Anda di halaman 1dari 26

Flying Book 56

Nabi Muhammad saw


sebagai yatim piatu

kh. fahmi basya

fahmibasya@biznas.com
www.fahmibasya.biznas.com
www.12mb.com/fahmi
www.flyingbook.net
Seperti pendapat Ibnu Ishaq dan yang lain, Nabi
Muhammad saw lahir tanggal 12 Rabiul Awwal

Tujuh hari setelah kelahirannya, kakeknya Abd'l-


Muttalib minta disembelihkan unta dan
mengundang makan masyarakat Quraisy.
Setelah mengetahui bahwa anak itu diberi nama
Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia
tidak suka memakai nama nenek moyang.
"Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji
bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di
bumi," jawab kakeknya
Aminah ibunya masih menunggu untuk
menyerahkan anaknya kepada Keluarga Sa'd yang
akan menyusukannya
Sebagai suatu kebiasaan bangsawan Arab di Mekah
pada waktu itu.

Pada hari kedelapan anak itu dikirimkan ke


pedalaman

dan baru kembali pulang ke kota setelah ia berumur


delapan atau sepuluh tahun
Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya
menolak Muhammad, ternyata tidak mendapat bayi
lain sebagai gantinya.
Selain ia seorang wanita yang kurang mampu, ibu-
ibu lainpun tidak menghiraukannya.

Ketika akan meninggalkan Mekah. Halimah berkata


kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya:

"Tak enak perasaanku, pulang bersama teman-


temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku
pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga."
Halimah bercerita, sejak diambilnya anak itu ia
merasa mendapat berkah.
Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun
bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada
padanya.
Selama dua tahun Nabi Muhammad tinggal di
Sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh
Syaima', puterinya.

Udara Sahara dan kehidupan pedalaman yang alami,


menyebabkan dia cepat sekali menjadi besar, dan
menambah indah bentuk dan pertumbuhan
badannya.

Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih,


Halimah membawa dia kepada ibunya dan sesudah
itu membawanya kembali ke pedalaman.
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun,
ketika itulah terjadi cerita yang banyak dikisahkan
orang.
Ketika ia dan saudara sesusunya sedang berada di
belakang rumah di luar pengawasan keluarga, tiba-
tiba anak yang dari Keluarga Sa'd itu kembali pulang
sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapanya:

"Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh


dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan,
perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."
Dalam buku Gelora Iman diceritakan “Halimah
pucat pasi mukanya, ia menangis mencari anak
susunya itu, karena ia lebih sayang kepada anak itu
dari anak kandungnya sendiri”.
Ketika Halimah putus harapan menemukan anak
itulah ia mendengar suara.
“Tidak !,
dia tidak akan hilang di dalam dunia.

Tetapi dunia seluruhnya akan hilang di dalam dia”


Dalam Injil Barnabas disebutkan seperti ini:

1.Adam setelah itu meloncat ke atas, di atas kakinya telah tampak di


udara tulisan bercahaya seperti surya, yang berbunyi: “Hanya adalah
Allah Maha Esa, dan Muhammad adalah Pesuruh Nya”. 2.”Dalam
pada itu Adam membuka mulutnya dan berkata: “Aku berterima kasih
kepada Mu O Allah Tuhan ku, bahwa Engkau telah suka menciptakan
aku, akan tetapi ceritakanlah kepada ku, aku mohon kepada Engkau
apa maksud dari kata-kata ini “Muhammad adalah Pesuruh Allah”.

Sudahkah di sana manusia manusia lain sebelum aku ?”


3.Kemudian firman Allah: “Akan kamu terima kasih kembali O hamba
Ku Adam. Aku akan ceritakan kepada mu bahwa engkau adalah
manusia pertama yang telah Aku ciptakan”. 4”Dan dia yang telah
engkau lihat adalah anakmu yang akan datang ke dalam dunia
bertahun-tahun mulai sekarang dan akan menjadi pesuruh Ku. 5.
Karena dia Aku telah menciptakan seluruh alam, yang akan memberi
penerangan kepada dunia bila ia datang.
6.yang rohnya telah ditempatkan dalam suatu keindahan sorga 60.000
tahun sebelum Aku menciptakan sesuatu”.

7.Adam memohon kepada Allah dan berkata: “Hadiahkanlah kepada


ku tulisan itu di atas kuku jari tangan ku”.

8.Lalu Allah memberikan kepada manusia pertama itu di atas ibu


jarinya rulisan itu
9.Di atas ibu jari tangan kanan tulisan:”Hanya adalah Allah Maha
Esa, dan di atas kuku ibu jari kiri tulisan “Muhammad adalah pesuruh
Allah”
10.Kemudian dengan kasih sayang selaku bapak manusia pertama itu,
mencium kata-kata itu dan mengusap matanya lalu berkata:
“Dilimpahkan kiranya keberkatan pada hari ketika engkau akan datang
ke dunia”
(Injil Barnabas bab 39)
Nabi Muhammad tinggal pada Keluarga Sa'd sampai
mencapai usia lima tahun, menghirup jiwa kebebasan
dan kemerdekaan dalam udara Sahara yang lepas itu.

Dari Kabilah ini ia belajar mempergunakan bahasa


Arab yang murni, sehingga pernah ia mengatakan
kepada teman-temannya kemudian:

"Aku yang paling fasih di antara kamu sekalian. Aku


dari Quraisy tapi diasuh di tengah-tengah Keluarga
Sa'd bin Bakr."
Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah
memberikan kenangan yang indah sekali dan
kekal dalam jiwanya.
Demikian juga Ibu Halimah dan keluarganya
tempat dia menumpahkan rasa kasih sayang dan
hormat selama hidup di sana.

Penduduk daerah itu pernah mengalami suatu


masa paceklik sesudah perkawinan Nabi
Muhammad dengan Khadijah.
Setiap ibu Halimah mengunjungi nabi Muhammad,
sepulangnya ia dibekali dengan harta Khadijah
berupa unta yang dimuati air dan empat puluh ekor
kambing.
Dan setiap Halimah datang, Nabi membentangkan
pakaiannya yang paling berharga untuk tempat duduk
Ibu Halimah sebagai tanda penghormatan dan kasih
sayang.

Ia tidak mempunyai ibu sejak kecil dan tidak


mempunyai ayah sejak lahir.
Itu yang disebut pada surat Adh-Dhuha:

Bukankah Dia dapati-mu yatim,


Kemudian Dia pelihara ?

Dan Dia dapati-mu bingung


Kemudian Dia pimpin

Dan Dia dapati-mu miskin


Kemudian Dia beri kecukupan ?
Itu yang disebut pada surat Adh-Dhuha:

Maka,
Anak yatim, janganlah engkau hinakan

Dan orang yang bertanya,


Janganlah engkau abaikan

Dan,
Pengembalaan-Tuhanmu,
Hendaklah engkau rangkaikan.

(Al-Qur’an, surat Adh-Dhuha, ke 93 ayat 6-11)


Ketika Aminah membawa anaknya ke Madinah
untuk diperkenalkan dengan saudara-saudara
kakeknya dari pihak Keluarga Najjar. Dalam
perjalanan itu dibawanya juga Umm Aiman, budak
perempuan yang ditinggalkan ayahnya dulu.

Sesampainya mereka di Madinah, kepada anak itu


diperlihatkan rumah
tempat ayahnya meninggal dunia dulu, serta tempat
ia dikuburkan.
Itu lah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak
yatim.
Dan barangkali ibunya pernah menceritakan dengan
panjang lebar tentang ayah tercinta itu, yang setelah
beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian
meninggal dunia di tengah-tengah pamannya dari
pihak ibu.
Sesudah Hijrah, pernah juga Nabi menceritakan
kepada sahabat-sahabatnya kisah perjalanannya yang
pertama ke Madinah dengan ibunya itu.
Kisah yang penuh cinta pada Madinah,
Kisah yang penuh duka
pada orang yang ditinggalkan keluarganya.
Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di
Madinah,
Aminah sudah bersiap-siap akan pulang.
Ia dan rombongan kembali pulang dengan
dua ekor unta yang membawa mereka dari
Mekah. Tetapi . . . . .
di tengah perjalanan, ketika mereka sampai di
Abwa‘. ibunda Aminah menderita sakit, yang
kemudian meninggal dunia dan dikuburkan
pula di tempat itu.
Anak itu, oleh Umm Aiman dibawa pulang ke
Mekah, pulang menangis dengan hati yang pilu,
sebatang kara.
Ia makin merasa kehilangan; sudah ditakdirkan
menjadi anak yatim. Terasa olehnya hidup yang
makin sunyi, makin sedih.
Baru beberapa hari yang lalu ia mendengar dari
Ibunda keluhan duka kehilangan Ayahanda semasa ia
masih dalam kandungan.
Kini ia melihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk
tidak kembali lagi, seperti ayah dulu. Tubuh yang
masih kecil itu kini, dibiarkan memikul beban hidup
yang berat, sebagai yatim-piatu.
Kenangan yang memilukan hati ini barangkali akan
terasa agak meringankan juga sedikit, sekiranya
Abd'l-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi.
Tetapi orang tua itu juga meninggal, dalam usia
delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu
baru berumur delapan tahun.
Sekali lagi Nabi Muhammad dirundung kesedihan
karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah
dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya
dia, sehingga selalu ia menangis sambil
mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat
peraduan terakhir.
Bahkan sesudah itupun ia masih tetap
mengenangkannya, sekalipun sesudah itu,
di bawah asuhan Abu Talib pamannya,
ia mendapat perhatian dan pemeliharaan
yang baik sekali,
mendapat perlindungan sampai masa
kenabiannya, yang terus demikian sampai
pamannya itupun akhirnya meninggal dunia
di sinilah kisah itu bermula.

di Lembah tandus tanpa tetumbuhan.


di Lembah kematian tanpa kehidupan
di sini batu di sana batu
di tempat, rumah pertama didirikan

di tempat, Ibrahim bermunajat

di tempat, ummat manusia, kini berkumpul

di tempat, yang paling dihormati di bumi


Pusat Studi Islam dan Kepurbakalaan

fahmibasya@biznas.com
www.fahmibasya.biznas.com
www.12mb.com/fahmi
www.flyingbook.net

Anda mungkin juga menyukai