Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Cairan amnion diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin . Cairan

ini berguna sebagai bantalan agar janin terhindar dari trauma fisik. Selain itu

memungkinkan cairan amnion berguna untuk pertumbuhan paru janin dan penghalang

terhadap infeksi. Volume air ketuban yang normal bervariasi. Volume rata-rata

meningkat dengan usia kehamilan, memuncak pada 800-1000 mL, yang bertepatan

dengan usia kehamilan 36-37 minggu. Volume yang tidak memadai dari cairan ketuban,

oligohidramnion, akan berakibat buruk pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan

kematian janin.

Insidensi oligohidramnion 5-8% dari seluruh kehamilan. Diagnosis

oligohidramnion dapat dicurigai jika tinggi fundus uteri secara signifikan kurang dari

taksiran usia kehamilan. Dari ultrasonografi dapat diketahui total volume cairan amnion

<300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion

Fluid Index)<5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.

Penyebab oligohidramnion ini bisa karena peningkatan absorpsi/kehilangan

cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion

(seperti pada : kelainan ginjal kongenital, penggunaan ACE inhibitor, obstruksi uretra,

insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs). Manajemen oligohidramnion

antepartum pilihannya sangat terbatas. Pertimbangan untung terminasi kehamilan

tergantung dari usia kehamilan, etiologi, dan keadaan janin.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari

normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan

oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion

Fluid Index) 5 cm atau kurang.5

Sedangkan menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion

bila pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion <300

mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm

pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.2

Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada usia

kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan ketuban ini bisa terlalu

rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan oligohidramnion dan jika

terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi

beberapa komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa

membahayakan ibu hamil dan bayinya.

Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya

memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan

amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan

bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin

dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai

kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam

memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan

2
amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada

penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam

antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi terdapat gangguan pada ginjal janin,

seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion. Normal volume cairan

amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada

pertengahangestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm

jumlahcairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.

Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1

liter, pada multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak – banyaknya yang masih

dalam batas normal adalah 2 liter. Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-

rata 239 ml. Lalu meningkat jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun

jadi 836 ml saat janin siap lahir.

Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka

tingkat cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cairan ketuban pada umumnya

akan berkurang setelah mencapai usia kehamilan 42 minggu. Oligohidramnion adalah

suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc, atau

juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511

kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih.

Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu

sedikit. Untuk bisa mengukur jumlah cairan melalui beberapa metode, yang paling

sering adalah melalui indeks cairan ketuban. Jika volume cairan kurang dari 500 ml

pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion.

Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat

trimester ketiga. Fungsi air ketuban :

a. Media janin untuk tumbuh dan berkembang normal dapat bergerak bebas

b. Melindungi janin dari trauma

c. Menjaga stabilitas suhu tubuh janin

3
d. Berperan dalam proses pembesaran rongga ketuban dan rahim

e. Berperan dalam proses pembukaan leher rahim pada waktu persalinan.

2.2 Anatomi Amnion

Amnion adalah selaput tipis fetus yang mulai dibentuk pada hari ke-8

setelah konsepsi sebagai kantong kecil yang membungkus permukaan dorsal

dari embryonic disc. Secara gradual amnion akan mengelilingi embryo dan

kemudian cairan amnion akan mengisi rongga amnion tersebut (Gambar 1).2

Gambar 1 Embriologi Rongga Amnion

Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat.

Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel

kuboid yang asalnya dari ektoderm (Gambar 2). Jaringan ini berhubungan

dengan lapisan interstisial yang mengandung kolagen I, III, dan IV. Bagian

terluar dari selaput adalah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm yang

berhubungan dengan korion leave (Gambar 3) .3

4
Gambar 2 Epitel Amnion

Gambar 3 Anatomi Amnion

Cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,0085.3 Cairan

amnion biasanya mengandung sedikit partikel padat yang berasal dari kulit fetus

(rambut lanugo, sel epitel, sebasea) dan epitel amnion. Warnanya bisa berubah

menjadi hijau atau coklat jika terkena mekonium. Volume cairan amnion pada

kehamilan aterm rata-rata sekitar 800 mL, dengan kisaran dari 400-1500 mL

pada kasus normal. Pada usia kehamilan 10 minggu volume rata-rata ialah 30

mL, 20 minggu sekitar 300 mL, dan pada 30 minggu sekitar 600 mL. Dengan

5
demikian peningkatannya per minggu yakni sekitar 30 mL, tetapi ini akan

menurun ketika mendekati aterm (Gambar 4). Adapun kandungan penting yang

terdapat pada cairan amnion ketika mendekati aterm : natrium 130mmol/l, urea

3-4 mmol/l, protein 3g/l, lesitin 30-100mg/l, alpha-fetoprotein 0,5-5mg/l, dan

hormon serta enzim yang bersifat bakteriostatik.5

Gambar 4 Volume Amnion

Cairan amnion berasal dari maternal dan fetus. Pada awal kehamilan

sekresi utama cairan amnion berasal dari amnion yang kemudian terjadi difusi di

kulit fetus. Pada kehamilan 20 minggu, kulit fetus kehilangan permeabilitasnya

dan sejak saat ini cairan amnion dihasilkan dari ginjal fetus (Gambar 5). Pada

kasus agenesis ginjal terjadilah oligohidramnion.5

Cairan amnion memiliki fungsi penting untuk meringankan dampak

trauma eksternal pada fetus, melindungi tali pusat dari kompresi, memudahkan

pergerakan fetus sehingga membantu perkembangan sistem muskuloskeletal

fetus, untuk perkembangan paru-paru, lubrikasi kulit fetus, mencegah maternal

korioamnionitis dan infeksi fetus dengan adanya bakteriostatik, dan mengontrol

suhu fetus.2

6
Gambar 5 Pengaturan Cairan Amnion

2.3 Etiologi Oligohidramnion

Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.

Namun, oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan

cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan

amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi

uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs). Sejumlah faktor

predisposisi telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik , dan

beberapa tercantum dalam Tabel 2.1. 2

Beberapa keadaan yang berhubungan dengan oligohidramnion,

antaranya: 5

a. Pada janin : kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian,

kehamilan postterm.

b. Pada placenta : solusio plasenta.

c. Pada ibu : hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan

d. Pengaruh obat : NSAIDs, ACE inhibitor.

7
Tabel 2.1 Keadaan yang berkaitan dengan Oligohidramnion4

2.4 Patofisiologi Oligohidramniom

Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari

oligohidramnion. Namun, karena cairan ketuban terutama adalah urine janin di

paruh kedua kehamilan, tidak adanya produksi urin janin atau penyumbatan

pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang

menelan cairan amnion, yang terjadi secara fisiologis, juga mengurangi jumlah

cairan.1

Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan

kekuatan selaput. Pada perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada

ketahanan selaput hingga pecah. Pada kehamilan normal hanya ada sedikit

makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke dalam cairan amnion

sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-1B,

tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan dengan

terjadinya infeksi.3

8
Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin

yng berlangsung kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu

dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin

berkurang, dan terjadilah oligohidramnion.3

2.5 Manifestasi Klinis Oligohidramnion

Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi

uterus terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang

seharusnya. Ibu yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan

adanya penurunan gerakan janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan

teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba.

Presentasi bokong dapat terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung

janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada

setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules

akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali

bahkan tidak ada yang keluar.1

Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion,

harus dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan jumlah

cairan amnion, dan memastikan diagnosis oligohidramnion.5 Oligohidramnion

dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari 2x2 cm, atau

indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu volume akan

berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda serius

apalagi bila bercampur mekonium.3

9
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus

menjadi empat kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan

dan kiri, umbilikus untuk kuadran atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal

kantong amnion di setiap kuadran yang tidak mengandung tali pusat atau

ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini adalah AFI.

Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan

sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel

2.3). 8

Tabel 2.2 Kategorik Diagnostik Amniomic Fluid Index (AFI)

Volume Cairan Amnion Nilai AFI (cm)

Severe Oligohidramnion ≤5

Normal 5.1 – 8.0

Polyhydramnion >24

Penilaian jumlah cairan amnion melalui pemeriksaan ultrasonografi dapat

dilakukan dengan cara subjektif ataupun semikuantitatif.3

a. Penilaian Subjektif

Dalam keadaan normal, janin tampak bergerak bebas dan

dikelilingi oleh cairan amnion. Struktur organ janin, plasenta, dan tali pusat

dapat terlihat jelas. Kantung-kantung amnion terlihat di beberapa tempat,

terutama pada daerah diantara kedua tungkai bawah dan diantara dinding

depan dan belakang uterus. Pada kehamilan trimester III biasanya terlihat

sebagian dari tubuh janin bersentuhan dengan dinding depan uterus.

10
Pada keadaan oligohidramnion, cairan amnion disebut berkurang

bila kantung amnion hanya terlihat di daerah tungkai bawah dan disebut

habis bila tidak terlihat lagi kantung amnion. Pada keadaan ini aktivitas

gerakan janin menjadi berkurang. Struktur janin sulit dipelajari dan

ekstremitas tampak berdesakan.

b. Penilaian Semikuantitatif

Penilaian semikuantitatif dapat dilakukan melalui beberapa cara,

diantaranya: (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu

kantong amnion. Morbiditas dan mortalitas perinatal akan meningkat bila

diameter vertikal terbesar kantong amnion <2cm pada oligohidramnion. (2)

pengukuran indeks cairan amnion (ICA). Pengukuran ICA uterus dibagi

kedalam 4 kuadran, pada setiap kuadran uterus dicari kantong amnion

terbesar, bebas dari bagian tali pusat dan ekstremitas janin.Indeks cairan

amnion merupakan hasil penjumlahan dari diameter vertikal terbesar

kantong amnion pada setiap kuadran. Nilai ICA yang normal adalah antara

5-20 cm. Penulis lain menggunakan batasan 5-18 cm atau 5-25 cm. Disebut

oligohidramnion bila ICA < 5cm

Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (1) Pengukuran diameter vertikal yang

terbesar pada salah satu kantong amnion

11
Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (2) pengukuran indeks cairan amnion

(ICA)7

Pemeriksaan laboratorium pada persalinan prematur dapat membantu

untuk menilai maturitas dari paru-paru fetus sehingga bisa mendeteksi

kemungkinan terjadinyarespiratory distress syndrome. Pemeriksaan dilakukan

dengan menilai rasio lecithin – sphingomyelin (L:S) dan konsentrasi

phosphatidylglycerol (PG). Selain itu, pada oligohidramnion dapat dilakukan

tes SLE (yang menyebabkan infark pada plasenta dan insufisiensi plasenta).

Evaluasi untuk hemolisis, peningkatan enzim hati, dan rendahnya jumlah platelet

(HELLP syndrome); peningkatan tekanan darah tinggi, proteinuria, peningkatan

asam urat, dan peningkatan fungsi hatim dan rendahnya jumlah platelet juga

dapat dilakukan.1

2.6 Penatalaksanaan Oligohidramnion

Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah

usia kehamilan 26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan

12
sebaiknya dilakukan.1 Ibu disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna

meningkatkan produksi cairan ketuban dengan meningkatkan ruang

intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air , dapat

meningkatkan AFI sebesar 30 %.1 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan

atau penyebab oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik

dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk

mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk

memperpanjang usia kehamilan.5

Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam

uterus selama persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk

melarutkan mekonium yang bercampur dengan cairan amnion. Studi

menunjukkan bahwa normal salin tidak akan mempengaruhi keseimbangan

elektrolit fetus. Pada kehamilan preterm direkomendasikan menggunakan cairan

hangat, sedangkan untuk kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu

ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan menggunakanintrauterine pressure

catheter (IUPC). Prosedur melakukannya yakni :

 menghubungkan kantong cairan infuse ke IV tubing

 Flush tubing, untuk menghindari masuknya udara ke dalam uterus

 Menjelaskan kepada pasien bahwa prosedur infuse tidak akan menyakitkan.

Insersi IUPC mungkin akan tidak nyaman

 Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel

 Atur IUPC pada tekanan nol atmosfer

 Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi

kiri, kanan, dan punggung, lalu rekam

13
 Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC

 Bolus dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6 cm kantung cairan

amnion

 Gunakan infuse pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam,

yang paling sering digunakan adalah 180 ml per jam.

Interpretasinya dikatakan hasilnya positif jika didapati penurunan

keparahan deselerasi, mekonium berkurang viskositasnya dan warnanya lebih

cerah. Sedangkan dikatakan negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat

istirahat dan tidak ada peningkatan pada pola DJJ. Kontraindikasi

dari amnioinfusion seperti plasenta previa, korioamnionitis, fetal anomali,

malpresentasi janin, impending delivery, kehamilan multipel, kelainan uterus,

serviks yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak

terdiagnosa. Adapun komplikasi dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali

pusat, tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio plasenta, infeksi

uterus, maternal chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena

cairan terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9

Gambar 7 Amnioinfution

14
Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid

terakhir. Jika kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah

dengan induksi atau seksio sesarea. Jika mekonium dijumpai selama persalinan,

terapi aminoinfusion untuk mengurangi resiko gawat janin dan apirasi

prenatal.1Ketika ibu hamil memiliki kecenderungan yang tinggi menderita

penyakit maternal, persalinan preterm, atau masalah janin yang membutuhkan

fasilitas kesehatan tertier maka segera rujuk ke pusat tertier.1

2.7 Komplikasi Oligihidramnion

Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh

buruk pada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru,

deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium

pada masa intra partum, dan kematian janin.3 Deformitas yang dapat terjadi pada

janin misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu terjadinya adhesi antara

amnion dengan fetus yang menyebabkan deformitas yang serius termasuk

amputasi pada ektremitas bawah atau deformitas muskuloskeletal akibat

kompresi pada uterus (seperti clubfoot).2 Resiko infeksi pada fetus meningkat

seiring dengan pecahnya ketuban yang lama.1

2.8 Prognosis Oligohidramnion

Secara umum, oligohidramnion yang berkembang di awal kehamilan

jarang terjadi dan seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat didiagnosis

pada pertengahan kehamilan, kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis renal

15
(tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal, angka mortalitasnya mencapai

100%.1

Pada renal dysplasia atau obstructive uropathy akan berkaitan erat

dengan hipoplasiapulmoner derajat ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi

yang menderita hypoplasia pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam

kasus hipoplasia paru, efektivitas pengobatan seperti pemberian surfaktan,

ventilasi frekuensi tinggi, dan oksida nitrat belum diketahui efektivitasnya.

Prognosis dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia

kehamilan saat terjadinya oligohidramnion.1

Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan

berkaitan dengan abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan

cairan amnion gagal berakumulasi kembali (Tabel 2.2).5

Gambar 2.2 prognosis Oligohidramnion

16
BAB III

KESIMPULAN

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari

normal yaitu kurang dari 500 mL. Gejala klinis oligohidramnion adalah pada saat uterus

terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, adanya penurunan gerakan

janin, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah

diraba, denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri

di perut pada setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu

his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali

bahkan tidak ada yang keluar. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi

ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang, hilangnya kantong vertikel

tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index) <5cm pada kehamilan

aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan. Sejumlah faktor predisposisi telah

dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik. Oligohidramnion bisa terjadi karena

peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan

penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE

inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs).

Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada

wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum,

dan kematian janin.1 Terminasi kehamilan dilakukan sesuai keadaan janin dan usia

kehamilan.3 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab

oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer

17
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan

penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Norwitz, ER.Schorge, JO. 2001. Obstetrics and Gynecology at a Glance.

Blackwell science. p 102-103

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal

155-156,267-269,277

3. Cunningham, et al.2010.Williams Obstetrics 23rd ed. McGraw-Hill. p 59-61,

490-491, 495-498

4. Chamberlain, G. 1997. Obstetrics by 10 Teachers, 16th ed. Oxford University

press. p 13-14

5. Cunnigham FG. 2005. Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw-Hill. p 296- 299

6. Ultrasound Assessment of Amniotic Fluid. Available at

http://www.fetalultrasound.com/online/text/3-063.HTM

7. John T. Queenan, Catherine Y. Spong, Charles J. Lockwood. 2007.Management

of High Risk Pregnancy: An Evidence –Based Approach. Blackwell

Publishing :31

8. Aminoinfusion nursing guideline. 2011. Available

athttp://obgyn.med.umich.edu/sites/obgyn.med.umich.edu/files/internal_resourc

es_clinical/amnioinfusion.pdf

9. Weismiller, David. 1998. Transcervical amnioinfusion. East Carolina University

School of Medicine Greenville, Am Fam Physician. Feb 1:57(3):504-

510. Available at http://www.aafp.org/afp/1998/0201/p504.html

19

Anda mungkin juga menyukai