Anda di halaman 1dari 13

PENAKSIRAN CADANGAN

YUSTINUS HENDRA WIRYANTO, S. SI., M.T., M. SC.

PENAKSIRAN CADANGAN DENGAN METODE CROSS


SECTION

DIKERJAKAN OLEH :
JENRINALDO YOHANES SILAEN
DBD 115 034

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2018
PENAKSIRAN CADANGAN DENGAN METODE CROSS SECTION

ABSTRAK

Penaksiran cadangan dalam suatu kegiatan usaha pertambangan diperoleh melalui


perhitungan dan analisis data eksplorasi detil. Data-data ini diperoleh dari dengan
metode pemboran dan pemetaan geologi. Penaksiran cadangan dilakukan untuk
mengetahui taksiran jumlah tonase dari cadangan yang ada. Hasil taksiran yang
di dapat selanjutnya digunakan untuk perhitungan stripping ratio (SR) pada lahan
tersebut untuk dapat mengetahui nilai keekonomian dari sebuah cadangan. Hasil
dari analisis yang diperoleh dapat menentukan layak atau tidaknya suatu tambang
untuk di eksploitasi.

Keywords : Penaksiran Cadangan, Stripping Ratio, Keekonomian, Metode Cross


Section

1. Pendahuluan

Latar Belakang

Kerak bumi tersusun oleh berbagai jenis batuan, baik dalam kondisi segar (fresh
rock) maupun batuan yang sudah lapuk (weathered rock). Kondisi batuan
dikendalikan oleh proses geologi, endogen maupun eksogen. Pengaruh kedua
proses tersebut dicirikan oleh karakteristik geomorfologi yang merupakan produk
dari tektonik, vulkanik, pelapukan, dan materi penyusun batuan (Sukiyah dkk,
2015).
Pertambangan merupakan salah satu kegiatan dasar manusia yang berkembang
pertama kali bersama-sama dengan pertanian. Oleh karena itu, keberadaan
pertambangan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan atau peradaban manusia.
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang unik. Hal ini disebabkan karena
endapan bahan galian pada umumnya tersebar secara tidak merata di dalam kulit
bumi baik jenis, jumlah, kadar (kualitas) maupun karakteristiknya. Sumber daya
mineral (endapan bahan galian) mempunyai sifat khusus bila dibandingkan
dengan sumber daya yang lain. Sifat yang dimaksud adalah bahwa sumber daya
mineral merupakan “wasting assets” atau “non-renewable resource”, artinya bila
endapan bahan galian tersebut ditambang di suatu tempat, maka bahan galian
tersebut tidak akan dapat diperbaharui kembali, atau dengan kata lain industri
dasar tanpa daur. Oleh karena itu, di dalam mengusahakan industri pertambangan
selalu berhadapan dengan sesuatu yang sangat terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah
maupun utuh materialnya. Keterbatasan ini ditambah lagi dengan usaha
meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Jadi, di dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem
penambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknis maupun
ekonomis agar manfaatnya dapat maksimal. Eksplorasi sumberdaya alam secara
keseluruhan merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan pertambangan hingga
pada proses penambangan. Darikegiatan akan diperoleh informasi-informasi
geologi yang diperlukan dalam.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah studi literatur, yaitu
mengumpulkan beberapa literatur yang ada. Bahan tersebut kemudian dipelajari
dan dianalisa untuk mendapatkan pemahaman dari perumusan masalah dalam
tulisan ini. Sebahagian bahan tulisan sengaja dikutip langsung dari sumbernya dan
yang lain merupakan buah pemikiran dari penulis.

2. Dasar Teori

Metode Penaksiran Cadangan

Dalam melaksanakan metode perhitungan cadangan harus dipertimbangkan secara


ideal dan sederhana, cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan
keperluan. Metode perhitungan harus dipilih secara seksama dan rumusan yang
dipilih harus sederhana dan dapat mempermudah perhitungan cadangan sehingga
dapat menghasilkan tingkat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek.
Maka tingkat kebenaran per hitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan
kesempurnaan pengetahuan atas endapan.
Pemilihan metode perhitungan cadangan tergantung pada :
A. Keadaan Geologi dari Endapan Mineral
Topografi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang
B. Ketersediaan Data
Tidak adanya data lubang bor yang menunjukkan ketebalan endapan bijih
nikel sehingga data merupakan indikasi secara geologi saja.
C. Jenis Bahan Galian.
Bijih timah merupakan jenis bahan galian golongan A yang mempunyai
bentuk dan geometri yang sederhana, dan memiliki assosiasi dengan
mineral-mineral lainnya.
Secara umum endapan-endapan bahan galian dapat dikategorikan atas sederhana
atau kompleks tergantung daripada distribusi kadar dan bentuk geometrinya.
Kriteria yang digunakan dalam mengkategorikan endapan bahan galian ini
didasarkan atas pendekatan geologi. Untuk kategori kompleks dicirikan dengan
kadar pada batas endapan dan pada tubuh bijihnya sangat bervariasi serta bentuk
geometrinya yang kompleks, sedangkan untuk kategori sederhana dicirikan
dengan bentuk geometri yang sederhana dan kadar pada batas endapan maupun
pada badan bijih relatif homogen.
Dalam metode ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa metode hitungan
yaitu:
A. Metode Penampang (Cross Section)
1. Masih kerap dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari proyek.
2. Hasil penaksiran secara manual ini dapat dipakai sebagai alatpembanding
untuk mengecek hasil penaksiran yang lebih canggih menggunakan
komputer.
3. Hasil penaksiran secara manual ini tak dapat langsung digunakan dalam
perencanaan tambang dengan bantuan komputer.
B. Poligon
1. Penaksiran cadangan secara manual dengan metoda poligon daerah
pengaruh pada dasarnya tidak lagi dilakukan (sudah usang).
2. Sebaliknya, metode poligon menggunakan sampel terdekat untuk
penaksiran kadar blok dalam model (dimana setiap blok memperoleh
kadar dari komposit terdekat) masih umum dilakukan
C. Metoda Segitiga
1. Penaksiran kadar blok dengan cara ini tidak dilakukan lagi (sudah usang).
2. Metode ini penting dalam aplikasi pembuatan kontur dengan komputer
D. Metoda Seperjarak (Inverse Distance Method)
1. Suatu cara penaksiran dimana kadar suatu blok merupakan kombinasi
linier atau harga rata-rata terbobot (weighted average) dari komposit
lubang bor di sekitar blok tersebut. Komposit yang dekat memperoleh
bobot yang relatif lebih besar, sedangkan komposit yang jauh dari blok
bobotnya relatif lebih kecil.
2. Pilihan dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, ...) berpengaruh
terhadap taksiran. Semakin tinggi pangkat yang digunakan hasilnya akan
semakin mendekati metoda poligon komposit tersebut.
3. Sifat / kelakuan anisotropik dari cebakan mineral dapat diperhitungkan
(space warping).
4. Merupakan metode yang masih umum dipakai.
E. Metoda Geostatistik dan Kriging
1. Metode ini pun merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata terbobot
(weighet average) dari komposit lubang bor di sekitar blok untuk
menghitung kadar blok yang ditaksir.
2. Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak, melainkan
menggunakan korelasi statistik antar sampel (data komposit) yang juga
merupakan fungsi jarak. Karena itu, cara ini lebih canggih dan kelakuan
anisotropik dapat dengan mudah diperhitungkan.
3. Cara ini memungkinkan penafsiran data cebakan mineral atau cadangan
bijih secara probabilistik. Selain itu, ia memungkinkan pula interpretasi
statistik mengenai seperti bias, estimation variance, dan lain-lain.
4. Berbagai jenis penaksiran yang berdasarkan pada metode kriging dan
geostatistik dapat digunakan.
5. Merupakan metode yang paling umum dipakai dalam penaksiran kadar
blok dalam suatu model cadangan.
Perhitungan Cadangan
Diagram alir konstruksi model perhitungan sumberdaya endapan dapat dilihat
pada Gambar berikut ini :

Gambar Diagram alir konstruksi model perhitungan sumberdaya endapan

Perhitungan Volume Dengan Metode Penampang (Cross Section)

Perhitungan volume merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio.


Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan
ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan
identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara. Perhitungan luas daerah
tergantung dari metode perhitungan cadangan yang digunakan. Setelah luas
daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara
maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh
volume tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut.
Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda penampang
ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat
penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model endapan
pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui)
luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat
diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.
Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu)
penampang, 2 (dua) penampang, 3 (tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian
banyak penampang.
A. Dengan Menggunakan 1 (Satu) Penampang
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang
mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung
saja.

Volume = (A x d1) + (A x d2)

dimana : A = luas overburden


d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1
d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang
tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan penampang korelasi
lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk poligon dengan jarak
pengaruh penampang sesuai dengan daerah pengaruh titik bor (poligon)
tersebut.
B. Dengan Menggunakan 2 (Dua) Penampang
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di
antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi
(perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu
berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area & rumus kerucut
terpancung, tetapi jika perbedaannya terlalu besar maka digunakan rumus
obelisk.

Gambar 2.3 Metode penampang (Cross Section)


Rumus Mean Area:

V = 𝑳 (𝑺𝟏+𝒔𝟐) 𝟐

Dimana:
S1 : Luas penampang 1
S2 : Luas penampang 2
L : Jarak antar penampang
V : Volume Cadangan

Perhitungan Tonase

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor
tonase yang dimaksud adalah berat jenis (density). Besar nilai density untuk setiap
material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara
lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3. Nilai berat jenis (density) untuk
batubara sebesar 1,33 ton/m3. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan
berikut :

Tonase = Volume x Density

Stripping Ratio (SR)

Stripping Ratio atau nisbah pengupasan adalah perbandingan antara overburden


yang harus dikupas dengan tonase batubara.

𝑆𝑅 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑏𝑢𝑟𝑑𝑒𝑛
𝑡𝑜𝑛𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎

Dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai BESR
(Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan
diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah
sampai nilai BESR yang dicapai dalam perhitungan stripping ratio. Sebagai
contoh dapat dilihat dalam Gambar :

Gambar Batasan Penambangan Berdasarkan Nilai Stripping Ratio Dan BESR


3. Pembahasan

Perhitungan Cadangan Dengan Metode Cross Section

Karena batubara merupakan endapan dengan tingkat homogenitas yang tinggi,


maka untuk perhitungan cadangan dapat diterapkan metode konvensional (klasik)
dengan tingkat ketelitian yang cukup baik. Untuk tujuan praktis, metoda
penampang dapat diterapkan untuk perhitungan jumlah cadangan tertambang.
Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metode penampang
ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat
penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model endapan
pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui)
luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat
diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.
Dari peta topografi suatu wilayah IUP terdapat 3 outcrop yang terdiri dari 3 seam
batubara. Pada seam 1 dan seam 2 maing-masing terdapat 6 buah penampang
dengan interval masing-masing penampang 100 meter , sedangkan pada seam 3
terdapat 7 buah penampang dengan interval kontur 100 meter. Maka perhitungan
volume overburden dan batubara adalah sebagai berikut:

Gambar Tabel Perhitungan Volume Overburden & Batubara Pada Seam 1


Gambar Tabel Perhitungan Volume Overburden & Batubara Pada Seam 2

Gambar Tabel Perhitungan Volume Overburden & Batubara Pada Seam 3

Perhitungan Tonase

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu density.
Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang
digunakan untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3. Nilai
density untuk batubara sebesar 1,33 ton/m3. Berat (tonase) tanah penutup yang
akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan
mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing.

Gambar Tabel Perhitungan Tonase batubara

Stripping Ratio (SR)

Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volume (tonase) tanah


penutup yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pada areal
yang akan ditambang.

Gambar Tabel Perhitungan Stripping Ratio


4. Kesimpulan

Pada seam 1 untuk menambang satu ton batubara maka harus mengupas
overburden sebanyak 1,504 m3. Pada seam 2 untuk menambang satu ton batubara
maka harus mengupas overburden sebanyak 1,742 m3. Pada seam 3 untuk
menambang satu ton batubara maka harus mengupas overburden sebanyak 8,657
m3. Sedangkan dari nilai Stripping Ratio (SR) rata-rata (jumlah keseluruhan dari
seam 1 sampai seam 3) dapat disimpulkan bahwa untuk menambang satu ton
batubara harus mengupas overburden sebanyak 3,967 m3.

5. Daftar Pustaka
1. Nurhakim,”Tambang Terbuka”, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru, 2004.
2. Dr. Ir. Totok Darijanto, Modul Diklat, “Penaksiran Sumberdaya Mineral”,
2003
3. Anik Hilyah, “Makalah Perhitungan Cadangan dengan Invers Distance
Method”, Bidang Khusus Eksplorasi Sumber Daya Bumi, ITB, 2004
4. Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, “Geostatistik”, Kursus Eksplorasi
Batubara bagi Sarjana Baru dan Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan
Geologi dan Pertambangan, 1998
5. Sylvester, “Penaksiran Cadangan”, Universitas Palangka Raya, Palangka
Raya, 2014

Anda mungkin juga menyukai