cfeeeffdde53906034385ab8d0dcf7e1.docx
cfeeeffdde53906034385ab8d0dcf7e1.docx
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian imunisasi?
2. Apa tujuan imunisasi?
3. Apa pengertian penyakit campak?
4. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
5. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak?
6. Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?
7. Apa saja diagnosis banding dari peyakit campak?
8. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit campak?
9. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?
10. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit campak?
C. TUJUAN
1 Untuk mengetahui pengertian imunisasi.
2. Untuk mengetahui tujuan imunisasi.
3. Untuk mengetahui pengertian campak.
4. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak.
5. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak.
6. Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak.
7. Untuk mengetahi diagnosis banding penyakit campak.
8. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan penyakit campak.
9. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.
10. Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit campak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMUNISASI
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan
imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan,
cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
C. PENGERTIAN CAMPAK
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles
dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau
kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu
infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk,
konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam
kulit)
a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai dengan 3
stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-
gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).
2
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang
yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).
a. Tahap prepatogenesis
b. Tahap pathogenesis
1. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka Pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen Penyakit (stage of
susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara
pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit
penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi
infektifitas, siap menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai
sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ‘lengah’ ataupun
memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.
2. Tahap pathogenesis
Tahap ini meliputi 3 sub-tahap yaitu : tahap inkubasi, tahap dini, dan tahap lanjut.
Tahap Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahapIni individu masih
belum merasakan bahwa dirinya sakit. anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya
belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum
keluar.
Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu Berupa :
Panas
Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat puncak
timbulnya erupsi. Kadang- kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal yang
cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti denan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya
terjadi peningkatan yang cepat sapai 39oC - 40,60C pada saat erupsi rash mencapai puncakya.
3
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis diantara 2-3
hari seingga timbulnya exantema.
Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung
tersumbat dan sekret yang mukoporulen dan menjadi profus pada saat erupsi
mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.
Batuk (cough)
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batus
meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batu dapat
bertahan lebih lama dan menghiang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.
Nyeri otot
Nyeri otot dihubungkan dengan demam. Suhu tubuh yang tinggi berkaitan dengan
penggunaan kalori yang lebih banyak.
Bercak koplik
Merupakan gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarung/ pasir
yang berwarna meah terang dan pada bagia tengah-tengahnya berwarna putih kelabu.
Gambaran ini merupakan salah satu tanda patogoonik morbili. Pada hari pertama
timbulnya rash sudah dapat ditekan adanya kopliks spot ( Bercak koplik) dan
menghilang hari ketiga timbulnya rash.
Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai
timbul dari belakang telina batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher,
seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai
ke lengan atas dan selanjutya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga. Pada
saat rash sudah sampai ke kaki, maka rash yang timbul duluan mulai berangsur-
angsur menghilang.
Tahap Lanjut
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil dan jarang
kemudian menjadi banyak dan menyatu Seperti pulau-pulau. Ruam umumnya muncul
4
pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar menuju dada, punggung, perut
serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini muncul, panas si anak mencapai puncaknya
(bisa mencapai 40oC), ingus semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorokan semakin
sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah.
Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu :
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa
cacat.
Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
Penyakit tetap berlangsung kronik.
Berakhir dengan kematian.
a. Etiologi.
Bentuk virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus
oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid
yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA ),
merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan
tonjola pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
Ketahanan virus
5
Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya selama 3-
5 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam. Pada media
protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari
pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam.
Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang
bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50%
aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi
tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.
Struktur Antigenik
b. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan
masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh
tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna,
konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit.
Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus
dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
a. Masa inkubasi.
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata
merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada
mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini
berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah
kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.
Stadium Erupsi
6
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-
kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul
setelah 3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang
telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul
rasa gatal dan muka bengkak
2. Gejala klinis
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya
tinggi ) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
Pada umumnya anak tampak lemah
Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral )
Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka
dan kemudian ke seluruh tubuh.
7
Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit
cenderung menurun disertai limfositosis relative.
Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement
fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah
timbulnya ras dan puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
Biakan virus ( mahal ). Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel
darah yang diambil dari pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah
timbulnya ruam kulit (terutama selama masa demam campak) merupakan sumber
yang memadai untuk isolasi virus. selama stadium prodromal, dapat terlihat sel
raksasa berinti banyak pada hapusan mukosa hidung.
G. DIAGNOSIS BANDING
a. Eksantema Subitum
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36
bulan. Perlangsungan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat panas turun.
b. German Measles
Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala nfeksi saluran nafas bagian atas,
demam ringan, pembesaran kelenjar regional didaerah occipital dan post aurikuler. Rash
lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang
dalam waktu tiga hari.
e. Infeksi mononukleosus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh
secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan. adalah
terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis,
Bronchopneumonia, dan Enteritis
8
Bronchopneumonia
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media
purulenta.
Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus
Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui
mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak
Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus.
1. Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili,
bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa
inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
9
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang
bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
a. Pencegahan Primordial
b. Pencegahan Primer
Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada
anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien
campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak, pengelolaan Campak secara
umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak
Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan.
Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh
menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin
10
campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak
diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan
pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin
harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus
dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia
dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.
Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi
berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin
campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang
dilemahkan (tipe Edmonstone B), dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak
yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam alumunium).
Namun sejak tahun 1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah
dimatikan tidak digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat
sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Vaksin
yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone
strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais Moraten (1968).
Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml,
secara subkutan,namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk
kombinasi dengan ondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,
rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah umur 9 bulan
umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari
antibodi yang dibawa sejak lahir. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan
pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis
epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin dan lain-
lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya
aman dan tetap efektif. Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan alergi terhadap
tuberkuin selama dua bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat
imunoglobulin atu transfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan
sekurang-kurangnya tiga bulan.
11
o Riwayat kejang demam.
o Defisiensi imunologik.
o Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif.
Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,
globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk
pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan Immune serum
globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15
ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin. Perlindungan yang
sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak dengan penyakit kronis, dan para
kontak di bangsal rumah sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8
dari masa inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk
mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi
anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan
hematologi atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan
jangka panjang, infeksi HIV dengan imunosupresi berat.
Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak
untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan
sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
d. Pencegahan Tersier
12
juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit
campak
1. Penanggulangan Campak
Pada sidang CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit
Campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/ reservoir campak hanya pada
manusia serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin
85% dan dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.
a. Tahap Reduksi
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi
rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah sangat jarang dan KLB
hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus
diselidiki dan diberikan imunisasi campak.
c. Tahap Eradikasi
13
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak
ditemukan. Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi
Campak tersebut adalah :
Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu
mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi
edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu :
14
Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat
dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.
15
Cara pemberian imunisasi campak pada anak :
a. Persiapan alat
- Bengkok
- KMS
- Formulir tindakan
b. Persiapan pasien
c. Langkah-langkah
- Menghisap pelarutnya
- Suntikan dan jarum di letakkan sejajar dengan kulit bayi pada lengan kanan atas
16
jarum di tahan oleh ibu jari dengan vabel jarum menghadap ke atas tidak menyentuh
jarumnya, masukkan secara intrakutan
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan
isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka
Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap
reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan
kasus dan kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang
B. SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu
dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan
dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini
sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk
ke rumah sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau
balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk
terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Utami, Sri. 2005. Morbili, Tugas MK Penyakit Menular dan Kronik Ilmu kesehatan
masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.
http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-campak.html
http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/03/tata-cara-pemberian-imunisasi.html
19