Anda di halaman 1dari 9

PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS

DALAM MASA KEHAMILAN

A. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester I

Trimester pertama disebut sebagai masa penentuan dan sering merupakan masa kekhawatiran. Segera
setelah tejadi perubahan, hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini
menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu
merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak
hamil.

Pada trimester pertama seorang ibu akan mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan
seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin
diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.

Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada wanita hamil trimester pertama ini berbeda-beda.
Walaupun beberapa wanita mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka
mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa kebutuhan untuk dicinta
dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan,
rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian
normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.

Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya
kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan
kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah
mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari
hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksnya terhadap
wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat
memahami keadaan ini dan menerimanya.Perubahan psikologis pada trimester I disebabkan karena
adaptasi tubuh terhadap peningkatan hormon progesteron dan estrogen.

Perubahan Psikologis pada Trimester Pertama, Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone
dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada
pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Kondisi ini membuat para ibu hamil merasa tidak
sehat dan sering membenci kehamilan sehingga mempengaruhi kehidupan psikologis ibu.

Pada trimester pertama seringkali timbul kecemasan dan rasa kebahagiaan bercampur keraguan
dengan kehamilannya antara ya atau tidak, terjadi fluktuasi emosi sehingga beresiko tinggi untuk
terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman, adanya perubahan hormonal, dan morning sickness.
Diperkirakan ada 80% ibu-ibu mengalami perubhan psikologis, seperti rasa kecewa, sikap penolakan,
cemas dan rasa sedih.

1. Ketidakyakinan atau Ketidakpastian

Awal minggu kehamilan, ibu sering merasa tidak yakin dengan kehamilannya. Setiap wanita memiliki
tingkat reaksi yang bervariasi terhadap ketidakyakinan kehamilannya dan terus berusaha untuk
mencari kepastian bahwa dirinya hamil. Kondisi ini mendorong dia semakin takut atas kehamilan
yang terjadi, bahkan sebagian dari mereka berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya
tidak hamil.
2. Ambivalen

Ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan benci
terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan. Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa ambivalen dalam
dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan respon normal individu ketika akan memasuki
suatu peran baru. Beberapa wanita merasa kondisi ini tidak nyata dan bukanlah saat tepat untuk hamil,
walaupun hal ini telah direncanakan atau diidamkan sebelumnya.

Wanita yang sudah merencanakan hamil sering berfikir bahwa dirinya membutuhkan waktu yang
lama untuk menerima kehamilan, sehingga merasa khawatir dengan bertambahnya tanggung jawab
dan perasaan akan ketidakmampuannya untuk menjadi orangtua yang baik, serta takut jika kehamilan
ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

Beberapa factor yang menyebabkan perasaan ambivalensi pada ibu-ibu hamil ialah menyangkut pada
perubahan kondisi dirinya sendiri, berusaha untuk menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk,
terutama bagi ibu-ibu yang pernah mengalami sebelumnya, dampak dari kehamilan terhadap
kehidupannya kelak (terutama bagi ibu-ibu yang bekerja atau memiliki karir), perubahan terhadap
tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya dan kecemasan yang
berhubungan dengan kemampuannya menjadi ibu, masalah keuangan dan sikap penerimaan dari
orang-orang terdekat selama kehamilanya.

3. Perubahan Seksual

Selama trimester pertama seringkali keinginan seksual wanita menurun. Factor penyebabnya berasal
dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong kedua pasangan untuk menghindari aktivitas
seks. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah mengalami keguguran. Hasrat seksual pada
trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita
mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu
terjadinya penurunan libido dan jika pun terjadi diantara mereka harus terlebih dahulu berkomunikasi
sebelum melakukannya. Kondisi ini terkadang digunakan suami untuk memberikan kebutuhan kasih
saying yang besar dan cinta kasih tanpa seks.

4. Fokus pada Diri Sendiri

Awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri, bukan pada janin. Ibu merasa bahwa
janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu. Kondisi ini mendorong ibu-ibu hamil
untuk menghentikan rutinitasnya yang penuh tuntutan social dan tekanan agar dapat menikmati waktu
kosong tanpa beban sehingga sebagian besar dari ibu banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur.

5. Perubahan Emosional

Perubahan emosional pada trimester I ditandai dengan adanya penurunan kemauan seksual karena
letih dan mual, perubahan suasana hati, seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai
bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik.

6. Goncangan Psikologis

Kejadian goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih tertuju
pada kehamilan pertama. Menurut Kumar dan Robson (1978) diperkirakan ada sekitar 12% wanita
yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan
kandungan. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan trimester pertama lebih banyak
berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.
Kehamilan pada trimester pertama cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang ibu
dalam mencapai perannya (taking on stage). Ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan
bahwa dirinya memang hamil, sehingga dia lebih memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya. Perutnya yang masih kecil dinilai sebagai rahasia seorang ibu yang akan diberitahukannya
kepada suaminya.

7. Stres

Kemungkinan stress yang terjadi pada kehamilan trimester pertama bias berdampak negative dan
positif, dimana kedua stress ini dapat memengaruhi perilaku ibu. Terkadang stress tersebut bersifat
intrinsic dan ekstrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi ibu, dimana dia berusaha
untuk membuat sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik
timbul karena factor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.

Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi berkaitan dengan kemampuan seseorang
dalam mengatasi stress, stress yang bersumber dari pihak lain, stress yang disebabkan penyesuaian
terhadap tekanan social. Stress seorang ibu hamil yang berasal dari dalam diri berkenaan dengan
perasaan gelisah terhadap kemampuannya untuk bisa beradaptasi dengan kondisi kehamilannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan psikologis yang terjadi pada
trimester pertama ialah (a) merasa tidak sehat dan benci kehamilannya, (b) selalu memperhatikan
setiap perubahan pada tubuhnya, (c) mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya sedang
hamil, (d) mengalami gairah seksual yang lebih tinggi tetapi energi libidonya menurun, (e) rasa
khawatir atas kehilangan penampilan bentuk tubuh, (f) membutuhkan sikap penerimaan atas
kehamilannya dari anggota keluarga besarnya dan (g) adanya ketidakstabilan emosi dan suasana hati
(Sulistyawati, 2009).

1. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu HamilTrimester II

Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah berkurang. Perut
ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima
kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari
kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan nafsu makan
ibusudah kembali seperti biasa. Kebanyakan wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua,
hampir 80% wanita hamil mengalami peningkatan dalam hubungan seks dibandingkan pada trimester
pertama dan sebelum kehamilan. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik,
ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan
kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian
pasangannya, semua faktor ini berperan pada meningkatnya libido dan kepuasan seks.

Ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya,
kesadaran yang baru ini menimbulkan perubahan dalam memusatkan dirinya ke bayinya. Pada saat ini
jenis kelamin bayi tidak begitu penting, perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadirannya
dalam keluarga.

Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu dan ketertarikan
dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran baru. Tubuh ibu sudah
beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa lebih sehat dibandingkan
dengan trimester I.
Perubahan psikologis pada trimester kedua, secara umum periode trimester kedua dikelompokkan
menjadi dua fase, yakni prequickeckening (sebelum ada pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan
postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).

1. Fase Pre Quickening

Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil
mengevaluasi segala aspek yang telah terjadi selama hamil. Disini ibu menganalisa dan mengevaluasi
kembali segala hubungan interpersonal yang terjadi dan menjadikannya sebagai dasar-dasar dalam
mengembangkan interaksi sosial dengan bayi yang akan dilahirkannya.

Perasaan menolak terhadap sikap negatif dari ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya,
kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan
identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan
identitas dari penerima kaih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi
seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya
sebagai ibu yang penuh kasih sayang kepada anak-anak yang akan dilahirkannya kelak.

2. Fase Post Quickening

Setelah ibu hamil merasakan quickening, maka identitas keibuan semakin jelas. Ibu akan fokus pada
kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Terkadang
perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan,
terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Oleh sebab itu, ibu harus
diberikan pengertian bahwa dia tidak harus membuang segala peran yang diterima sebelum masa
hamilnya.

Pada wanita multi gravida, peran baru menggambarkan bagaimana dia bisa menjelaskan hubungan
dengan anaknya yang lain dan bagaimana jika dia harus meninggalkan rumah untuk sementara waktu
disaat proses persalinan. Pergerakan bayi membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah
makhluk hidup yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya.

Bentuk-bentuk reaksi psikologis pada trimester kedua, untuk trimester kedua kehidupan psikologis
ibu hamil tampak lebih tenang dan mulai dapat beradaptasi, perhatian mulai beralih pada perubahan
bentuk tubuh, kehidupan seksual, keluarga, dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya,
serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat, dan meniru peran ibu. Selain itu,
ketergantungan ibu hamil kepada pasangan juga semakin meningkat seiring dengan perkembangan
kehamilannya.

1. Rasa Khawatir

Kadang kala ibu khawatir bahwa bayi akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan adanya
peningkatan kewaspadaan atas timbulnya tanda-tanda persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau
takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan menghindari orang atau benda yang dianggap membahayakan bayi. Ibu mulai
merasa takut atas rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat melahirkan.

2. Perubahan Emosional

Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena bayi sudah
mulai bergerak sehingga dia mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan
dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus meningkat seiring bertambah usia
kehamilannya.

3. Keinginan untuk Berhubungan seksual

Ada satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk mengatasi
ketidaknyamanan ialah peningkatan libido. Kebanyakan calon orang tua khawatir jika hubungan seks
dapat memengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang paling sering diajukan ialah kemungkinan bayi
diciderai oleh penis, orgasme ibu, atau ejakulasi.

Yang perlu diketahui bahwa hubungan seksual pada masa hamil tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Janin tidak akan terpengaruh karena berada di area belakang serviks dan dilindungi cairan amniotik
dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi hubungan seks selama trimester kedua tidak
diperbolehkan, mencakup plasenta previa dan ibu dengan riwayat persalinan prematur.

Selain itu mekanisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan
kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun dengan
mengkreasi posisi yang menyenangkan masalah ini bisa diatasi. Walaupun sebagian ibu hamil
merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua libido wanita akan meningkat pada
trimester kedua. Perubahan tingkat libido disebabkan variasi perubahan hormonal.

Mengenai strategi pemilihan posisi saat berhubungan seks ini sangat beragam, semua tergantung pada
kesiapan fisik dan psikis dari kedua pihak. Bagi sebagian perempuan, kehamilan justru meningkatkan
dorongan seks, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh. Sementara bagi perempuan yang lain,
kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seks. Namun, perlu kita ketahui bahwa
hubungan seks saat ibu hamil pada dasarnya dipengaruhi kepercayaan yang telah dimiliki kedua
pasangan tentang perilaku seksual, kondisi fisik dan emosi (Kusmiyati, 2010).

1. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu HamilTrimester III

Trimester ketiga seringkali disebut periode penantian/menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan
dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya
akan lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu mengingatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda
dan gejala terjadinya persalinan. Ibu juga merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat
waktu.

Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal. Ibu
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya, ibu lebih sering bermimpi tentang
bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi atau terjebak di suatu tempat kecil dan tidak bisa
keluar. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan
keselamatannya.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya.
disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian
khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif). Hasrat seksual tidak
setinggi pada trimester kedua karena abdomen merupakan sebuah penghalang. Posisi alternatif untuk
hubungan seksual dan metode alternatif yang memberikan kepuasan seksual mungkin membantu atau
malah menimbulkan perasaan bersalah jika ada ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual.
Bersikap terbuka dengan pasangan atau konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan lain adalah hal
yang penting. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua,
bahkan mereka juga memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkan. Keluarga mulai
menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Trimester III
merupakan periode penantian/menunggu dan merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua.

Perubahan psikologis pada trimester ketiga, perubahan psikologis ibu hamil periode trimester terkesan
lebih kompleks dan lebih meningkat kembali dari trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi
kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur
yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau kehidupan emosi yang fluktuatif.

1. Rasa Tidak Nyaman

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan
dukungan dari suami, keluarga, dan bidan.

2. Perubahan Emosional

Perubahan emosional trimester III terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira
bercampur takut karena kehamilan telah mendekati persalinan. Rasa kekhawatirannya terlihat
menjelang melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran
(Sulistyawati, 2009).

1. Dampak Perubahan Psikologis Ibu Hamil

1. Sensitif

Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif adalah faktor hormon. Reaksi wanita menjadi
lebih peka, mudah tersinggung dan gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil sering dianggap
kurang menyenangkan. Perubahan ini pasti berakhir, jangan sampai perubahan ini merusak hubungan
suami istri menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu, keadaan ini sudah sepantasnya dipahami suami
dan jangan membalas dengan kemarahan karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan
akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis bayi.

2. Cenderung Malas

Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja terjadi, melainkan pengaruh perubahan
hormon yang sedang dialaminya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti
gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan ini membuat ibu hamil cenderung
menjadi malas.

3. Minta Perhatian Lebih

Perilaku ibu hamil akan menunjukkan sikap ingin diperhatikan. Terkadang kondisi ini mengganggu,
terutama jika pasangannya (suami) kurang memiliki sikap perhatian atau berperilaku temprament.
Perlu diketahui bahwa biasanya wanita hamil akan tiba-tiba menjadi orang manja dan ingin selalu
diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit apapun akan berdampak memicu
tumbuhnya perasaan aman dan pertumbuhan janin lebih baik.

4. Gampang Cemburu
Tidak jarang, sifat cemburu ibu hamil terhadap suami pun mulai tanpa alasan, seperti jika pulang kerja
telat sedikit, ibu mulai bertanya macam-macam. Sifat kecemburuannya meningkat. Faktor
penyebabnya ialah perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas perubahan penampilan
fisiknya. Dia mulai meragukan kepercayaan pada suaminya, seperti takut ditinggalkan suami atau
suami pacaran lagi. Suami harus memahami kondisi istri dan melakukan komunikasi terbuka dengan
istri.

5. Ansietas (Kecemasan)

Ansietas menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram yang disertai dengan
gejala fisik. Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar.

Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering mengalami
kecemasan. Yang membedakannya adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu hamil memiliki tingkat
cemas yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana ibu hamil itu mempersepsikan
kehamilannya.

Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan kondisi
kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan
nyaman selama masa kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap
memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan support tenaga medis
(Sulistyawati, 2009).

1. Bentuk-Bentuk Gangguan Psikologis Pada Masa Hamil

1. Depresi

Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil. Kondisi
gangguan ini selalu melanda ibu-ibu hamil. Dini Kasdu, dkk (2009) mengatakan bahwa hampir 10%
wanita hamil mengalami depresi berat atau ringan. Umumnya depresi sering terjadi dalam trimester
pertama.

Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami depresi ialah adanya perasaan sedih atas perubahan kondisi
fisiknya, kesulitan berkonsentrasi, akibat jam tidur yang terlalu lama atau sedikit, hilangnya minat
dalam melakukan aktifitas yang biasa digemarinya, putus asa, cemas, timbul perasaan tidak berharga
dan bersalah, merasa sedih, berkurang atau hilangnya ketertarikan pada aktifitas yang disukai,
menurunnya nafsu makan, selalu merasa lelah atau kurang energi serta tidak bisa tidur denga
nyenyak. Gejala ini biasanya terjadi selama kurun waktu 1-2 minggu. Pada kasus patologis depresi
merupakan reaksi yang ekstrem karena penderitanya sering memiliki delusi ketidakpastian dan
perasaan putus asa.

2. Stres

Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyabab terjadinya reaksi stres. Stres
selama hamil mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi yang dikandungnya.
Sebaliknya, ibu hamil yang selalu berpikiran sehat dan positif akan membantu pembentukan janin,
penyembuhan internal dan memberikan nutrisi psikis yang sehat bagi bayi. Apa yang dipikirkan ibu
hamil akan memiliki hubungan fisik dan psikologis terhadap tumbuh kembangnya janin di dalam
rahim.

3. Insomnia (Sulit Tidur)

Sulit tidur adalah gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan tidak tenang, kurang tidur
atau sama sekali tidak bisa tidur. Gangguan tidur selalu menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas.
Gangguan tidur lebih banyak berkaitan dengan masalah psikis, seperti rasa kekhawatiran. Sulit tidur
sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama kali atau kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala
insomnia ibu hamil dilihat dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata dan sellu terbangun pada dini
hari.

4. Perasaan Tidak Berarti (Tidak Ada Tujuan)

Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami perasaan tidak berarti ialah sikap sinisme, adanya keinginan untuk
mengakhiri hidup, mempertanyakan akan penderitaannya, perasaan tidak berguna, gangguan aktifitas
seksual dan adanya keinginan untuk terus merusak diri sendiri.

5. Perasaan Malu (Bersalah)

Faktor penyebab terjadinya perasaan malu atau bersalah pada ibu hamil ialah dikarenakan adanya
keinginan ibu hamil untuk menghapus peristiwa yang pernah terjadi dan berusaha mengulang kembali
masa lampaunya.

6. Perasaan Kecewa

Faktor-faktor penyebab adanya perasaan kecewa pada ibu-ibu hamil ialah sikap, baik itu tindakan
suami atau keluarga besarnya yang dianggap kurang menyenangkan (menyakiti perasaan).

7. Tekanan Batin

Penyebab tekanan batin bisa berasal dari akibat perasaan terpisah dengan pasangannya atau dengan
orangtuanya, adanya tantangan (konflik) terhadap kebutuhannya, perasaan tidak berarti, tidak ada
tujuan hidup, minimnya kehidupan rohani, rasa bersalah, penderitaan berat, kematian salah satu
anggota keluarga, dan reaksi marah kepada Tuhan (Kusmiyati, 2010).

1. Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Masa Hamil

1. Dukungan Suami

Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri yang hamil lebih mengedepankan
sikap untuk saling berkomunikasi yang jujur dan terbuka dan sudah dimulainya sejak awal kehamilan
istrinya dan menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan diri menjadi
orang tua.

2. Dukungan Keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain, akan tetapi sifat
ketergantungan akan lebih besar ketika akan bersalin.

3. Tingkat Kesiapan Personal Ibu

Beberapa kesiapan personal ibu yang berkaitan pada masa kehamilannya ialah kemampuannya untuk
menyeimbangan perubahan atas kondisi psikologisnya

4. Pengalaman Traumatis Ibu

Trauma masa hamil dipengaruhi beberapa faktor, seperti ibu yang suka menyaksikan film horor laga,
adegan yang menyeramkan, mengerikan, atau menyedihkan bisa berujung pada pembentukan emosi
traumatis, dan sebagainya.

5. Tingkat Aktifitas

Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang, atau
berhubungan seks dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau janin yang cacat (Kusmiyati,
2010).

1. Peran Bidan Dalam Persiapan Psikologis Bagi Ibu Hamil

Mempelajari Keadaan Lingkungan Klien

Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat
juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian
termasuk latar belakangnya sehingga mudah melakukan asuhan kebidanan.

Memberikan Informasi dan Pendidikan Kesehatan

• mengurangi pengaruh yang negatif

• memperkuat pengaruh yang positif

• adaptasi pada lingkungan tempat bersalin

Anda mungkin juga menyukai