USULAN
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi persoalan serius yang
dihadapi oleh bangsa in. Penyebab kemiskinan tidak hanya terfokus pada faktor
ekonomi saja, tetapi kita juga perlu memperhatikan beberapa faktor lainnya
seperti faktor budaya dan faktor politik.
Salah satu tujuan MDGS yang harus tercapai pada tahun 2015 adalah
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan
MDGS pemerintah telah meluncurkan berbagai macam program penanggulangan
kemiskinan baik berupa bantuan social,m pelayanan kebutuhan dasar, dan
program yang sifatnya makro seperti PNPM. Satu pertanyaan yang mungkin harus
dijawab adalah apakah program-program tersebut mampu menekan angka
kemiskinan di Indonesia? Tentu kita sepakat untuk menjawab tidak atau belum
maksimal. Penanganan kemiskinan pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
memberdayakan masyarakat miskin tersebut. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah pelibatan
masyarakat baik yang berstatus penduduk miskin. Selama ini pengentasan
kemiskinan hanya terfokus pada penyelesaian persoalan ekonomi atau pelayanan
terhadap kebutuhan dasar dan kurang memperhatikan faktor budaya atau kearifan
lokal sebagai salah komponen yang dapat mendukung kegaiatan pengentasan
kemiskinan.
Setiap kelompok masyarakat tentunya memiliki kompleksitas nilai yang
dapat dikembangkan dalam pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Maka dari itu,
keberhasilan pembangunan penduduk perlu memperhatikan sistem sosial yang
berlaku dalam masyarakat, sistem sosial bisa berupa modal sosial. Pemberdayaan
masyarakat miskin bisa dilakukan dengan pengembangan modal sosial melalui
kelompok-kelompok yang alamiah tumbuh di masyarakat.
Dalam konteks pembangunan manusia, modal sosial memiliki pengaruh
yang sangat menentukan. Beberapa dimensi pembangunan yang dipengaruhi oleh
3
B. Rumusan Masalah
1. Nilai kearifan lokal apakah yang dapat menjadi modal sosial dalam
2. Apakah nilai kearifan lokal tersebut masih dipelihara dengan baik oleh
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi nilai-nilai
kearifan lokal yang dapat dijadikan modal sosial dalam upaya peningkatan
kesejahtraan masyarakat. Kedua, melakukan analisis terhadap pengembangan
modal sosial dalam upaya peningkatan kesejahtraan masyarakat.
D. Urgensi Penelitian
Setiap warga Negara berhak untuk hidup sejahtrera sebagaimana cita-cita
UUD 1945 dan Pancasila. Pemerintah memiliki peranan yang cukup vital dalam
pengentasan kemiskinan dengan mengeluarkan beberapa kebijakan terkait
pengentasan kemiskinan. Untuk mendukuung hal tersebut diperlukan dukungan
dari segala pihak. Aktor penanggulangan kemiskinan jangan hanya terpusat pada
pemerintah itu saja, pelibatan masyarakat diyakini akan memberikan hasil positif
dalam pengentasan kemiskinan.
4
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, dalam pendefenisiannya
makna kemiskinan sering dibatasi oleh beberapa standar yang ditentukan oleh
lembaga-lembaga yang bergerak dibidang kemiskinan. Dengan kata lain arti
kemisikinan lebih mengarah pada defenisi yang konvensioanal, yakni mereduksi
masalah kemiskinan kepada terpenuhinya kebutuhan dasar (sandang, pangan dan
papan).
Bank Dunia mebenrikan defenisi kemiskinan dengan menggunakan ukuran
kemampuan daya beli yaitu US $2 perhari. Untuk mengukur kemiskinan, data
BPS (dikutip dari www.bps.go.id) menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Nilai Garis Kemiskinan mengacu
pada nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan
2100 kilokalori perkapita perhari dan ditambhkan dengan kebutuhan minimum
untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Dalam pandangan Friedman, kemiskinan iugu berarti ketidaksamaan
kesempatan unfuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan
sosial ini meliputi: (1) Modal produktif seperti tanah, alat produksi, Perumahan,
kesehatan. (2) Sumber keuangan. (3) Organisasi sosial dan politik yang dapat
digunakan untuk kepentingan bersama seperti koperasi, partai potitik, organisasi
sosial,(4) |aringan sosial, (5) Pengetahuan dan kehampilan. (6) Informasi yang
berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Purwanto, 2007).
Dalam beberapa kasus kemiskinan yang ditemui di Indonesia,
ketidakberdayaan masyarakat bukan hanya dari segi faktor ekonomi saja, tapi juga
pada faktor lain misalkan pendidikan, kesehatan dan politik. Ketidakberdayaan ini
7
B. Modal Sosial
Konsep modal sosial (sosial capital) diperkenalkan Robert Putnam
(hasbulah, 2006) sewaktu meneliti Italia pada 1985. Masyarakatnya, terutama di
Italia Utara, memiliki kesadaran politik yang sangat tinggi karena tiap indvidu
punya minat besar untuk terlibat dalam masalah publik. Hubungan antar
masyarakat lebih bersifat horizontal karena semua masyarakat mempunyai hak
dan kewajiban yang sama.
Menurut Putnam , modal sosial adalah kemampuan warga untuk mengatasi
masalah publik dalam iklim demokratis. Piere Bourdieu mendefenisikan modal
sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang
berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung tarsus menerus
dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan kata in:
keanggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya
berbagai bentuk dukungan kolektif” (Habullah, 2006).
Cohen&Prusak dalam Siregar (2011) menuliskan konsep awal modal sosial
ditulis oleh Hanifan di tahun 1916, saat dia membicarakan tentang pusat
komunitas yang terkait dengan sekolah di wilayah pedesaan. Hanifan
menggunakan istilah modal sosial untuk membicarakan faktor substansi dalam
kehidupan masyarakat yang antara lain berupa niat baik (good will), rasa simpati,
perasaan persahabatan, dan hubungan sosial yang membentuk sebuah unit sosial.
Modal sosial dibutuhkan untuk menciptakan jenis komunitas moral yang tidak
bisa diperoleh seperti dalam kasus bentukbentuk human capital. Akuisisi modal
sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah komunitas
dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikan-kebajikan seperti
kesetiaan, kejujuran, dan dependability. Modal sosial lebih didasarkan pada
kebajikan kebajikan sosial umum.
Sebagiamana yang diungkapkan fukuyama yang dikutip dari Rais (2009)
bahwa dimensi modal sosial dibagi kedalam beberapa bagian:
a. Trust (Saling Percaya)
Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan, dan saling
menghormati. Sebagaimana dijelaskan Fukuyama, kepercayaan adalah
harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh
adanya perilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma-norma
yang dianut bersama. Fukuyama kemudian mencatat bahwa dalam
masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinngi, aturan-aturan
sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat
kerjasama.
b. Jaringan Sosial (Social Network)
Elemen ini meliputi dengan pertukaran timbal balik, solidaritas dan
kerjasama. Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud jaringan-
jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya
komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan
memperkuat kerja sama.
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang
kokoh. Orang mengetahui dan bertemu orang lain. Mereka kemudian
membangun inter-relasi yang kental baik yang bersifat formal maupun
informal.
Jaringan-jaringan yang memperkuat modal sosial akan memungkinkan lebih
mudahnya saluran informasi dan ide dari luar yang merangsang
perkembangan masyarakat. Mereka akan lebih mudah terhindar dari
penyakit kejiwaan seperti cemas dan depresi, karena dalammasyarakat
11
BAB III
METODOLGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Lokasi Penelitian
1. Wawancara mendalam.
Percakapan langsung dilakukan pada obyek penelitian tentang
perasaan, penghayatan, pngalaman informan dalam melakukan aktivitas
sehari-harinya.
2. Observasi
Moleong (2009), mengemukakan bahwa teknik pengamatan adalah
berperan serta, artinya dalam situasi-situasi tertentu peneliti dapat ikut
serta secara langsung dalam aktivitas yang dilakukan objek penelitian,
sifatnya secara terbuka diketahui oleh objek penelitian, maka segala
macam informasi dapat mudah diperoleh.
16
3. Kuesioner
Untuk menunjang pendekatan kualitatif, digunakan pula pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Data yang diperoleh dari kuesioner ini terutama data yang
berkaitan dengan perilaku mereka dalam wujud tingkat penerimaan
terhadap out group dibandingkan dengan in group dari kelompok-
kelompok tersebut
4. Focus group discussion (FGD)
Metode in bertujuan untuk memperoleh maukan dan informasi
mengenai suatu permasalahan . FGD merupakan suatu pertemua antar
pribadi yang masing-masing mengeluarkan pendapat dan sarannya
terkait dengan permasalahan. Pelaksanaan FGD akan diakukan sebayak
tiga kali dengan melibatkan beberapa unsure masyarakat.
5. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pendukung dalam
proses pengumpulan data. Moleong (2009) mengemukakan bahwa studi
dokumentasi dapat dilakukan dengan cara peneliti mempelajari arsip-
arsip, file-file, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian seperti catatan-catatan dan data-data yang ada
di Kantor instansi yang terkait serta foto-foto yang berhubungan dengan
objek penelitian.
1. Triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Teknik
ini dapat digunakan dengan cara sebagai berikut :
17
Tahap pertama. Pada tahap ini adalah proses reduksi data yang terfokus
pada pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data kasar dari catatan
lapangan. Dalam proses ini dipilih data yang relevan dengan fokus penelitian.
Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap selama dan sesudah pengumpulan
data sampai laporan tersusun. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat
ringkasan data, menelusuri tema tersebar dan membuat kerangka penyajian data.
18
Tahap kedua, pada tahap ini adalah penyajian data, yaitu penyusunan
kesimpulan informasi menjadi pernyataan-pernyataan yang memungkinkan
penarikan kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk teks naratif, mulanya
terpencar dan terpisah pada berbagai sumber informasi. Kemudian diklasifikasi
menurut tema dan kebutuhan analisis.
Tahap ketiga, pada tahap ini penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan
penyajian data. Penarikan kesimpulan berlangsung bertahap dari kesimpulan pada
reduksi data, menjadi terfokus pada penarikan kesimpulan penyajian data, dan
lebih terfokus lagi pada tahap kesimpulan akhir. Rangkaian proses penarikan
kesimpulan ini menunjukkan bahwa analisis data dalam penelitian ini bersifat
menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
secara berulang-ulang dan bertahap.