Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar,


meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus
campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta
kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit
campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara
maju seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak
umur di bawah lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur.
Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat
dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini
mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian imunisasi?
2. Apa tujuan imunisasi?
3. Apa pengertian penyakit campak?
4. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
5. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak?
6. Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?
7. Apa saja diagnosis banding dari peyakit campak?
8. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit campak?
9. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?
10. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit campak?

C. TUJUAN
1 Untuk mengetahui pengertian imunisasi.
2. Untuk mengetahui tujuan imunisasi.
3. Untuk mengetahui pengertian campak.
4. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak.
5. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak.
6. Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak.
7. Untuk mengetahi diagnosis banding penyakit campak.
8. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan penyakit campak.
9. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.
10. Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit campak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikankekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang
sangatmembahayakan kesehatan dan hidup anak.

B. TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASI

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan
imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan,
cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

C. PENGERTIAN CAMPAK

Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles
dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau
kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu
infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk,
konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam
kulit)

Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu :

a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai dengan 3
stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).

b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-
gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).

2
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang
yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).

D. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT CAMPAK

Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap prepatogenesis

b. Tahap pathogenesis

c. Tahap Akhir/ pasca pathogenesis.

1. Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka Pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen Penyakit (stage of
susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara
pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit
penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi
infektifitas, siap menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai
sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ‘lengah’ ataupun
memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.

2. Tahap pathogenesis

Tahap ini meliputi 3 sub-tahap yaitu : tahap inkubasi, tahap dini, dan tahap lanjut.

 Tahap Inkubasi

Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahapIni individu masih
belum merasakan bahwa dirinya sakit. anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya
belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum
keluar.

 Tahap Dini (prodormal)

Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu Berupa :

 Panas

Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat puncak
timbulnya erupsi. Kadang- kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal yang
cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti denan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya
terjadi peningkatan yang cepat sapai 39oC - 40,60C pada saat erupsi rash mencapai puncakya.

3
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis diantara 2-3
hari seingga timbulnya exantema.

 Hidung meler (coryza)

Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung
tersumbat dan sekret yang mukoporulen dan menjadi profus pada saat erupsi
mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.

 Batuk (cough)
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batus
meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batu dapat
bertahan lebih lama dan menghiang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.

 Nyeri otot
Nyeri otot dihubungkan dengan demam. Suhu tubuh yang tinggi berkaitan dengan
penggunaan kalori yang lebih banyak.

 Mata merah (conjunctivitis)


Pada periode awal stadium prodormal dapat ditemukan transverse marginal line
injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya
inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini
dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotopobia. Konjuntivis akan
menghilang setelah demam turun.

 Bercak koplik
Merupakan gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarung/ pasir
yang berwarna meah terang dan pada bagia tengah-tengahnya berwarna putih kelabu.
Gambaran ini merupakan salah satu tanda patogoonik morbili. Pada hari pertama
timbulnya rash sudah dapat ditekan adanya kopliks spot ( Bercak koplik) dan
menghilang hari ketiga timbulnya rash.

 Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai
timbul dari belakang telina batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher,
seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai
ke lengan atas dan selanjutya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga. Pada
saat rash sudah sampai ke kaki, maka rash yang timbul duluan mulai berangsur-
angsur menghilang.

 Tahap Lanjut

Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil dan jarang
kemudian menjadi banyak dan menyatu Seperti pulau-pulau. Ruam umumnya muncul

4
pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar menuju dada, punggung, perut
serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini muncul, panas si anak mencapai puncaknya
(bisa mencapai 40oC), ingus semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorokan semakin
sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah.

3. Tahap akhir/ pasca pathogenesis

Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu :

 Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa
cacat.
 Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
 Penyakit tetap berlangsung kronik.
 Berakhir dengan kematian.

E. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT CAMPAK

a. Etiologi.

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan


paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam
darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa
gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput
lendir.

 Bentuk virus

Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus
oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid
yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA ),
merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan
tonjola pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

 Ketahanan virus

5
Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya selama 3-
5 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam. Pada media
protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari
pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam.
Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang
bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50%
aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi
tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.

 Struktur Antigenik

Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody,


complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody. Imunoglobulin kelas
IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer
tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal
tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena
infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikan antigen
haemagglutinin murni.

b. Patofisiologi

Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan
masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh
tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna,
konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit.
Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus
dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.

F. MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT CAMPAK

a. Masa inkubasi.
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :

 Stadium Kataral atau Prodromal

Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata
merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada
mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini
berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah
kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.

 Stadium Erupsi

6
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-
kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul
setelah 3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang
telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul
rasa gatal dan muka bengkak

 Stadium Konvalensi atau penyembuhan

Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut


hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai
normal bila tidak terjadi komplikasi.

b. Diagnosis penyakit campak

Diagnosis dapat di tegakkan dengan :

1. Anamnese (berdasarkan riwayat timbulnya penyakit seperti adanya kontak dengan


penderita)yaitu :
 Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi,mendadak)
 Batuk pilek, harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili (artinya
kemungkinan penyakit lain yang mirip campak, misal : german
measles,eksentema subitum,infeksi virus lain).
 Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
 Dapat disertai diare dan muntah.
 Dapat disertai gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : Epitaksis, petekie,
ekimosis.
 Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2
minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.

2. Gejala klinis

Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu :

 Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya
tinggi ) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
 Pada umumnya anak tampak lemah
 Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral )
 Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka
dan kemudian ke seluruh tubuh.

3. Pemeriksaan laboratorium Meliputi :

7
 Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit
cenderung menurun disertai limfositosis relative.
 Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement
fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah
timbulnya ras dan puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
 Biakan virus ( mahal ). Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel
darah yang diambil dari pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah
timbulnya ruam kulit (terutama selama masa demam campak) merupakan sumber
yang memadai untuk isolasi virus. selama stadium prodromal, dapat terlihat sel
raksasa berinti banyak pada hapusan mukosa hidung.

G. DIAGNOSIS BANDING

a. Eksantema Subitum
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36
bulan. Perlangsungan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat panas turun.

b. German Measles
Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala nfeksi saluran nafas bagian atas,
demam ringan, pembesaran kelenjar regional didaerah occipital dan post aurikuler. Rash
lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang
dalam waktu tiga hari.

c. Rash karena obat-obatan


Lebih bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih bsar, luas, menonjol dan umumnya
tidak disertai panas.

d. Infeksi oleh Ricketsia


Gejala prodormal lebih ringan, rash tidak dijumpai di wajah dan Koplik’s spot tidak
ada.

e. Infeksi mononukleosus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.

H. KOMPLIKASI PENYAKIT CAMPAK

Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh
secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan. adalah
terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis,
Bronchopneumonia, dan Enteritis

8
 Bronchopneumonia

Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran


pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia.
Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus,
Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka
Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan
kurang kalori protein.

 Otitis Media Akut

Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media
purulenta.

 Ensefalitis

Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus
Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui
mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak

 Enteritis

Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus.

I. CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK

1. Cara Penularan

Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili,
bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa
inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

9
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang
bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :

 Bayi berumur lebih dari 1 tahun


 Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
 Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2. Cara Pencegahan Penyakit Campak

a. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/


resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak
yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko
yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang
baik.

b. Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok


beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit
Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut

 Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada
anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien
campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak, pengelolaan Campak secara
umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak
 Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan.
Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh
menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin

10
campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak
diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan
pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin
harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus
dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia
dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.

Dimana imunisasi ini terbagi atas 2 yaitu :

 Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi
berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin
campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang
dilemahkan (tipe Edmonstone B), dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak
yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam alumunium).
Namun sejak tahun 1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah
dimatikan tidak digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat
sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Vaksin
yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone
strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais Moraten (1968).

Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml,
secara subkutan,namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk
kombinasi dengan ondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,
rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah umur 9 bulan
umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari
antibodi yang dibawa sejak lahir. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan
pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis
epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin dan lain-
lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya
aman dan tetap efektif. Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan alergi terhadap
tuberkuin selama dua bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat
imunoglobulin atu transfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan
sekurang-kurangnya tiga bulan.

Vaksinasi ini tidak boleh diberikan bila :


o Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang
disertai dengan demam lebih dari 38o C.

11
o Riwayat kejang demam.
o Defisiensi imunologik.
o Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif.

 Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,
globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk
pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan Immune serum
globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15
ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin. Perlindungan yang
sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak dengan penyakit kronis, dan para
kontak di bangsal rumah sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8
dari masa inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk
mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi
anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan
hematologi atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan
jangka panjang, infeksi HIV dengan imunosupresi berat.

 Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak
untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan
sekitar.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya


komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk
pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-
kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala
yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau
memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan
campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.

d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat


komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi
menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang
mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien
dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan

12
juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit
campak

J. PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK

1. Penanggulangan Campak

Pada sidang CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit
Campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/ reservoir campak hanya pada
manusia serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin
85% dan dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.

World Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya


eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda
pada setiap tahap yaitu :

a. Tahap Reduksi

Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :

 Tahap Pengendalian Campak


Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak
rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas campak yang
tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi
penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak
menunjukkan 2 puncak setiap tahun.

 Tahap Pencegahan KLB


Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,terjadi penurunan
tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada umur yang lebih
tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.

b. Tahap Eliminasi

Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi
rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah sangat jarang dan KLB
hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus
diselidiki dan diberikan imunisasi campak.

c. Tahap Eradikasi

13
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak
ditemukan. Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi
Campak tersebut adalah :

 Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)


 Imunisasi tambahan (suplemen)

2. Pengobatan Penyakit Campak

Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.Sehingga pengobatannya


bersifat symptomatic, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya
saja dalam hal ini :

 Anak memerlukan istirahat di tempat tidur


 Kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan antipiretik bila
suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
 Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
 Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu
 Narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
 Mukolitik bila perlu. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium
kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali.
Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi WHO dan UNICEF). Usia 6 bln-1 thn
:100.000 unit dosis tunggal p.o. Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o. Dosis
tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat tanda
defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A
ditambah dengan 1500 IU tiap hari.
 Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)

Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi


komplikasi yang timbul seperti :

 Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu
mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
 Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi
edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu :

a. Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.


b. Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu., perlu dilakukan koreksi
elektrolit dan ganguan gas darah.
 Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis,
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
diberikan sampai tiga hari demam reda.

14
 Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat
dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.

15
Cara pemberian imunisasi campak pada anak :

a. Persiapan alat

- Vaksin campak dan pelarutnya dalam trermos es

- Spuit dipasang 2 cc dan 5 cc

- Bengkok

- Kapas air hangat

- KMS

- Status bai / balita

- Formulir tindakan

b. Persiapan pasien

- Memberi salam pada pasien / keluarga

- Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan

- Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan

c. Langkah-langkah

- Perawat mencuci tangan dan mengeringkannya

- Alat perlindungan diri digunakan sesuai prosedur

- Mengatur posisi pasien dan membaringkan di tempat pemeriksaan

- Menyiapkan spuit 5 cc dan 2,5 cc

- Menyiapkan vaksin dan pelarutnya dari thermos es

- Mengambil vaksin dari thermos es dan menutupnya kembali

- Menghisap pelarutnya

- Melarutkan vaksin campak

- Menghisap vaksin sesuai dengan dosis (0,5 cc)

- Mengembalikan vaksin dalam thermos

- Kulit di bersihkan dengan kapas air DTT

- Kulit bayi di regangkan dengan ibu jari dan telunjuk

- Suntikan dan jarum di letakkan sejajar dengan kulit bayi pada lengan kanan atas

16
jarum di tahan oleh ibu jari dengan vabel jarum menghadap ke atas tidak menyentuh
jarumnya, masukkan secara intrakutan

- Vaksin dimasukkan 0.05 ml hingga timbul gelembung kecil berwarna putih


kemudian jarum di cabut.
- Bayi di rapihkan
- Orang tua di beri penjelasan prosedur yang telah di lakukan
- Seluruh tindakan yang telah dilakukan di catat pada catatan anak/buku KIA sesuai
prosedur

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan
isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka
Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap
reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan
kasus dan kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang

B. SARAN

Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.

Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu
dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan
dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini
sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk
ke rumah sakit.

Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau
balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk
terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta

Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC

Utami, Sri. 2005. Morbili, Tugas MK Penyakit Menular dan Kronik Ilmu kesehatan
masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.

http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-campak.html

http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/03/tata-cara-pemberian-imunisasi.html

19

Anda mungkin juga menyukai