Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Pemetaan
Peta adalah gambaran pada lembar kertas dengan keadaan permukaan bumi
yang lebih kecil. Keadaan permukaan bumi yang digambarkan meliputi unsur-
unsur alam dan unsur buatan manusia. Unsur alam misalnya : sungai, gunung,
danau, dan lain-lainnya, sedangkan unsur buatan manusia misalnya : bangunan,
jalan, saluran irigasi dan batas pemilikan tanah. Untuk mendapatkan gambaran
permukaan bumi tersebut, diperlukan pengukuran-pengukuran geodesi pada dan
diantara titik-titik di muka bumi. Besaran-besaran yang diukur meliputi: arah,
sudut, jarak serta ketinggian. Data-data tersebut diperoleh dari pengukuran-
pengukuran di lapangan yang disebut pemetaan terrestris. Setelah data-data ukuran
diolah dan untuk setiap titik dihitung sisinya, kemudian diplot pada kertas gambar
dengan proses kartografi.

Didalam pemetaan, titik-titik di muka bumi dikelompokkan menjadi dua


kelompok, yaitu titik-titik kerangka dasar (titik utama) dan kelompok titik detil.
Titik-titik kerangka dasar adalah sejumlah titik yang dibuat dan dipasang di
lapangan dengan tanda patok kayu atau patok beton yang merupakan kerangka
dasar pemetaan yang berfungsi sebagai titik pengikat pengukuran titik detil serta
pengontrol pengukuran titik lainnya. Sedangkan titik-titik detil adalah sejumlah
titik yang ada di lapangan yang merupakan titik-titik pojok bangunan, titik-titik
batas tanah, dan titik sepanjang pinggiran untuk menggambarkan permukaan tanah.
Pengukuran titik kerangka dasar yang meliputi pengukuran kerangka dasar
horizontal dan vertikal. Untuk pengukuran kerangka dasar vertical ini adalah
menentukan tinggi titik utama. Untuk mendapatkan tinggi suatu titik perlu
dilakukan pengukuran beda antar suatu titik terhadap titik yang telah diketahui
tingginya dengan menggunakan sifat datar.
Survei atau surveying secara harfiah berarti mengumpulkan data. Dalam
segi engineering, definisi dari Survei adalah pengumpulan data yang berhubungan
dengan pengukuran di permukaan bumi dan digambarkan melalui peta baik dalam
format analog maupun digital. Dengan kata lain Surveying adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan pengumpulan data. Mulai dari pengukuran permukaan
bumi hingga penggambaran bentuk bumi.

Pengukuran sendiri dilihat dari segi luas dibagi menjadi dua kategori, Plane
Surveying dan Geodetic Surveying. Sedangkan dilihat dari metode akuisisi datanya,
pengukuran dibagi menjadi 4 bagian, Survei Terestrial, Survei Ekstra Terestrial,
Survei Fotogrametris, dan Survei Hidrogafi.

1
Pengukuran Berdasarkan Luasan
Pengukuran disebut Ilmu Ukur Tanah. Dimana Ilmu Ukur Tanah
merupakan bagian kecil dari keilmuan induk yang lebih besar yang lazim kita sebut
dengan Geodesi. Dilihat dari segi luasan pengukuran dibagi menjadi dua,
diantaranya:

1. Plane Surveying

Definisi dari Plane Surveying merupakan llmu seni, dan teknologi


untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur
buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Plane surveying di batasi
oleh daerah yang sempit yaitu berkisar antara 30 km x 30 km sehingga unsur
kelengkungan bumi dapat diabaikan.
2. Geodetic Surveying

Geodetic Surveying adalah suatu pengukuran untuk menggambarkan


permukaan bumi pada bidang melengkung/ellipsoida/bola. Geodetic
Surveying adalah llmu, seni, teknologi untuk menyajikan informasi bentuk
kelengkungan bumi atau pada kelengkungan bola. Dengan kata lain
Geodetic Surveying adalah bentuk lain dari plane surveying dengan cakupan
area yang lebih luas sehingga perlu memperhatikan aspek-aspek
kelengkungan bumi pada daerah yang dipetakan.

Pengukuran Berdasarkan Metode Akuisisi Data


Akuisisi data dalam Survei dan Pemetaan sendiri sangat beragam. Hal ini
tentu saja didasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dari suatu pekerjaan.
1. Survei Terestris

Survei terestris adalah kegiatan pengukuran yang bertujuan untuk


mendapatkan peta topografi dengan skala besar, semisal 1:1000. Pada survei
dengan metode terestris penentuan posisi titik-titik atau target dilakukan dengan
melakukan pengamatan (surveying) terhadap obyek yang berada di permukaan
bumi. Contoh aplikasi dari Survei Terestris adalah Pengukuran Detail Situasi
menggunakan peralatan seperti Total Station, Theodolite, Waterpass, dan lain
sebagainya.
2. Survei Ekstra Terestris

Pada survei penentuan posisi secara ekstra-terestris, penentuan posisi titik-


titik dilakukan dengan melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap benda-

2
benda langit atau obyek di angkasa, seperti bintang, bulan, dan quarsar, maupun
juga benda-benda atau obyek buatan manusia yaitu berupa satellite. Contoh
penggunaan pengukuran ekstra-terestris dalam aspek engineering adalah
Pengamatan Global Network Satellite System (GNSS) atau lebih dikenal dengan
akronim GPS. GPS sendiri adalah singkatan dari Global Positioning System yang
merupakan sebuah sistem satellite yang dimiliki dan dikembangkan oleh Amerika
Serikat. Sedangkan GNSS adalah sebuah sistem yang mampu menangkap berbagai
macam sinyal satellite. Dewasa ini terdapat berbagai macam sinyal satellite yang
dapat dimanfaatkan untuk pengamatan GNSS atau Survei Ekstra Terestris,
diantaranya GPS buatan Amerika Serikat, GLONASS buatan Rusia, Baidou buatan
Tiongkok, Galileo buatan Eropa, dan lain sebagainya. Sementara yang lazim
dikenal di Indonesia dan digunakan untuk kegiatan Surveying adalah GPS dan
GLONASS.
3. Survei Fotogrametris
Dilihat secara harfiah, pengukuran dengan metode ini adalah memanfaatkan
wahana foto untuk akuisisi datanya. Menurut definisi dari Wikipedia, Fotogrametri
atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan
secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar atau
lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari
referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls point
hingga kepada pengukuran batas tanah. Contoh aplikasi dari kegiatan Survei
Fotogrametris adalah pemetaan dengan Lidar, Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
dan lain sebagainya.
4. Survei Hidrogafi

Berbeda dari ketiga metode yang sudah disebutkan sebelumnya, jika ketiga
pengukuran diatas fokus utamanya adalah untuk kegiatan pengumpulan data atau
surveying di atas permukaan bumi yang berupa daratan, Survei Hidrogafi adalah
kegiatan pengumpulan data pada lautan atau perairan. Contoh pemanfaatan
pengukuran secara hidrogafi adalah Survei Bathymetri untuk pengukuran
kedalaman laut dan mendapatkan data eksisting dibawah permukaan laut.

Ilmu Ukur Tanah


Jika berbicara mengenai ilmu ukur tanah, maka metode yang paling banyak
digunakan adalah pengukuran secara terestris. Sekalipun Pengukuran secara ekstra
terestris dan fotogrametris juga merupakan bagian dari ilmu ukur tanah.

Seperti disebutkan dalam uraian sebelumnya, pengukuran terestris adalah


kegiatan pengumpulan data dimana pengamat dan objek yang diobservasi berada
pada permukaan bumi. Dilihat dari definisinya, ilmu ukur tanah adalah bagian dari
ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di

3
bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan
tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan
dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau


kedudukan suatu obyek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat
(umumnya dipergunakan apa yang disebut sistem koordinat geodetis). Dan dalam
pelaksanaan pengukuran itu sendiri yang dicari dan dicatat adalah angka-angka,
jarak dan sudut. Jadi koordinat yang akan diperoleh adalah dengan melakukan
pengukuran-pengukuran sudut terhadap sistem koordinat geodetis tersebut.

Kerangka Peta
Untuk Pemetaan diperlukan adanya kerangka peta, yang terdiri dari titik-
titik pasti di permukaan bumi tertentu di dalam hubungan horizontal koordinat-
koordinatnya (X,Y) dan hubungan vertikal yang menunjukkan ketinggian atau nilai
elevasi (Z). Peta yang digunakan sebagai perencanaan harus baik dan benar yang
berarti pemberian informasi dari peta harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
dari permukaan bumi.

Peta disajikan dalam bidang datar, sehingga posisi titik-titik yang dimuat di
dalam peta dinyatakan dengan kordinat-koordinat pada bidang datar pula.
Penentuan koordinatnya dilakukan dengan mengadakan pengukuran jarak dan arah
jurusan, yaitu secara triangulasi, trilaterasi, poligon dan triangulaterasi. Titik-titik
dinyatakan dalam sistem koordinat (X, Y) dan (Z) untuk ketinggian dari permukaan
laut rata-rata atau dalam istilah asing disebut mean sea level. Kerangka Peta sendiri
dibagi menjadi dua, yaitu kerangka kontrol horizontal dan kerangka kontrol
vertikal.

Kerangka Kontrol Horizontal


Metode yang dipakai untuk kerangka peta adalah poligon, yaitu rangkaian
dari titik kerangka peta menjadi segi banyak. Untuk mendapatkan data, yang diukur
adalah semua sudut sisi-sisinya, Azimut dan jarak untuk penentuan koordinat
planimetris diatas permukaan bumi (X, Y), yang digunakan sebagai kerangka peta.
Poligon tersebut mempunyai berbagai bentuk dan hitungan yang sederhana serta
dapat menyesuaikan kondisi dan topografi lapangan.

Poligon sendiri dibagi menjadi dua, yaitu poligon terbuka dan poligon
tertutup. Adapun untuk pengaplikasian di lapangan disesuaikan dengan kondisi
medan dan kebutuhan serta ketelitian yang diharapkan.
a. Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang


membentuk poligon segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup

4
adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan
kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi dari
kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut
pada tiap segi banyak tersebut.

Gambar 1 Poligon Tertutup

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada


pengukuran di lapangan semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-
beda. Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan jumlah titik
poligon disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan
yang sangat luas maka membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan
menggunakan sedikit titik poligon yang terpenting menutup. Semakin
banyak titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin besar.
Keterangan gambar:
1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon
D12, D23,..., Dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn : sudut
Syarat geometris dari poligon terturup sebagai berikut.

1. ΣS + f(s) = (n-2) x
180°..................................................................................................... (II.1)
2. Σd Sin α + f(x) = 0
............................................................................................................. (II.2)

3. Σd Cos α + f(y) = 0
............................................................................................................. (II.3)
Keterangan:
ΣS : jumlah sudut
Σd Sin α : jumlah ∆x

5
Σd Cos α : jumlah ∆y
f(s) : kesalahan sudut
f(x) : kesalahan koordinat X
f(y) : kesalahan koordinat Y

Koordinat sementara semua titik poligon, persamaan yang digunakan:

Xn = Xn-1 + d Sin αn-1.n


............................................................................................................. (II.4)

Yn = Yn-1 + d Cos αn-1.n


............................................................................................................. (II.5)
Keterangan:
Xn, Yn : koordinat titik n
Xn-1, Yn-1 : koordinat titik n-1
Koordinat terkoreksi dari semua titik poligon dihitung dengan persamaan:

Xn = Xn-1.n + dn Sin αn-1.n + (dn / Σd) x f(x)


.............................................................................................................. (II.6)

Yn = Yn-1.n + d Cos αn-1.n + (dn / Σd) x f(y)


...............................................................................................................(II.7)
Keterangan:
N : nomor titik
Xn, Yn : koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n : koordinat titik ke n-1
dn : jarak sisi titik n-1 ke n
αn-1.n : azimuth sisi n-1 ke n
Ketelitian poligon dinyatakan dengan persamaan:
Kesalahan jarak
f(d) = [f(x)2 + f(y)2]1/2 ....................................................................... (II.8)
K = Σd / f(d) ......................................................................................... (II.9)

6
Keterangan:
f(d) : kesalahan jarak
f(x) : kesalahan linier absis
f(y) : kesalahan linier ordinat
Σd : jumlah jarak
K : ketelitian linier

b. Poligon Terbuka

Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir
tidak berhimpit atau tak pada posisi yang sama. Dalam poligon terbuka
terbagi menjadi tiga jenis poligon terbuka yaitu:
1) Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Keterangan:
A, 1, B, T : titik tetap
2,3,..., n : titik yang akan ditentuka koordinatnya
S1, S2,..., Sn : sudut
αA1, αBT : azimuth awal dan azimuth akhir
Syarat yang harus dipenuhi untuk poligon tebuka terikat sempurna:
1. ΣS + f (s) = (αakhir – αawal) + (n-1) x 180° ............ (II.10)
2. Σd Sin α + f(x) = Xakhir - Xawal ..................................... (II.11)
3. Σd Cos α + f(y) = Yakhir - Yawal ...................................... (II.12)
Keterangan:
ΣS : jumlah sudut

7
Σd : jumlah jarak
α : azimuth
f(s) : kesalahan sudut
f(x) : kesalahan koordinat X
f(y) : kesalahan koordinat Y

2) Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada pada
titik yang tetap.

Keterangan:
A : titik tetap
1, 2, ..., n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2, ..., Sn-1 : sudut
αA1 : azimuth awal

3) Poligon Terbuka Tidak Terikat

Poligon Terbuka Tidak Terikat Merupakan Poligon tanpa titik


tetap/ Pada poligon ini tidak dapat dilakukan koreksi dan ada pengikatan
titik.

8
Keterangan:
1, 2, ..., n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2, ..., Sn-1 : sudut
αA1 : azimuth awal

4) Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth

Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon


terbuka terikat sepihak hanya saja titik awal dan titik akhir diadakan
pengamatan azimuth sehingga koreksi sudutnya sebagai berikut.
ΣS = [(αakhir – αawal) + n] x 180°.........................................(II.13)
Keterangan:
ΣS : jumlah sudut
αakhir : azimut akhir
αawal : azimuth awal

Keterangan:
A (XA, YA) : koordinat awal
1, 2, ..., n : titik-titik poligon
S1, S2, ... : sudut

9
αA1 : azimuth awal

5) Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat


Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik
awal dan titik akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya
terdapat koreksi jarak sebagai berikut.

Σd Sinα = Xakhir –
Xawal.................................................................................................(II.14)

Σd Cos = Yakhir –
Yawal..................................................................................................(II.15)
Keterangan:
Σd Sinα dan Σd Cos : jumlah ∆x dan ∆y

Keterangan:
A (XA, YA) : koordinat awal
B (XB, YB) : koordinat akhir
DA1, D12,... : jarak pengukuran
S1, S2, ... : sudut

10
BAB II
PEMBAHASAN

Pemetaan Terestris
Pemetaan terestris adalah pemetaan yang objeknya adalah tanah dan
dilakukan langsung pada permukaan tanah tersebut. Hasil dari pemetaan ini adalah
situasi dari tanah tersebut, seperti luas tanah, kemiringan atau ketinggian, serta
volume. Dan hasil tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan,
khususnya infrastuktur.

Perkembangan pemetaan ini dimulai dengan dinyatakannya bahwa bumi ini


bulat oleh seorang Yunani Kuno untuk pertama kalinya sekitar tahun 500 SM
(Sebelum Masehi), orang tersebut dikenal dengan nama Phytaghoras. Pada awalnya
banyak ilmuwan Yunani Kuno yang tidak percaya, sampai ketika tahun 220 SM
adalah Erasthotenes mencoba membuktikan bahwa bumi ini bulat dengan
menghitung keliling bumi dengan pemikiran sederhana, dengan memanfaatkan dua
buah sumur di dua Kota, Alexandria dan Syene, ia menghitung kemiringan
bayangan yang disebabkan sinar matahari. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui
bahwa keliling bumi ±40000km, hanya berbeda ±75km dari pengukuran modern.
Sungguh sangat luar biasa jika dibandingkan!

Selanjutnya pada tahun 140 sampai dengan 120 SM masih di Yunani, mulai
bermunculan pemikiran-pemikiran baru dalam hal pengukuran tanah. Salah satunya
adalah adanya penerapan ilmu geometri dalam pengukuran sebidang tanah. Di
Arab, ilmu ini juga dilestarikan dan disebut dengan ilmu geometri praktis. Di
samping itu, seorang Raja Mesir Sesostris juga sudah mulai menerapkan ilmu ini
dalam pengukuran bidang-bidang tanah untuk keperluan pajak, yang saat ini
dikenal dengan kadaster.

Sampai pada tahun 60 SM, perkembangan penerapan ilmu geometri dalam


pengkuran tanah masih terus berlanjut. Di Romawi, ilmu ini sudah mulai diterapkan
pada pekerjaan-pekerjaan kontruksi di wilayah kekaisaran. Peralatan–peralatan
yang digunakan pun semakin berkembang. Contohnya, Groma, sebuah alat untuk
mengukur sudut dan jarak. Libella, alat yang digunakan untuk mengukur kedataran
sebuah bidang seperti halnya waterpass. Dan juga Crobates, sebuah alat yang
memiliki fungsi yang sama seperti nivo kotak.

Pada abad 13 dan 14 pemetaan terestris maju pesat. Terbukti dengan


banyaknya ilmuwan yang mulai mengembangkan dan menuliskannya dalam bentuk
buku. Salah satunya adalah Von Piso, seorang Perancis, menjelaskan cara untuk
melakukan pengukuran tanah dalam karyanya yang berjudul “Practica Geometri”.
Selain itu ia juga menjelaskan mengenai pembagian kuadran pada karyanya yang

11
berjudul “Liber Quadratorium”. Dari segi peralatan, pada abad ini telah digunakan
sebuah alat bernama Astrolab. Selain digunakan untuk memprediksikan posisi
matahari, bintang dan bulan, alat ini juga bisa digunakan untuk keperluan survei
dan triangulasi. Dengan alat ini pengukuran jarak dapat dilakukan dengan
perbandingan sudut.

Pemetaan terestris maju lebih pesat pada abad 18 dan 19. Beberapa Negara
seperi Inggris dan Perancis mulai sadar akan kegunaan dari ilmu ini. Kebutuhan
akan pengukuran yang lebih teliti dan akurat juga telah mulai terpenuhi pada abad
ini, dengan adanya theodolite, alat pengukur sudut dan jarak yang dilengkapi
dengan tripod dan kompas, sudah ditemukan pada akhir abad 16. Di Perancis
sendiri, oleh keluarga Cassini, dalam waktu empat generasi berhasil melakukan
pengukuran tanah ilmiah pertama. Hasil dari pengukuran ini disebut La Carte
DeCassini atau Peta Cassini.

Setelah perang dunia II berakhir, pemetaan terestris berkembang sejalan


dengan perkembangan teknologi. Pengambilan data dan pengolahan data kini dapat
dilakukan dengan lebih modern. Peralatan-peralatan yang digunakan pun kini sudah
digital, lebih otomatis, elektrik, dan terkomputerisasi, contohnya Electronic Total
Station (ETS).

Alat-alat Pemetaan
Ilmu ukur tanah (pemetaan) biasanya menggunakan alat pengukuran
seperti pita ukur, Theodolite, Waterpass, kompas, EDM, dan bahkan alat terbaru
dan canggih yaitu GPS dan alat perpaduan antara theodolite dan EDM yang
bernama Total Station.

1. Pita Ukur
Pita ukur atau meteran merupakan sejenis pembaris lentur. Pita ukur terdiri
dari pada pita kain, pita plastik, atau logam dengan tanda ukuran memanjang
dengan unit metrik dan kadang kala dengan unit tambahan imperial. Meteran
merupakan alat ukur biasa. Kelenturannya dapat mengukur jarak yang besar dibawa
dengan mudah dalam poket atau saku.. Pada masa kini, meteran sering digunakan
karena ukuran yang kecil dan efisien.

12
Sumber : pixabay.com
Gambar 1
Gambar Pita Ukur
2. Theodolite
Theodolite adalah salah satu alat ukur pemetaan yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut
yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang


digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar
mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk
dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997).

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan


dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut
memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat
ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan
efisien (Farrington 1997).

Instrumen pertama lebih seperti alat survei theodolite benar adalah


kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel di Jerman pada 1576, lengkap
dengan kompas dan tripod.

Alat survei theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787
dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survei theodolite besar yang terkenal,
yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri.

Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,


theodolite sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,

13
maupun pengamatan matahari. Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi
seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º.

Dengan adanya teropong pada theodolite, maka theodolite dapat


dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan atau pekerjaan
pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat.

Sumber : Balai Diklat Tambang


Gambar 2
Digital Theodolit

3. Kompas Geologi
Kompas geologi berfungsi untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik
atau kelurusan struktur, mengukur kemiringan lereng, atau mengukur kedudukan
perlapisan dan kemiringan lapisan batuan.

Sumber : Kompasiana
Gambar 3
Kompas Geologi

14
4. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief atau sifat
permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.

5. Palu Geologi
Palu adalah benda yang digunakan untuk memberikan tumbukan pada
benda lain. Ada 2 jenis palu yang digunakan dalam survey, yaitu palu geologi
sedimen (palu geosedimen) dan palu batuan beku. Palu geodsedimen sesuai
namanya, palu ini digunakan untuk batuan sedimen (berlapis). Hal ini dapat dilihat
dari bentuknya yang persegi berguna untuk memecahkan bagian sampling. Palu
batuan beku digunakan untuk batuan beku yang umumnya keras. Ujungnya yang
lancip dibuat agar ketika menggunakannya, kekuatan tumbukan terpusat pada
ujungnya yang runcing tersebut untuk memecahkan batuan-batuan beku dan
mengambil bebatuan yang ingin diamati.

6. Tas Ransel
Tas ransel ini berfungsi untuk membawa segala alat pemetaan yang ada
dan dimasukan ke dalam tas ransel, bayangkan apabila pada saat melakukan proses
pemetaan tidak membawa ransel, pasti akan terjadi kendala.

7. Tripod
Tripod atau kaki tiga kamera bukan hanya berfungsi sebagai penopang
kamera saja, namun tripod ini berfungsi juga untuk mengatur rena kamera agar hasil
foto kamera lebih bagus dan member efek pada malam hari.

8. Kamera
Kamera ini berfungsi sebagai alat untuk menggambil gambar, dengan data
gambar inilah merupakan bahan mentah untuk membuat peta.

9. GPS Geodetik
GPS ini adalah GPS yang paling canggih, mempunyai akurasi satuan
millimeter, dan biasa digunakan dalam bidang survey pemetaan.

15
Sumber : epochgps
Gambar 4
GPS Geodetik
10. Rambu Ukur
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi
skala pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m - 5m pembacaan
dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter.
Umumnya dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning. Selain rambu ukur, ada
juga waterpass yang dilengkapi dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan
sipatan mendatar dari kedudukan alat dan unting-unting untuk mendapatkan
kedudukan alat tersebut di atas titik yang bersangkutan. Kedua alat ini digunakan
bersamaan dalam pengukuran sifat datar. Rambu ukur diperlukan untuk
mempermudah atau membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah.

Sumber : Kompasiana
Gambar 5
Rambu Ukur

16
11. Total Station
Total station adalah instrument optis atau elektronik yang digunakan
dalam pemetaan dan konstruksi bangunan. Total station merupakan theodolit
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik (EDM) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrument ke titik tertentu. Total station juga digunakan
dalam situs arkeologi untuk mengukur kedalaman penggalian, dan oleh kepolisian
digunakan untuk investigasi tempat kejadian perkara.

Prosedur Pemetaan
Secara garis besar langkah-langkah pemetaan secara teristris adalah sebagai
berikut: Persiapan Dalam proses pemetaan teristris, banyak hal yang harus
dipersiapkan agar pemetaan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Persiapan
dalam hal ini adalah persiapan peralatan, perlengkapan dan personil.

Survei Pendahuluan Survei pendahuluan maksudnya adalah peninjauan


lapangan lebih dahulu untuk melihat kondisi medan secara menyeluruh, sehingga
dari hasil survey ini akan dapat ditentukan: Teknik pelaksanaan pengukurannya
Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representative dalam arti
distribusinya merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan, mudah untuk
mendirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk pengukuran detil,
saling terlihat dengan titik sebelum dan sesudahnya, dan lain-lain.

Dalam mempelajari bidang kartografi, peta sangatlah diperlukan. Tanpa


adanya peta, Kartografi tidak akan ada pula karena kartografi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perpetaan. Berbagai jenis peta telah muncul sesuai dengan
maksud, tujuan, serta manfaat pembuatan peta tersebut. Namun, bagaimanakah
sebuah peta itu dibuat? Dalam mempelajari kartografi kita harus mengetahui hal
tersebut.

Pada dasarnya, peta merupakan kalibrasi dari bidang permukaan bumi 3


dimensi menjadi sebuah gambaran utuh yang lebih sederhana ke dalam selembar
kertas media yang datar dengan penyesuaian baik ukuran maupun bentuknya
disertai pula dengan informasi dan detail-detailnya.

Dalam proses pembuatan peta harus mengikuti pedoman dan prosedur


tertentu agar dapat dihasilkan peta yang baik, benar, serta memiliki unsur seni dan
keindahan. Secara umum proses pembuatan peta meliputi beberapa tahapan dari
pencarian dan pengumpulan data hingga sebuah peta dapat digunakan. Proses
pemetaan tersebut harus dilakukan dengan urut dan runtut, karena jika tidak
dilakukan secara urut dan runtut, tidak akan diperoleh peta yang baik dan benar.
Lalu apa dan bagaimana proses atau tahap-tahap pemetaaan itu?
1. Tahap pencarian dan pengumpulan data

17
Ada beberapa cara dalam mencari dan mengumpulkan data, yaitu:
a. Secara langsung

Cara pencarian data secara langsung dapat melalui metode konvensional


yaitu meninjau secara langsung ke lapangan dimana daerah tersebut akan dijadikan
objek dari peta yang dibuat. Cara ini disebut dengan teristris. Dengan cara ini
dilakukan pengukuran medan menggunakan theodolit, GPS, dan alat lain yang
diperlukan serta pengamatan informasi ataupun wawancara dengan penduduk
setempat secara langsung sehingga didapat data yang nantinya akan diolah.

Dapat pula dilakukan secara fotogrameti, yaitu dengan metode foto udara
yang dilakukan dengan memotret kenampakan alam dari atas dengan bantuan
pesawat dengan jalur khusus menurut bidang objek. Atau dapat pula menggunakan
citra dari satelit serta cara-cara lain yang dapat digunakan
b. Secara tak langsung

Melalui cara ini tentu saja kita tidak usah repot-repot meninjau langsung ke
lapangan melainkan kita hanya mencari data dari peta atau data-data yang sudah
ada sebelumnya. misalnya dalam membuat peta kepemilikan tanah di daerah
Semarang, kita cukup mencari peta administrasi lengkap kota Semarang, kemudian
dapat diperoleh data pemilikan tanah di Lembaga Pertanahan daerah atau nasional
(BPN).

Data yang diperoleh dari pencarian data secara tak langsung ini disebut
dengan data sekunder, sedangkan peta yang digunakan sebagai dasar pembuatan
peta lain disebut sebagai peta dasar.
2. Tahap pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan merupakan data spasial yang tersebar dalam
keruangan. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dikelompokkan misalnya
data kualitatif dan data kuantitatif, kemudian data kuantitatif dilakukan perhitungan
yang lebih rinci. Langkah selanjutnya yaitu pemberian simbol atau simbolisasi
terhadap data-data yang ada.
Dalam tahap akan mudah dengan menggunakan sistem digital komputing
karena data yang masuk akan langsung diolah dengan software atau aplikasi
tertentu sehingga data tersebut akan langsung jadi dan siap untuk disajikan.
3. Tahap penyajian dan penggambaran data

Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta dari data yang telah diolah dan
dilukiskan pada media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara manual dengan
menggunakan alat-alat yang fungsional, namun cara ini sangat membutuhkan
perhitungan dan ketelitian yang tinggi agar didapat hasil yang baik.

18
Akan lebih baik jika digunakan teknik digital melalui komputer,
penggambaran peta dapat digunakan aplikasi-aplikasi pembuatan peta yang
mendukung, misalnya ARC View, ARC Info, AutoCAD Map, Map Info, dan
software lain. Setelah peta tergambar pada komputer, kemudian data yang telah
disimbolisasi dalam bentuk digital dimasukkan dalam peta yang telah di gambar
pada komputer, pemberian informasi tepi, yang kemudian dilakukan proses printing
atau pencetakan peta.
4. Tahap penggunaan data

Tahap ini sangatlah penting dalam pembuatan sebuah peta, karena dalam
tahap ini menentukan baik atau tidaknya sebuah peta, berhasil atau tidaknya
pembuatan sebuah peta. Dalam tahap ini pembuat peta diuji apakah petanya dapat
dimengerti oleh pengguna atau malah susah dalam dimaknai. Peta yang baik
tentunya peta yang dapat dengan mudah dimengerti dan dicerna maksud peta oleh
pengguna. Selain itu, pengguna dapat memberikan respon misalnya tanggapan,
kritik, dan saran agar peta tersebut dapat disempurnakan sehingga terjadi timbal
balik antara pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map user).

Dalam buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik” karangan Juhadi dan
Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa tahapan pembuatan peta secara sistematis yang
dianjurkan adalah:
1. Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat
2. Mencari dan mengumpulkan data
3. Menentukan data yang akan digunakan
4. Mendesain simbol data dan simbol peta
5. Membuat peta dasar
6. Mendesain komposisi peta (lay out peta), unsur peta dan kertas
7. Pencetakan peta
8. Lettering dan pemberian simbol
9. Reviewing
10. Editing
11. Finishing

19
Survei Pengukuran
Survei pengukuran dalam hal ini meliputi: Pengukuran kerangka peta
Pengukuran detil Pengolahan data (perhitungan) Setelah dilakukannya pengukuran,
maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang sudah di dapat dari
lapangan. Beberapa hal yang dilakukan dalam pengolahan data adalah: Perhitungan
kerangka peta (X, Y, Z) Perhitungan detil (X, Y, Z) atau cukup sudut arah /
azimuthnya, jarak datar, dan beda tinggi dari titik ikat. Plotting atau penggambaran
Beberapa hal yang dilakukan pada proses penggambaran adalah: Penggambaran
Titik-titik kerangka peta Penggambaran titik-titik detil Penarikan garis kontur
Editing Simbolisasi.

20
BAB III
PENUTUP
Pemetaan sangat penting bagi penggambaran muka bumi. Selain untuk
survey awal, pemetaan ini perlu adanya alat-alat khusus untuk memenuhi kegiatan
pemetaan. Tanpa alat-alat tersebut, pemetaan tidak akan berlangsung dengan lancar
dan akan menemui kendala.

Banyak alat-alat yang harus dibawa pada saat pemetaan, seperti theodolit,
waterpass, rambu ukur, pita ukur, tripod, bahkan tas ransel sekalipun. Alat-alat ini
mempunyai kegunaan masing-masing yang mampu membantu untuk pemetaan.

21
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com/Teretris
Juhadi dan Liesnoor D, Desain dan Komposisi Peta Tematik

22

Anda mungkin juga menyukai