PENDAHULUAN
Pendidikan itu sendiri adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi
antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak
dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Menurut Johnson, Johnson dan Smith,
belajar itu sendiri adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang
tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin
diperoleh dari 38 siswa kelas IX regular yang terdiri 24 orang siswa perempuan
dan 14 orang siswa laki-laki diketahui bahwa : (1) 23,68% atau 9 siswa yang
siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti, (2) 34,21% atau 13
masih kurang, (3) 42,10% atau 16 siswa yang memiliki keberanian mengerjakan
soal di depan kelas. Sehingga diperoleh hasil rata-rata siswa yaitu 42,10 masih
yang guru berikan pada siswa sehingga membuat kondisi kelas menjadi pasif.
yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut di atas sehingga tujuan pembelajaan
dapat tercapai. Dari data yang telah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa hasil
Dalam sistem belajar mengajar guru harus berusaha agar proses belajar mengajar
belajar mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk
diperoleh dalam proses belajar tersebut (B. Suryo Subroto, 2002:71). Karena
tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar
belajar aktif, sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dapat
berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam
Time Token Arend untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa
B. Identifikasi Masalah
1. Rendahnya hasil belajar matematika pada materi relasi dan fungsi siswa
terlalu monoton.
Agar tidak terjadi keluasan dalam pembahasan masalah dalam penelitian maka
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek psikomotik, koqnitif dan
efektif.
D. Perumusan Masalah
2015/2016?.
2015/2016?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
memotivasi belajar, serta memberi rasa tanggung jawab pada peserta didik untuk
3. Bagi Guru
dengan kebutuhan peserta didik serta memberi gambaran bagi guru bidang studi
matematika mengenai pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu
beberapa aturan dan rutinitas yang mengatur pembicaraan dan gerakan anak,
memungkinkan guru untuk mengatasi perilaku buruk siswa dengan cepat dan
berbagai keterampilan social dan perilaku time token arend pada anak (Richard I
memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif dalam
kelompok. Sebagian siswa mungkin membutuhkan bantuan, oleh sebab itu agar
belajar kelompok.
Strategi Time Token Arend diperkenalkan oleh Arends. Strategi ini merupakan
salah satu jenis strategi pembelajaran aktif yang bisa diterapkan dalam
dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia ide
yang mereka miliki dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang
dihadapinya.
Menurut Yuanita (2010), pada strategi Time Token Arend siswa dilatih dan
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa. Guru memberikan setiap siswa kupon berbicara
dengan waktu 30 detik, dan setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu
keadaan. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan pada
guru. Siswa yang sudah tidak memegang kupon tidak boleh bicara lagi dan siswa
yang lain yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
Semua siswa memiliki hak bicara yang sama sampai semua siswa berbicara
(berpendapat). Guru dan siswa membuat kesimpulan hasil diskusi. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Suprijono (2011: 133), strategi Time Token Arend dapat
2. Tiap siswa diberi sejumlah kupon yang berisikan materi pelajaran relasi
3. Tiap siswa diberi nilai sesuai waktu yang digunakan untuk menyampaikan
4. Bila telah selesai kupon yang berisikan materi pelajaran relasi dan fungsi
5. Kupon materi diserahkan kepada guru agar siswa tersebut tidak mendapat
giliran lagi. Strategi Time Token Arend mampu mengatasi masalah yang ada
belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar,
berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat
Dengan terpenuhinya kebutuhan siswa secara optimal, siswa akan belajar lebih
menyenangkan dan merangsang karena “peer” (teman sebaya) yang ada dalam
yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran ini sebagai berikut.
a. Ketrampilan sosial
Keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan
hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja bersama orang lain
yang berbeda, misalnya orang tua, tetangga dan guru di sekolah. Dalam
waktu. Perubahan sosial itu terjadi karena adanya dorongan dari dalam yaitu daya
(tidak puas dengan yang ada), akal dan daya kreatifitas yang tinggi, suasana
persaingan yang sehat untuk mencapai prestasi yang tinggi untuk kemajuan
(Aziz Turindra:2009).
b. Ketrampilan berbagi
Banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk berbagi waktu dan bahan-bahan.
Berlagak “bossy” terhadap siswa lain, tidak mau berhenti bicara atau mengerjakan
siswa yang mendominasi sering kali sengaja melakukannya dan tidak mengerti
efek perilakunya bagi orang lain atau pada pekerjaan kelompoknya. Siswa-siswa
ini perlu belajar tentang nilai berbagi dan tata cara mengekang perilaku
c. Ketrampilan berpartisipasi
Menurut Sastro Poetro, Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta keterlibatan
bahwa partisipasi adalah “the taking part in one or more phases of the process”
yang artinya mengikutsertakan suatu bagian dalam satu atau beberapa tingkatan
mungkin justru tidak mau atau tidak mampu berpartisipasi karena pemalu. Oleh
karena itu, partisipasi akan lebih tepat sebagai pengikutsertaan seseorang didalam
respon atas rangsangan-rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini tanggapan
Suatu model yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
Time Token Arend juga mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
2) Melatih rasa percaya diri siswa dengan terbiasa tampil saat kegiatan
belajar.
3) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara didepan banyak orang,
5. Konsep Pembelajaran
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas menurut. Dunkin dan Biddle dalam
Ekawarna (2009:44) berada pada empat variabel interaksi yaitu: (l) variabel
pertanda berupa pendidik, (2) variabel konteks berupa peserta didik, sekolah dan
masyarakat, (3) variabel proses berupa interaksi peserta didik dengan pendidik,
dan (4) variabel produk berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Proses pembelajaran akan berjalan baik jika guru
pembelajaran.
peserta didik untukmenguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini
berasal dari guru dan mediabuku teks belaka. Dirasakan perlu ada cara baru dalam
dalam sistem yang mandirimaupun dalam sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu
dipersiapkan sumberbelajar oleh pihak guru maupun para ahli pendidikan yang
suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi
yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian
tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan
metodologi berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara
pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15)
dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan
menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga
lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
disadari, disengaja atau tidak disengaja. Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011)
pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang
Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin (Uno, 2011: 17)
di atas, Winkel (dalam Anneahira, 2011) menjelaskan definisi hasil belajar secara
umum, bahwa hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan
Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003:
17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil
yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan
angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hal ini senada dengan
Rasyid (2008: 9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses
demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu
memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar
Dick dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar
(1) Pengetahuan
(2) Keterampilan Intelektual
(4) Sikap
Sedangkan pendapat yang lain dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam
Usman, 1994: 29) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Bloom (dalam Usman, 1994: 29) membagi ranah kognitif
materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang
sulit,
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
komponen-komponennya,
dan
(6) Evaluasi, yang mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan
Pada tahun 2001, Anderson dkk (dalam Widodo, 2006: 1) melakukan revisi
terhadap taksonomi Bloom di atas. Revisi ini perlu dilakukan untuk lebih bisa
yang baru melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan dengan
proses kognitif merupakan kata kerja. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rukmini
(2008: 157) menjelaskan bahwa revisi taksonomi Bloom diajukan untuk melihat
Anderson dkk (dalam Widodo, 2006: 2) menjelaskan ada empat macam dimensi
informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu
keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan
semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan
teori,
mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru dibuat konsisten dan dengan
obyek yang ingin dicapai (Rukmini, 2008:159). Tujuan atau obyek merupakan
suatu akivitas dalam mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, dalam taksonomi yang
telah direvisi, mengubah keenam kategori dalam taksonomi Bloom yang lama
yang berupa kata benda menjadi kata kerja. Kata kerja yang digunakan dalam
taksonomi Bloom yang baru secara umum sama dengan yang lama yang
kognitif yang lebih kompleks. Namun penjenjangan pada taksonomi yang baru
lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang
lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih
rendah.
Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada
dalam memori jangka panjang, yang mencakup dua macam proses kognitif
yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, yang mencakup tujuh
kriteria dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif: memeriksa
Menurut Davies (dalam Dimyati, 2009: 205), ranah afektif berhubungan dengan
215) menjelaskan bahwa tingkatan afektif ada lima, dari sederhana ke yang
kompleks. Kelima tingkatan tersebut yaitu (1) kemauan menerima, (2) kemauan
menanggapi, (3) berkeyakinan, (4) penerapan karya, dan (5) ketekunan dan
ketelitian.
taksonomi ranah afektif, yaitu: (1) menerima, merupakan tingkat terendah tujuan
ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat
stimulan dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan, (3) menilai,
membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya,
Hasil belajar yang berikutnya adalah dalam ranah psikomotor. Menurut Davies
motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan
(1) Meniru, artinya siswa dapat meniru atau mengikuti suatu perilaku yang
dilihatnya,
(2) Manipulasi, artinya siswa dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan visual
gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat, dan
Matematika di Sekolah
Untuk lebih memahami seperti apa model pembelajaran Time Token Arend,
kalian kerja berkelompok, kalian semua harus aktif bicara, ibu tidak mau ada yang
tidak bicara.”
pembelajaran time token arend tipe Time Token Arend dimana setiap siswa
diberikan tiga buah kupon, dan ketika siswa mengajukan, menjawab, dan
kelompok.
8. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dengan kehidupan
pencerminannya”
- Setiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu lebih kurang 30 detik,
- setiap siswa di beri 3 buah kupon sesuai dengan waktu dan keadaan.
- Bila telah selesai berbicara, kupon yang di pegang siswa diserahkan, setiap
- Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, sedangkan siswa
yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis. Dan seterusnya
11. Guru menanyakan apakah siswa sudah faham dengan apa yang ia
sampaikan, jika belum ulangi sekali lagi langkah-langkahnya agar siswa bisa
12. Guru menjelaskan materi Relasi dan fungsi dengan singkat dan tidak
bertele-tele.
13. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab
Belajar
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
pembelajaran dan pengelolaan kelas (Trianto, 2007:1.). Menurut Joyce dan Weil
student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of
expressing themselves, we are also teaching them how to learn yang berarti
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka
disini adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
Dengan adanya variasi model pembelajaran, dapat membantu belajar siswa dan
memacu keaktifan dalam KBM. Agar upaya tersebut menjadi dinamis dan hasil
partisipasi, komunikasi dan berbagi, siswa dapat belajar lebih aktif, memberikan
rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif, dapat ikut
serta dalam pembelajaran secara menyeluruh satu dengan lainnya dan bisa saling
mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut serta
dapat mengkondisikan siswa agar belajar aktif, sehingga potensi dirinya dari segi
matematika.
C. Hipotesis Tindakan
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
tersebut memiliki jumlah siswa yang representatif untuk diteliti. Selain itu lokasi
mudah dijangkau peneliti sehingga lebih efisien dalam mendapatkan data. Sekolah
tiga bulan.
Tabel III.1.
Jadwal Penelitian
1 Persiapan PTK:
- Observasi/pra tindakan;
- Penyusunan tindakan;
2 Pelaksanaan(siklus PTK):
- Pelaksanaan siklus 1.
- Refleksi siklus 1.
- Pelaksanaan siklus 2.
- Refleksi siklus 2
3 Pelaporan PTK √
Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai subyek yang memberi tindakan
kelas. Siswa kelas IX reguler SMP Muhammadiyah yang terdiri dari 38 siswa
sebagai objek yang menerima tindakan. Peneliti dibantu mitra guru matematika
sebagai observer.
C. Prosedur Penelitian
masing siklus dalam penelitian tindakan di kelas ini dibagi dalam 4 (empat) tahap
1. Perencanaan (Planning)
2. Pelaksanaan (Implementation)
1) Perencanaan Penelitian
dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti berkolaborasi dengan ibu Elfriyana selaku
ketika pelaksanaan tindakan dan lembar observasi untuk melihat aktivitas guru
pelaksanaan tindakan dan lembar observasi untuk melihat aktifitas guru selama
proses pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
kerja yang harus ditempuh siswa secara bertahap. Guru mempersiapkan materi
atau tugas yang harus dipelajari siswa secara berkelompok. Setelah dipersiapkan
Guru membagi siswa dalam 6 kelompok yang mana 4 kelompok terdiri ada
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
Setelah selesai menyampaikan hasil dari tim ahli (utusan kelompok), utusan
pekerjaan atau hasil jawaban siswa dan memberi informasi yang sebenarnya atau
jawaban yang benar. Setelah selesai kegiatan kelompok, guru mengadakan tes
atau evaluasi. Evaluasi dilakukan secara individu dan tidak boleh saling
membantu.
3. Kegiatan Akhir
Pemberian umpan balik, yaitu mengadakan tanya jawab tentang materi relasi dan
fungsi. Hal ini untuk mengukur pemahaman siswa terhadap penguasaan materi
relasi dan fungsi. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, mengadakan
observasi terhadap keaktifan siswa dalam belajar, hal ini dilakukan karena
observasi terdapat kelompok tidak mungkin dilakukan oleh satu orang guru saja.
2. Diskusi kelompok,
3. Siswa bertanya,
4. Menjawab pertanyaan,
tugas,
menggunakan pendekatan pembelajaran time token arend model time token arend
belajar dengan kelompok, namun untuk evaluasi tetap dilakukan dengan individu.
Evaluasi untuk mengukur penguasaan materi yang telah diberikan dan mengetahui
hasil belajar.
Refleksi terhadap hasil observasi dilakukan dalam dua tahap yaitu setelah
selesai satu kali pertemuan dan setelah selesai setiap satu siklus. Refleksi
dilakukan secara bersama oleh peneliti dan guru berkolaborasi. Peneliti dan guru
temuan yang telah direkam selama proses pembelajaran dengan alat observasi.
hasil observasi dan evaluasi yang sudah dilaksanakan. Hasil observasi dan
evaluasi yang menunjukkan hasil yang tidak baik atau dibawah ≤ KKM maka
hasil observasi dan evaluasi ditemukan kekuatan atau ≥ KKM, maka akan
tindakan, observasi,dan refleksi Stepen Kemmis dan Robin Mc. Taggart (dalam
Sukardi, 2013:7). Prosedur ini dilaksanakan dalam tahap siklus dan akan berulang
Siklus II
a. Data aktifitas belajar siswa dan aktifitas mengajar guru yang diambil dari
b. Data hasil belajar siswa diambil melalaui tes yang dilakukan dalam dua
siklus.
E. Instrumen Penelitian
• Tes
• Observasi
• Kuesioner
• RPP
• Silabus
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui catatan lapangan dan lembar
observasi yang berupa catatan temuan-temuan atau tindakan yang peneliti lakukan
dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan alat bantu yang
data kualitatif yaitu dengan pengambilan data tentang keaktifan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Pengolahan data tentang aktifitas guru dari seluruh
100%
persentase skor aktifitas guru per indikator dari setiap siklus dan dirumuskan
sebagai berikut:
Tahap berikutnya yaitu pengolahan data indikator dan per individu yakni dengan
observasi kegiatan siswa. Berikut rumus skor aktifitas siswa per indikator menurut
tentang aktifitas siswa per cara menggunakan lembar untuk mengolah persentase
Trianti (2007:52).
Selain itu untuk mengolah data tentang aktifitas siswa per individu, dengan
menggunakan rumus:
Kriteria Keberhasilan:
4 : Sangat Aktif
3 : Aktif
2 : Cukup Aktif
1 : Kurang Aktif
tindakan, dengan memberikan tes yang menggunakan lembar kerja siswa (LKS)
atau alat evaluasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data kuantitatif
yaitu:
1. Siswa diberi tugas dalam lembar kerja siswa (LKS) atau alat evaluasi
dikatakan tuntas dalam belajar jika nilai siswa telah mencapai standar ketuntasan
5. Penilaian hasil belajar individu yaitu nilai hasil belajar untuk setiap
sebagai berikut :
Selanjutnya data dari nilai individu setiap pertemuan dalam satu siklus dianalisis
Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh kelas, maka pengolahan
hasil penelitian dilakukan dengan menghitung rata-rata yang dicapai siswa dalam
Tuntas