Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
ini berguna sebagai bantalan agar janin terhindar dari trauma fisik. Selain itu
memungkinkan cairan amnion berguna untuk pertumbuhan paru janin dan penghalang
terhadap infeksi. Volume air ketuban yang normal bervariasi. Volume rata-rata
meningkat dengan usia kehamilan, memuncak pada 800-1000 mL, yang bertepatan
dengan usia kehamilan 36-37 minggu. Volume yang tidak memadai dari cairan ketuban,
oligohidramnion, akan berakibat buruk pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan
kematian janin.
oligohidramnion dapat dicurigai jika tinggi fundus uteri secara signifikan kurang dari
taksiran usia kehamilan. Dari ultrasonografi dapat diketahui total volume cairan amnion
<300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion
Fluid Index)<5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.
cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion
(seperti pada : kelainan ginjal kongenital, penggunaan ACE inhibitor, obstruksi uretra,
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan
bila pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion <300
mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada usia
kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan ketuban ini bisa terlalu
rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan oligohidramnion dan jika
terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi
beberapa komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa
Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya
memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan
amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan
bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin
dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai
memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan
2
amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada
penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam
antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi terdapat gangguan pada ginjal janin,
amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada
pertengahangestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm
Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1
liter, pada multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak – banyaknya yang masih
dalam batas normal adalah 2 liter. Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-
rata 239 ml. Lalu meningkat jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun
Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka
tingkat cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cairan ketuban pada umumnya
suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc, atau
juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511
sedikit. Untuk bisa mengukur jumlah cairan melalui beberapa metode, yang paling
sering adalah melalui indeks cairan ketuban. Jika volume cairan kurang dari 500 ml
pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion.
Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat
a. Media janin untuk tumbuh dan berkembang normal dapat bergerak bebas
3
d. Berperan dalam proses pembesaran rongga ketuban dan rahim
Amnion adalah selaput tipis fetus yang mulai dibentuk pada hari ke-8
dari embryonic disc. Secara gradual amnion akan mengelilingi embryo dan
kemudian cairan amnion akan mengisi rongga amnion tersebut (Gambar 1).2
Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel
kuboid yang asalnya dari ektoderm (Gambar 2). Jaringan ini berhubungan
dengan lapisan interstisial yang mengandung kolagen I, III, dan IV. Bagian
terluar dari selaput adalah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm yang
4
Gambar 2 Epitel Amnion
amnion biasanya mengandung sedikit partikel padat yang berasal dari kulit fetus
(rambut lanugo, sel epitel, sebasea) dan epitel amnion. Warnanya bisa berubah
menjadi hijau atau coklat jika terkena mekonium. Volume cairan amnion pada
kehamilan aterm rata-rata sekitar 800 mL, dengan kisaran dari 400-1500 mL
pada kasus normal. Pada usia kehamilan 10 minggu volume rata-rata ialah 30
mL, 20 minggu sekitar 300 mL, dan pada 30 minggu sekitar 600 mL. Dengan
5
demikian peningkatannya per minggu yakni sekitar 30 mL, tetapi ini akan
menurun ketika mendekati aterm (Gambar 4). Adapun kandungan penting yang
terdapat pada cairan amnion ketika mendekati aterm : natrium 130mmol/l, urea
Cairan amnion berasal dari maternal dan fetus. Pada awal kehamilan
sekresi utama cairan amnion berasal dari amnion yang kemudian terjadi difusi di
dan sejak saat ini cairan amnion dihasilkan dari ginjal fetus (Gambar 5). Pada
trauma eksternal pada fetus, melindungi tali pusat dari kompresi, memudahkan
suhu fetus.2
6
Gambar 5 Pengaturan Cairan Amnion
cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan
antaranya: 5
kehamilan postterm.
7
Tabel 2.1 Keadaan yang berkaitan dengan Oligohidramnion4
paruh kedua kehamilan, tidak adanya produksi urin janin atau penyumbatan
pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang
menelan cairan amnion, yang terjadi secara fisiologis, juga mengurangi jumlah
cairan.1
kekuatan selaput. Pada perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada
ketahanan selaput hingga pecah. Pada kehamilan normal hanya ada sedikit
makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke dalam cairan amnion
sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-1B,
tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan dengan
terjadinya infeksi.3
8
Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin
yng berlangsung kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu
uterus terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang
seharusnya. Ibu yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan
adanya penurunan gerakan janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan
teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba.
janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada
setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules
akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali
dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari 2x2 cm, atau
indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu volume akan
9
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus
menjadi empat kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan
dan kiri, umbilikus untuk kuadran atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal
kantong amnion di setiap kuadran yang tidak mengandung tali pusat atau
ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini adalah AFI.
sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel
2.3). 8
Severe Oligohidramnion ≤5
Polyhydramnion >24
a. Penilaian Subjektif
dikelilingi oleh cairan amnion. Struktur organ janin, plasenta, dan tali pusat
terutama pada daerah diantara kedua tungkai bawah dan diantara dinding
depan dan belakang uterus. Pada kehamilan trimester III biasanya terlihat
10
Pada keadaan oligohidramnion, cairan amnion disebut berkurang
bila kantung amnion hanya terlihat di daerah tungkai bawah dan disebut
habis bila tidak terlihat lagi kantung amnion. Pada keadaan ini aktivitas
b. Penilaian Semikuantitatif
diantaranya: (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu
terbesar, bebas dari bagian tali pusat dan ekstremitas janin.Indeks cairan
kantong amnion pada setiap kuadran. Nilai ICA yang normal adalah antara
5-20 cm. Penulis lain menggunakan batasan 5-18 cm atau 5-25 cm. Disebut
11
Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (2) pengukuran indeks cairan amnion
(ICA)7
tes SLE (yang menyebabkan infark pada plasenta dan insufisiensi plasenta).
Evaluasi untuk hemolisis, peningkatan enzim hati, dan rendahnya jumlah platelet
asam urat, dan peningkatan fungsi hatim dan rendahnya jumlah platelet juga
dapat dilakukan.1
usia kehamilan 26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan
12
sebaiknya dilakukan.1 Ibu disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna
intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air , dapat
meningkatkan AFI sebesar 30 %.1 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan
dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk
mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk
uterus selama persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk
Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi
13
Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC
amnion
Gunakan infuse pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam,
cerah. Sedangkan dikatakan negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat
serviks yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak
terdiagnosa. Adapun komplikasi dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali
uterus, maternal chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena
cairan terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9
Gambar 7 Amnioinfution
14
Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid
terakhir. Jika kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah
dengan induksi atau seksio sesarea. Jika mekonium dijumpai selama persalinan,
buruk pada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru,
deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium
pada masa intra partum, dan kematian janin.3 Deformitas yang dapat terjadi pada
janin misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu terjadinya adhesi antara
kompresi pada uterus (seperti clubfoot).2 Resiko infeksi pada fetus meningkat
jarang terjadi dan seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat didiagnosis
pada pertengahan kehamilan, kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis renal
15
(tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal, angka mortalitasnya mencapai
100%.1
yang menderita hypoplasia pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam
Prognosis dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia
berkaitan dengan abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan
16
BAB III
KESIMPULAN
normal yaitu kurang dari 500 mL. Gejala klinis oligohidramnion adalah pada saat uterus
terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, adanya penurunan gerakan
janin, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah
diraba, denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri
di perut pada setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu
his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi
ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang, hilangnya kantong vertikel
tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index) <5cm pada kehamilan
aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan. Sejumlah faktor predisposisi telah
penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE
Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada
wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum,
dan kematian janin.1 Terminasi kehamilan dilakukan sesuai keadaan janin dan usia
17
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan
18
DAFTAR PUSTAKA
155-156,267-269,277
490-491, 495-498
press. p 13-14
5. Cunnigham FG. 2005. Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw-Hill. p 296- 299
http://www.fetalultrasound.com/online/text/3-063.HTM
Publishing :31
athttp://obgyn.med.umich.edu/sites/obgyn.med.umich.edu/files/internal_resourc
es_clinical/amnioinfusion.pdf
19