3363-Article Text-7028-1-10-20140708
3363-Article Text-7028-1-10-20140708
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme
Info Artikel
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
Sejarah Artikel:
Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) berbantuan LKPD
Diterima Juli 2013
terhadap kreativitas matematis siswa kelas VII pada materi segitiga. Populasi
Disetujui Juli 2013
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semarang tahun
Dipublikasikan Nov 2013
pelajaran 2012/2013. Pemilihan sampel dengan cara cluster random sampling,
diperoleh siswa VII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII H sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran CORE berbantuan
LKPD, sedangkan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional.
Keywords: Pengambilan data diperoleh dengan metode dokumentasi untuk mendapatkan
Effectiveness data awal berupa nilai ulangan tengah semester genap matematika dan metode
CORE tes untuk memperoleh kreativitas matematis siswa yang kemudian dianalisis
Worksheet dengan uji ketuntasan dan uji kesamaan dua rata-rata. Hasil penelitian adalah (1)
kreativitas matematis siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar, baik
ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal; dan (2) kreativitas matematis
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Peneliti menyarankan
bahwa model pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat digunakan sebagai
alternatif model pembelajaran untuk menumbuhkembangkan kreativitas
matematis siswa.
Abstra
Purpose of this research was to determine the effectiveness of Connecting,
Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) learning model assisted by
worksheet towards students’ mathematical creativity grade VII in triangles
material. Population in this research was students of grade VII of SMP Negeri 2
Semarang 2012/2013 academic year. The research samples were taken by using cluster
random sampling and found VII E as an experiment class and VII H as a control class.
The experiment class was taught by CORE learning model assisted by worksheet, while
the control class was taught by conventional learning. Data were obtained by
documentation method to get initial data in the form of mathematics midterm score
of even semester and test method to determine students’ mathematical creativity
which was analyzed by learning mastery test, individually and classically and
similarity test of two means. Results of this research were (1) students’ mathematical
creativity of the experiment class has reached learning mastery, individually and
classically, (2) students’ mathematical creativity of the experiment class was better than
the control class. Researcher suggests that CORE learning model assisted by worksheet
can be used as a learning model alternative to develop students’ mathematical creativity.
Pendahuluan
Menurut PISA (Programme for
International Student Assessment) 2009, Indonesia
menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara
terhadap hasil belajar matematika (Anonim,
2010). Hasil belajar matematika yang rendah (Badan Penelitian dan Pengembangan
dapat mencerminkan kurangnya minat dan Pendidikan, 2011 dan 2012)
motivasi siswa dalam belajar serta anggapan
bahwa matematika merupakan mata pelajaran Berdasarkan data di atas, kemampuan
yang sulit, kurang menarik, dan kurang penguasaan materi siswa mengalami penurunan
menyenangkan. Sementara pada kenyataannya, dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut.
matematika merupakan ilmu universal yang Hal ini disebabkan oleh lemahnya kemampuan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. siswa dalam menguasai suatu materi yang
dikarenakan oleh kurangnya keaktifan siswa
Hasil belajar siswa memiliki hubungan dalam belajar. Menyadari bahwa selama ini
dengan kreativitas yang dimilikinya. pembelajaran matematika masih terpusat pada
“Perkembangan kreativitas sangat erat dengan guru, sementara siswa hanya menjadi
perkembangan kognitif individu karena pendengar dalam proses pembelajaran tersebut.
kreativitas sesungguhnya merupakan Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
perwujudan dari pekerjaan otak. Otak bekerja menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
apabila terjadi proses berpikir, proses berpikir bermakna, dan menyenangkan serta perlu
merupakan bagian dari proses belajar” (Ali dan dukungan suatu media pembelajaran yang
Ansori, 2004). Jika kreativitas telah dimiliki mampu memfasilitasi kebutuhan siswa dalam
maka siswa akan mampu memecahkan masalah memahami, menggali, dan mengembangkan
yang dihadapi dalam belajar sehingga dapat ilmu yang sedang dipelajari.
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Kreativitas merupakan salah satu standar Menurut Calfee et al, sebagaimana
kelulusan siswa dalam mata pelajaran dikutip oleh Widiyanti (2012), “Model
matematika di SMP/MTs (Permendiknas pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,
Nomor 23 Tahun 2006). Kreativitas matematis Reflecting, dan Extending) adalah model diskusi
adalah kemampuan seseorang dalam yang dapat mempengaruhi perkembangan
mengembangkan ide-ide dan menyelesaikan pengetahuan dan berpikir reflektif yang
masalah matematika secara orisinil, fleksibel, memiliki empat tahap pengajaran yaitu
lancar, dan elaboratif. Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending.”
Sintaks model pembelajaran CORE meliputi:
Geometri merupakan salah satu topik “(C) koneksi informasi lama-baru dan antar
penting dalam matematika sekolah termasuk konsep, (O) organisasi ide untuk memahami
pada matematika SMP. Salah satu materi yang materi, (R) memikirkan kembali, mendalami,
merupakan bagian dari geometri yang termuat dan menggali, (E) mengembangkan,
dalam Standar Isi dan Standar Proses SMP memperluas, menggunakan, dan menemukan”
kelas VII adalah segitiga. Menurut data hasil (Suyatno, 2009). Menurut Harmsen,
UN SMP, persentase penguasaan materi luas sebagaimana dikutip oleh Azizah et al (2012),
dan keliling bangun datar adalah sebagai empat hal yang dibahas dalam pembelajaran
berikut. menggunakan model CORE yaitu: (1) diskusi
Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Luas menentukan koneksi untuk belajar; (2) diskusi
Daerah Bangun Datar membantu mengorganisasikan pengetahuan; (3)
diskusi yang baik dapat meningkatkan berpikir
reflektif; dan (4) diskusi membantu memperluas
pengetahuan siswa.
Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD) atau dalam kata lain adalah Lembar
Tabel 2. Persentase Penguasaan Materi Keliling Kegiatan Siswa (LKS) atau worksheet
Bangun Datar merupakan suatu media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mendukung proses
belajar. Menurut Muhsetyo, sebagaimana
35
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)
dikutip oleh Sugiarto (2010), “Siswa baik secara B, VII C, VII D, VII E, VII F, VII G, dan VII H.
individual maupun secara kelompok dapat Kedelapan kelas tersebut persebarannya sama
membangun sendiri pengetahuan mereka tanpa ada kelas unggulan. Oleh karena itu,
dengan berbagai sumber belajar. Guru lebih seluruh kelas memiliki kesempatan yang sama
berperan sebagai fasilitator, dan salah satu tugas untuk menjadi sampel dalam penelitian.
guru adalah menyediakan perangkat Pengambilan sampel dalam penelitian ini
pembelajaran (termasuk LKPD) yang sesuai ditentukan dengan teknik cluster random
dengan kebutuhan siswa.” sampling. Hal ini dilakukan setelah
Berdasarkan uraian di atas, maka memperhatikan ciri-ciri antara lain: (1) buku
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: sumber yang digunakan sama; (2) siswa
(1) apakah kreativitas matematis siswa pada mendapatkan materi berdasarkan kurikulum
materi segitiga dengan menggunakan model yang sama; (3) siswa yang menjadi subjek
pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat penelitian duduk pada tingkat yang sama; (4)
mencapai ketuntasan belajar; (2) apakah pembagian kelas tidak berdasarkan peringkat
kreativitas matematis siswa pada materi segitiga atau ranking.
dengan menggunakan model pembelajaran Penelitian ini menggunakan dua kelas
CORE berbantuan LKPD pada materi segitiga sampel yang diambil dari delapan kelas yang
dapat memberikan hasil lebih baik daripada ada, satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu
pembelajaran konvensional. kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) CORE berbantuan LKPD dan satu kelas lain
untuk mengetahui bahwa kreativitas matematis sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberi
siswa pada materi segitiga yang dikenai model perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat Pada penelitian ini, kelas eksperimen adalah
mencapai ketuntasan belajar; (2) untuk kelas VII E yang terdiri dari 26 siswa dan kelas
mengetahui bahwa kreativitas matematis siswa kontrol adalah kelas VII H yang terdiri dari dari
pada materi segitiga yang dikenai model 24 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini
pembelajaran CORE berbantuan LKPD lebih adalah model pembelajaran CORE berbantuan
baik daripada kreativitas matematis siswa yang LKPD dan pembelajaran konvensional dan
dikenai pembelajaran konvensional. variabel terikatnya adalah kreativitas matematis
siswa pada materi segitiga setelah mendapat
pembelajaran dengan menggunakan model
Metode Penelitian pembelajaran CORE berbantuan LKPD dan
Penelitian ini menggunakan desain true pembelajaran konvensional.
experimental dengan bentuk Posttest Only Control Metode pengumpulan data yang
Design. Desain penelitian yang dilaksanakan digunakan adalah metode dokumentasi dan tes.
adalah sebagai berikut. Metode dokumentasi dilakukan untuk
Tabel 3. Desain Penelitian memperoleh data awal siswa yang menjadi
sampel penelitian. Data tersebut berupa nama,
banyaknya siswa, dan data kemampuan awal
siswa yang menjadi sampel penelitian.
Sedangkan metode tes digunakan untuk
(Sugiyono, 2010: 112) memperoleh data tentang kreativitas matematis
Keterangan: siswa pada materi segitiga. Soal tes dalam
R : random penelitian ini berbentuk uraian. Tes diberikan
pada kedua kelas sampel dengan instrumen tes
X : pembelajaran dengan model pembelajaran
yang sama. Dalam penelitian ini digunakan soal
CORE berbantuan LKPD
tes berbentuk uraian yang sebelumnya telah
Y : pembelajaran dengan pembelajaran diujicobakan. Hasil tes tersebut digunakan
konvensional sebagai data akhir yang dianalisis untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah menguji kebenaran hipotesis penelitian dalam
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semarang membandingkan kreativitas matematis siswa
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang akibat dari perlakuan yang berbeda yang
terdiri dari delapan kelas, yaitu: kelas VII A, VII diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
36
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)
37
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)
pelajaran yang telah diperoleh sebelumnya Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian soal kuis
untuk dihubungkan dengan materi yang akan untuk melatih kemampuan individu siswa
dipelajari. Kemudian, siswa diminta dalam menyelesaiakan soal kreativitas
mengorganisasikan ide-ide untuk memahami matematis. Namun, pada pertemuan pertema
materi. Kegiatan selanjutnya adalah guru tidak sempat untuk menyampaikan
memikirkan kembali dan mendalami materi pembahasan soal kuis karena keterbatasan
melalui latihan-latihan sederhana untuk waktu. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
membiasakan siswa dengan permasalahan yang melakukan refleksi terhadap kegiatan
ada melalui diskusi kelompok. Kemudian, siswa pembelajaran yang telah berlangsung dan
diminta untuk mengembangkan, memperluas, memberi PR mengenai soal-soal yang
dan menggunakan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi yang telah
telah diperoleh dengan menyelesaikan kuis diajarkan.
individu untuk lebih mengasah kemampuan Pada pertemuan kedua, siswa sudah
siswa dalam aspek kreativitas matematis dan mampu menyesuaikan diri untuk dapat fokus
pemberian pekerjaan rumah sebagai sarana dalam diskusi kelompoknya masing-masing
latihan untuk lebih menguatkan pemahaman sehingga situasi pembelajaran menjadi lebih
siswa. kondusif. Siswa juga dapat bekerjasama dengan
Model pembelajaran CORE yang baik dan lebih bekerja keras untuk berlomba
diterapkan pada kelas eksperimen didukung dalam mendapatkan reward dari guru. Guru
dengan penggunaan LKPD sebagai media siswa juga memberikan soal kuis kepada siswa diikuti
untuk belajar mengkonstruk pengetahuannya dengan pembahasannya. Hampir semua
sendiri yang dikembangkan dari informasi- kegiatan yang tertuang dalam RPP dapat
informasi yang telah dipelajari sebelumnya. dilaksanakan di pertemuan kedua ini.
Oleh karena itu, pada penelitian ini diterapkan Pembelajaran di pertemuan pertama yang masih
model pembelajaran CORE berbantuan LKPD. mengalami kekurangan pada beberapa bagian,
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, berusaha diperbaiki oleh peneliti. Pembelajaran
guru berpedoman pada RPP yang telah disusun. dengan menggunakan model pembelajaran
Namun pada kenyataannya, peneliti sebagai CORE berbantuan LKPD pada kelas kelas
guru masih menemui beberapa kendala. Pada eksperimen telah dikelola dengan baik sesuai
pertemua pertama, kegiatan diskusi kelompok yang termuat dalam RPP.
kurang bisa berjalan dengan lancar. Siswa Pembelajaran konvensional yang
belum dapat sepenuhnya berkonsentrasi pada dimaksud dalam penelitian ini adalah
kelompoknya masing-masing. Beberapa siswa penerapan model pembelajaran ekspositori
masih suka berjalan-jalan ke kelompok lain dalam proses pembelajaran yang dipilih untuk
sehingga siswa tidak dapat fokus dalam diterapkan pada kelas kontrol. Hal ini
menyelesaiakan permasalahan dikelompoknya dikarenakan model pembelajaran ini yang
dan mengganggu kelompok lain. Dalam hal ini, sering digunakan oleh guru dalam
guru berkewajiban untuk mengingatkan dan menyampaikan materi segitiga termasuk pada
membimbing siswa tersebut. Siswa diminta submateri keliling dan luas segitiga. Siswa
untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada dalam menyelesaikan suatu permasalahan
di LKPD dan LTPD melalaui diskusi dilakukan secara individu. Namun jika merasa
kelompok. Kelompok yang dapat menjawab menemui kesulitan, siswa akan berdiskusi
dengan benar dan mempresentasikan hasilnya dengan temannya atau mendapat bantuan dan
di depan kelas akan mendapatkan reward. bimbingan dari guru.
Pemberian reward dilakukan untuk memicu
Peneliti juga mengelola proses
siswa agar lebih bersemangat dan bekerja keras
pembelajaran dengan menerapkan langkah-
dalam menyelesaiakan soal-soal. Ketika salah
langkah sesuai dengan RPP yang telah disusun.
satu kelompok mempresentasikan hasil
Pada pertemuan pertama, kondisi kelas kurang
diskusinya maka kelompok lain diminta untuk
kondusif, siswa masih sibuk dengan kegiatannya
memperhatikan dan mengoreksi jawaban
masing-masing seperti mengobrol dengan
kelompoknya sendiri apakah masih terdapat
temannya atau melakukan kegiatan lain yang
kesalahan atau tidak. Kemudian guru
tidak berhubungan dengan pelajaran sehingga
memberikan contoh soal yang dibahas bersama
mengganggu konsentrasinya dalam belajar.
siswa dengan menggunakan media Prezi.
38
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)
39