dilakukan selama tiga bulan. yang tumbuh berwarna hijau metalik
Setelah perlakuan usai dilakukan dikatagorikan sebagai E. coli, dan koloni
pengambilan feses untuk melihat jumlah yang berwarna merah muda dan buram
kuman. Feses sapi yang masih segar dikatagorikan sebagai coliform.

Tabel 2. Formula ransum standar

Berat Bahan ME
BK PK TDN Ca P
Nama Bahan (mcal/
(Kg) % (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
kg)
Rumput 15,71 49,95 3,30 0,27 1,65 5,94 0,0195 0,010
Leguminosa 8,13 36,93 2,44 0,57 1,88 7,22 0,0342 0,005
Dedak padi 0,50 6,51 0,43 0,05 0,30 1,17 0,0003 0,007
Jagung kuning 0,50 6,51 0,43 0,04 0,34 1,34 0,0001 0,001
Total 24,84 100 6,60 0,94 4,17 15,68 0,05 0,023
Diperoleh 100 6,6 14,3% 63,2% 2,4 0,82% 0,34%
Diperlukan 100 6,6 11,5% 65,1% 2,4 0,42% 0,29%
Sumber: Suwiti et al. (2012)

Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Data jumlah kuman per gram feses
dihitung dengan rumus : Hasil penelitian pengaruh pemberian
mineral terhadap jumlah bakteri E. coli
ŽǤ —ƒš ŽǤ ’‡‰‡…‡”ƒ pada feses sapi bali di dataran tinggi
‫ܤ‬ൌ ditemukan jumlah tertinggi pada kontrol
’‡‰ƒ„‹Žƒ•ƒ’‡Ž
Ket: B = Bakteri per gram feses (303,333 ± 356,283 sel/g feses) dan
terendah pada pemberian mineral 2,5
Data jumlah koloni bakeri E. coli g/ekor/hari (7,333 ± 5,774 sel/g feses).
dan coliform yang tumbuh pada media Sedangkan pada dataran rendah jumlah
EMBA dianalisis ragam, apabila berbeda tertinggi didapat pada pemberian mineral
nyata akan dilanjutkan dengan uji beda 7,5 g/ekor/hari (335,333 ± 370,422 sel/g
nyata terkecil (BNT). Prosedur analisis feses) dan terendah pada pemberian
menggunakan program Statistical mineral 2,5 g/ekor/hari (20,003 ± 5,774
Product and Service Solutions (SPSS). sel/g feses).
74
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 1: 71-78
p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Pebruari 2016

Hasil penelitian pengaruh pemberian terhadap Log bakteri E. coli dan coliform.
mineral terhadap jumlah bakteri coliform Pemberian mineral tidak berpengaruh
pada saluran pencernaan sapi bali di nyata (P>0,05) terhadap Log bakteri E.
dataran tinggi didapat jumlah tertinggi coli dan coliform.
pada kontrol (320 ± 349,359 sel/g feses) Peternak pada umumnya berusaha
dan terendah pada pemberian mineral 2,5 untuk meningkatkan berat badan
g/ekor/hari (32,667 ± 23,352 sel/g feses). ternaknya, namun tidak mengetahui
Sedangkan pada dataran rendah jumlah komposisi pakan yang seimbang sesuai
tertinggi di dapat pada 5 g/ekor/hari dengan kebutuhan ternak. Bahan
(374,667 ± 242,992 sel/g feses) dan makanan yang diberikan haruslah
terendah pada pemberian mineral 2,5 mengandung nutrisi dengan jumlah dan
g/ekor/hari (50 ± 22,271 sel/g feses). rasio yang tepat. Pakan sapi bali pada
Rerata jumlah bakteri E. coli dan jumlah umumnya berupa hijauan yang kaya akan
bakteri coliform pada sapi bali di dataran serat. Hal ini memungkinkan karena sapi
tinggi dan dataran rendah dapat dilihat termasuk ke dalam hewan ruminansia
pada Tabel 3. dengan sistem pencernaan khusus
Tabel 3. menunjukkan bahwa (rumen) dan dibantu oleh mikroba yang
jumlah E. coli dan coliform pada dataran akan memecahkan selulosa yang banyak
tinggi maupun dataran rendah terkandung dalam bahan makanan
menunjukkan peningkatan yang menjadi bahan organik yang dapat
bervariasi seiring dengan meningkatnya diserap untuk menjadi energi (Puastuti,
pemberian mineral. 2009).
Mineral penting untuk berbagai
Tabel 3. Rerata jumlah bakteri E. coli dan fungsi tubuh yang diperoleh dari asupan
jumlah bakteri coliform pada sapi bali di pakan. Keberadaan mineral pada pakan
dataran tinggi dan dataran rendah. sangat tergantung pada kondisi lahan
pertumbuhannya. Kandungan mineral
Bakteri
Mineral Dataran Dataran pada berbagai spesies tanaman sangat
(g) Tinggi Rendah bervariasi tergantung dari musim, kondisi
303,333 ± 50,0 ± tanah, dan jenis tanaman. Pada dataran
0
356,283 58,924 tinggi pada musim penghujan, tanaman
7,333 ± 20,003 ± akan tumbuh subur namun kandungan
2,5
5,774 5,774
E. coli mineral yang ada pada tanaman
168,000 ± 131,333 ±
5,0
41,569 182,541
berkurang. Hal ini dikarenakan unsur
204,000 ± 335,333 ± hara dalam tanah ikut terbawa air hujan.
7,5 Sedangkan hijauan yang tumbuh pada
131,286 370,422
320,000 ± 257,333 ± dataran rendah, kadungan mineral dalam
0 tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan
349,359 174,314
32,667 ± 50,000 ± tanaman (Khan et al., 2007).
2,5
Coliform
23,352 22,271 Pada umumnya pemberian mineral
169,333 ± 374,667 ± dalam pakan sangat diperlukan walaupun
5,0
151,186 242,992 dalam jumlah sedikit. Pemberian mineral
295,333 ± 374,0 ± ini bertujuan agar kebutuhan mineral sapi
7,5
135,356 577,502 terpenuhi dan tidak mengalami gangguan
pertumbuhan. Dengan pemberian mineral
Pada pemberian mineral 2,5 tersebut dapat mempengaruhi jumlah
g/ekor/hari kecenderungan jumlah E. coli mikrobra yang ada didalam rumen sapi
dam coliform mengalami penurunan. (Suwiti et al., 2012). Di dalam rumen
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat populasi mikroba yang cukup
dataran berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
75
Buletin Veteriner Udayana Dewantari et al

banyak jumlahnya. Ada tiga macam tersebut adalah: karbon, nitrogen,


mikroba yang terdapat di dalam cairan hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi
rumen, yaitu bakteri, protozoa dan dan sejumlah kecil logam lainnya.
sejumlah kecil jamur. Volume dari Ketiadaan atau kekurangan sumber-
keseluruhan mikroba diperkirakan sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
meliputi 3,60% dari cairan rumen pertumbuhan mikroba hingga pada
(Wanapat et al., 2011). Populasi bakteri akhirnya dapat menyebabkan kematian.
dalam rumen merupakan yang terbesar Untuk keperluan hidupnya meliputi
sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu proses metabolisme dan penyediaan
sekitar satu juta/ml cairan rumen. Jamur bahan sel serta energi, mikroba atau
ditemukan pada ternak yang bakteri memerlukan bahan makanan atau
digembalakan dan fungsinya dalam nutrien.
rumen sebagai kelompok selulolitik. Menurut Bren et al. (2013)
Bakteri merupakan biomassa mikroba menyebutkan bahan makanan
yang terbesar di dalam rumen, mikroorganisme adalah bahan-bahan
berdasarkan letaknya dalam rumen, yang terlarut dalam air yang digunakan
bakteri dapat dikelompokkan menjadi: mikroorganisme untuk membentuk bahan
Bakteri yang bebas dalam cairan rumen sel dan memperoleh energi. Kebutuhan
(30% dari total bakteri), bakteri yang akan nutrisi diantara mikroba tidak
menempel pada partikel makanan (70% semuanya sama. Ada yang hanya
dari total bakteri) dan bakteri yang membutuhkan bahan makanan dalam
menempel pada epithel dinding rumen bentuk anorganik saja, ada juga yang
dan bakteri yang menempel pada memerlukan nutrien dalam bentuk
protozoa. organik, bahkan ada yang kedua-duanya.
Jumlah bakteri di dalam rumen Demikian juga dengan jumlah nutrien
mencapai 1-10 milyar/ml cairan rumen. yang diperlukannya, sangat berbeda
Bentuk bakteri ada tiga yaitu bulat, antara mikroba satu dengan yang lain.
batang dan spiral dengan ukuran yang Rerata hasil analisis jumlah E. coli
bervariasi antara 0,3-50 mikron. dan coliform pada sapi bali yang
Kebanyakan bakteri rumen adalah dipelihara di dataran tinggi dan dataran
anaerob dan tumbuh tanpa kehadiran rendah yaitu E. coli sebesar 4,69771 dan
oksigen. Walaupun demikian masih coliform sebesar 5,0735. Hasil analisis
terdapat kelompok bakteri yang dapat ragam ini menunjukkan bahwa jumlah
hidup dengan kehadiran sejumlah kecil bakteri E. coli dan coliform dengan
oksigen, kelompok ini dinamakan bakteri pemberian mineral seperti kalsium (Ca),
fakultatif yang biasanya hidup menempel Fosfor (P), Mangan (Mn), yodium (I),
pada dinding rumen tempat terjadinya Kalium (K), Tembaga (Cu), sodium
difusi oksigen ke dalam rumen (Das dan klorin (Cl.), seng (Zn) dan magnesium
Qin, 2012). Bakteri yang normal di (Mg) tidak berbeda nyata (P>0,05) baik
saluran pencernaan adalah golongan sapi yang dipelihara di dataran tinggi
Enterobacteriaceae seperti Escherichia, maupun dataran rendah. Hal ini
Proteus, Nitrobacter, Citrobacter, kemungkinan disebabkan oleh beberapa
Shigella (Guo et al., 2010). faktor seperti jumlah mineral yang
Mikroorganisme memerlukan bahan diserap dan dimetabolisme serta
makan atau nutrisi untuk kelangsungan ketersediaan mineral dan lahan tempat
hidupnya. Mikroba sama dengan sapi digembalakan.
makhluk hidup lainnya, memerlukan Kisaran perlakuan mineral yang
suplai nutrisi sebagai sumber energi dan aman tidak bersifat absolut, karena
pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar adanya interaksi dari unsur lain atau zat

76
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 1: 71-78
p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Pebruari 2016

makanan lainnya terhadap mineral yang DAFTAR PUSTAKA


bersangkutan. Kadar mineral yang di atas
standar belum tentu mengalami Antara NS. 2012. Sapi bali sebagai ikon
keracunan karenanya adanya tingkat nasional. Newsletter Sapi Bali, 1(1).
toleransi terhadap batas aman dari suatu
Arora SP. 1995. Pencernaan mikroba
kejadian defisiensi atau keracunan.
pada ruminansia. 2 Ed. Gajah Mada
Hal ini dapat dipengaruhi oleh umur,
University Press, Yogyakarta.
bobot badan, dan tempat pemeliharaan.
Sapi bali yang dikenal sebagai sapi yang Besung INK. 2013. Analisis faktor tipe
mampu memanfaatkan pakan dengan lahan dengan kadar mineral serum
kualitas rendah, mampu beradaptasi saat sapi bali. Buletin Vet Udayana, 5(2):
diberikan ransum dengan campuran 97-99.
mineral. Hal ini ditunjukkan dengan Bren A, Hart Y, Dekel E, Koster D, Alon
jumlah bakteri E. coli dan coliform pada U. 2013. The last generation of
sapi bali tidak hanya tergantung pada bacterial growth in limiting nutrient.
jumlah mineral yang dikonsumsi ternak Biomedcentral Systems Biology,
baik di dataran rendah maupun dataran 27(7):1-9.
tinggi.
Das KC, Qin W. Isolation and
SIMPULAN DAN SARAN characterization of superior rumen
bacteria of cattle (Bos taurus) and
Simpulan potential application in animal
Berdasarkan hasil penelitian dapat feedstuff. J Anim Sci, 2(4): 224-228
disimpulkan bahwa pemberian mineral Franco AD, Cháirez FEO, Contreras
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah MGL, Santacruz GAA, Cabrera
bakteri E. coli dan coliform pada sapi bali OAG. 2013. Growth, mineral
yang dipelihara di dataran tinggi maupun absorption and yield of maize
dataran rendah. inoculated with microbe strains.
African J Agric Res, 8(28): 3764-
Saran 3769.
Ke depannya perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap sapi bali Guo TJ, Wang JQ, Bu DP, Liu KL, Wang
pada berbagai umur dan jenis kelamin JP, Li D, Luan SY, and Huo XK.
dengan pemberian mineral dalam ransum 2010. Evaluation of the microbial
terhadap jumlah bakteri lainnya pada population in ruminal fluid using
saluran pencernaan, dan pertambahan real time PCR in steers treated with
bobot badan. virginiamycin. Czech J Anim Sci,
55(7): 276-285.
UCAPAN TERIMAKASIH Khan ZI, Ashraf M, Mustafa I, Danish M.
2007. Evaluation of micro minerals
Kami mengucapkan terimakasih composition of different grasses in
kepada pemerintah melalui Menteri ration to livestock reqruirements.
Pendidikan dan Kebudayaan Cq. Dirgen Pak J Bot, 39(3): 719-728.
Pendidikan Tinggi melalui hibah
Puastuti W. 2009. Manipulasi bioproses
penelitian Kompetitif Nasional
dalam rumen untuk meningkatkan
PENPRINAS MP3EI 2011-2015, kepada
penggunaan pakan berserat.
Dosen Pembimbing dan kepada semua
Wartazoa, 19(4): 180-181.
pihak yang telah membantu dalam
penelitian ini. Soares FS, Dryden GM. 2011. A body

77
Buletin Veteriner Udayana Dewantari et al

condition scoring system for bali zinc solubilizing bacteria on growth


cattle. Asian-Aust J Anim Sci, promotion and zinc nutrition of rice.
24(11): 1587-1594. J Soil Sci and Plant Nutrition, 14(4):
889-910.
Suwiti NK, Sentana P, Watiniasih, Puja
IN. 2012. Peningkatan produksi sapi Wanapat M, Boonnop K, Promkot C,
bali unggul melalui pengembangan Cherdthong A. 2011. Effects of
model peternakan terintergrasi. alternative protein sources on rumen
Laporan Penelitian Tahap I microbes and productivity of dairy
Penprinas MP3EI 2011-2025. cows. Maejo Int J Sci and Tech, 13-
23.
Vaid SK, Kumar B, Sharma A, Shukla
AK, Srivastava PC. 2014. Effect of

78

Anda mungkin juga menyukai