Status Neurologi Dan Pemeriksaan Neurologi
Status Neurologi Dan Pemeriksaan Neurologi
STATUS NEUROLOGI
IDENTITAS PASIEN
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Handedness :
ANAMNESIS
AUTO / ALLOANAMNESIA
- Keluhan utama :
- Keluhan tambahan :
- Riwayat penyakit sekarang :
- Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat penyakit keluarga :
- Keadaan psikososial :
KEPALA
a. Bentuk :
b. Ukuran :
c. Pulsasi arteri :
d. Bruit orbita : temporalis ( ) suboksipital ( )
MATA
a. Konjungtiva :
b. Sclera :
c. Hematoma : brill hematom ( )
d. Bruit orbita :
HIDUNG
a. Septum :
TELINGA
a. Bentuk :
TENGGOROKAN
a. Hiperemis :
LEHER
a. Tiroid :
b. KGB :
c. Pulsasi A.Carotis :
d. Bruit carotis :
17/07/2009 -2- Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
PARU
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
JANTUNG
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
ABDOMEN
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
EKSTREMITAS
a. Akral dingin :
b. Pulsasi arteri :
c. Edema :
KULIT
a. Café au lait spot :
b. Tumor kulit :
STATUS NEUROLOGI K
A. KESAN UMUM
Kesadaran : GCS
Pembicaraan : - disartri :
-monoton :
-scanning :
-afasi : motorik :
Sensorik :
Amnestik (anomik) :
Kepala : -besar :
-asimetri :
-sikap paksa :
-torticolis :
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
2. SARAF OTAK
N.III(OKULOMOTORIUS), IV(TROKLEARIS),VI(ABDUSEN)
- Kedudukan bola mata : ........... ………..
- Pergerakan bola mata
- Ke nasal : …………. ………..
- Ke temporal : …………. ………..
- Ke atas : ........... ………..
- Ke bawah : …………. ………..
- Ke temporal bawah : …………. ………..
- Eksoftalmus : …………. ………..
- Celah mata (ptosis) : ........... ………..
- Pupil
- Bentuk : …………. ………..
- Lebar : …………. ………..
- Perbedaan lebar : …………. ………..
- Reaksi cahaya langsung : ........... ………..
- Reaksi cahaya konsensuil : …………. ………..
- Reaksi akomodasi : …………. ………..
- Reaksi konvergensi : …………. ………..
17/07/2009 -4- Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
N.V (N.TRIGEMINUS)
- CABANG MOTORIK :
- Otot masseter : …………. ………..
- Otot temporal : …………. ………..
- Otot pterygoideus int/eks : ........... ………..
- CABANG SENSORIK :
- I : …………. ………..
- II : …………. ………..
- III : ........... ………..
- Refleks kornea langsung : …………. ………..
- Refleks kornea konsensuil : …………. ………..
N.VII (N.FASCIAL)
Waktu diam
- Kerutan dahi : …………. ………..
- Tinggi alis : …………. ………..
- Sudut mata : ........... ………..
- Lipatan nasolabial : …………. ………..
- Pengecapan 2/3 : …………. ………..
- Depan lidah : ........... ………..
- Hiperakusis : …………. ………..
- Sekresi air mata : …………. ………..
Waktu gerak
- Mengkerut dahi : …………. ………..
- Menutup mata : …………. ………..
- Bersiul : ........... ………..
- Memperlihatkan gigi : …………. ………..
N.VIII (N.VESTIBULOCOCHLEARIS)
VESTIBULAR
- Vertigo : …………. ………..
- Nistagmus ke : …………. ………..
- Tinnitus aureum : ........... ………..
- Tes kalori : …………. ………..
- COCHLEAR
- weber : …………. ………..
- rinne : …………. ………..
- schwabach : ........... ………..
- tuli konduktif : …………. ………..
- tuli preseptif : …………. ………..
BAGIAN SENSORIK :
- Pengecapan 1/3 belakang lidah : …………. ………..
- Reflex occulo - cardiac : …………. ………..
- Reflex carotio – cardiac : ........... ………..
- Reflex muntah : …………. ………..
- Reflex palatum molle : …………. ………..
N.XII (N.HIPOGLOSUS)
- Kedudukan lidah waktu istirahat ke : …………. ………..
- Kedudukan lidah waktu gerak ke : …………. ………..
- Atrofi : ........... ………..
- Fasikulasi / tremor : …………. ………..
- Kedudukan lidah menelan pada : …………. ………..
Bagian dalam pipi
3. SISTEM MOTORIK
A. KEKUATAN OTOT: KA KI
TUBUH
o Otot perut : ………… ………..
o Otot pinggang : ………… ………..
o Kedudukan diafragma
Saat gerak : ………… ………..
Saat istirahat : ………… ………..
LENGAN
o M.deltoid(abd Lengan atas) : ………… ………..
o M.bicep(fleksi Lengan atas) : ………… ………..
TUNGKAI
o Fleksi art.coxae(tungkai atas) : ………… ………..
o Ekstensi art.coxae(tungkai atas) : ………… ………..
BESAR OTOT
o Atrofi : ………… ………..
KOORDINASI
o Jari tangan-jari tangan : ………… ………..
o Jari tangan-hidung : ………… ………..
GAIT
o Jalan diatas tumit : ………… ………..
o Jalan diatas jari kaki : ………… ………..
STATION
Romberg test : ………… ………..
4. SISTEM SENSORIK
FUNGSI LUHUR
- Apraksia :
- Alexia :
- Agraphia :
- Fingeragnosia :
- Membedakan kanan-kiri :
- Acalculla :
5. REFLEKS – REFLEKS
REFLEKS KULIT KA KI
- Reflex dinding perut …. …
- Reflex kremaster …. …
- Reflex interscapular …. …
- Reflex gluteal …. …
- Reflex anal …. …
17/07/2009 -8- Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
REFLEKS PATOLOGIK
TUNGKAI
- Babinski …. …
- Chaddock …. …
- Oppenheim …. …
- Rossolimo …. …
- Gordon …. …
- Mandel-Bechterew …. …
- Stransky …. …
- Gonda …. …
LENGAN
- Hoffman trommer …. …
- leri …. …
- mayer …. …
- Refleks primitif …. …
- Garsp reflex …. …
- Snout reflex …. …
- Sucking reflex …. …
- Palmo –mental reflex …. …
7. COLUMNA VERTEBRALIS
KELAINAN LOKAL
- Skiliose :
- Kyphose :
- Kyphoskoliose :
- Gibbus :
- Nyeri tekan / ketok :
- Nyeri tekan sumbu :
- Nyeri tarik sumbu :
17/07/2009 -9- Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
RINGKASAN :………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………
DIAGNOSIS
- Diagnosis klinik :
- Diagnosis topic :
- Diagnosis etiologi :
DIAGNOSIS BANDING :
PENATALAKSANAAN :
PROGNOSIS : Ad vitam :
Ad fungsionam :
Ad sanationam :
17/07/2009 - 10 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
- KESADARAN -
Sistem aktivitas retikuler letaknya di atas batang otak, terutama di mesensefalon dan
hipotalamus yang berfungsi untuk mempertahankan kesadaran.
Dalam memeriksa tingkat kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi
dan bila perlu memberikan rangsang nyeri
1. Inspeksi. Perhatikan apakah pasien berespons secara wajar terhadap stimulus visual,
auditoar dan taktil yang ada di sekitarnya?
2. Konversasi. Apakah pasien memberi reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau dapat
dibangunkan oleh suruhan atau pertanyaan yang disampaikan dengan suara yang kuat?
3. Nyeri. Bagaimana respons pasien terhadap rangsang nyeri?
Jenis tingkat kesadaran menurut cara lama:
Compos mentis
Normal, sadar sepenuhnya
Delirium
Menurunnya kesadaran disertai meningkatnya abnormalitas aktivitas psikomotor dan
siklus tidur bangun terganggu.
Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, meronta, teriak, aktivitas motorik
meningkat
Terjadi pada:
a. Kurang tidur karena obat
b. Gangguan metabolik toksik
c. Penghentian mendadak obat antidepresan
d. Penghentian mendadak minum alkohol
Somnolen/ Letargi/ Obtundasi
Keadaan mengantuk, kesadaran pulih penuh jika pasien dirangsang
Ditandai:
a. Pasien mudah dibangunkan
b. Mampu memberikan jawaban verbal
c. Mampu menangkis nyeri
17/07/2009 - 11 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Sopor/ stupor
Keadaan mengantuk dalam, masih dapat dibangunkan dengan rangsang kuat, tapi
kesadaran menurun lagi
Masih dapat mengikuti suruhan singkat dan ada gerakan spontan, reaksi terhadap
perintah tidak konsisten, samar
Tidak dapat menjawab verbal
Gerakan menangkis nyeri masih baik
Koma ringan (semi koma)
Tidak ada respon rangsangan verbal
Reflek baik
Gerakan timbul sebagai respon rangsang nyeri
Sama sekali tidak dapat dibangunkan
Koma dalam/ komplit
Gerakan spontan (-); Respon terhadap nyeri (-)
Tingkat Kesadaran (Glasgow Coma Scale)
Eye (membuka mata)
Spontan membuka mata 4
Membuka mata saat diperintahkan 3
Membuka mata terhadap rangsang nyeri 2
Tidak ada reaksi (dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata) 1
Verbal (berbicara)
Baik, tidak ada disorientasi 5
Kacau, bingung, confused, dapat bicara dalam kalimat 4
Tidak tepat, dapat berkata-kata, tapi bukan kalimat tepat 3
Hanya bisa mengerang 2
Tidak dapat menjawab 1
Motorik (gerakan)
Menuruti perintah 6
Mengetahui lokasi nyeri 5
Reaksi menghindar (withdrawal) 4
Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
Reaksi ekstensi (deserebrasi) 2
Tidak ada reaksi 1
17/07/2009 - 12 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Untuk keperluan prognosis penyakit maka pada setiap gangguan kesadaran harus ditentukan
fungsi dari batang otak. Apabila fungsi batang otak sudah terganggu baik parsial maupun total
berarti prognosisnya kurang baik.
Untuk penilaian fungsi batang otak maka diperlukan:
1. Respirasi
- Hiperventilasi = Kussmaul ( C.N.H = Central Neurogenic Hyperventilation)
Napas dalam dan cepat
Menunjukkan disfungsi tegmentum batang otak bagian atas
- Apneustic Breathing
Disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral. Jarang pada manusia
- Ataxic Breathing
Disfungsi dari pusat pernapasan yaitu formatio reticularis bagian medio-dorsal
medulla oblongata di bawah obeks.
Umumnya pasti fatal kecuali: keracunan obat (sedativa), tidur alamiah
- Cluster Breathing
Terdapat lesi di medulla oblongata
- Gasping respiration
Napas tinggal satu-satu
Lesi di medulla oblongata
Kelainan pola pernapasan yang menunjukkan lesi/ disfungsi di atas batang otak adalah:
- Cheyne Stokes Respiration
Disfungsi hemisfer bilateral bagian dalam atau diencephalon
- PHVA (Post Hyperventilation Apnoe)
Didapatkan pada: tidur; disfungi hemisfer bilateral (metabolik/ neurologis)
conjugate ke arah kanan/ kiri (bila ada gangguan gaze) dan bola mata fixed/ diam di tengah
berarti doll eye phenomenon negatif (lesi mengenai batang otak secara luas)
2. Tanda Lasegue
Ada yang menyebut sebagai “straight leg raising test” karena istilah ini menggambarkan
cara pemeriksaannya.
Cara pemeriksaan:
Pasien dalam rileks berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi pnggul sewaktu
tungkai dalam ekstensi. Selama fleksi sendi panggul dilakukan perlahan-lahan ditanyakan
pada pasien apakah ia merasa nyeri dan dimana rasa nyeri tersebut terjadi.
Penilaian:
Tanda ini ada bila sudah timbul rasa nyeri di lekuk ischiadicus atau adanya tahanan pada
waktu dilakukan fleksi kurang dari 60°. Perlu dilakukan penilaian sesisi atau kedua sisi.
3. Tanda Kernig
Cara pemeriksaan: pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi panggul
kemudian ekstensi pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
Penilaian:
Tanda ini positif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° disertai spasme otot
paha, biasanya diikuti rasa nyeri.
Penilaian:
Tanda ini positif bila terjadi fleksi involunter pada kedua tungkai.
Bila ada hemiplegia maka fleksi hanya tampak pada tungkai yang tidak plegi.
- SARAF-SARAF OTAK -
1. Ketajaman Penglihatan
Kelainan-kelainan yang perlu dicatat sebelum melakukan pemeriksaan adalah katarak,
iritasi konjunctiva, parut pada kornea, kornea yang kabur, iritis, uveitis, korpus
alineum, glaukoma, protesa, fotofobia, arkus senilis, reaksi berlebihan terhadap cahaya,
dan mata afaksi.
Apabila pasien menggunakan kaca mata, maka pada pemeriksaan diperkenankan
dipakai.
yang terakhir yang dapat dibaca oleh pasien dengan betul (minimum kesalahan satu)
dicatat dan merupakan nilai ketajaman penglihatan pasien.
Nilai ketajaman penglihatan normal adalah 6/6.
Angka diatas menunjukan jarak pasien ke tabel (6 meter) dan angka dibawah
menunjukan angka yang seharusnya dapat dibaca oleh mata yang normal.
Untuk pasien dengan ketajaman penglihatan yang agak buruk atau tidak dapat diperiksa
dengan huruf Snellen, dapat dipakai cara menghitung jari sampi seberapa jauh pasien
dapat menghitung jari pemeriksa. Bila pasien hanya dapat menghitung jari dengan
betulpada jarak 3 meter maka ketajaman penglihatan pasien dinilai sebagai 3/60 (60
adalah jarak orang normal dapat menghitung jari dengan betul). Selanjutnya untuk
ketajaman penglihatan yang lebih buruk lagi dapat diperiksa dengan melihat gerakan
tangan dengan cara seperti menghitung jari dan penilaiannya 3/300 untuk pasien yang
dapat yang dapat membedakan gerak atau tidak pada jarak 3 meter (orang normal
dianggap dapat membedakan gerak tangan pada jarak 300 meter). Bila pasien hanya
dapat membedakan gelap dan terang dengan pemeriksaan senter, maka ketajaman
penglihatan adalah 1/~. Ketajaman penglihatan adalah 0 bila pasien tidak dapat
membedakan terang dan gelap (buta total).
2. Lapangan Penglihatan
Pemeriksaan lapangan penglihatan dapat dilakukan dengan 2 cara:
Test Konfrontasi
Lapangan penglihatan mempunyai variasi yang dipengaruhi antara lain oleh bentuk
muka, lekukan rongga mata dan lebar celah kelopak mata.
Alat yang dipergunakan: sebagai obyek biasanya dipergunakan jari pemeriksa. Dapat
juga dipergunakan benda bulat berwarna putih. Untuk pasien yang kurang kooperatif
dapat dipergunakan benda-benda yang dapat menarik perhatian (optically elicited eye
movement) umpamanya segelas air, rokok dan lain-lain. Untuk menutup mata pasien
dapat dipergunakan tangan pasien sesuai dengan matanya yang akan ditutup. Pemeriksa
dapat menutup mata dengan alat sederhana dari karton agar kedua tangan bebas
17/07/2009 - 18 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
menggerakan obyek. Atau pemeriksa menutup matanya dengan tangan sendiri, dalam
hal ini pemeriksaan hanya dilakukn dengn satu tangan bergantian.
Cara pemeriksaan:
Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan,
mata yang akan diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa, biasanya mata yang
berlawanan, mata kiri berhadapan dengan mata kanan, pada garis dan ketinggian yang
sama.
Jarak antara keduanya berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Obyek digerakan
oleh pemeriksa pada bidang tengah, mulai diluar lapangan pandang digerakan kedalam
sampai pasien melihat obyek. Biasanya benda digerakan dari atas, bawah, dan dari
kedua sisi. Kalau perlu dari antara kedua arah-arah yang disebut tadi. Lapangan
penglihatan pasien dibandingkan dengan lapangan penglihtan pemeriksa yang dianggap
normal.
3. Funduskopi
Banyak manfaatnya melakukan funduskopi, terutama untuk menilai kelainan pada
papila nervus optikus. Alat yang dipergunakan untuk pemeriksaan disebut oftalmoskop.
Cahaya yang berasal dari oftalmoskop dijatuhkan atau diarahkan ke retina melalui
pupil. Sebaiknya pupil cukup berdilatasi agar daerah retina bola mata pasien dapat
diselidiki sebaik-baiknya. Dilatasi pupil dapat dicapai dengan mempergunakan obat
midriatikum, tetapi dianjurkan agar membiasakan pemeriksaan tanpa mempergunakan
obat. Agar pupil cukup berdilatasi pemeriksaan dilakukan dalam ruang remang-remang
dan pasien diminta memandang lurus kedepan. Pemeriksaan mata kanan pasien
dilakukan dari sisi kanan dan oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan sedangkan
mata yang dipergunakan untuk memeriksa juga yang kanan. Untuk pemeriksaan mata
kiri dilakukan sebaliknya.
Kesalahan refraksi dapat dikoreksi dengan mempergunakan lensa yang ada pada
oftalmoskop. Pasien dapat mempergunakan kacamatanya apabila ada miopi atau
astigmatik yang berat.
17/07/2009 - 19 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
2. Pupil
Yang perlu diperiksa adalah ukuran, bentuk, kesamaan, posisi, dan refleks pupil.
Ukuran: besarnya bergantung pada penerangan ruangan pemeriksaan. Umumnya
dianggap normal antara 4-5 mm pada penerangan sedang.
Disebut miosis bila garis tengah pupil kurang dari 2 mm. Bila garis tengahnya
sangat kecil disebut sebagai “pin point pupil”. Disebut midriasis bila garis
tengahnya lebih dari 5 mm.
Bentuk: normalnya bulat. Bila ada kelainan bentuk dicatat dan digambarkan.
Kesamaan (isokori): pemeriksaan isokori ini lebih bermanfaat daripada
pemeriksaan bentuk karena dapat menetapkan lokalisasi bila ditemukan anisokori.
Perlu dicatat bahwa ketidaksamaan yang ringan yang ringan dapat ditemui pada:
15-20 % kongenital, neurosis dan psikosis, kelainan refraksi dan kekuatan cahaya
yang jatuh pada bola mata berbeda.
Posisi: biasanya terletk sentral. Dalam bidang neurologi bila ditemukan pupil yang
eksentrik atau yang disebut aktopia, dapat ditemukan sebagai tanda untuk
menganalisa gejala lain.
Refleks
o Refleks cahaya langsung:
Cahaya diarahkan pada salah satu pupil.
Reaksi yang tampak adalah kontraksi pupil homolateral.
o Refleks cahaya tidak langsung (konsensual atau “crossed light reflex”):
Selain kontraksi sisi homolateral juga akan tampak kontraksi sisi kontralateral.
o Refleks akomodasi-konvergensi:
Pasien diminta melihat jauh kemudian melihat ke tangan pemeriksa yang
letaknya 30 cm di depan hidung pasien. Pada saat melihat tangan pemeriksa,
kedua bola mata pasien bergerak secara konvergensi (kearah nasal) dan tampak
pupil mengecil. Refleks ini negative pada kerusakan saraf simpatikus leher.
o Refleks siliospinal:
Refleks nyeri ini dilakukan dalam ruang dengan penerangan samar-samar.
Caranya ialah merangsang nyeri pada daerah leher dan sebagai reaksi pupil
akan melebar pada sisi ipsilateral. Refleks ini terjadi bila ada benda asing pada
kornea atau intraokuler, atau pada cidera mata atau pelipis.
17/07/2009 - 21 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
o Refleks okulosensorik:
Refleks nyeri ini adalah reaksi konstriksi, atau dilatasi disusul konstriksi,
sebagai respons rengsang nyeri didaerah mata atau sekitarnya.
Nistagmus
Didefinisikan sebagai gerakan bolak balik mata yang involunter. Gerakan tersebut
dapat horisontal, vertikal, rotatoar (berputar) atau gerakan kombinasi.
Nistagmus dapat terlihat bila pasien diminta untuk melirik kesamping, keatas, atau
kebawah, tetapi kadang-kadang dapat dilihat tanpa peragaan (spontan).
Beberapa jenis nistagmus: nistagmus okuler, nistagmus vestibuler perifer,
nistagmus neuromuskuler, nistagmus susunan saraf pusat.
3. Refleks
o Refleks kornea
Pasien memandang ke salah satu sisi kemudian dari sisi kontralateral kornea
disentuh dengan kapas yang diputar menjadi bentuk silinder halus.
Respons reflek berupa kedipan kedua mata secara capat.
Respons ini dibandingkan untuk mata kanan dan kiri.
o Refleks maseter
Refleks ini dilakukan dengan meletakan jari telunjuk pemeriksa diatas dagu pasien
secara horisontal. Dalam posisi mulut pasien terbuka sedikit, telunjuk di ketok
dengan palu refleks.
Respons normal berupa elevasi rahang bawah.
Serat motorik
Cara pemeriksaan:
Mula-mula dilakukan observasi wajah pada waktu pasien diam, tertawa, menangis,
bersiul dan menutup mata.
Pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup mata kuat-kuat sementara
jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
Pasien diminta mengembungkan pipi seperti meniup balon sambil pemeriksa
melakukan palpasi pipi kiri dan kanan untuk menentukan apakah udara dapat lolos
lewat salah satu sudut mulut.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran atau koma, pemeriksaan dilakukan
dengan membangkitkan rasa nyeri misalnya dengan menekan kuat-kuat prosesus
stiloideus hingga pasien menyeriangi.
Penilaian:
Normal: bila muka kurang lebih simetrik dalam semua gerakan.
Paresis perifer nervus fasialis: bila separuh muka kurang dalam setiap gerakan.
Paresis sentral nervus fasialis: bila otot-otot wajah bagian bawah terkena sedang otot-
otot dahi normal.
1. Nervus Kokhlearis
Cara pemeriksaan:
o Ketajaman pendengaran ditest dengan menyuruh pasien mendengar suara bisikan
pada jarak tertentu dibandingkan dengan orang normal.
17/07/2009 - 25 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
2. Nervus Vestibularis
Pemeriksaan nervus vestibularis dilakukan dengan memperhatikan adanya “dizziness”,
vertigo (mabuk, pusing) atau kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-
goyang. Pada gangguan unilateral goyangan tubuh terjadi ke arah satu sisi dan ada
deviasi postural, sering disertai deviasi kinetik atau “past pointing”. Gangguan
vestibuler biasanya disertai deviasi okuler atau nistagmus.
- SISTEM MOTORIK –
INSPEKSI
a. Kulit: cafe-au-lait spots (neurofibromatosis)
b. Deformitas tulang (kraniostenosis/ mikrosefalia, makrosefalia, skoliosis)
c. Bentuk dan besar otot (tiap orang berbeda, tetapi yang penting perbedaan kanan dengan kiri).
Hati-hati pada pseudo-hipertrofi (akibat timbunan lemak)
d. Sikap tubuh abnormal (claw hand, parkinsonisme)
e. Gerakan-gerakan abnormal:
Fasikulasi
Pada orang yang lelah/ stres, fasikulasi bisa didapatkan pada mata dan betis (normal).
Sering terdapat pada penyakit degeneratif dari cornu anterior (motor neuron disease/
A.L.S) dan jarang pada radikulopati dan neuropati.
Myoclonic jerks
Ciri-ciri spesifik dari gerakan ini adalah sangat cepat, tidak teratur dan berpindah-pindah
tempat (berubah-ubah) dan kadang-kadang ditimbulkan/ diperberat dengan suara-suara,
pergerakan atau rangsangan raba.
Large Myoclonic Jerks, normal selama mengantuk atau baru bangun dari tidur.
Repetitive Jerks, selama bangun mungkin disebabkan oleh epilepsi (khususnya pada
anak).
Myoclonic Jerks, yang jelas dan khas dilihat pada lesi difus yang mengenai korteks,
batang otak atau medulla spinalis, seperti pada anoksia, ensefalitis dan beberapa
gangguan metabolik (uremia)
17/07/2009 - 28 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
TICS
Gerakan berulang-ulang tidak teratur dan setengah bertujuan (semi purposeful), sering
pada satu area. Umumnya psikogenik, tetapi bila sangat berat (massive) pada daerah
muka dan diikuti nyeri seperti disayat (lancinating pain) dan teratur, mungkin suatu
serangan epilepsi.
Tremor
Gerakan yang teratur, berirama dan berosilasi. Ada 3 macam tremor (yang satu/ rubral
tremor sangat jarang), yaitu:
Essential Tremor: mungkin ada pada waktu diam (istirahat), tetapi menjadi lebih
nyata (berat) bila penderita mencoba memegang cangkir, menggunakan pensil, atau
gerakan sederhana lainnya. Meskipun biasanya ada pada tangan tetapi mungkin
didapatkan pula pada tubuh dan kepala. Diperberat dengan kecemasan. Bisa dijumpai
pada tirotoksikosis dan alkohol withdrawal.
Basal Ganglion/ Parkinson Tremor: gerakan lebih lambat (3-5 siklus per detik) dan
lebih besar amplitudonya dibandingkan essential tremor. Memberat pada waktu
istirahat/ diam dan mungkin hilang sewaktu pergerakan yang bertujuan. Hilang
selama tidur (seperti gangguan pergerakan lain akibat lesi di ganglia basalis).
Gerakan khas disebut pill-rooting movement (gesekan ibu jari tangan pada ujung-
ujung jari lainnya).
Rubral Tremor: mirip dengan Parkinson Tremor, tetapi lebih berat bila dipakai
bergerak.
Khorea
Akibat lesi ganglia basalis. Ada pada waktu istirahat dan lebih berat sewaktu berjalan
atau memegang benda dengan tangan diregangkan. Lebih kecil daripada myoclonic jerks,
lebih besar daripada fasikulasi (dalam hal amplitudo, penyebaran dan
ketidakteraturannya).
Atetosis
Biasanya bersama-sama dengan korea. Gerakan supinasi dan pronasi saling bergantian.
Bila gerakan yang sama mengenai sendi proksimal dan otot-otot aksial oleh beberapa
neurolog dinamakan distonia. Bila gerakan proksimal masih lebih cepat dan lebih besar
daripada distal dalam amplitudonya, maka dinamakan ballistic.
Asterixis/ flapping tremor
Tidak tampak sewaktu istirahat. Pergerakan berupa relaksasi yang mendadak dari posisi
fiksasi. Paling baik dilihat sewaktu pasien diminta memepertahankan posisi pergelangan
17/07/2009 - 29 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
tangan dalam keadaan ekstensi penuh, maka pergelangan tangan tersebut akan jatuh tidak
teratur, nonrhytmic flapping. Gerakan yang sama pada muka, bisa dilihat bila pasien
diminta mempertahankan senyuman yang maksimum. Karena sering terjadi pada
kegagalan hati, maka disebut sebagai liver flap, meskipun bisa terjadi pula pada
ensefalopati ginjal atau metabolik.
Tardive dyskinesia
Akibat penggunaan “major transquilizer” dalam dosis tinggi dan lama (khususnya
Stelazine) yang digunakan untuk mengontrol skizofrenia. Pergerakan yang sama disebut
oro-facial dyskinesia akibat dosis yang berlebihan dari L-dopa untuk Parkinsonisme.
Kedua kelainan tersebut berupa gerakan mulut dan lidah, yang bisa dilihat pula pada
pasien dengan atetosis yang berat.
Distonia
Gerak kompleks: torsi, keras, memutasr berbelit, didapatkan tortikolis, tortipelvis.
Mengakibatkan terjadi skoliosis, pes equino varus, pel valgus, kontraktur.
Balismus (hemibalismus)
Gerakan otot datang kasar dan cepat
Spasme/ spasmus
Ada tonik dan klonik
PALPASI
Aplikasi pemeriksaan neurologis agak terbatas.
a. Palpasi pada otot yang atrofi akan terasa lebih lunak
b. Saraf akan dipalpasi (pembesaran dan nyeri tekan). Pada penyakit lepra maka saraf
ulnaris dan peroneus (lebih sering saraf ulnaris) teraba lebih besar dan keras seperti
kawat. Pada kelumpuhan N.ulnaris dan peroneous (claw hand dan drop foot) jangan lupa
untuk palpasi saraf tersebut serta mencari macula hipestesia/ anestesia pada kulit di
daerah punggung atau bagian tubuh lainnya.
17/07/2009 - 30 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Grower’s Sign: cara bangkit yang khas dengan cara mengangkat bokong lebih
dahulu, sementara sendi paha tinggal tetap fleksi. Kemudian kedua tangan
menekan tungkai (merambat ke atas) guna mengangkat setengah bagian tubuh.
2. Gangguan non equilibratory coordination (pergerakan yang disengaja dari anggota gerak,
terutama gerakan halus), diperiksa dengan:
a) Finger-to Nose Test
Bisa dikerjakan dengan pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan posisi abduksi
dan ekstensi lengan secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung
hidungnya dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan gerakan perlahan
kemudian diganti dengan gerakan yang cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
b) Nose-Finger-Nose Test
Mirip dengan di atas hanya ditambahkan 2 gerakan lagi yaitu setelah menyentuh
hidungnya dengan telunjuknya sendiri, penderita diminta melanjutkan gerakan
menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya. Jari-jari
pemeriksan bisa diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan.
c) Finger-To-Finger Test
Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horisontal dan kemudian
diminta untuk menggerakan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu/ bersentuhan
tepat di tengah-tengah di bidang horisontal tersebut. Pertama-tama dengan gerakan
perlahan kemudian dipercepat, baik dengan mata terbuka atau tertutup.
d) Disdiadokokinesia
Penderita diminta menggerakan kedua tangannya bergantian, pronasi dan supinasi
dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat mungkin, baik dengan mata
terbuka maupun tertutup. Gangguan diadokokinesia disebut disdiadokokinesia.
Gerakan diadokinesia pada anak-anak dan orang tua normal memang kurang mulus.
Disdiadokokinesia pada lidah bisa dikerjakan dengan meminta pasien menjulurkan dan
menarik lidah atau menggerakkan ke sisi kiri dan kanan secepat mungkin.
Variasi dari tes ini adalah: Tapping Test
Menepuk pinggiran meja/ paha dengan telapak tangan secara berselingan bagian
volar dan dorsal tangan dengan cepat.
Tepukan cepat dari jari-jari tangan ke jempol.
e) Heel-To-Knee-To-Toe Test
Penderita diminta untuk menggerakan tumit kakinya ke lutut kontralateral, diteruskan
dengan mendorong tumit tersebut secara lurus menuju jari-jari kakinya.
17/07/2009 - 34 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Variasi-variasi lain:
Toe-Finger Test
Pasien diminta untuk menunjuk jari pemeriksa dengan jari-jari kakinya
Membuat lingkaran di udara dengan kakinya
f) Rebound Test
Penderita diminta aduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi lengan bawah, siku
difiksasi/ diletakkan pada meja periksa/ alas lain, kemudian pemeriksa menarik lengan
bawah tersebut dan penderita diminta menahannya, kemudian dengan mendadak
pemeriksa melepaskan tarikan tersebut tetapi sebelumnya lengan lain harus menjaga
muka dan badan penderita supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri bila ada
lesi serebelum.
17/07/2009 - 35 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
- SISTEM REFLEKS -
Pembagian refleks:
1. Refleks tendon (refleks regang otot, periost, dalam).
2. Refleks permukaan.
Kedua refleks ini termasuk refleks fisiologik (refleks segmental sederhana).
3. Refleks patologik.
Penilaian refleks:
Penilaian bergantung pada faktor:
1. Kecepatan kontraksi otot dan relaksasinya.
2. Kekuatan kontraksi otot.
3. Derajat pemendekan otot.
Nilai refleks:
1. Arefleksi berarti tidak ada kontraksi otot.
Refleks = 0
2. Hiporefleksi berarti ada kontraksi tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya.
Refleks = ±
3. Refleks normal = +
4. Hiperefleksi bila kontraksi dan gerakn sendi berlebih.
Refleks = ++
Pemeriksaan khusus:
1. REFLEKS TENDON
Refleks biseps (n. Muskulokutaneus, C 5-6)
Dalam keadaan duduk: lengan bawah dalam pronasi rileks diatas paha.
Dalam keadaan berbaring: lengan ditaruh diatas bantal, lengan bawah dan tangan diatas
abdomen.
Taruh ibu jari pemeriksa diatas tendon biseps, tekan bila perlu untuk meyakinkan
regang otot optimal sebelum mengetok.
Respons yang normal: fleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biseps.
Refleks brakioradialis (n. Radialis, C 5-6)
Posisi sama dengan refleks biseps, kecuali lengan bawah harus berada antara pronasi
dan supinasi. Ketok dengan pelahan bagian distal radius kira-kira 5 cm diatas
pergelangan tangan sambil mengamati dan merasakan adanya kontraksi.
Respons yang normal: fleksi dari siku dan tampak ekstensi lemah jari tangan.
Refleks triseps (n. Radialis, C 6-7-8)
Posisi hampir sama dengan refleks biseps.oleh karena tendon pendek, kadang-kadang
sukar mengetok sejumlah serabut sekaligus.
Sebaiknya pemeriksa melakukan dari arah samping belakang pasien untuk mengamati
kontraksi. Ketokan dilakukan kira-kira 5 cm diatas siku.
Respons yang normal: ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps.
17/07/2009 - 37 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
2. Refleks permukaan
Refleks kulit
Refleks kulit perut (epigastrium, Th 6-9; abdomen tengah, Th 9-11; hipogastrium, Th
11, L 1).
Refleks cremaster
Goresan pada bagian dalam paha akan memberi respon berupa terangkatnya testis pada
sisi yang sama. Refleks ini negatif pada lesi UMN dan LMN
Refleks bulbo-cavernosus
Tekanan pada glans penis menimbulkan kontraksi dari otot bulbo-cavernosus dan
sphincter ani eksternus. Kedua-duanya dapat dirasakan dengan menempatkan jari-jari
pemeriksa pada perineum
Refleks anal
Kulit di dekat anus digores secara perlahan dengan jarum, akan menimbulkan kontraksi
otot sphincter ani eksterna yang bisa dilihat atau dirasakan dengan pemeriksaan rektum
(rectal toucher)
17/07/2009 - 38 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
3. Refleks patologis
Refleks Kulit
Pasien hiperekstensi pergelangan tangan, kemudian ujung jari tengah disentil (snapped)
dan kita lihat gerakan fleksi dari jari-jari yang lain dan aduksi dari ibu jari. Refleksi
positif bilateral bisa dijumpai pada 25% orang normal, sedangkan unilateral Hoffmann
sign indikasi suatu lesi UMN di atas segment cervical VII
Refleks Babinski
Pada orang normal, goresan pada telapak kaki akan memberikan respons berupa
penarikan tungkai dan fleksi jari-jari kaki termasuk jempol. Bila ada lesi UMN maka
jari jempol kaki akan bergerak dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain menyebar atau
membuka (Fanning). Pada bayi sampai dengan usia 16 bulan, adanya refleks Babinski
masih dalam batas normal. Refleks Babinski klasik dikerjakan dengan menggores
telapak kaki mulai dari bawah ke atas, bisa menggunakan benda kunci/ ujung ballpoint
(prinsipnya jangan terlalu tajam seperti jarum karena pasien akan sangat sensitif
sehingga respons jari sulit dievaluasi), pasien sebelumnya diberitahu supaya berusaha
jangan bergerak. Bila timbul ekstensi/ dorsofleksi jari jempol maka dikatakan ada
refleks Babinski (sebaiknya jangan pakai istilah positif)
Variasi Babinski
Sebetulnya ada 27 gerakan yang bisa memberikan dorsofleksi jari jempol kaki, tetapi
yang sering digunakan adalah Oppenheim (goresan jari sepanjang tepi depan tulang
tibia dari atas ke bawah), Gordon (memencet otot gastrocnemeus), Schaefer (memencet
tendon Achilles), Chaddock (goresan sepanjang tepi lateral kaki di luar telapak kaki,
dari bawah ke atas).
Di antara variasi Babinski ini maka refleks Chaddock adalah yang paling berguna
dalam penggunaan di klinis. Variasi Babinski ini diperlukan apabila kita ragu-ragu
mengenai hasil evaluasi refleks Babinski atau bila penderita sangat sensitif terhadap
goresan pada telapak kaki.
Refleks Rossolimo dan Mendel- Bechterew
Arti klinis sama dengan refleks Babinski dan variasinya (lesi UMN) hanya responsnya
yang berbeda. Pukulan pada bagian dorsal kaki pada tulang cuboid (refleks Mendel-
Bechterew) dan pada telapak kaki bagian depan (refleks Rossolimo) akan memberikan
respons berupa fleksi jari-jari kaki. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan refleks
Rossolimo dan Mendel-Bechterew pada waktu pemeriksaan refleks patologis.
17/07/2009 - 39 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Refleks KORNEA
Langsung
Penderita diminta melirik ke arah latero-superior, kemudian dari arah lain kapas
disentuhkan pada kornea mata (penderita diminta melirik ke arah kanan atas maka
kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan sebaliknya). Kemudian bandingkan
kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri. Saraf aferen berasal dari N.V
tetapi eferennya (berkedip) berasal dari N. VII (N. Fasialis).
17/07/2009 - 41 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Prinsip-Prinsip Umum
1. Mencari defisit rasa nyeri
Cari daerah-daerah hipalgesia dan hiperalgesia/ hiperestesia
2. Cari gejala-gejala lain di tempat gangguan sensorik tersebut, seperti atropi, kelemahan
otot, refleks yang menurun/ negatif, menurut distribusi dermatom atau saraf perifer.
3. Keluhan-keluhan sensorik (parestesia) mempunyai kualitas yang sama, baik mengenai
talamus, spina, radix spinalis atau saraf perifer, jadi untuk membedakannya harus dengan
distribusi gejala/ keluhan dan penemuan yang lain.
4. Lesi saraf perifer sering disertai dengan berkurang atau hilangnya keringat, kulit kering,
perubahan-perubahan tropik pada kuku dan hilangnya jaringan di bawah kulit. Kadang-
kadang pada lesi partial malah timbul produksi keringat yang berlebihan. Karena saraf
perifer membawa pula saraf-saraf simpatis maka lesi saraf perifer menimbulkan
gangguan somatik dan simpatis.
5. Untuk menentukan batas gangguan sensorik (misal pada lesi mielum, paralplegia), maka
sebaiknya menggunakan sensibilitas nyeri superfisial. Mulailah dari bawah (dari tempat
gangguan) menuju ke atas dengan jarak rangsanga nyeri ± 1 inch (± 2.5 cm). Batas defisit
nyeri yang jelas/ tajam menunjukkan bahwa lesinya komplet, sedangkan batas yang
bervariasi (tidak tajam) menunjukkan gangguan sensorik yang tidak komplet. Untuk
memastikan letak lesi mielum secara objektif bisa dikombinasi dengan pemeriksaan
refleks dan tes produksi keringat (tes perspirasi)
6. Untuk menentukan gangguan propioseptik (getar/ posisi) pada stadium dini, lebih baik
menggunakan pemeriksaan rasa getar (garputala), sebab pada stadium dini biasanya
gangguan rasa getar terkena lebih dahulu daripada rasa gerak dan posisi
7. Akson dari serat saraf perifer berbeda besarnya. Umumnya serat-serat kecil membawa
sensasi nyeri, sementara itu serat-serat yang lebih besar membawa sensasi posisi, raba
dan getar. Sebab serat-serat besar mempunyai konduksi yang lebih cepat maka informasi
sensasi raba dan propioseptik (getar & posisi) akan lebih cepat sampai ke mielum
daripada sensasi nyeri (ingat Gate Theory sebagai prinsip dasar dari pengobatan nyeri
dengan alat Transcutaneus Needle Stimulation/ T.N.S dan mungkin pula akupunktur)
8. Serat-serat besar lebih sensitif terhadap tekanan, sedangkan serat-serat kecil lebih
dipengaruhi oleh prokain & anestesia topikal.
9. Karena talamus adalah station dari seluruh macam sensasi (kecuali sensasi bau dan
mungkin juga keseimbangan) maka kehilangan komplet dari semua modalitas sensorik
adalah karakteristik lesi thalamus atau di bawah thalamus. Sednagkan untuk lesi lobus
17/07/2009 - 44 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
parietalis maka berlaku prinsip, semakin jauh/ posterior dari gyrus post centralis semakin
ringan gangguan sensoriknya tetapi semakin nampak gangguan fungsi sensorik
diskriminatif.
PEMERIKSAAN
Modalitas primer dari sensasi somatik (nyeri, raba, posisi, getar dan suhu) diperiksa terlebih
dahulu sebelum memeriksa fungsi sensorik kortikal/ diskriminatif.
A. Nyeri superfisial
Dengan memakai jarum yang tumpul/ tajam
Rangsangan berganti-ganti antara ujung yang tajam dan yang tumpul, bila perlu diselingi
dengan sentuhan ujung jari. Pasien diminta untuk membedakan bermacam-macam
rangsangan tersebut.
Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah yang normal pada daerah kontralateral
tetapi setangkup/ sama (lengan bawah bagian volar kanan dengan lengan bawah kiri
bagian volar pula).
Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak menuju daerah yang normal,
sementara itu pasien diminta menunjukkan kapan dia mulai merasakan ketajaman jarum
lebih jelas. Yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi atau perbedaan sensasi tersebut
(dari daerah abnormal ke daerah yang normal)
Kadang-kadang ada kesenjangan (gap) dari batas sensorik, misalnya ada tumor mielum
intramedullar, segmen sacral sering bebas dari gangguan karena posisi serat-seratnya
(spino-thalamic tract) lebih ke lateral. Juga pada siringomielia bisa menimbulkan
hipalgesia pada beberapa segmen dengan sensasi yang normal di atas dan di bawah lesi/
segmen tersebut
Sensasi nyeri ini paling baik dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan
dengan sensasi yang lain
C. Raba
Diperiksa dengan bahan-bahan seperti kapas, kertas atau perabaan ujung-ujung jari
pemeriksa. Teknik pemeriksaan sama dengan untuk rasa nyeri
17/07/2009 - 45 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
D. Getar
Digunakan garputala
Garputala digetarkan kemudian diletakkan pada daerah dengan tulang yang menonjol
seperti pergelangan tangan, pergelangan kaki, dll. Kemudian bandingkan kanan dan kiri
Untuk penentuan lebih tepat atau untuk indikasi tertentu (misalnya stadium dini
polineuropati diabetika) maka bisa dikerjakan cara sebagai berikut: setelah penderita
tidak merasakan getarannya (misalnya pada pergelangan tangan) maka garputala tersebut
dipindahkan ke pergelangan tangan si pemeriksa dan dibandingkan. Bila pemeriksa
masih merasa getaran tersebut berarti rasa getar penderita sudah menurun (mungkin
abnormal)
Cara lain yaitu dengan menghitung lamanya pasien masih merasa getaran tersebut
Merupakan pemeriksaan yang mudah dikerjakan.
E. Posisi
Tes mengangkat kedua lengan (ekstensi lengan) di depan penderita dengan telapak
tangan menghadap ke atas. Kemudian penderita diminta untuk mempertahankan posisi
tersebut dan mata ditutup. Pada kelemahan otot satu sisi atau gangguan proprioseptik,
maka lengan akan turun dan menuju ke arah dalam. Modifikasi dari tes ini bisa
dikerjakan dengan menaik-turunkan kedua lengan tersebut, kemudian penderita diminta
menentukan lengan yang mana yang posisinya lebih tinggi
Tes di atas bisa dikombinasikan dengan tes Romberg. Penderita diminta berdiri dengan
tumit kaki kanan dan jari-jari kaki kiri berada pada satu garis lurus dan kedua lengan
ekstensi ke depan. Kemudian penderita diminta menutup matanya. Bila ada gangguan
proprioseptik pada kaki maka penderita akan jatuh pada satu sisi.
Beberapa persendian akan diperiksa untuk tes posisi, biasanya pada persendian
metatarsal/ carpal-phalangeal ibu jari dan telunjuk. Pemeriksa memegang bagian sisi
samping dari jari pasien yang akan diperiksa, kemudian jari-jari tersebut digerakkan ke
atas dan ke bawah. Pasien diminta mengenal gerakan jarinya tersebut, ke atas dan ke
bawah. Apabila penderita tidak mengenal posisi jari-jari tersebut maka bisa dilanjutkan
dengan sendi yang proksimal (pergelangan tangan/ siku/ bahu)
F. Temperatur/ Suhu
Pemeriksaan lebih banyak menghabiskan waktu dan sulit, oleh sebab itu tidak merupakan
pemeriksaan yang rutin seperti halnya modalitas yang lain. Diperiksa dengan 2 gelas/ botol
berisi air panas dan dingin. Dengan mata tertutup pasien diminta membedakannya setelah
disentuh di bagian badannya.
17/07/2009 - 46 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Menentukan lokasi rangsangan (topografi), gradasi kehalusan dari rasa raba, berat benda,
semuanya ini perlu fungsi kortikal.
Syarat pemeriksaan sensorik kortikal ini adalah fungsi sensorik primer (raba, posisi) harus baik
dan tidak ada gangguan tingkat kesadaran, kadang-kadang ditambah dengan syarat harus mampu
memanipulir objek atau tidak ada kelemahan otot-otot tangan (pada tes barognosis)
i. Semua defek dari integrasi sensorik dianggap/ disebut agnosia
ii. Macam-macam gangguan fungsi sensorik kortikal adalah:
Gangguan two point tactile discrimination
Diperiksa dengan 2 rangsangan tumpul pada 2 titik di anggota gerak secara
serentak, bisa memakai kompas/ jangka atau calibrated 2 point esthesiometer. Pada
anggota gerak atas biasanya diperiksa pada ujung jari. Orang normal bisa
membedakan 2 rangsangan pada ujung jari bila jarak kedua rangsangan tersebut
lebih besar dari 3 mm. Ketajaman menentukan 2 rangsangan tersebut sangat
tergantung kepada bagian tubuh yang diperiksa, yang penting adalah
membandingkan kedua sisi.
Gangguan grapesthesia = graphanesthesia
Dilakukan dengan cara menulis beberapa angka pada bagian tubuh yang berbeda-
beda dari kulit penderita. Pasien diminta mengenal angka yang digoreksn pada
bagian tubuh tersebut, sementara itu mata sebaiknya ditutup. Alat yang dipakai
adalah pensil/ jarum tumpul. Pemeriksaan ini sangat tergantung pada banyak faktor
yaitu derajat tekanan, kecepatan dan besar huruf, sehingga kadang-kadang sulit
membuat kesimpulan. Tetapi sekali lagi yang penting adalah membandingkan
antara kanan dan kiri.
Gangguan stereognosis = astereognosis
Diperiksa pada tangan. Pasien diminta mengenal sebuah benda yang ditempatkan
pada masing-masing tangan dan diminta merasakan dengan jari-jarinya.
Ketidakmampuan mengenal benda dengan rabaan dan mata ditutup disebut sebagai
tactile agnosia atau astereognosis. Syarat pemeriksaan sensasi protopatik dan
proprioseptik harus baik
Gangguan barognosis = abarognosis
Membedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar benda
kurang lebih sama tetapi beratnya berbeda. Syarat pemeriksaan, rasa gerak dan
posisi sendi harus baik.
17/07/2009 - 47 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
Tinel’s Sign
Umumnya digunakan untuk tes saraf medianus pada sindroma Carpal Tunnel (sebetulnya
bisa pula untuk saraf-saraf lain). Tepukan ujung jari pada saraf medianus di tengah-
tengah terowongan carpal akan menimbulkan disestesia (rasa parestesia dan nyeri yang
menjalar mulai dari tempat rangsangan ke jari-jari telunjuk, tengah dan manis yang mirip
aliran listrik).
Bila tes ini positif, maka dugaan kuat adanya sindroma carpal tunnel apalagi bila ada
keluhan parestesia dan nyeri pada ketiga jari tersebut (kadang-kadang rasa nyeri
parestesia tersebut menjalar ke atas sampai dengan siku tetapi tidak pernah sampai di atas
siku). Untuk konfirmasi bila dilakukan pemeriksaan EMG/ N. CV
17/07/2009 - 48 - Pemeriksaan Fisik Neurologi
Hestilin Kartini Seilatu
DAFTAR PUSTAKA