Anda di halaman 1dari 17

BAB I

EMPATI

A. PENGERTIAN

Eisenberg (2002 : 9) menyatakan empati adalah sebuah respons afektif

yang berasal dari

penangkapan atau pemahaman keadaan emosi atau kondisi lain, dan yang mirip

dengan perasaan orang lain. Sebuah respons afektif, yaitu sebagai situasi orang

lain dari situasi diri sendiri. Empati juga sebagai kemampuan untuk meletakkan

diri sendiri dalam posisi orang lain dan mampu menghayati pengalaman orang

lain tersebut. Sedangkan penangkapan atau pemahaman keadaan emosi, yaitu

dimana empati terjadi ketika seseorang dapat merasakan apa yang dirasakan

orang lain namun tetap tidak kehilangan realitas dirinya. Hal ini berarti emosi

yang tergugah untuk ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tidak lantas

membuat seseorang menjadi kehilangan identitas dan sikap dirinya. Salah satu

kemampuan seseorang agar berhasil berinteraksi dengan orang lain adalah

empati.

Sari (2003 : 83) mengatakan bahwa tanpa kemampuan empati orang

dapat menjadi terasing, salah menafsirkan perasaan sehingga mati rasa atau

tumpulnya perasaan yang berakibat rusaknya hubungan. Selanjutnya dikatakan

salah satu wujud kurangnya empati adalah ketika seseorang cenderung

menyamaratakan orang lain dengan dirinya, bukan memandang sebagai

individu yang unik. Dalam kamus psikologi, empati diartikan sebagai

pemahman terhadap pikiran-pikiran dan perasaan-perasan orang lain dengan

1
cara menempatkan diri kedalam kerangka pedoman psikologis orang lain

tersebut.

B. Aspek – Aspek Empati

Baron dan Byrne (2005: 111) menyatakan bahwa dalam empati juga terdapat

aspek aspek,yaitu:

a. Kognitif

Individu yang memiliki kemampuan empati dapat memahami apa yang orang

lain rasakandan mengapa hal tersebut dapat terjadi padaorang tersebut.

b. Afektif

Individu yang berempati merasakan apayang orang lain rasakan.

C. Karakteristik Seseorang Yang Berempati Tinggi

Adapun menurut Departemen Agama Republik Indonesia (Irani, 2007)

karakteristik seseorang yang berempati tinggi, yaitu:

1. Ikut merasakan (sharing feeling) kemampuan untuk mengetahuibagaimana

perasaan orang lain. Hal ini berarti individu mampu merasakansuatu emosi,

mampu mengidentifikasi perasaan orang lain.

2. Dibangun berdasarkan kesadaran sendiri, semakin kita mengetahui

emosidiri sendiri semakin terampil kita meraba perasaan orang lain. Hal ini

berartimampu membedakan antara apa yang dikatakan atau dilakukan orang

laindengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri. Dengan

meningkatkankemampuan kognitif, khususnya kemampuan menehrima

perspektif oranglain dan mengambil alih peran, seseorang akan memperoleh

pemahamanterhadap perasaan orang lain dan emosi orang lain yang lebih

2
lengkap danaktual, sehingga mereka lebih menaruh belas kasihan yang akan

lebih banyak membantu orang lain dengan cara yang tepat.

3. Peka terhadap bahasa isyarat, karena emosi lebih sering

diungkapkanmelalui bahasa isyarat. Hal ini berarti individu mampu membaca

perasaanorang lain dalam bahasa non verbal seperti ekspresi wajah, gerak-

gerakdan bahasa tubuh lainnya.

4. Mengambil peran (role taking) empati melahirkan perilaku konkrit, jika

individu menyadari apa yang dirasakan setiap saat, maka empati akandatang

dengan sendirinya dan lebih lanjut individu akan bereaksi terhadapsyarat-

syarat orang lain dengan sensasi fisiknya sendiri tidak hanyadengan

pengakuan kognitif terhadap perasaan mereka.

D. Teknik – Teknik dalam Mengasah Empati

Menurut Taufik (2012,61) Kemampuan empati harus selalu dilatih atau

diasah sejak dini. Bahkan, meskipun usia seseorang telah beranjak dewasa

harus tetap melatih kemampuan berempati. Ada beberapa langkah yang dapat

di lakukan agar kemampuan empati dapat terbentuk antara lain :

1. Rekam semua emosi pribadi

Setiap orang pernah mengalami perasaan positif dan negative, misalnya sedih,

kecewa, senang, bahagia, marah dan sebagainya. Pengalaman–pengalaman

tersebut apabila kita atau rekam akan membantu kita memahami perasaan

yang sama pada kondisi tertentu menjumpai kita kembali. Disamping itu kita

mengetahui perasaan tersebut sedang di alami oleh seseorang, kita dapat

memahami kondisi tersebut sehungga kita dapat memperlakukannya sesuai

3
dengan apa yang diharapkannya. Cara mencatat atau merekamnya dapat

berupa tulisan dibuku harian atau sekedar mengingat-ingat dalam alam sadar

kita.

2. Perhatikan lingkungan luar / Orang lain

Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak

informasi tentang kondisin orang di sekitar kita. Informasi ini sangat penting

untuk dijadikan panduan dalam mengambil pilihan perilaku tertentu.

Informasi ini juga dapat dijadikan pembanding dengan diri kita tentang apa

yang sedang terjadi, sehingga kita dapar mengetahui apakah perasaan dan

perilaku kita sudah sesuai dengan lingkungan sekitarnya.

3. Mendengarkan curhat orang lain

Mendengarkan adalah sebuah kemampuan penting yang sangat dibutuhkan

untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas

terhadap permasalahan yang dihadapi oleh orang lain. Kemampuan

mendengarkan juga harus dilatih agar memberikan dampak yang positif

dalam interaksi sosial kita. Syarat yang dibutuhkan untuk dapat

mendengarkan adalah menghilangkan atau meminimalkan perasaan negatif

atau prasangka terhadap obyek yang menjadi sasaran. Disamping itu juga

perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk orang lain, khususnya

dengan memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara yang dia inginkan

tanpa kita potong sebelum selesai pembicaraannya. Mendengarkan cerita

sedih akan mampu membawa kita kedalam suasana hati orang lain yang

sedang bersedih dan dapat membangkitkan keinginan untuk memahami

masalah atau perasaan orang tersebut. Begitu pula perasaan yang lain.

4
Semakin banyak cerita, masalah dan ungkapan perasaan yang kita dengarkan

akan membuat kita semakin kaya dengan pengalaman tersebut dan pada

akhirnya semakin mengetahui bagaimana cara memahami orang lain atau

perasaanya.

4. Bayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain dan akibatnya untuk diri kita

Membayangkan sebuah kejadian yang dialami orang lain akan menarik diri

kita kedalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang dialami orang

tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang

sedang dialami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana

emosional. Membayangkan sebuah kondisi tersebut dapat lebih mudah

manakala kita pernah mengalami perasaan atau kondisi yang sama. Seseorang

yang sering membayangkan apa yang dialami atau dirasakan orang lain dan

akibat yang akan ditimbulkan manakala hal tersebut terjadi pada diri kita saat

kejadian atau setelah kejadian akan memudahkan kita merasakan suasana

emosi seseorang manakala melihat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan

situasi penuh dengan emosi-emosi tertentu.

5. Lakukan bantuan secepatnya

Memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang-orang yang

membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon yang cepat

terhadap situasi dilingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan

melatih kemampuan kita untuk empati. Bantuan yang kita berikan tidak perlu

menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita berusaha memberikan segenap

kemampuan kita saat melihat atau menyaksikan orang-orang yang

membutuhkan. Pertolongan yang kita berikan akan menstimulus keadaan

5
emosi kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang yang kita beri pertolongan

dan semakin sering kita memberikan respon dengan cepat akan semakin

mudah kita mengembangkan kemampuan empati kepada orang lain.

E. Manfaat Empati

Selanjutnya Eisenberg (2002) juga menyatakan empati penting bagi individu,

karena dengan empati seseorang dapat:

a. Menyesuaikan diri

Empati mempermudah proses adaptasi karena ada kesadaran dalam diri

bahwa sudut pandang setiap orang berbeda. Orang yang memiliki rasa empati

yang baik, maka penyesuaian dirinya akan dimanifestasikan dalam sifat

optimis dan fleksibel.

b. Mempercepat hubungan dengan orang lain

Jika setiap orang berusaha untuk berempati, maka setiap individu akan

mudah untuk merasa diterima dan dipahami oleh orang lain.

c. Meningkatkan harga diri

Empati dapat meningkatkan harga diri seseorang. Dimulai dari peran empati

dalam hubungan sosial. Hubungan sosial merupakan media berkreasai dan

menyatakan identitas diri.

d. Meningkatkan pemahaman diri

Kemampuan memahami perasan orang lain dan menunjukkannya cara

berkomunikasi tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan orang lain,

menyebabkan seorang individu sadar bahwa orang lain dapat melakukan

penilaian berdasarkan perilakunya. Hal itu menyebabkan individu lebih sadar

6
dan memperhatikan pendapat orang lain tentang dirinya. Melalui proses

tersebut akan terbentuk pemahaman diri yang terjadi dengan perbandingan

sosial yang dilakukan dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

7
BAB II

PENYAMPAIAN BERITA BURUK

A. Pengertian

Berita buruk adalah suatu situasi dimana tidak ada harapan lagi, adanya

ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu yang

menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan, sesuatu yang

membuat seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya.

Penyampaian berita buruk mengenai diagnosis ataupun prognosis yang

fatal merupakan tugas berat yang tidak dapat dihindari oleh mahasiswa

kedokteran maupun dokter. Penyampaian berita buruk dapat menjadi lebih sulit

karena baik mahasiswa kedokteran maupun dokter seringkali tidak mengenal

pasiennya dengan baik. Beberapa hal yang menjadi penyulit adalah ketika

pasien ataupun keluarga pasien memutarbalikkan pesan yang mereka dengar

karena tidak dijelaskan secara komprehensif. dalam hal ini komunikasi yang

efektif merupakan hal yang berperan penting. Keterampilan berkomunikasi

yang baik diperlukan dalam rangka untuk memastikan bahwa berita buruk yang

disampaikan lebih manusiawi dan efektif.

B. Langkah-langkah Penyampaian Berita Buruk

Langkah-langkah Penyampaian Berita Buruk menurut Robert Buckman, 2000:

1. Persiapan

8
Persiapan tempat untuk menyampaikan berita buruk hendaknya dapat

menjaga provasi pasien. Dokter harus menanyakan terlebih dahulu apakah

pasien ingin didampingi oleh orang lain (suami/ istri/ anak/ saudara, dll).

Contoh pertanyaan untuk mengawali sesi ini antara lain: bagaimana kabar

anda hari ini?

2. Memulai diskusi

Dokter disarankan untuk mengarahkan pembicaraan ke inti pesan dengan

menanyakan apakah pasien sudah mengetahui kondisi yang sebenarnya

mengenai penyakitnya, sehingga respon dari pasien dapat mengukur

pemahaman, harapan dan keadaan emosional pasien. Respon yang diberikan

juga akan menunjukkan bagaimana pasien memahami situasinya saat ini

melalui makna yang umum maupun lebih mendetail

Contoh:

Dokter: Apakah ibu sudah diberitahu tentang penyakit ibu?

Pasien: sedikit dok, tapi saya kurang yakin..

3. Melibatkan pasien

Dokter hendaknya menanyakan kepada pasien seberapa banyak mereka ingin

mengetahui tentang kondisinya.

Contoh:

Dokter: beberapa pasien meminta saya untuk menjelaskan penyakit ini secara

lengkap, tapi ada juga yang ingin tahu gambaran keseluruhannya seperti apa.

Bapak/ Ibu lebih memilihyang mana?

4. . Mengungkapkan Informasi

9
Dalam mengungkapkan informasi yang berisi berita buruk, dokter hendaknya

berencana untuk mendiskusikan diagnosis, prognosis, perawatan serta

mekanisme untuk mendapatkan dukungan dan cara mengatasinya.

Perencanaan yang membutuhkan persiapan paling sedikit, dokter hendaknya

dapat memberikan pengetahuan awal mengenai bagaimana dokter tersebut

harus mengungkapkan atau memberikan berita buruk kepada pasien tertentu.

Hal ini memerlukan lebih dari satu waktu diskusi. Dokter harus memiliki

informasi yang relevan terlebih dahulu, focus dan memiliki satu atau dia topic

pada waktu yang bersamaan. Dokter hendaknya mengatur kesempatan untuk

Tanya jawab dalam proses diskusi. Terminologi medis harus dihindari kecuali

jika pasien dapat memahaminya.

5. Pengakuan terhadap Perasaan Pasien

Salah satu dari aspek terpenting dalam interaksi yang manusiawi adalah

pengakuan terhadap reaksi pasien. Jika tidak ada reaksi yang jelas dari

penyampaian berita buruk, dokter dapat meminta pasien untuk dapat

mengekspresikan perasaan mereka. Secara umum, jika pasien mulai

menangis, dokter harus menunggu sampai tangisannya berhenti. Dokter dapat

menawarkan agar prosesnya diperlambat

contoh: bapak/ibu silakan minum dulu, kita lanjutkan setelah bapak/ibu siap.

Emosi pasien tidak boleh diabaikan pada proses pembicaraan, namun tidak

boleh mengganggu proses pemberian informasi yang harus diketahui oleh

pasien. Hal ini berkaitan dengan kondisi psikologis pasien ketika menerima

berita buruk. Adakalanya pasien lupa terhadap hal-hal yang spesifik pada

diagnosis maupun prognosis penyakitnya. Dokter hendaknya siap untuk

10
menawarkan kesempatan untuk melakukan follow up untuk diskusi lebih

lanjut dengan profesi lain yang dapat membantu kondisi pasien (psikolog,

perawat, support group, dll).

6. Perencanaan dan Tindakan Selanjutnya

Pada suatu titik tertentu, dokter hendaknya mendiskusikan rencana

pengobatan yang spesifik dengan pasien. Contohnya dokter dapat mengatakan

bahwa beberapa tes diperlukan, kapan tes ini harus dilakukan dan dimana tes

ini harus dilakukan. Dokter juga harus menjanjikan waktu untuk kunjungan

pasien selanjutnya dan memastikan agar pasien dapat dengan mudah dan

pantas dapat menghubungi dokter.

Berikut protokol penyampaian berita buruk yang dibuat oleh Robert Buckman:

1. S-SETTING UP interview

Sebelum wawancara dimulai sangat penting untuk membuat lingkungan

menjadi nyaman selama proses penyampaian kabar buruk, dengan:

a. Sebaiknya wawancara dilakukan ditempat tertutup dan dokter serta

pasien dapat duduk dengan nyaman, sehingga privasi pasien terjaga, hal

ini penting dilakukan karena tempat yang menjaga privasi pasien akan

memudahkan pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Pengungkapan pikiran dan perasaan ini akan membantu dokter

mengetahui seberapa jauh pasien mengatahui tentang penyakit dan

keadaanya serta seberapa jauh pasien siap untuk menerima kabar buruk.

b. Jangan biarkan ada hal-hal kecil mengganggu proses penyampaian kabar

buruk, seperti suara dering telepon, mengirim sms, bahkan mengaruk-

11
ngaruk kepala, hal ini akan mengganggu konsentrasi pasien dan seolah

olah dokter tidak fokus, dan kurang mempunyai cukup waktu untuk

pasien.

c. Mintalah persetujuan kepada pasien untuk menunjuk keluarga atau

sahabatnya untuk mendampinginya ketika menerima kabar buruk.

Adanya pendamping akan membantu pasien dalam menghadapi kabar

buruk, bukan saja perasaan lebih kuat karena tidak sendirian kehadiran

keluarga atau sahabat juga dapat memberi dukungan dan semangat

kepada pasien. Betapapun pentingnya kehadiran keluarga atau sahabat ini

kita tidak boleh memaksakan kepada pasien jika ia memilih untuk

menerimanya sendiri dengan alasan tertentu.

d. Mulailah wawancara dengan pertanyaan terbuka, seperti Bagaimana

keadaan anda hari ini?”. Pertanyaan terbuka seperti ini menjadi isyarat

kepada pasien bahwa wawancara akan berlangsung dua arah. Jika ini

berhasil maka akan memudahkan dokter untuk menggali informasi.

2. P-Assessing the patient’s PERCEPTION

Sebelum memberitahu kabar buruk , tanyakan terlebih dahulu kepada pasien,

“Apa yang Anda ketahui sejauh ini tentang kondisi anda?” hal ini berguna

untuk mempersiapkan dokter akan kemungkinan respon yang diberikan

pasien nanti.

3. I-Obtaining patient’s INVITATION

Dalam mengetahui dan menerima kabar buruk setiap orang mempunyai

kesiapan psikologis yang berbeda, ada yang ingin mengetahui semua tentang

penyakitnya tetapi tidak sedikit yang tidak sanggup untuk menerima semua,

12
sehingga penting bagi seorang dokter untuk menilai sejauh mana kesiapan

pasien dalam menerima informasi tentang kabar buruk. Penyampaian ini

mungkin tidak cukup dengan sekali pertemuan terutama bagi pasien dengan

psikologi yang rentan, penjadwalan untuk pertemuan selanjutnya dapat

dibuat, dan pastikan pasien dapat menghubungi dokter kapan saja walau

sebelum jadwal tiba.

4. K-Giving KNOWLEDGE and information to the patient

Putuskan untuk bertemu dengan pasien hanya ketika dokter telah

mendapatkan informasi yang cukup. Pasien harus diberitahu diagnosis,

perencanaan tindakan dan prognosis sejujurnya dalam bahasa yang sederhana

dan cara yang halus, hindari penggunaan istilah medis yang tidak dimengerti,

serta dukungan yang dapat diberikan.. Jangan lupa libatkan pasien dalam

proses ini, dan yakinkan pasien mengerti setiap informasi yang kita berikan.

5. E-Adressing the patient’s EMOTIONS with emphatic responses

Dalam menerima berita buruk, emosi pasien akan terlibat, respon emosinya

dan jangan biarkan pasien menekan emosinya selama proses wawancara

berlangsung, hal ini akan membuat pasien tidak bisa konsentrasi dengan apa

yang kita sampaikan. Berikan waktu pasien untuk mengeluarkan emosinya

bahkan ketika pasien menangis, berhentilah sejenak dan sediakan waktu

baginya untuk mengontrol kembali emosinya. Bagi pasien yang terlihat tegar

dan tidak memperlihatkan gangguan emosi yang berarti saat kita

menyampaikan kabar buruk, pastikan bahwa apa yang kita lihat diluar adalah

kondisi psikologis yang sebenarnya, bukan kamuflase atau usaha pasien

untuk menutupi perasaan yang sebenarnya. Hal ini bisa kita lakukan dengan

13
memberi pertanyaan “Mungkin anda bisa menceritakan sedikit apa yang anda

rasakan?”

6. S-STRATEGY and SUMMARY

Pada tahap ini dokter membuat perencanaan untuk menolong untuk mencapai

tingkat sebaik mungkin untuk mengatasi penyakitnya, jika memungkinkan

sampai sembuh. Berikan dukungan agar terapi yang diberikan tidak terputus

ditengah jalan dan jangan lupa untuk meminta nomor telepon pasien.

C. Mengapa penting mengungkapkan informasi/berita buruk kepada pasien ?

1. Sebagian besar pasien memang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi

pada dirinya.

2. Sebagian besar pasien ingin mengetahui kemungkinan apa saja yang bisa

terjadi pada dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh,

prognosis,dan efek samping terapi.

3. Ketika dokter menahan informasi dari seorang pasien, berarti dokter

tersebut sudah mengurangi otonomi seorang pasien.

4. Apabila pasien akhirnya mengetahui bahwa ternyata ada informasi

yangtidak diberikan padanya, maka akan hilanglah rasa percayanya pada

dokter

D. Kesulitan dalam menyampaikan berita buruk

Ada beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh dokter saat harus

menyampaikan berita buruk pada pasien :

1. Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa mengurangi

harapan mereka.

14
2. Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat mereka

mendengar berita buruk mengenai dirinya. Apakah saya sanggup ?

3. Kapankah waktu yang tepat untuk menyampaikan berita buruk pada

pasien?

E. Hal hal yang dianggap penting oleh pasien dalam penyampaian berita buruk

1. ISI

Yang dimaksud di sini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa

banyak informasi atau keterangan yang diberikan oleh dokter. Item ini

sangat berhubungan dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap

kompetensi dokter di bidangnya, juga tentang pengetahuan dokter

mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/ kasus mereka.

2. SUPPORT

Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi dokter.

Jadi apakah dalam penyampaian berita buruk ini dokter bersikap baik,

memberi support/ dukungan yang cukup, dll. Termasuk pula di sini apakah

dokter bersedia mengkomunikasikan hal –hal yang menyangkut

diagnosis,prognosis, treatmen, dll kepada keluarga atau orang lain, dan

juga menyediakan berbagai informasi yang ingin diketahui pasien.

3. FASILITASI

Yang dimaksud di sini adalah kapan dan di mana informasi diberikan.

Apakah dalam ruangan dengan privacy yang cukup, dokter memperhatikan

pasien dengan sungguh – sungguh (tidak sambil lalu saja). Juga apakah

dokter menunggu sampai seluruh hasil diperoleh, sehingga sudah cukup

15
data untuk menyimpulkan situasi pasien sebelumakhirnya dokter

menyampaikan berita buruk pada pasien.

F. Kesalahan yang umum dilakukan dalam menyampaikan berita buruk

1. Menyampaikan berita buruk bukan di tempat yang menjamin privacy,

misalnya disampaikan di lorong rumah sakit, di pintu IGD, dll.

2. Interupsi / pemberian penjelasan terpotong atau terganggu karena suatu hal

(misalnya menerima atau menjawab telepon, HP berbunyi, ada perawat

meminta tanda tangan, dll).

3. Penyampaian kabar buruk melalui telepon. Hindari hal ini karena dokter

tidak tahu bagaimana situasi dan kondisi pasien saat menerima kabar

buruk tersebut.

4. Dokter terlalu banyak bicara (biasanya karena dokter sendiri merasa tidak

nyaman atau nervous).

5. Efek iatrogenik yaitu berita buruk yang disampaikan memperburuk

kondisi pasien baik secara fisik maupun psikologis atau bahkan

menimbulkan gangguan baru secara fisik atau fisiologis (misalnya, pasien

pria mendapat berita buruk tentang mengidap diabetes melitus, penjelasan

tentang akibat diabates yang salah satunya impotensi menyebabkan pasien

cemas sehingga menjadi impotensi psikogenik).

16
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Eisenberg, N. 2002. Empathy and its Development. New York : Cambridge

University Press

Sari, A. T., Ramdhani, N., & Eliza, M. (2003). Empati dan Perilaku Merokok di

Tempat Umum. Jurnal Psikologi

Baron, R. A.,dan Byrne, D., (2005). Psikologi Sosial Jilid 1 (edisi 10). Jakarta :

Erlangga.

Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

17

Anda mungkin juga menyukai