DIKERJAKAN OLEH :
JENRINALDO YOHANES SILAEN
DBD 115 034
ABSTRAK
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Kerak bumi tersusun oleh berbagai jenis batuan, baik dalam kondisi segar (fresh
rock) maupun batuan yang sudah lapuk (weathered rock). Kondisi batuan
dikendalikan oleh proses geologi, endogen maupun eksogen. Pengaruh kedua
proses tersebut dicirikan oleh karakteristik geomorfologi yang merupakan produk
dari tektonik, vulkanik, pelapukan, dan materi penyusun batuan (Sukiyah dkk,
2015).
Pertambangan merupakan salah satu kegiatan dasar manusia yang berkembang
pertama kali bersama-sama dengan pertanian. Oleh karena itu, keberadaan
pertambangan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan atau peradaban manusia.
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang unik. Hal ini disebabkan karena
endapan bahan galian pada umumnya tersebar secara tidak merata di dalam kulit
bumi baik jenis, jumlah, kadar (kualitas) maupun karakteristiknya. Sumber daya
mineral (endapan bahan galian) mempunyai sifat khusus bila dibandingkan
dengan sumber daya yang lain. Sifat yang dimaksud adalah bahwa sumber daya
mineral merupakan “wasting assets” atau “non-renewable resource”, artinya bila
endapan bahan galian tersebut ditambang di suatu tempat, maka bahan galian
tersebut tidak akan dapat diperbaharui kembali, atau dengan kata lain industri
dasar tanpa daur. Oleh karena itu, di dalam mengusahakan industri pertambangan
selalu berhadapan dengan sesuatu yang sangat terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah
maupun utuh materialnya. Keterbatasan ini ditambah lagi dengan usaha
meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Jadi, di dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem
penambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknis maupun
ekonomis agar manfaatnya dapat maksimal. Eksplorasi sumberdaya alam secara
keseluruhan merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan pertambangan hingga
pada proses penambangan. Darikegiatan akan diperoleh informasi-informasi
geologi yang diperlukan dalam.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah studi literatur, yaitu
mengumpulkan beberapa literatur yang ada. Bahan tersebut kemudian dipelajari
dan dianalisa untuk mendapatkan pemahaman dari perumusan masalah dalam
tulisan ini. Sebahagian bahan tulisan sengaja dikutip langsung dari sumbernya dan
yang lain merupakan buah pemikiran dari penulis.
2. Dasar Teori
V = 𝑳 (𝑺𝟏+𝒔𝟐) 𝟐
Dimana:
S1 : Luas penampang 1
S2 : Luas penampang 2
L : Jarak antar penampang
V : Volume Cadangan
Perhitungan Tonase
Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor
tonase yang dimaksud adalah berat jenis (density). Besar nilai density untuk setiap
material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara
lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3. Nilai berat jenis (density) untuk
batubara sebesar 1,33 ton/m3. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan
berikut :
𝑆𝑅 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑏𝑢𝑟𝑑𝑒𝑛
𝑡𝑜𝑛𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
Dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai BESR
(Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan
diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah
sampai nilai BESR yang dicapai dalam perhitungan stripping ratio. Sebagai
contoh dapat dilihat dalam Gambar :
Perhitungan Tonase
Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu density.
Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang
digunakan untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3. Nilai
density untuk batubara sebesar 1,33 ton/m3. Berat (tonase) tanah penutup yang
akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan
mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing.
Pada seam 1 untuk menambang satu ton batubara maka harus mengupas
overburden sebanyak 1,504 m3. Pada seam 2 untuk menambang satu ton batubara
maka harus mengupas overburden sebanyak 1,742 m3. Pada seam 3 untuk
menambang satu ton batubara maka harus mengupas overburden sebanyak 8,657
m3. Sedangkan dari nilai Stripping Ratio (SR) rata-rata (jumlah keseluruhan dari
seam 1 sampai seam 3) dapat disimpulkan bahwa untuk menambang satu ton
batubara harus mengupas overburden sebanyak 3,967 m3.
5. Daftar Pustaka
1. Nurhakim,”Tambang Terbuka”, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru, 2004.
2. Dr. Ir. Totok Darijanto, Modul Diklat, “Penaksiran Sumberdaya Mineral”,
2003
3. Anik Hilyah, “Makalah Perhitungan Cadangan dengan Invers Distance
Method”, Bidang Khusus Eksplorasi Sumber Daya Bumi, ITB, 2004
4. Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, “Geostatistik”, Kursus Eksplorasi
Batubara bagi Sarjana Baru dan Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan
Geologi dan Pertambangan, 1998
5. Sylvester, “Penaksiran Cadangan”, Universitas Palangka Raya, Palangka
Raya, 2014