Anda di halaman 1dari 6

UJME 2 (3) (2013)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CORE BERBANTUAN LKPD


TERHADAP KREATIVITAS MATEMATIS SISWA

Nurmalia Beladina , Amin Suyitno, Kusni

Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Gedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
Sejarah Artikel:
Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) berbantuan LKPD
Diterima Juli 2013
terhadap kreativitas matematis siswa kelas VII pada materi segitiga. Populasi
Disetujui Juli 2013
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semarang tahun
Dipublikasikan Nov 2013
pelajaran 2012/2013. Pemilihan sampel dengan cara cluster random sampling,
diperoleh siswa VII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII H sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran CORE berbantuan
LKPD, sedangkan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional.
Keywords: Pengambilan data diperoleh dengan metode dokumentasi untuk mendapatkan
Effectiveness data awal berupa nilai ulangan tengah semester genap matematika dan metode
CORE tes untuk memperoleh kreativitas matematis siswa yang kemudian dianalisis
Worksheet dengan uji ketuntasan dan uji kesamaan dua rata-rata. Hasil penelitian adalah (1)
kreativitas matematis siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar, baik
ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal; dan (2) kreativitas matematis
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Peneliti menyarankan
bahwa model pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat digunakan sebagai
alternatif model pembelajaran untuk menumbuhkembangkan kreativitas
matematis siswa.

Abstra
Purpose of this research was to determine the effectiveness of Connecting,
Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) learning model assisted by
worksheet towards students’ mathematical creativity grade VII in triangles
material. Population in this research was students of grade VII of SMP Negeri 2
Semarang 2012/2013 academic year. The research samples were taken by using cluster
random sampling and found VII E as an experiment class and VII H as a control class.
The experiment class was taught by CORE learning model assisted by worksheet, while
the control class was taught by conventional learning. Data were obtained by
documentation method to get initial data in the form of mathematics midterm score
of even semester and test method to determine students’ mathematical creativity
which was analyzed by learning mastery test, individually and classically and
similarity test of two means. Results of this research were (1) students’ mathematical
creativity of the experiment class has reached learning mastery, individually and
classically, (2) students’ mathematical creativity of the experiment class was better than
the control class. Researcher suggests that CORE learning model assisted by worksheet
can be used as a learning model alternative to develop students’ mathematical creativity.

 Alamat korespondensi: © 2013 Universitas Negeri Semarang


E-mail: beladina27@gmail.com
ISSN 2252-6927
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)

Pendahuluan
Menurut PISA (Programme for
International Student Assessment) 2009, Indonesia
menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara
terhadap hasil belajar matematika (Anonim,
2010). Hasil belajar matematika yang rendah (Badan Penelitian dan Pengembangan
dapat mencerminkan kurangnya minat dan Pendidikan, 2011 dan 2012)
motivasi siswa dalam belajar serta anggapan
bahwa matematika merupakan mata pelajaran Berdasarkan data di atas, kemampuan
yang sulit, kurang menarik, dan kurang penguasaan materi siswa mengalami penurunan
menyenangkan. Sementara pada kenyataannya, dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut.
matematika merupakan ilmu universal yang Hal ini disebabkan oleh lemahnya kemampuan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. siswa dalam menguasai suatu materi yang
dikarenakan oleh kurangnya keaktifan siswa
Hasil belajar siswa memiliki hubungan dalam belajar. Menyadari bahwa selama ini
dengan kreativitas yang dimilikinya. pembelajaran matematika masih terpusat pada
“Perkembangan kreativitas sangat erat dengan guru, sementara siswa hanya menjadi
perkembangan kognitif individu karena pendengar dalam proses pembelajaran tersebut.
kreativitas sesungguhnya merupakan Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
perwujudan dari pekerjaan otak. Otak bekerja menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
apabila terjadi proses berpikir, proses berpikir bermakna, dan menyenangkan serta perlu
merupakan bagian dari proses belajar” (Ali dan dukungan suatu media pembelajaran yang
Ansori, 2004). Jika kreativitas telah dimiliki mampu memfasilitasi kebutuhan siswa dalam
maka siswa akan mampu memecahkan masalah memahami, menggali, dan mengembangkan
yang dihadapi dalam belajar sehingga dapat ilmu yang sedang dipelajari.
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Kreativitas merupakan salah satu standar Menurut Calfee et al, sebagaimana
kelulusan siswa dalam mata pelajaran dikutip oleh Widiyanti (2012), “Model
matematika di SMP/MTs (Permendiknas pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,
Nomor 23 Tahun 2006). Kreativitas matematis Reflecting, dan Extending) adalah model diskusi
adalah kemampuan seseorang dalam yang dapat mempengaruhi perkembangan
mengembangkan ide-ide dan menyelesaikan pengetahuan dan berpikir reflektif yang
masalah matematika secara orisinil, fleksibel, memiliki empat tahap pengajaran yaitu
lancar, dan elaboratif. Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending.”
Sintaks model pembelajaran CORE meliputi:
Geometri merupakan salah satu topik “(C) koneksi informasi lama-baru dan antar
penting dalam matematika sekolah termasuk konsep, (O) organisasi ide untuk memahami
pada matematika SMP. Salah satu materi yang materi, (R) memikirkan kembali, mendalami,
merupakan bagian dari geometri yang termuat dan menggali, (E) mengembangkan,
dalam Standar Isi dan Standar Proses SMP memperluas, menggunakan, dan menemukan”
kelas VII adalah segitiga. Menurut data hasil (Suyatno, 2009). Menurut Harmsen,
UN SMP, persentase penguasaan materi luas sebagaimana dikutip oleh Azizah et al (2012),
dan keliling bangun datar adalah sebagai empat hal yang dibahas dalam pembelajaran
berikut. menggunakan model CORE yaitu: (1) diskusi
Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Luas menentukan koneksi untuk belajar; (2) diskusi
Daerah Bangun Datar membantu mengorganisasikan pengetahuan; (3)
diskusi yang baik dapat meningkatkan berpikir
reflektif; dan (4) diskusi membantu memperluas
pengetahuan siswa.
Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD) atau dalam kata lain adalah Lembar
Tabel 2. Persentase Penguasaan Materi Keliling Kegiatan Siswa (LKS) atau worksheet
Bangun Datar merupakan suatu media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mendukung proses
belajar. Menurut Muhsetyo, sebagaimana

35
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)
dikutip oleh Sugiarto (2010), “Siswa baik secara B, VII C, VII D, VII E, VII F, VII G, dan VII H.
individual maupun secara kelompok dapat Kedelapan kelas tersebut persebarannya sama
membangun sendiri pengetahuan mereka tanpa ada kelas unggulan. Oleh karena itu,
dengan berbagai sumber belajar. Guru lebih seluruh kelas memiliki kesempatan yang sama
berperan sebagai fasilitator, dan salah satu tugas untuk menjadi sampel dalam penelitian.
guru adalah menyediakan perangkat Pengambilan sampel dalam penelitian ini
pembelajaran (termasuk LKPD) yang sesuai ditentukan dengan teknik cluster random
dengan kebutuhan siswa.” sampling. Hal ini dilakukan setelah
Berdasarkan uraian di atas, maka memperhatikan ciri-ciri antara lain: (1) buku
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: sumber yang digunakan sama; (2) siswa
(1) apakah kreativitas matematis siswa pada mendapatkan materi berdasarkan kurikulum
materi segitiga dengan menggunakan model yang sama; (3) siswa yang menjadi subjek
pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat penelitian duduk pada tingkat yang sama; (4)
mencapai ketuntasan belajar; (2) apakah pembagian kelas tidak berdasarkan peringkat
kreativitas matematis siswa pada materi segitiga atau ranking.
dengan menggunakan model pembelajaran Penelitian ini menggunakan dua kelas
CORE berbantuan LKPD pada materi segitiga sampel yang diambil dari delapan kelas yang
dapat memberikan hasil lebih baik daripada ada, satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu
pembelajaran konvensional. kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) CORE berbantuan LKPD dan satu kelas lain
untuk mengetahui bahwa kreativitas matematis sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberi
siswa pada materi segitiga yang dikenai model perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat Pada penelitian ini, kelas eksperimen adalah
mencapai ketuntasan belajar; (2) untuk kelas VII E yang terdiri dari 26 siswa dan kelas
mengetahui bahwa kreativitas matematis siswa kontrol adalah kelas VII H yang terdiri dari dari
pada materi segitiga yang dikenai model 24 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini
pembelajaran CORE berbantuan LKPD lebih adalah model pembelajaran CORE berbantuan
baik daripada kreativitas matematis siswa yang LKPD dan pembelajaran konvensional dan
dikenai pembelajaran konvensional. variabel terikatnya adalah kreativitas matematis
siswa pada materi segitiga setelah mendapat
pembelajaran dengan menggunakan model
Metode Penelitian pembelajaran CORE berbantuan LKPD dan
Penelitian ini menggunakan desain true pembelajaran konvensional.
experimental dengan bentuk Posttest Only Control Metode pengumpulan data yang
Design. Desain penelitian yang dilaksanakan digunakan adalah metode dokumentasi dan tes.
adalah sebagai berikut. Metode dokumentasi dilakukan untuk
Tabel 3. Desain Penelitian memperoleh data awal siswa yang menjadi
sampel penelitian. Data tersebut berupa nama,
banyaknya siswa, dan data kemampuan awal
siswa yang menjadi sampel penelitian.
Sedangkan metode tes digunakan untuk
(Sugiyono, 2010: 112) memperoleh data tentang kreativitas matematis
Keterangan: siswa pada materi segitiga. Soal tes dalam
R : random penelitian ini berbentuk uraian. Tes diberikan
pada kedua kelas sampel dengan instrumen tes
X : pembelajaran dengan model pembelajaran
yang sama. Dalam penelitian ini digunakan soal
CORE berbantuan LKPD
tes berbentuk uraian yang sebelumnya telah
Y : pembelajaran dengan pembelajaran diujicobakan. Hasil tes tersebut digunakan
konvensional sebagai data akhir yang dianalisis untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah menguji kebenaran hipotesis penelitian dalam
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semarang membandingkan kreativitas matematis siswa
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang akibat dari perlakuan yang berbeda yang
terdiri dari delapan kelas, yaitu: kelas VII A, VII diberikan pada kelas eksperimen dan kelas

36
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)

kontrol. kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan


uji t satu pihak (kanan). Berdasarkan analisis uji
kesamaan dua rata-rata data akhir, diperoleh
Hasil dan Pembahasan
thitung = 2,25 dan t_(1- )(n1+n2-2) = 2,01 dengan
Berdasarkan hasil analisis data awal dk = 26 + 24 – 2 = 48 dan taraf signifikansi 5%.
diperoleh data yang menunjukkan bahwa Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak, yang
sampel penelitian berdistribusi normal, berarti rata-rata kreativitas matematis siswa
mempunyai varians yang homogen, dan tidak pada materi segitiga dengan model
ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pembelajaran CORE berbantuan LKPD lebih
data awal kedua kelas sampel penelitian. Hal ini baik daripada rata-rata kreativitas matematis
berarti sampel berasal dari kondisi yang sama. siswa dengan pembelajaran konvesional.
Berdasarkan hasil uji ketuntasan belajar, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kelas eksperimen dapat mencapai ketuntasan penerapan model pembelajaran CORE
belajar berdasarkan KKM yang ditetapkan di berbantuan LKPD lebih baik daripada
SMP N 2 Semarang. KKM individual yang penerapan pembelajaran konvensional terhadap
ditetapkan untuk mata pelajaran matematika kreativitas matematis siswa pada materi
adalah 80. Berdasarkan analisis uji rata-rata segitiga.
data akhir kelas sampel diperoleh thitung = 2,43 Kreativitas matematis siswa pada kelas
dan t_(1- )(n-1) = 2,06 dengan dk = 26 – 1 = 25 eksperimen yang menerapkan model
dan taraf signifikansi 5%. Karena thitung > ttabel pembelajaran CORE berbantuan LKPD lebih
maka Ho ditolak, yang berarti nilai tes baik daripada kreativitas matematis siswa pada
kreativitas matematis siswa dengan model kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran
pembelajaran CORE berbantuan LKPD pada konvensional. Hal ini dikarenakan
materi segitiga mencapai ketuntasan belajar pembelajaran yang menerapkan model
secara individual. KKM klasikal dapat pembelajaran CORE berbantuan LKPD dapat
dinyatakan tercapai jika persentase siswa yang membuat siswa lebih aktif belajar untuk
tuntas mencapai 85%. Berdasarkan analisis uji mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan
proporsi data akhir, diperoleh zhitung = 0,563 dan cara berdiskusi dalam kelompoknya masing-
z_(0,5- ) = 1,64 dengan taraf signifikansi 5%. masing melalui kegiatan connecting, organizing,
Karena zhitung < ztabel maka Ho diterima, yang reflecting, dan extending. Penggunaan media
berarti persentase ketuntasan siswa pada materi pembelajaran berupa LKPD dapat membuat
segitiga dengan model pembelajaran CORE siswa belajar untuk mengkoneksikan informasi
berbantuan LKPD tidak mencapai 85% atau lama dan informasi baru serta mampu
pembelajaran ini tidak mencapai KKM klasikal mengorganisasikan ide-ide dalam memahami
secara statistik. Namun berdasarkan materi. Sementara pada pembelajaran
penghitungan, diperoleh persentase siswa yang konvensional, siswa hanya menerima materi
mencapai KKM individu sebesar 88,5%. Hal ini yang diberikan oleh guru secara pasif.
berarti pembelajaran dengan model Pembelajaran pada kedua kelas sampel
pembelajaran CORE berbantuan LKPD penelitian menggunakan prezi sebagai media
mencapai KKM klasikal. Karena pembelajaran bagi guru dalam memberikan informasi-
dengan model pembelajaran CORE berbantuan informasi yang mendukung selama proses
LKPD mencapai KKM individual dan klasikal pembelajaran sehingga dapat membuat siswa
maka pembelajaran ini memenuhi kriteria lebih tertarik dalam menerima materi yang
ketuntasan belajar. diajarkan.
Setelah mendapatkan perlakuan yang Penerapan model pembelajaran
berbeda yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa dalam
CORE berbantuan LKPD pada kelas bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompok
eksperimen dan penerapan pembelajaran serta mampu menyelesaiakan suatu
konvensional pada kelas kontrol, terlihat bahwa permasalahan dengan tujuan bersama. Model
terdapat perbedaan kreativitas matematis siswa pembelajaran CORE terdiri atas empat
pada kedua kelas sampel tersebut. Berdasarkan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan
uji normalitas dan uji homogenitas data akhir, satu sama lain yaitu connecting, organizing,
diperoleh data berdistribusi normal dan reflecting, and extending. Pada awal pembelajaran,
homogen sehingga analisis data dilanjutkan uji siswa diajak untuk mengingat kembali materi

37
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)

pelajaran yang telah diperoleh sebelumnya Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian soal kuis
untuk dihubungkan dengan materi yang akan untuk melatih kemampuan individu siswa
dipelajari. Kemudian, siswa diminta dalam menyelesaiakan soal kreativitas
mengorganisasikan ide-ide untuk memahami matematis. Namun, pada pertemuan pertema
materi. Kegiatan selanjutnya adalah guru tidak sempat untuk menyampaikan
memikirkan kembali dan mendalami materi pembahasan soal kuis karena keterbatasan
melalui latihan-latihan sederhana untuk waktu. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
membiasakan siswa dengan permasalahan yang melakukan refleksi terhadap kegiatan
ada melalui diskusi kelompok. Kemudian, siswa pembelajaran yang telah berlangsung dan
diminta untuk mengembangkan, memperluas, memberi PR mengenai soal-soal yang
dan menggunakan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi yang telah
telah diperoleh dengan menyelesaikan kuis diajarkan.
individu untuk lebih mengasah kemampuan Pada pertemuan kedua, siswa sudah
siswa dalam aspek kreativitas matematis dan mampu menyesuaikan diri untuk dapat fokus
pemberian pekerjaan rumah sebagai sarana dalam diskusi kelompoknya masing-masing
latihan untuk lebih menguatkan pemahaman sehingga situasi pembelajaran menjadi lebih
siswa. kondusif. Siswa juga dapat bekerjasama dengan
Model pembelajaran CORE yang baik dan lebih bekerja keras untuk berlomba
diterapkan pada kelas eksperimen didukung dalam mendapatkan reward dari guru. Guru
dengan penggunaan LKPD sebagai media siswa juga memberikan soal kuis kepada siswa diikuti
untuk belajar mengkonstruk pengetahuannya dengan pembahasannya. Hampir semua
sendiri yang dikembangkan dari informasi- kegiatan yang tertuang dalam RPP dapat
informasi yang telah dipelajari sebelumnya. dilaksanakan di pertemuan kedua ini.
Oleh karena itu, pada penelitian ini diterapkan Pembelajaran di pertemuan pertama yang masih
model pembelajaran CORE berbantuan LKPD. mengalami kekurangan pada beberapa bagian,
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, berusaha diperbaiki oleh peneliti. Pembelajaran
guru berpedoman pada RPP yang telah disusun. dengan menggunakan model pembelajaran
Namun pada kenyataannya, peneliti sebagai CORE berbantuan LKPD pada kelas kelas
guru masih menemui beberapa kendala. Pada eksperimen telah dikelola dengan baik sesuai
pertemua pertama, kegiatan diskusi kelompok yang termuat dalam RPP.
kurang bisa berjalan dengan lancar. Siswa Pembelajaran konvensional yang
belum dapat sepenuhnya berkonsentrasi pada dimaksud dalam penelitian ini adalah
kelompoknya masing-masing. Beberapa siswa penerapan model pembelajaran ekspositori
masih suka berjalan-jalan ke kelompok lain dalam proses pembelajaran yang dipilih untuk
sehingga siswa tidak dapat fokus dalam diterapkan pada kelas kontrol. Hal ini
menyelesaiakan permasalahan dikelompoknya dikarenakan model pembelajaran ini yang
dan mengganggu kelompok lain. Dalam hal ini, sering digunakan oleh guru dalam
guru berkewajiban untuk mengingatkan dan menyampaikan materi segitiga termasuk pada
membimbing siswa tersebut. Siswa diminta submateri keliling dan luas segitiga. Siswa
untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada dalam menyelesaikan suatu permasalahan
di LKPD dan LTPD melalaui diskusi dilakukan secara individu. Namun jika merasa
kelompok. Kelompok yang dapat menjawab menemui kesulitan, siswa akan berdiskusi
dengan benar dan mempresentasikan hasilnya dengan temannya atau mendapat bantuan dan
di depan kelas akan mendapatkan reward. bimbingan dari guru.
Pemberian reward dilakukan untuk memicu
Peneliti juga mengelola proses
siswa agar lebih bersemangat dan bekerja keras
pembelajaran dengan menerapkan langkah-
dalam menyelesaiakan soal-soal. Ketika salah
langkah sesuai dengan RPP yang telah disusun.
satu kelompok mempresentasikan hasil
Pada pertemuan pertama, kondisi kelas kurang
diskusinya maka kelompok lain diminta untuk
kondusif, siswa masih sibuk dengan kegiatannya
memperhatikan dan mengoreksi jawaban
masing-masing seperti mengobrol dengan
kelompoknya sendiri apakah masih terdapat
temannya atau melakukan kegiatan lain yang
kesalahan atau tidak. Kemudian guru
tidak berhubungan dengan pelajaran sehingga
memberikan contoh soal yang dibahas bersama
mengganggu konsentrasinya dalam belajar.
siswa dengan menggunakan media Prezi.

38
N Beladina et al / Unnes Journal of Mathematics Education 2 (3) (2013)

Siswa hanya pasif menerima informasi dari dengan menggunakan pembelajaran


penjelasan guru yang menyebabkan kurangnya konvensional.
kreativitas siswa dalam mempelajari materi dan
menerapkannya dalam menyelesaikan suatu Ucapan Terimakasih
masalah. Penyelesaiaan permasalahan yang Ucapan terima kasih disampaikan
diberikan guru dilakukan secara individu kepada Drs. Amin Suyitno, M.Pd selaku dosen
sehingga siswa yang merasa kesulitan dan malu pembimbing utama dan Dra. Kusni, M.Si
bertanya tidak akan mampu memahami selaku dosen pembimbing pendamping, segenap
keluarga besar SMP Negeri 2 Semarang, Ayah
pelajaran tersebut dengan baik. Beberapa siswa dan Ibu serta adik, dan teman-teman
tidak berusaha untuk mengerjakan Pendidikan Matematika angkatan 2009.
permasalahan yang diberikan dan hanya
menunggu pembahasan dari guru atau teman
lain. Diakhir pembelajaran, guru memberikan Daftar Pustaka
Ali dan Ansori. 2004. Kreativitas, Kebudayaan dan
soal kuis dan membahasnya bersama dengan Pengembangan Iptek. Bandung: Alfabeta
siswa, melakukan refleksi terhadap Anonim. 2010. Rangking Indonesia pada PISA 2009 dan
pembelajaran yang berlangsung, serta memberi 10 Terbaik. Diunduh di
PR yang berisi soal-soal yang berhubungan http://pisaindonesia.wordpress.com/2010/
dengan materi yang telah diajarkan. 12/17/rangking-indonesia-pada-pisa-2009-
dan-10-terbaik/ tanggal 27 Desember 2012
Pada pertemuan kedua, peneliti
Azizah, L., S. Mariani, dan Rochmad. 2012.
berusaha melakukan perbaikan dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model
pengelolaan pembelajaran konvensional. Guru CORE Bernuansa Konstruktivistik untuk
harus memberi pengawasan dan bimbingan Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis.
kepada siswa untuk memastikan bahwa setiap Unnes Journal of Mathematics Education
siswa dapat memahami materi pelajaran Research (UJMER). 1(2): 101-105
dengan baik. Pada awal pelajaran, guru Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.
menginformasikan kepada siswa agar lebih 2011. Panduan Pemanfaatan Hasil Ujian
Nasional untuk Perbaikan Mutu Pendidikan.
fokus dan aktif dalam pembelajaran serta Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
mengumumkan bahwa akan memberikan poin
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.
kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan 2012. Panduan Pemanfaatan Hasil Ujian
dengan benar sehingga siswa menjadi lebih Nasional untuk Perbaikan Mutu Pendidikan.
termotivasi dalam belajar. Pembelajaran dengan Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
menggunakan pembelajaran konvensional pada Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor
kelas kelas kontrol telah dikelola dengan baik 23 Tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan
sesuai yang termuat dalam RPP. untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional
Sugiarto. 2010. Bahan Ajar Workshop Pendidikan
Simpulan Matematika 2. Semarang: Pendidikan
Matematika FMIPA Unnes
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
disimpulkan bahwa model pembelajaran CORE Bandung: Alfabeta
berbantuan LKPD efektif terhadap kreativitas
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.
matematis siswa pada materi segitiga Jakarta: Masmedia Buana Pustaka
berdasarkan beberapa hal berikut. 1) Kreativitas Widiyanti, N. M. N. 2012. Penerapan Model CORE
matematis siswa pada materi segitiga dengan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
menggunakan model pembelajaran CORE TIK Siswa Kelas VIII B di SMP Negeri 1
berbantuan LKPD dapat mencapai ketuntasan Sukasada Tahun Ajaran 2011/2012.
belajar. 2) Kreativitas matematis siswa pada KARMAPATI. 1(4): 586-597. Diunduh di
http://www.pti-
materi segitiga dengan menggunakan model undiksha.com/karmapati/vol1no4/15.pdf
pembelajaran CORE berbantuan LKPD lebih tanggal 14 Desember 2012
baik daripada kreativitas matematis siswa

39

Anda mungkin juga menyukai