Anda di halaman 1dari 10

Paradigma HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PKn


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dianugerahi akal dan nurani oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengannya manusia
mampu membedakan yang baik dan yang buruk yang akan membimbing dan
mengarahkan sikap dan perilaku dalam kehidupan. Untuk mengimbangi kebebasan
tersebut, manusia dianugerahi kemampuan bertanggung jawab atas semua
tindakannya. Kebebasan dasar dari hak-hak itu yang disebut dengan HAM yang
melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan. Maka HAM harus
menjagi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karenanya, negara dan pemerintah harus bertanggung jawab
untuk menghormati, melindungi, membela dan menjamin HAM setiap warga
negaranya.
Dalam pergaulan di masyarakat, memperjuangkan hak sendiri adalah hak kita, namun
tidak boleh mengabaikan hak orang lain. Suatu kesadaran yang mendasar, bahwa hak
asasi kita berhadapan dengan hak asasi orang lain. Karenanya, ketaatan terhadap
aturan merupakan hal yang sangat penting.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan ciri pokok hakikat HAM
2. Perkembangan pemikiran HAM dan tinjauannya dalam Islam
3. HAM dalam perundang-undangan nasional
4. Pelanggaran dan pengadilan HAM serta proses penegakannya di Indonesia
C. Tujuan Penelitian
Secara sederhana, tujuan yang hendak dicapai makalah ini meliputi 2 hal, yaitu:
1. Agar kita lebih memahami makna HAM itu sendiri, pengaruh serta perang
vitalnya dalam kehidupan.
2. Untuk mengembangkan pemikiran tentang HAM sehingga kita mampu
berpartisipasi dalam penegakan HAM agar tercapai cita-cita bangsa.
D. Kegunaan Penelitian
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam melaksanakan kehidupan indvidu, masyarakat dan sosial. Dan juga diharapkan
dapat menambah khazanah keilmuan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan bangsa dan
negara.
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Individu mempunyai watak dan kodrat yang sesuai dengan landasan kemanusiaan.
Karenanya setiap hak seorang manusia pasti bersinggungan dengan hak orang lain.
Maka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan konstitusi yang
melindungi hak-hak asasi tersebut agar tercapai kehidupan yang adil, makmur dan
sentosa. Di dalam perundang-undangan RI, terdapa hukum tertulis yang memuat
aturan tentang HAM (tertuan dalam dan bentuk : Konstitusi (UUD negara), TAP MPR,
Undang-undang dan peraturan pelaksanaan perundang-undangan). Pengaturan HAM
dan konstitusi ini memberikan jaminan yang sangat kuat terhadap setiap hak asasi
warga negara tanpa terkecuali.
Oleh karena itu, apabila kehidupan berbangsa dan bernegara ini berjalan sesuai dengan
peraturan perundang-undang yang berlaku dengan jaminan penuh pada setiap HAM
warga negaranya, maka dapat dipastikan cita-cita bangsa akan tercapai.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM
1. Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya
(kaelan : 2002).
Menurut jan materson (komisi HAM PBB) dalam teaching Human Rights, United
Nasional yang dikutip oleh Baharudin lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada manusia yang tampaknya manusia musthahil dapat hidup sebagai
manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak kodrati (Mansyur Efendi, 1994).
Dalam pasal I UU No 39 Th 1999 tentang HAM disebutkan bahwa HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan kebendaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hak, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. Ciri pokok HAM
Æ Tidak perlu diberikan, dibeli, maupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
Æ Berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial dan bangsa.
Æ Tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak membatasi/melanggar hak
oranglain. HAM tetap dimiliki meskipun negara membuat hak yang tidak melindungi
atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
B. Perkembangan Pemikiran Ham
1. Pemikiran HAM Dunia
 Magna charta (Piagam Agung, 15 juni 1215)
 The American Dekleration (lahir dari paham Rousseau dan Montesquieu)
 The French Declaration
 The four freedom – dicetuskan oleh Presiden AS, Franklin Delano Roosevelt
 The universal Declaration of Human Rights (10 Desember 1948)
2. Pemikiran HAM di Indonesia
v Periode sebelum kemerdekaan (organisasi Indische Partiy) yaitu hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta perlawanan yang sama.
v Periode kemerdekaan (1945) hingga sekarang. Di Indonesia telah berlaku 3 UUD
dalam 4 periode, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949 UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS
3. Periode 17 Agustus 1945 s/d Juli 1959 UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 s/d sekarang kembali pada UUD 1945
C. HAM Dalam Tinjauan Islam
Islam sebagia agama telah menempatkan mamusia sebagai m. Terhormat dan mulia.
OKI, perlindungan dan penghormatan terhadap HAM merupakan tuntutan agama itu
sendiri yang wajib dilaksanakan ummatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali.
Hak-hak itu bersifat permanen, abadi dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi (Abu
A’la Al Maududi, 1998). Dalam islam terhadap 2 konsep tentang hak, yaitu hak
manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melanda dan dalam
aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari ke 2 hak tersebut.
Konsep islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid yang mengandung ide
persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tahuid yang juga mencakup ide
persamaan dan persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bakhtiar
Efendi disebut ide perikemanusimakhlukan. Islam datang secara inheren membawa
ajaran tentang HAM dan hal itu bisa dijumpai dalam sumber utama ajarannya, Alquran
dan Hadist, yang merupakan sumber ajaran nomatif dan juga terdapat dalam praktek
kehidupan ummat islam.
Dilihat dari tingkatan, ada 3 bentuk HAM dalam Islam:
1. Hak Dharuny (Hak Dasar) yaitu hak yang jika dilanggar tidak hanya membuat
manusia sengsara tetapi juga mengancam eksistensinya sebagai manusia, misal
: hak hidup.
2. Hak Hajy (Hak sekunder) yaitu hak yang jika tidak dipenuhi akan
mengakibatkan hilangnya hak elementer, misal : hak memperoleh sandang
pangan.
3. Hak tahsiny (Hak tersier)
Mengenai hak-hak yang berkaitan dengan warga negara, Al Maududi menjelaskan
bahwa dalam islam hak asasi pertama dan utama adalah:
1. Melindungi nyawa, harta, dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan
bahwa hak ini tidak akan dicampuri kecuali dengan alasan yang sah dan legal.
2. Pelindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar
kecuali setelah melalui proses pembuktian yang menyakinkan secara kuhum
dan membari kesempatan kepada tertuduh untuk menganjurkan pembelaan.
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-
masing.
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa
membedakan kasta dan keyakinan.
D. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
HAM berdasarkan UUD 1945
1. Pengakuan atas kesamaan hak semua warga negara dalam hak dalam pemimpin
(Pasal 27 ayat I)
2. Pengakuan atas martabat manusia (Pasal 27 ayat 2)
3. Bebas berpolitik/berorganisasi secara massal sesuai dengan UU (Pasal 28)
4. Hak memilih dan memeluk agama sesuai keyakinan (Pasal 30 ayat I)
5. Hak ikut serta dalam pembelaan negara (Pasal 30 ayat I)
6. Hak atas pendidikan/pengajaran (Pasal 31 ayat I)
7. Hak atas kesejahteraan (Pasal 33 dan 34)
HAK berdasarkan Tap MPR RI No. XVII/1998
HAM berdasarkan UU No. 39/1999 antara lain:
1. Hak untuk hidup
2. Hak mengembangkan diri
Seperti orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informsi yang diperlukan
untuk mengembangkan pribadi dalam lingkungan sosialnya.
1. Hak memperoleh keadilan
2. Hak atas kebebasan pribadi
3. Hak atas rasa aman
4. Hak atas kesejahteraan
5. Hak turut serta dalam pemerintahan
6. Hak wanita, meliputi:
ü Hak memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi sesuai
persyaratan perundang-undangan.
ü Hak mendapat perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan dan profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan dengan f.
Reproduksi wanita.
ü Hak khusus yang melekat pada dalam wanita disebabkan fungsi reproduksinya
dijamin dilindungi hukum.
ü Hak dan tanggung jawab yang sama dengan suaminya atas segala hal yang
berkenaan dengan keh. Perkawinan, hubungan dengan anak-anaknya dan hak
pemikiran serta pengelolaan harta bersama (selama dalam ikatan perkawinan).
ü Hak dan tanggung jawab dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan
dengan anak-anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
Hak Anak meliputi:
 Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orangtua, keluarga, masyarakat, dan
mantan suaminya
 Hak anak diakui dan dilindungi oleh hukum sejak dalam kandungan
 Hak hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupan sejak
dalam kandungan
 Hak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri
 Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan
dan dibimbing kehidupannya oleh orangtua atau walinya sampai dewasa sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
 Setiap anak berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan sejak lahir
 Hak mendapat orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan pengadilan jika
orangtuanya telah meninggal atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai orang tua sesungguhnya
 Hak mendapat perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau
mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam
pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut
 Hak untuk tetap bertemu langsung secara pribadi dan tetapi dengan orang
tuanya dijamin oleh Undang-Undang
 Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya sesuai tingkat intelektual dan usia sepanjang sesuai dengan nilai
kesusilaan dan kepatutan
 Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk
pelaku tindakan pidana yang masih kanak-kanak
E. Pelanggaran dan Pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja atau tidak atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
membatasi dan mencabut HAM seseorang atau sekelompok orang yang dijamin UU,
dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk
pelanggara HAM ringan adalah selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat,
yaitu:
v Kejahatan Genosida;
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, etnis dan kelompok agama. Kejahatan ini dilakukan
dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau
mental yang berat, menciptakan kondisi kehidupan yang mengakibatkan kemusnahan
sescara fisik (seluruh atau sebagian), memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain. (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
v Kejahatan kemanusiaan;
Perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas (sistematis) yang
diketahui ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan,
pemusnaham perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan dan kebebasan fisik
lain dengan sewenang-wenang dan melanggar asas ketentuan pokok hukum
internasional, penyiksaan, perkosaan, dan bentuk kekerasan seksual lain setara,
penganiayaan terhadap kelompok tertentu yang didasari paham politik, ras
kebangsaan, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara
paksa dan kejahata apartheid.
Pelanggaran HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur negara maupun bukan aparatur
negara. (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karenanya, penindakan juga
tidak boleh hanya ditujukan oleh non aparatur negara. Penindakan terhadap
pelanggaran HAM dimulai dari penyelidikan penuntutan dalam persidangan yang non
diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada di lingkungan pengadilan umum.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM dibebankan
kepada setiap individu warga negara. Pelanggaran HAM tidak saja dilakukan oleh
negara kepada rakyatnya, tetapi juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut
pelanggaran HAM horizontal.
Contoh kasus pelanggaran HAM antara lain:
1. Penganiayaan praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya klip muntu pada tahun 2003
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa
3. Kasus Syekh Puji yang menikahi Lutfiana Ulfa (di bawah umur menurut UU)
dan dipandang melanggar beberapa pasal tentang hak anak
4. Kasus penganiayaan terhadap TKW yang bekerja di luar negeri
5. Berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang banyak
melanggar hak-hak wanita
6. Larangan wanita memakai jilbab di tempat kerja dan sebagainya
F. Proses Penegakan HAM di Indonesia, Hambatan dan Tantangannya
Perkembangan kesadaran terhadap pentingnya perlindungan HAM di Indonesia mulai
terasa pada masa 1990-an. Hal ini terbukti dengan dibentuknya Komisi Nasional HAM
(Komnas HAM) pada 1993. Komisi ini didirikan sebagai tindak lanjut lokakarya HAM
yang diselenggarakan oleh Deplu RI dengan dukungan PBB.
Penegakan HAM semakin kuat setelah MPR melakukan amandemen terhadap UUD
1945. Dalam amandemen tersebut persoalan HAM mendapat perhatian khusus. Selain
itu dibentuk pula pengadilan HAM berdasarkan UU No. 26 tahun 2000. Pengadilan ini
merupakan pengadilan yang secara khusus menangani pelanggaran HAM berat, seperti
kejahatan kemanusiaan.
Selain Komnas HAM, teradapat pula peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Keberadaan lembaga ini banyak membantu para korban HAM untuk mendapatkan
pembelaan dan bantuan hukum. Beberapa lembaga lain yang berperan aktif dalam
penegakan HAM adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI),
Komisi untuk orang Hilang dan Tindakan Kekerasan (Kontras) dan lembaga hukum
lainnya.
Namun, HAM juga tidak dapat dilaksanakan secara mutlak karena setiap hak
seseorang manusia pasti bersinggungan dengan hak asasi orang lain. Kesadaran akan
adanya batas merupakan kewajiban. Dengan demikian, terdapat keseimbangan timbal
balik (kesadaran akan hak dan kewajiban). Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap
individu memiliki watak dan kodrat yang sesuai dengan landasan kemanusiaan.
Sebagai warga negara yang baik, harus menyadari bahwa dalam pergaulan masyarakat
diperlukan sikap komunikatif. Tantangan yang dihadapi masyarakat sekarang ini
adalah banyaknya kejadian yang tidak menghargai hak-hak asasi manusia baik dalam
segi politik, ekonomi, jabatan dan sebagainya.
Tantangan dalam penegakan HAM, antara lain:
1. Sikap fanatik yang berlebihan (tidak mau menghargai manusia lain)
2. Sikap acuh tak acuh terhadap manusia lain
3. Sikap suka memaksakan kehendak
Inilah sebabnya mengapa keadilan di Indonesia tidak juga tercapai. Realitas yang
banyak kita jumpai sekarang ini adalah bahwa hukum di Indonesia belum menjadi
pemimpin. Suatu keironisan yang sangat mengingat berbagai lembaga dan instansi
hukum yang ada di negara kita ini sangat banyak. Tapi semua bagaikan singa ompong
di depang hukum.
Oleh karena itu, untuk menegakkan hukum di negeri ini, diperlukan suatu kesadaran
yang mendasar kepada rakyat tentang HAM pada syariah. Karena sistem sekuler sudah
terbukti tak sanggup membuat hukum memimpin dan memiliki kuasa.

BAB III PENUTUP


HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat, jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dan tak dapat dipungkiri bahwa
Islam telah lebih dulu memberikan perhatian yang besar terhadap masalah HAM ini.
Ajaran Islam tentang HAM telah terkonsep dengan sangat sempurna dalam sumber
utama ajarannya yaitu Al Quran dan hadits yang merupakan sumber ajaran normatif,
juga dapat dijumpai dalam praktek kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
di mana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau instansi, bahkan negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan
HAM. Pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan
HAM sebagaimana terdapat dalam UU pengadilan HAM.
DAFTAR PUSTAKA
Heryawan, Drs. Iwan. 2004. Belajar Efektif Kewarganegaraan. Jakarta Timur: PT
Intimedia Ciptanusantara
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia
http://www.suara-islam.com
http://www.detiknews.com
Iklan

Anda mungkin juga menyukai