Anda di halaman 1dari 6

TEORI ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam


permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis
ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak,
maupun distribusi kemakmuran. Dalam prakteknya terutama di kalangan pelaku bisnis,
konsep elastisitas jarang dimanfaatkan untuk penentuan strategi bisnis, contoh: strategi
penentuan harga, strategi penggeseran beban pajak dan lainnya khususnya dalam bidang
keuangan konsep elastisitas dipergunakan untuk menghitung tingkat leverage (contoh :
Degree Operating Leverage – DOL dan Degree Financial Leverage – DFL). Alasan jarang
digunakannya konsep elastisitas dikarenakan sulit mengumpulkan data yang terukur dan
runtut dari waktu ke waktu, meskipun baik tidaknya pemanfaatan konsep elastisitas
bergantung pada tersedia atau tidaknya data yang akurat. Itu sebabnya kebanyakan
konsep elastisitas hanya banyak di bahas dalam kajian teoritis dan prakteknya dalam
perencanaan ekonomi makro.
Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk
memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat
mengetahui dampak kenaikan pajak atau subsidi terhadap pendapatan daerah, tingkat
pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan
investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan pendekatan elastisitas.
Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan
pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah
tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil
kebijakan dalam memutuskan prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan
manfaat terbesar bagi kemajuan daerah. Hal tersebut diatur dalam Undang – Undang RI
No. 34 Tahun 2000 Perubahan atas Undang – Undang RI No. 18 Tahun 1997 Tentang
Pajak dan Retribusi Daerah.
Penjelasan umum Undang – Undang RI No. 34 Tahun 2000 Perubahan atas
Undang – Undang RI No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah bahwa pajak
daerah dan pajak nasional merupakan suatu sistem perpajakan Indonesia, yang pada
dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu di jaga agar kebijakan tersebut
dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem perpajakan nasional,
pembinaan pajak daerah dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional. Pembinaan ini
dilakukan secara terus menerus, terutama mengenai objek dan tarif pajak, sehingga
antara pajak pusat dan pajak daerah saling melengkapi.
Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun praktek dalam keseharian, sangat
berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap
perubahan harga. Oleh karena itu, perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang
menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan
permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan.

A. Elastisitas Permintaan Harga


Elastisitas permintaan harga/price elasticity of demand (PED) adalah ukuran
kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Elastisitas
permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jumlah permintaan barang
terhadap perubahan harga. Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan
terhadap barang tersebut biasanya naik —semakin rendah harganya, semakin banyak
benda itu dibeli. Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah
permintaan dan persen perubahan harga. Ketika elastisitas permintaan suatu barang
menunjukkan nilai lebih dari 1, maka permintaan terhadap barang tersebut dikatakan
elastis di mana besarnya jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh besar-
kecilnya harga.

 Macam – Macam Elastisitas Permintaan Harga


Secara teoritis macam elastisitas permintaan yang berhubungan dengan hukum
permintaan hanya terdiri atas 3 yaitu :
1. Uniter elastis : Bila harga naik/turun sebanyak 1% maka permintaan akan
turun/naik sebanyak 1% pula (persentase perubahan jumlah yang diminta sama
dengan persentase perubahan harga).
2. Elastis : Bila harga naik/turun sebesar 1%, maka permintaan akan turun/naik lebih
dari 1% (persentase jumlah yang diminta lebih besar dari pada persentase
perubahan harga – permintaan sangat peka terhadap perubahan harga).
3. Inelastis : Bila harga naik/turun 1% maka permintaan akan turun/naik kurang dari
1% (persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari pada persentase
perubahan harga – permintaan tidak peka terhadap perubahan harga). Dalam
prakteknya terdapat kondisi permintaan di mana hukum permintaan tidak bekerja
dalam mekanisme pasar, yaitu pada saat perminaan tidak merespon perubahan
harga atau sebaliknya harga yang tidak merespon perubahan permintaan. Kondisi
di mana permintaan tidak merespon perubahan harga atau harga yang tidak
merespon perubahan permintaan inilah yang disebut kondisi ―sempurna
4. Inelastis Sempurna : Bila permintaan tidak tanggap terhadap perubahan harga,
jadi berapa saja harga di pasar, jumlah yang diminta tetap (kurva permintaan
sejajar dengan sumbu vertikal (sumbu harga). Kondisi permintaan seperti ini,
membuat produsen dapat berbuat semena – mena di pasar, kapan saja produsen
dapat menaikkan harga untuk meningkatkan pemasukan. Oleh karena itu, dalam
kondisi seperti ini pemerintah ―diwajibkan‖ untuk turun serta dalam
menetapkan harga patokan tertinggi (kondisi pasar kebijakan pemerintah –
persaingan tidak sempurna).
5. Elastis Sempurna : Bila konsumen sanggup membeli berapa saja banyaknya
jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Kondisi permintaan
seperti ini bersifat elastis sempurna harga keseimbangan pasar berlaku
seterusnya, produsen tidak bisa semena – mena menaikkan harga (price taker)
karena konsumen menguasai informasi

 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Elastisitas Permintaan


Ada 4 faktor yang mempengaruhi nilai elastisitas permintaan yang
menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu:

1) adanya barang substitusi


Barang substitusi adalah barang yang memiliki manfaat dan kegunaan yang
hampir sama dengan barang utamanya. Contoh : jagung adalah substitusi beras. Barang
substitusi ada yang biasa ada juga yang kadang disebut substitusi dekat. Barang substitusi
dekat adalah barang yang fungsi dan kegunaannya sama hanya mungkin berbeda merek,
kemasan, dan pelayanan. Contoh : beras cianjur dengan beras rajalele. Makin banyak
substitusi suatu barang maka makin besar kemungkinan pembeli untuk berpindah dari
barang utama seandainya terjadi kenaikan atau penurunan harga. Secara teori, bila suatu
barang memiliki substitusi maka permintaannya cenderung elastis, yaitu bila harga naik
sebesar 1% maka permintaan barang tersebut akan turun di atas 1%, begitu jg sebaliknya.

2) Persentase pendapatan yang digunakan/jenis barang


Seorang konsumen akan memberikan porsi yang besar dari pendapatannya untuk
membeli barang yang biasa digunakan dalam keseharian (sudah menjadi kebutuhan),
sementara untuk barang yang masih bisa ditunda porsi dari pendapatan untuknya kecil. Jadi,
bila barang yang dimaksud tersebut merupakan barang yang dibutuhkan atau dengan kata
lain sebagian besar pendapatan digunakan untuk mendapatkan barang yang dimaksud makan
semakin elastislah permintaannya.

3) angka waktu analisa/perkiraan atau pengetahuan konsumen.


Dalam jangka pendek terjadinya perubahan harga tidak secara otomatis
menyebabkan terjadinya perubahan permintaan, hal ini disebabkan perubahan yang
terjadi di pasar belum diketahui oleh konsumen, sehingga dalam jangka pendek
permintaan cenderung tidak elastis.

4) Tersedianya fasilitas/sarana kredit.


Walaupun harga barang naik, sementara pendapatan tidak mencukupi,
permintaan barang tersebut relatif akan tetap bila ada fasilitas kredit dari
penjual/produsen. Sebaliknya bila harga barang yang dimaksud turun, maka permintaan
atas barang tersebut tidak akan naik bila fasilitas kredit untuk barang substitusi ada. Jadi,
bila terdapat fasilitas kredit maka elastisitas cenderung inelastis atau elastis sempurna.

 Manfaat Mengetahui Nilai Elastisitas Permintaan


Ada 3 manfaat mengetahui nilai elastisitas permintaan suatu barang diantaranya :

1. Kebijakan Impor
Dalam hal ini pemerintah berkepentingan mengendalikan impor, di mana suatu
negara mengimpor suatu barang yang tingkat elastisitasnya diketahui maka akan dapat
diambil suatu kebijakan terus impor atau stop. Apabila elastisitas barang impor tersebut
elastis, yang berarti bila harganya naik maka permintaan akan turun lebih besar dari %
kenaikan harganya maka pemerintah akan berusaha agar barang impor tersebut tersedia
dalam jumlah yang cukup dan akan berusaha mempertahankan kurs valuta mata uangnya
relatif stabil atau sebisa mungkin menghentikan impor barang tersebut. Sebaliknya bila
tidak elastis, yaitu apabila kenaikan harga diikuti oleh penurunan permintaan yang % nya
lebih kecil dari % penurunan harga, maka kebijakan pemerintah adalah untuk
mempertahankan jumlah impor tersebut dan berusaha memperkenalkan produksi (produksi
substitusi) dalam negeri.

2. Perpajakan
Bila suatu permintaan atas suatu produk bersifat elastis, maka pemerintah relatif
tidak akan an pungutan pajak atas barang tersebut, sebaliknya bila bersifat inelastis
maka pemerintah cenderung akan meningkatkan pungutan pajak atas barang yang
dimaksud. Bagi kalangan bisnis, mengetahui nilai elastisitas permintaan bila bersama –
sama elastisitas penawaran akan membantu strategi penggeseran beban pajak (sebab
tidak semua atau sebagian besar beban pajak yang dikenakan oleh pemerintah akan
dibebankan kepada konsumen)

3. Kebijakan/Strategi Penetapan Harga Atas Barang

Dalam rangka meningkatkan hasil penjualan/penerimaan, produsen akan


berusaha menempuh dengan cara seoptimal mungkin agar keuntungan tercapai. Salah
satu strategi yang umumnya digunakan adalah kebijakan harga. Secara teori bila
elastisitas permintaan atas suatu produk yang dijual bersifat elastis, maka kebijakan
menaikkan harga adalah langkah yang tidak tepat, justru akan menurunkan penerimaan.
Sebaliknya bila elastisitas permintaannya bersifat inelastis maka kenaikan harga pada
tingkat yang moderat/wajar akan meningkatkan penerimaan (penerimaan adalah
perkalian antara tingkat harga dengan jumlah barang yang dibeli).

 Elastisitas permintaan pendapatan


Koefisien yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan
terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain
dinamakan elastisitas permintaan pendapatan atau elastisitas pendapatan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada teori permintaan, pendapatan adalah
faktor utama yang sangat menentukan permintaan selain harga. Secara teori bila
pendapatan berubah, permintaan tidak akan serta merta berubah meskipun harga
berubah. Contoh : permintaan tidak akan turut meskipun harga naik. Bila pendapatan
naik pada saat harga naik, maka yang bisa terjadi adalah jumlah permintaan tetap seperti
sebelum harga naik, permintaan justru bertambah naik atau bahkan permintaan turun
seperti yang berlaku dalam hukum permintaan.
Terhadap elastisitas pendapatan positif dimana barang-barang yang sifat
elastisitas pendapatannya adalah dinamakan barang normal. Sedangkan elastisitas
pendapatan negatif dimana beberapa jenis barang mengalami pengurangan dalam
jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan
jumlah yang dibeli bergerak ke arah berbalik. Barang seperti itu dinamakan barang
inferior.
Elastisitas pendapatan tidak elastis apabila koefisien elastisitasnya adalah
kurang dari satu, yaitu apabila perubahan pendapatan menimbulkan perubahan yang
kecil saja terhadap jumlah yang diminta. Elastisitas pendapatan dinamakan elastis
apabila perubahan pendapatan menimbulkan pertambahan permintaan yang lebih
besar daripada perubahan pendapatan. Berbagai jenis makanan dan hasil pertanian
mempunyai elastisitas pendapatan yang kurang elastis, yaitu pertambahan
permintaannya berkembang lebih lambat daripada pertambahan pendapatan.
Barang- barang tahan lama dan mewah lebih elastis jika dibandingkan dengan barang
makanan dan pertanian.

B. Elastisitas Penawaran (Price Elasticity of Supply)


Bila permintaan elastis menaikkan harga merupakan langkah yang kurang tepat.
Sebaliknya dalam kondisi permintaan yang inelastis menurunkan harga juga bukan
langkah yang bijak. Sebenarnya yang menentukan menaikan atau menurunkan harga
adalah produsen. Jadi, teori permintaan yang telah di bahas sebelumnya lebih banyak dari
sisi pandang produsen. Sisi pandang konsumen hanya terbatas pada perilaku menaikan
atau menurunkan jumlah yang diminta. Oleh karena itu, sisi pandang permintaan
kebanyakan dari produsen, maka konsep elastisitas penawaran akan semakin melengkapi
konsep elastisitas permintaan.
Pada dasarnya elastisitas penawaran itu mengukur derajat kepekaan perubahan
penawaran atas faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran, contoh : biaya produksi,
teknologi, kebijakan perusahaan dan lain sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi penawaran dianggap tidak berubah kecuali harga.
1. Sifat Perubahan Biaya Produksi
Penawaran akan bersifat tidak elastis apabila kenaikan penawaran harga dapat
dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Namun bila penawaran dapat
ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar penawaran
akan bersifat elastis. Salah satu faktor penting terhadap biaya produksi sampai sejauh
mana tingkat penggunaan kapasitas alat produksi yang dimiliki perusahaan. Apabila
kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk
menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi tidak elastis
terutama apabila faktor – faktor produksi yang diperlukan untuk menaikan produksi
sangat sulit untuk diperoleh.
2. Jangka Waktu Analisis
Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran, biasanya
dibedakan tiga jenis jangka waktu, yaitu :
a) Masa amat singkat adalah jangka waktu di mana para penjual tidak dapat
menambah penawarannya. Dengan demikian penawarannya bersifat
tidak elastis sempurna.
b) Jangka pendek kapasitas alat – alat produksi yang ada tidak dapat
ditambah. Setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan
kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor – faktor
produksi, termasuk barang modal, secara lebih intensif. Caranya dengan
memperpanjang jam kerja, memperbaiki manajemen produksi,
menggunakan tenaga kerja lebih efektif dan sebagainya. Usaha ini akan
dapat menambah produksi barang yang ditawarkan.
c) Jangka panjang produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat
dengan mudah ditambah dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
penawaran bersifat elastis.
3. Aplikasi Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Dalam perekonomian, sistem keikutsertaan pemerintah terlibat baik secara langsung


maupun tidak langsung untuk meregulasi/mengatur kegiatan ekonomi dalam rangka
memenuhi pendapatannya guna membayar para pegawainya. Salah satu cara pemerintah
dengan memungut pajak kepada masyarakat.
Pajak dibagi menjadi 2 macam yaitu pajak langsung dikenakan pada wajib pajak dan
pajak tidak langsung pajak yang di bayar oleh bukan si wajib pajak secara langsung, contoh :
pajak penjualan dan cukai. Sehubungan pajak tak langsung, pada kenyataannya konsumen
harus membayar pajak, dimana setiap konsumen membeli suatu produk yang ditawarkan
oleh produsen maka harga yang dibayar sudah termasuk beban pajak yang seharusnya
merupakan kewajiban produsen.
Dalam pengertian mikro, pajak langsung itu bebannya tidak dapat digeserkan
kepada konsumen sebagian atau seluruhnya, contoh : pajak penghasilan. Sedangkan pajak tak
langsung bebannya dapat digeserkan sebagian atau seluruhnya, berapa besar beban yang
ditanggung oleh produsen dan konsumen, tergantung dari tingkat elastisitas barang yang
diperjual belikan di pasar.

Anda mungkin juga menyukai