Abstrak
Pasien jatuh merupakan insiden jatuhnya pasien di rumah sakit yang paling mengkhawatirkan dan berdampak
pada cedera bahkan kematian. Insiden pasien jatuh menempati urutan kedua kejadian tidak diharapkan
setelah kesalahan pengobatan. Rumah Sakit sudah melakukan upaya untuk mengurangi insiden jatuh
namun kenyataannya insiden jatuh masih terjadi. Data yang diperoleh dari Bulan Maret–September 2016
terdapat 6 kasus insiden pasien jatuh dari total 43 insiden keselamatan pasien. Hasil observsi menunjukkan
sebagian besar program pencegahan jatuh yang belum dilakukan yaitu asesmen risiko jatuh. Asesmen
risiko jatuh merupakan langkah awal untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien, apabila tidak dilakukan
maka insiden jatuh akan terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaan asesmen risiko
jatuh yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap rumah sakit. Metode penelitian yang digunakan
yaitu riset kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi yang digunakan yaitu perawat ruang rawat
inap sejumlah 304 perawat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling sebanyak
10 informan. Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dilakukan secara
indepth interview dengan wawancara semi terstruktur kepada semua informan. Data sekunder dilakukan
dengan telaah dokumen yaitu SPO pencegahan risiko jatuh, buku panduan asesmen, dan status rekam
medis pasien. Analisis data menggunakan model analisis Miles dan Huberman dengan mereduksi data,
membuat data display, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian terdapat dua tema yaitu adanya pelatihan
internal dan sosialisasi mempengaruhi pemahaman perawat terhadap pelaksanaan asesmen risiko jatuh
baik asesmen awal risiko jatuh maupun asesmen ulang risiko jatuh dan pelaksanaan asesmen risiko jatuh
dipengaruhi oleh adanya faktor penghambat dan pendukung, dimana kedua faktor tersebut mempengaruhi
kepatuhan asesmen risiko jatuh yang dilakukan oleh perawat. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
pemahaman terkait asemen risiko jatuh tidak menjamin perawat patuh terhadap pelaksanaan asesmen risiko
jatuh. Diharapkan adanya kerjasama antara manajemen rumah sakit, pokja pencegahan risiko jatuh, serta
kepala ruang untuk senantiasa melakukan supervisi dan monitoring evaluasi terkait pelaksanaan asesmen
risiko jatuh disertai dengan pemberian reward dan punishment yang jelas.
Info Artikel:
Artikel dikirim pada 04 Juli 2017
Artikel direvisi pada 22 September 2017
Artikel diterima pada 25 September 2017
DOI: http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(2).123-133
124 Hirza Ainin Nur, Edi Dharmana, Agus Santoso, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 2, Tahun 2017, 123-133
BAHAN DAN METODE secara bersamaan melalui auditing (pemeriksaan)
dengan menguji hasil penelitian dikaitkan dengan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
proses yang dilakukan. Analisis data menggunakan
dengan pendekatan fenomenologi. Populasi yang
model analisis Miles dan Huberman. Reduksi data
digunakan pada penelitian ini yaitu perawat ruang
dengan cara mencari kata kunci, membuat kategori,
rawat inap RSUD RA. Kartini Jepara sebanyak
dan melakukan pengkodean. Selanjutnya dibuat data
304 perawat. Pengambilan sampel menggunakan
display dengan membuat hubungan antar kategori
non probability sampling dengan teknik purposive
dan tema, kemudian terakhir menarik kesimpulan.
sampling. Kriteria inklusi yang digunakan perawat
yang sudah bekerja selama >3 tahun. Jumlah
informan utama yang digunakan sebanyak 6 HASIL DAN BAHASAN
informan dari tiga ruang rawat inap: bangsal anak, Pada penelitian ini dihasilkan 2 tema yang
unit stroke, dan bangsal psikiatrik. Dari masing- merupakan hubungan dari beberapa kategori yang
masing ruangan tersebut diambil 2 perawat. Jumlah saling berkaitan yaitu tentang pelatihan internal,
informan triangulasi sebanyak 3 orang kepala ruang sosialisasi, pemahaman asesmen risiko jatuh,
dari masing-masing ruangan dan 1 orang pokja asesmen awal risiko jatuh, asesmen ulang risiko
pencegahan risiko jatuh. Jadi total informan yang jatuh, pelaksanaan asesmen risiko jatuh, faktor
digunakan yaitu sebanyak 10 orang. penghambat, faktor pendukung, dan kepatuhan
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti asesmen risiko jatuh. Hubungan antar kategori dan
dengan menggunakan data primer dan data sekunder. tema tersebut disajikan pada Gambar 1.
Data primer dilakukan dengan wawancara semi Adapun dari Gambar 1 tersebut didapatkan
terstruktur secara indept interview selama 40–60 tema sebagai berikut:
menit yang berkaitan dengan pemahaman, faktor 1. Adanya pelatihan internal dan sosialisasi
penghambat dan pendukung, upaya untuk mengatasi mempengaruhi pemahaman perawat terhadap
hambatan, serta harapan untuk mengoptimalkan pelaksanaan asesmen risiko jatuh baik asesmen
pelaksanaan asesmen risiko jatuh. Data sekunder awal risiko jatuh maupun asesmen ulang risiko
dilakukan dengan telaah kelengkapan dokumen jatuh.
tentang asesmen risiko jatuh mulai dari SPO, format, 2. Pelaksanaan asesmen risiko jatuh dipengaruhi
buku panduan, serta status rekam medis pasien yang oleh adanya faktor penghambat dan pendukung,
berkaitan dengan asesmen risiko jatuh. dimana kedua faktor tersebut mempengaruhi
Guna mengetahui keabsahan data dillakukan kepatuhan asesmen risiko jatuh yang dilakukan
uji kredibilitas, transferbilitas, dependabilitas, dan oleh perawat.
konfirmabilitas. Kredibilitas/derajat kebenaran data
diperoleh melalui triangulasi sumber, teknik, dan Tema 1: Adanya pelatihan internal dan sosialisasi
teori. Triangulasi sumber yang dilakukan yaitu dengan mempengaruhi pemahaman perawat terhadap
melakukan wawancara kepada informan triangulasi pelaksanaan asesmen risiko jatuh baik asesmen
sebanyak 4 orang (3 orang merupakan kepala ruang awal risiko jatuh maupun asesmen ulang risiko
masing-masing ruangan yang digunakan, dan 1 jatuh
orang dari pokja pencegahan risiko jatuh). Triangulasi
teknik dengan cara membandingkan data yang Pemahaman perawat tentang pelaksanaan
diperoleh dengan melakukan pengecekan terhadap asesmen risiko jatuh diperoleh melalui pelatihan
dokumen yang berkaitan dengan asesmen risiko internal dan sosialisasi yang dilakukan oleh rumah
jatuh (SPO, format, buku panduan, dan status rekam sakit baik itu dari manajemen rumah sakit maupun
medis pasien). Triangulasi teori dilakukan dengan dari pokja yang bersangkutan.
cara membandingkan data yang diperoleh dengan
perspektif teori yang ada baik dari buku maupun Pelatihan Internal
jurnal. Transferbilitas dilakukan dengan cara peneliti Pelatihan internal atau in house training merupakan
membuat gambaran dan pemahaman yang jelas suatu program pelatihan yang diselenggarakan oleh
tentang pelaksanaan asesmen risiko jatuh sehingga rumah sakit dengan menggunakan tempat training,
informan dapat mengevaluasi kesesuain data tersebut. peralatan training, menentukan peserta dan dengan
Uji dependabilitas dan konfirmabilitas dilakukan mendatangkan trainer sendiri (7). Pelatihan internal
Pemahaman Asesmen
Risiko Jatuh
TEMA 1
Pelaksanaan Asesmen
Risiko Jatuh
TEMA 2
Faktor
Faktor
Pendukung
Penghambat
Kepatuhan Asesmen
Risiko Jatuh
yang dilakukan di RSUD RA. Kartini Jepara yaitu internal berkaitan dengan sasaran keselamatan
berkaitan dengan seluruh aspek penilaian akreditasi pasien yang salah satunya adalah pencegahan risiko
rumah sakit yang salah satunya yaitu asesmen risiko jatuh. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
jatuh. Berikut adalah beberapa transkrip wawancara dilakukan oleh Yulia yaitu ada pengaruh pelatihan
dengan informan: keselamatan pasien terhadap pemahaman perawat
pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien
“….Iya sudah ada pelatihan internalnya….. dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara
semua perawat wajib…. Termasuk risiko sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan (8).
jatuh itu nanti dijelaskan dan diajari….”
( I1)
“….Kita semua sudah ikut pelatihan di Sosialisasi
aula…. ada status baru yang harus diisi Sosialisasi disebut sebagai proses belajar yang
cara pengisiannya gini gini gini….” ( I4)
dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
“ ….Iya ada itu mbak pelatihannya untuk
semua perawat….Ada sertifikatnya ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma dalam
ox mbak…. Itu ya pengenalan, sama kehidupan bermasyarakat. Sosialisasi yang dilakukan
caranya juga diajari….Risiko jatuh itu di RSUD RA Kartini jepara bertujuan supaya perawat
apa, formatnya apa, caranya gini gini mempunyai ketrampilan dan kebiasaan dalam
gini….” ( I5) melaksanakan asesmen risiko jatuh dari kebiasaan
“….Ada itu pelatihan semua perawat di
tersebut diharapkan perawat dapat membudayakan
aula…. Ada sertifikatnya….” (I6)
“….Iya ada pelatihan…. Semua perawat… keselamatan pasien (9). Adapun wawancara dengan
Pengenalan asesmen risiko jatuh, format, informan adalah sebagai berikut:
isinya apa saja….” (T2)
“….Ada pelatihannya untuk semua “….Di ruangan-ruangan mereka pokjanya
perawat…. Pencegahan jatuh itu apa pada roadshow…. Mempraktikan sebelum
aja, formatnya apa, caranya itu diajari….” ada catatan medisnya mereka pada
(T3) mensosialisasikan…. Praktiknya dalam
artian pengisian ini mbak asesmennya,
terus juga SPO-SPO….” (I1)
Adanya kesesuaian antara informan utama dan “….Sosialisasinya kemarin sudah ada
triangulasi menunjukkan bahwa di RSUD RA. Kartini semua…. Itu per ruangan-ruangan, jadi
Jepara memang sudah pernah dilakukan pelatihan pokjanya keliling…. Itu nanti dipraktikan
126 Hirza Ainin Nur, Edi Dharmana, Agus Santoso, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 2, Tahun 2017, 123-133
cara mengisinya…. Memakai semacam “ ….Asesmen pasien risiko jatuh di unit
contoh kasus dari pasien terus diisi….” stroke menggunakan skala morse itu
(I2) terdiri dari riwayat jatuh, status mental,
“…. Setiap format dan SPO sudah di terpasang infus tidaknya, sama diagnosa
sosialisasi sama pokjanya…. Itu nanti sekunder…. Kriterianya 0 – 24 tanpa
dia datang muter setiap ruangan…. risiko jatuh, 25 – 50 risiko jatuhg sedang,
Dijelaskan dan dipraktikkan….” (I3) kalau >51 sudah risiko tinggi…. Ini tinggal
“….Pokjanya datang ke ruangan dicentang-centang terus dijumlahkan….
menjelaskan SPO kemudian Format mudah dipahami…. Pengenalan
disosialisasikan…. Selain SPO ya tanda-tanda bahaya risiko jatuh” (I2)
blangko asesmennya jadi mereka kan “….Gangguan psikotropik pakainya
ngajari cara-caranya gimana langsung edmonson…. Jadi dilihat dari usianya,
praktik….” (I5) status mentalnya, cara BAB dan BAK,
“….Pokja itu sosialisasi setiap riwayat obat-obatannya, diagnosanya,
mengeluarkan SPO…. Disosialisaikan masalah keseimbangan tubuh atau tidak,
di masing-masing ruangan…. kemudian nutrisi, apakah dia tidurnya
Menjelaskan SPO dan pengisian blangko cukup atau tidak. Jadi nanti kita nilai….
asesmennya….” (T2) Kita jumlahkan…. Kalau nilainya > 90
“….Pokja itu kan sosialisasi masalah berarti berisiko jatuh, kalau kurang tidak
ini kayak SPO-SPO…. Pokja keliling, berisiko…. Itu nanti ada intervensinya
sosialisasi format dan SPO…. Mereka sendiri-sendiri baik yang berisiko dan
menjelaskan dan mempraktikan cara tidak berisiko….” (I3)
pengisiannya….” (T3). “….Di sini menggunakan humpty
dumpty untuk anak-anak. Itu yang dikaji
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pokja ada umur, jenis kelamin, diagnosa,
gangguan kognitif, faktor lingkungan,
pencegahan risiko jatuh sudah melakukan sosialisasi di
respon terhadap pembadahan, sedasi
setiap ruangan rawat inap mengenai format dan SPO dan anestesi, dan penggunaan obat-
asesmen risiko jatuh. Cara sosialisasi yang dilakukan obatan. Itu setiap pengkajian ada skor
dengan menjelasakan dan mempraktikan SPO dan masing-masing tinggal kita pilih sesuai
format asesmen risiko jatuh tersebut. Sosialisasi yang keadaan pasien kemudian ditotal skornya
dilakukan di RSUD RA Kartini Jepara merupakan baru diketahui risiko tinggi atau rendah….
Setelah itu ke intervensinya. Intervensinya
salah satu strategi manajemen untuk meningkatkan
juga ada sendiri-sendiri baik yang risiko
pemahaman dan ketrampilan perawat. Pemberian rendah dan risiko tinggi….” (I5)
soialisasi ini dilakukan secara berulang-ulang supaya “….Itu ada blangko asesmennya
perawat mempunyai pemahaman dan ketrampilan masing-masing…. Untuk humpty dumpty
asesmen risiko jatuh dengan benar dan tepat. anak-anak, dewasa pakainya morse,
psikiatrik memakai edmonson…. Itu nanti
setiap pengkajian ada pilihan masing-
Pemahaman Asesmen Risiko Jatuh
masing dan skor masing-masing tinggal
Pemahaman adalah kemampuan seseorang dicentang sesuai keadaan pasien dan
untuk memahami suatu pengetahuan yang dijumlahkan…. Kalau sudah dikategorikan
tanpa risiko, risiko rendah, atau risiko
diterimanya. Pemahaman asesmen risiko jatuh
tinggi….” (T4)
diartikan sebagai kemampuan perawat untuk
memahami dan mempelajari dengan benar terkait
Berdasarkan wawancara dengan informan
asesmen risiko jatuh. Pemahaman terhadap
didapatkan bahwa di ruang rawat inap RSUD RA
pengetahuan merupakan aspek kognitif dari
Kartini Jepara menggunakan 3 format asesmen risiko
seseorang. Perawat membutuhkan pemahaman
jatuh yaitu humpty dumpty untuk anak-anak, morse
yang lebih tentang program pencegahan risiko jatuh.
untuk dewasa, dan edmonson untuk pasien psikiatrik.
Ketidaktahuan perawat tentang program pencegahan
Semua perawat di ruangan sudah memahami dari
risiko jatuh inilah yang dapat mengakibatkan perawat
masing-masing asesmen risiko jatuh tersebut. Sejalan
tidak melaksanakan program pencegahan risiko
dengan telaah dokumen yang telah didapatkan bahwa
jatuh tersebut yang salah satunya yaitu pelaksanaan
untuk di ruang unit stroke terdapat format morse,
asesmen risiko jatuh (10). Berikut adalah transkrip
ruang anak-anak terdapat format humpty dumpty, dan
wawancara informan:
ruang psikiatrik terdapat format edmonson.
128 Hirza Ainin Nur, Edi Dharmana, Agus Santoso, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 2, Tahun 2017, 123-133
yang harus ditanyakan kepada keluarga pasien melalui proses pendidikan, penyuluhan, pelatihan, dan
yang tentunya tidak dapat dilihat secara langsung bentuk proses belajar mengajar lainnya. Perubahan
oleh perawat misalnya item riwayat jatuh pasien perilaku ini terbentuk secara sadar dan terencana
(pada skala morse, humpty dumpty, edmonson), item melalui berbagai macam proses belajar mengajar
asupan nutrisi terakhir yang dikonsumsi pasien serta yang diupayakan untuk merubah perilaku sebelumnya
item kebutuhan istirahat dan tidur pasien pada skala menjadi bentuk perilaku yang diinginkan (14).
Edmonson. Perawat melaksanakan asesmen risiko Green berpendapat bahwa pengetahuan
jatuh dengan cara mencentang item yang sudah merupakan faktor predisposisi untuk merubah
disediakan di format asesmen. Berikut ini adalah perilaku seseorang (15). Sedangkan Notoatmodjo
transkrip wawancara dengan informan: mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan
modal utama untuk meperoleh ketrampilan dan sikap
“….Pelaksanaannya diterapkan kepada (9). Hal ini sejalan dengan wawancara mendalam
semua pasien…. Bisa dilihat di status…. kepada informan bahwa semua informan menyatakan
tinggal dicentang-centang… Wawancara
mereka mengetahui bagaimana pelaksanaan
dengan keluarga…. Langkah-langkah
pelaksanaan mekanismenya itu sama….” asesmen risiko jatuh dan asesmen risiko jatuh wajib
(I2) untuk dilakukan. Maka diharapkan dengan memiliki
“….Pengisian asesmen risiko jatuh ada pengetahuan dan pemahaman yang baik perawat
wawancara dengan keluarga….” (I3) patuh dalam melaksanakan asesmen risiko jatuh.
“….Pelaksanaan asesmen itu wawancara
ke keluarga juga…. Asemen itu kan
Tema 2: Pelaksanaan asesmen risiko jatuh
ada macam-macam jadi itu sekalian
dilakukan…. Untuk langkah-langkah dipengaruhi oleh adanya faktor penghambat
sama….” (I5) dan pendukung, dimana kedua faktor tersebut
“….Iya kita wawancara ke keluarga bawa mempengaruhi kepatuhan asesmen risiko jatuh
status ke pasien….” (T3) yang dilakukan oleh perawat
Perawat dalam melaksanakan asesmen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
risiko jatuh dipengaruhi oleh faktor penghambat
pelaksanaan asesmen risiko jatuh dilakukan secara
dan pendukung. Adanya kedua faktor tersebut
bersamaan dengan asesmen keperawatan yang
dapat mempengaruhi kepatuhan perawat untuk
lainnya. Pelaksanaan asesmen ulang risiko jatuh
melaksankanakan asesmen risiko jatuh.
mekanisme dan langkah-langkahnya sama dengan
asesmen awal risiko jatuh yang membedakan adalah
Faktor Penghambat
indikasi atau kriteria pasien untuk dilakukan asesmen
ulang. Faktor penghambat merupakan kondisi yang
Pemahaman dan pengetahuan asesmen risiko dapat menghambat suatu kegiatan. Pada pelaksanaan
jatuh yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit asesmen risiko jatuh faktor penghambat diartikan
diperoleh melalui pelatihan internal dan sosialisasi. sebagai kondisi-kondisi yang dapat menghambat
Dari proses pelatihan dan sosialisasi tersebut perawat pelaksanaan asesmen risiko jatuh, adanya kondisi
mengerti dan memahami apa itu asesmen risiko jatuh, tersebut dapat berpengaruh sedikit atau bahkan dapat
apa saja formatnya dan bagaimana cara mengisinya. menghentikan pelaksanaan suatu kegiatan. Kutipan
Ketika perawat sudah paham betapa pentingnya wawancara dengan informan adalah sebagai berikut:
asesmen risiko jatuh maka hal ini akan berdampak
pada perilaku pelaksanaan asesmen risiko jatuh yang “…. Kondisi pasien kadang ada yang
dilakukan. ngamuk, tidak stabil, ada juga visit
dokter…. Sering kasus dapat pasien
Penelitian yang dilakukan oleh Budiono
langsung 3, kemudian masih ada tindakan,
menyatakan bahwa faktor yang dapat meningkatkan kemudian kadang yang nganter bukan
ketrampilan petugas melakukan skrining risiko jatuh keluarga terdekat, masih kayak gitu
yaitu dengan adanya pelatihan dan sosialisasi terkait tidak tercover…. Kalau tidak tercover
manajemen risiko jatuh (13). Hal ini didukung oleh kita operkan ke shift selanjutnya….
pendapat Budioro yang menyatakan bahwa salah Pasien banyak yang harus diawasi,
tindakan banyak terus kemudian kita
satu dari bentuk perubahan perilaku yaitu direkayasa
harus melakukan asesmen lanjutan yang
130 Hirza Ainin Nur, Edi Dharmana, Agus Santoso, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 2, Tahun 2017, 123-133
atau tanpa cidera…. Perawatnya dilihat Perawat harus sadar diri kalau itu harus
dari kerjasama tim bagus…. Kalau diisi… itu yang menerapkan susah
ada yang kurang diberi pengarahan, masing-masing orang beda-beda….”
ditegur….” (T2) (T2)
“….Untuk pengisiannya kayaknya masih
Hasil wawancara informan menunjukkan bahwa kurang soalnya masih banyak yang
kosong, kita cek itu masih banyak yang
faktor pendukung dari pelaksanaan asesmen risiko
kosong….” (T4)
jatuh yaitu terkait dengan motivasi (baik sesama rekan
kerja maupun kepala ruang) dan sarana prasarana
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
(baik dari format asesmen maupun SPO). Hal ini sesuai
sebagian besar informan mengatakan bahwa asesmen
dengan telaah kelengkapan dokumen di ruangan
awal risiko jatuh selalu dilakukandan diisi. Sedangkan
yang menunjukkan bahwa di ruangan terdapat format
untuk asesmen ulang risiko jatuh mereka mengatakan
asesmen yang berbeda antara asesmen awal rawat
tidak semua perawat patuh untuk melaksanakan.
inap termasuk asesmen risiko jatuh dan asesmen
Pemahaman yang dimiliki terkait pelaksanaan
ulang risiko jatuh, serta terdapat berbagai SPO yang
asesmen risiko jatuh ternyata tidak membuat perawat
mendukung mulai dari SPO asesmen pasien, SPO
selalu patuh untuk melaksanakannya walaupun
asesmen awal risiko jatuh, SPO asesmen ulang risiko
sudah didukung dengan adanya motivasi dan sarana
jatuh, dan SPO penanganan pasien jatuh dengan
prasarana baik itu format asesmen maupun SPO
atau tanpa cidera.
risiko jatuh. Perawat menganggap masih banyak
kendala-kendala yang dihadapi mulai dari kondisi
Kepatuhan Asesmen Risiko jatuh
pasien, keluarga pasien, dari diri perawat sendiri,
Kepatuhan perawat diartikan sejauh mana perilaku serta dari kepemimpinan dan manajemen.
perawat sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Kondisi pasien seperti pasien yang tidak
professional kesehatan (16). Kepatuhan perawat dalam stabil, pasien berontak, pasien mengamuk, adanya
melaksanakan asesmen risiko jatuh dapat dilihat dari perubahan GCS, kejang membuat perawat untuk
seberapa sering perilaku perawat melaksanakan memilih menangani pasien terlebih dahulu.
asesmen risiko jatuh tersebut baik asesmen awal Dari faktor keluarga ketika pasien di bawa ke
maupun asesmen ulang. Adapun wawancara dengan ruangan rawat terkadang tidak ada keluarga yang
informan adalah sebagai berikut: menemani. Padahal untuk melakukan asesmen risiko
jatuh membutuhkan wawancara dengan keluarga
“….Paling kepatuhannya itu mbak, patuh sehingga perawat menunggu sampai ada keluarga
dan tidak patuh. Kadang kan mungkin pas baru melaksanakan asesmen.
sibuk atau pas lagi apa…mungkin dari
Dari faktor perawat sendiri seperti adanya
skor 1 – 10 ada di 8….rata-rata hampir
semua melakukan…. Untuk disini kita kesibukan perawat, pasien penuh dan banyak pasien
monitoringnya dua hari….” (I1) pengawasan, SDM yang kurang memadai, dan beban
“….Kalau asesmen awal saya yakin bisa kerja yang tinggi membuat perawat lebih memilih
terisi semua.... tapi kalau untuk asesmen untuk melakukan tindakan keperawatan lainnya
ulang…. Kita harus punya kebiasaan dibanding melaksanakan asesmen risiko jatuh.
untuk diingatkan ya mbak….”(I4)
Dari kepemimpinan dan manajemen seperti
“….Kalau asesmen awal sih selalu
diisi ya mbak itu bisa lebih dari 80% kurangnya supervisi, serta tidak adanya reward dan
lah…. Otomatis dilakukan dan selalu punishment yang jelas membuat perawat tidak patuh
dilakukan…. Asesmen ulangnya itu kan terhadap pelaksanaan asesmen risiko jatuh.
lihat kondisi, terus juga risiko tinggi atau Fakta di atas sesuai dengan beberapa penelitian
rendah dilihat dulu…. Monitoring nggak terdahulu: Penelitian dari Elizabeth menyatakan
sedilakukan seperti asesmen awal….”
bahwa masih ada perawat yang tidak patuh terhadap
(I5)
“….Untuk asesmen awal itu sebagian pelaksanaan SPO identifikasi risiko jatuh dengan
besar sudah diisi…. Kepatuhan itu skala morse dikarenakan beberapa faktor salah
memang paling utama…. Kepatuhan satu nya adalah kondisi pasien (17). Penelitian dari
tergantung orangnya…. Monitoringnya itu Rutami menunjukkan hasil bahwa adanya keluarga
tidak semua perawat patuh asesmen…. dapat mempercepat pengkajian keperawatan
132 Hirza Ainin Nur, Edi Dharmana, Agus Santoso, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 2, Tahun 2017, 123-133
6. PERSI. Seminar Keselamatan Pasien. Jakarta; dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse di Rumah
2012. Sakit “A” Bandung. Artik J. 2010;
7. Diah FP. Strategi Meningkatkan Perilaku Caring 18. Rutami. Pelaksanaan Proses Pengkajian
Perawat dalam Mutu Pelayanan Keperawatan. J Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H.
Manaj Keperawatan. 2015;3(1):1–6. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara;
8. Yulia S. Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien 2012.
Terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana 19. Boushon B et al. Transforming Care at the
Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien di RS Bedside How-to Guide: Reducing Patient Injuries
Tugu Ibu Depok. Universitas Indonesia; 2010. from Falls. Cambridge: Institute for Health Care
9. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Improvement; 2008.
Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007. 20. Gibson J et al. Organisasi: Perilaku, Struktur, dan
10. Harten-Krouwel, Marieke S, Marielle Emmelot-Vonk, Proses. Jakarta: Erlangga; 2006.
Ruth Pel-Littel. Development and Feasibility of Falls 21. Sarwono. Manajemen Sumber Daya Manusia di
Prevention Advice. J Clin Nurs. 2011;20:2761–76. Rumah Sakit Suatu Pendekatan Sistem. Jakarta:
11. Kozier-Erbs, Audrey B, Shirlee S, Geralyn F. EGC; 2011.
Fundamental of Nursing Consepts, Process, and 22. Hariandja M. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Practice. 10th ed. USA: Pearson Education Inc; Jakarta: Grasindo; 2009.
2016. 23. Marquis & Huston. Kepemimpinan dan Manajemen
12. Sizewise. Understanding Fall Risk, Prevention, and Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Empat. Jakarta:
Protection. USA: Kansas; 2007. EGC; 2010.
13. Budiono S. Pelaksanaan Program Manajemen 24. Hasibuan MSP. Organisasi dan Motivasi Dasar
Pasien dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit. J Peningkatan Produktivitas. Jakarta: PT. Bumi
Kedokt Brawijaya. 2014;28(1). Aksara; 2008.
14. Budioro B. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) 25. Michelle S. Habbit : Delapan Kebiasaan yang
Kesehatan Masyarakat. 2nd ed. Semarang: Badan Mengubah Nasib Anda. Jakarta: Gramedia
Penerbit Universitas Diponegoro; 2007. Pustaka Utama; 2009.
15. Maulana H. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 26. Silfi a F. Pengaruh Reward dan Punishment
2009. terhadap Motivasi Kerja serta Dampaknya
16. Niven Neil. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk terhadap Kinerja. J Adm Bisnis.
Perawat Dan Profesional. Jakarta: EGC; 2008. 2014;12(1):1–9.
17. Setyarini E. Pelaksanaan Standar Prosedur 27. Koencoro D. Pengaruh Reward dan Punishment
Operasional: Identifikasi Resiko Pasien Jatuh terhadap Kinerja. Universitas Brawijaya; 2012.