KONSERVASI
TERUMBU KARANG
OLEH :
Ekosistem Karang
(Sumber :www.klcbs.net)
B. Kedalaman
Faktor kedalaman dan cahaya berperan penting untuk kelangsungan proses
fotosintesis zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun
karang hermatipik dapat hidup di perairan di kedalaman maksimal 50- 70 m dan
umumnya berkembang di kedalaman ≤25 m. Titik kompensasi untuk karang hermatipik
berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20%
dari intensitas di permukaan (Nybakken, 1982 dalam Rozirwan, 2015). Karang hidup
bersimbiosis dengan alga zooxanthellae, yang hidup di dalam jaringan karang sehingga
memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, karang sulit
tumbuh dan berkembang pada kedalaman dimana penetrasi cahaya sangat kurang,
biasanya pada kedalaman lebih dari 50 m.
C. Salinitas
Salinitas optimum untuk pertumbuhan karang adalah pada kisaran 32-35 ppt,
tetapi karang masih dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk
Persia yang salinitasnya mencapai 42 % (Nybakken, 1982 dalam Rozirwan, 2015).
Salinitas ideal bagi pertumbuhan adalah berkisar antara 30-36 ppt. Air tawar dengan
salinitas rendah dapat membunuh karang. Oleh karena itu karang tidak dijumpai di
sungai ataupun muara sungai yang memiliki salinitas yang rendah. Menteri Negara
Lingkungan Hidup (2004) menyatakan baku mutu untuk salinitas terumbu karang
adalah 33-34 ppt.
D. Sedimentasi
Butiran sedimen dapat menutupi polip karang, dan bila berlangsung lama bisa
menyebabkan kematian karang. Oleh karena itu, karang tidak dijumpai pada perairan
yang tingkat sedimentasinya tinggi (Giyanto et al., 2017). Connell and Hawker (1992)
dalam Barus SB (2013) menyatakan bahwa sedimentasi dapat mengganggu
pertumbuhan terumbu karang karena sedimentasi akan menghalangi cahaya yang
masuk. Minimnya ketersediaan cahaya yang dibutuhkan terumbu karang akan
mengganggu proses fotosintesis dari zooxanthellae. Sedimen yang menutupi polip
karang akan membuat polip karang tidak bisa menangkap plankton untuk proses
reproduksi.
E. Kualitas perairan
Perairan yang tercemar, baik yang diakibatkan karena limbah industri maupun
rumah tangga (domestik) akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan karang.
Perairan dapat saja menjadi keruh dan kotor karena limbah pencemar, ataupun penuh
dengan sampah. Bahan pencemar tentu saja akan berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan karang, sedangkan perairan yang keruh dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dasar perairan sehingga mengganggu proses fotosintesis pada zooxanthellae
yang hidup bersimbiosis dengan karang.
G.Substrat
Jenis substrat yang baik untuk ekosistem karang adalah substrat yang keras seperti
batu, cangkang moluska, potongan kayu, besi yang bersih dari lumpur karena digunakan
sebagai tepat penempelan planula dalam upaya membentuk koloni karang (Notji, 2007
dalam Rozirwan, 2015). Larva karang yang disebut planula memerlukan substrat yang
keras dan stabil untuk menempel hingga tumbuh menjadi karang dewasa. Substrat yang
labil, seperti pasir akan sulit bagi planula untuk menempel.
III. METODOLOGI
No Alat Kegunaan
1 Peralatan selam SCUBA Alat bantu pernapasan dalam air
2 GPS (Global Positioning System) Menentukan lokasi pengamatan
3 Roll meter 50 meter Mengukur panjang transek
4 Kamera Underwater Dokumentasi foto dan video
5 Transek Kuadrat (1x1 meter) Mengukur tutupan karang
6 Secchi disk Menentukan nilai kecerahan
7 Floating Drauge dan Kompas Menentukan arah dan kecepatan arus
bidik
8 Stopwatch Menghitung waktu
9 Patok/Pengait Mengaitkan roll meter dan tali
10 Termometer batang Mengukur nilai suhu air
11 Hand Refraktometer Mengukur salinitas air
12 DO Meter Mengukur DO air
13 pH meter/Lakmus Mengukur nilai pH air
14 Sabak Media tulis
15 Pensil Alat tulis
16 Foto data Transek Kuadrat Bahan pengolahan data karang keras
17 Buku identifikasi terumbu karang Mengidentifikasi terumbu karang
1 3 5
30 meter
0 meter
2 4
Garis pantai
dimana :
H’ = nilai indeks keanekaragaman
pi = ni/N
ni = jumlah individu tiap spesies
N = Jumlah seluruh spesies
C. Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman (E) merupakan angka yang menunjukan keseimbangan
komunitas terumbu karang dengan cara mengukur besarnya keserupaan dari total
individu antar jenis dalam komunitas.Peningkatan keseimbangan ekosistem dibarengi
dengan penyerataan penyebaran individu antar jenis. Rumus yang digunakan mengacu
kepada (Ludwig et a. 1988 dalam Estradivari et al. 2007)
Keterangan :
E = Indeks keseragaman
H′ = Indeks keragaman
H ′ max = Indeks keragaman maksimum = In S
S = Jumlah genus
D. Indeks Dominansi
Indeks Dominansi (C) merupakan angka yang menunjukan suatu ekosistem
dalam kondisi labil atau tertekan. Perthitunngan indeks dominansi menggunakan
persamaaan Shannon – Winner (Odum, 1996) dengan rumusan sebagai berikut :
C = ∑𝑆𝑖=1 pi2
Keterangan :
C = Indeks Dominasi Simpson
pi = ni/N = Komposisi organisme jenis ke-i