Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh berkaitan erat dengan mineral yang terlarut di dalamnya. Semua proses kehidupan
berlangsung di dalam cairan tubuh yang mengandung mineral. Oleh karena itu, pembahasan tentang
cairan tubuh dilakukan bersamaan dengan pembicaraaan tentang mineral.
Manusia membutuhkan cairan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh. Hal ini dapat dicapai dengan serangkaian maneuver fisika-kimia yang
kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat badan 70 kg bisa
memiliki sekitar 50 liter ir dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70 % berat bdan
pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia.. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang rlafit
lebih banyak ,kandunganair dalam tubuh wanita 10% lebih sediit dibandingkan pria. Air tersimpan
dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu:
1. Cairan Intraselular ( CIS ) CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar
70% dari total cairan tubuh (total body water {TWB}). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktifitas kimia sel(Taylor,1989).Pada individu dewasa CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
dua pertiga dari TWB.Sisanya satu pertiga TWB atau 20% berat tubuh, berada diluar sel yang
disebut sebagai cairan ekstraselular (CES) (Price & Wilson,1986)
2. Cairan Ekstraselular
Merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun sekitr 30% dari total cairan tubuh

Elektolit yang brperan dalam mekanisme pertukaran CIS


ANION
KATION
Klorida
Cl- Natrium Na+
Sulfat
SO42- Kalium K+
Fosfat
PO4 3- Kalsium Ca2+
Bikarbonat
HCO-3 Magnesium Mg2+

2.2 Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Pergerakan cauran dalam tubuh meliuti hubungan timbal balik antara sejumlah komponen termasuk
air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian airan , ruang cairan, membrane , system transport,
enzim dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalm tiga tahap. Pertama plasma darah
bergerak diseluruh tubuh melalui system sirkulasi. Kedua, cairan interstial dan komponennya
bergerak diantara kapiler darah dan sel. Teakhir cairan dan substansi bergerak dari cairan interstial
kedalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubu berlangsung dalam tiga proses yaitu :
1. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonstrasi tinggi menuju konsentrasi rendah dengan
melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga halyakni ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperature larutan.
ü Ukuran molekul. Molekul yang lebih besar cenderung bergerak lebi lambat dibandingkan molekul
yang ukurannya kecil.
ü Konsentrasi lrutan. Larutan berkonsentrasi tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan larutan
berkonsentrasi rendah.
ü Temperatur larutan . Semakin tinggi temperature larutan maka semakin cepat difusinya.
2. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari konsentrasi rendah
menuju konsentrasi tinngi.
3. Transpor Aktif
Transpor aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membrane sel melawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain transport aktif adalah gerakan
partikel dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandan tingkatannya.
2.3 Pengaturan Keseimbangan Cairan
1. Rasa Haus
Rasa haus adalah keinginan yang disadari terhadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus muncul
apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Bila Osmolalitas meningkat sel akan mengkerut
dn sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
a. Penurunan perfusi ginjal merangsng pelepasan rennin yang akhirnya menghasilkan angiotensin II.
Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melepaskan substat neuron yang bertanggung jawab
meneruskan sensasi haus.
b. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic
dan mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c.. Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar.
2. Hormon ADH.
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurophiofisis posterior. Stimulasi
utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon
ini meningkatkan reapsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan
mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai tvasopressin karena mempunyai
efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah .
3. Hormon Aldosteron
Hormone ini disekresikan oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalsium,kadar natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin.
4. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak jaringan dan berperan
dalam respon radang, pengontrolan tekanan darah, kontaksi uterus, dan motilitas gastrointestinal.
Diginjal, prostaglandin berperan mengatur situasi ginjal, resorpsi natrium.
5. Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga memperbesar volume
darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar glukokortikoid
mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ :
· Kulit pengeluaran cairan melali kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang aktifitas
kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktifitas otot, temperature
lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilah
insensible water loss (IWL).
· Paru-paru meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan suatubentuk respon
terhadap perubahan kecepatan dan kedalam napas karena pergerakan atau kondisi demam.
· Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan setiap
harinya berkisar 100-200ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml / kg BB / 24 jam,
dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 1 C.
· Ginjal . Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan yang utama pada tubuh. Pada individu
dewasa, ginjal mengekskresi sekitar 1500 ml per hari.

Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia berlangsung dalam tiga hal.


· Cara pertama melalui insensible water loss (IWL). Pada proses ini cairan keluar melalui penguapan
di paru-paru.
· Cara kedua melalui noticeable water loss (NWL), cairan diekskresikan melalui keringat
· Cara ketiga melalui feses tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit.
Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan cairan yang utama, setiap harinya ginjal
menerima hamper 170 liter darah untuk disaring menjadi urine. Pada individu dewasa, produksi urine
sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
Dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah
mekanisme pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
(misal pengeluaran keringat)

2.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


· Usia : Pada bayi atau anak – anak, keseimbangan cairan dan elektrolit di pengaruhi oleh asupan
cairan yang besar di imbangi dengan pengeluaran yang besar pula, metabolisme tubuh yang tinggi,
masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal serta banyaknya cairan keluar melalui ginjal,
paru – paru, dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia, gangguan yang muncul berkaitan
dengan masalah ginjal dan jantung karena ginjal tidak mampu mengontrol konsentrasi urine.
· Temperature lingkungan : Lingkungan yang panas menstimulasi system saraf simpatis dan
menyebabkan seseorang berkeringat.
· Kondisi stress : Mempengaruhi metabolism sel, konsentrasi glukosa darah dan glikolisis otot.
Kondisi ini menyebabkan pelepasan hormon ADH sehingga produksi urine menurun.
· Keadaan sakit : mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain luka bakar, payah
jantung, dan gagal ginjal.
· Diet : Asupan nutrisi tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap albumin serum. Jika albumin serum
menurun, cairan interstisial tidak dapat masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi edema.
2.5 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Eelektrolit

Ketidakseimbangan cairan :

1. Defisit volume cairan (fluid volume deficit [FVD])


Suatu kondisi ketidakseimbangan yang di tandai dengan devisiensi cairan dan elektrolit di ruang
ekstrasel, namun proposi antar keduanya mendekati normal. Secara umum kondisi secara umum,
kondisi volume cairan atau dehidrasi terbagi menjadi tiga yaitu :
a) Dehidrasi isotonic terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah eletrolit yang
hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130 – 145 mEq/ l
b) Dehidrasi hipertonik terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar dari pada jumlah elektrolit
yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130 – 150 mEq/ l
c) Dehidrasi hipotonik terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih sedikit dari pada jumlah elektrolit
yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130 mEq/ l
2. Volume cairan berlebih (fluit volume eccess [FVE] )
Kondisi ketidakseimbangan yang di tandai dengan kelebihan (retensi) cairan natrium di ruang
ekstrasel. Kondisi ini di sebut hipervolemia. Overhidrasi umumnya di sebabkan oleh gangguan fungsi
ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan
edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrotatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema
sering muncul didaerah mata, jari dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul
didaerah perifer, karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak
menunjukan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya, pada edema non pitting, cairan di dalam
jaringan tidak dapat dialihkan ke area penekanan jari. Edema non pitting tidak menunjukan kelebihan
cairan ekstra sel melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan
pemebkuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan
hidrostatik dan tekanan ciran dalm permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang
terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk,
dan bunyi nafas ronkhi basa.
Ketidakseimbangan elektolit
Gangguan ketidakseimbangan elektolit meliputi :
· Hiponatremia dan hipernatremia
Hipernatremia adalah kekurangan pada natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan
tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel
sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oelh penyakit ginjal, penyakit
Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta
asidosis metabolic.tanda dan gejela hipernatremia meliputi cemas, hipotensi postural, posturan
dizzeness, mual, muntah, diare, takikardia, kejang, dan koma.
Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabakan peningkatan
tekanan darah osmotic ekstrasel kondisi ini mengakibatkan perpindahnya cairan intrsel keluar sel.
Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia,
diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan
gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria.
· Hipokalenia dan hiperkalamia
Hipolkaremina adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya
kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan
gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala definisi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi
usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur.
Hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kusu ini jarang sekali terjadi,
kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls
jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk
kedalam sel. Tanda dan gejela hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung
irregular, hipotensi, parastesia, dan kelemahan.
· Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan eksternal. Bila berlangsung lama, kondisi
ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium
dengan mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejela hipokalsemia meliputi spasme dan tetani,
peningkatkan motilis gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis.
Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan
penurunan ekstibilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala
hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi,
nyeri punggung, dan serangn jantung.
· Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum kurang dari 1,5 mEq/I. Umumnya, kondisi
ini disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes militus, gagal hati, absorbs
usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, reflex tendon profunda yang hiperaktif,
konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardia, dan hipertensi.
Hipermagnesemia dalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang
ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal, terutama yang mengonsumsi
antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung,
depresi reflex tendon profunda, depresi pernafasan.
· Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klodira dalam serum. Secara khusus, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis,
serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu
apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing.
Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida dalam serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan
hipernatremia, khusunya saat terjadi dehidrasi dan majalah ginjal. Kondisi hiperkloremia
menyebabkan penurunan bikerbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam basa. Lebih
lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, latergi, dan pernapasan Kussmaul.
· Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat didalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat
penurunan absorbs fosfat di usus, peningkatkan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk
tulang. Hipofasfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, katoasidosis diabetes, dan
hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta
gejala neurologis yang tersamar.
Hiperfosfatemia adalah peningaktakan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada
kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa
terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat., maka
tanda dan gejala hiperfosfatemia hamper sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas
system saraf pusat, spesma otot, konvulsi dan tetani, peningkatkan motolotas usus, masalah
kardiovaskuler seperti penurunan kontraktikitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis.
2.6 Distrubusi Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan
intraseluler ( cairan di dalam sel ) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di
dalam cairan ekstraseluler ( cairan di luar sel ) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan
interstisial atau intreseluler ( sebagian besar ) yang terdapat sela-sela sel dan cairan intraveskuler
berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami penggantian
bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen dipertahankan agar selalu
berada dalam keadaan homeostasis/ tetap. Keseimbangan cairan di tiap kompartemen menentukan
volume dan tekanan darah.
2.7 Daya Tarik Eloktrolit terhadap Air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbngan cairan tubuh. Sel-sel tubuh memilih
elektrolit untuk ditempatkan di luar ( trutama natrium dan klorida ) dan di dalam sel (terutama kalium,
magnesium, fosfat, dan sukfat ).
Molekul air, karena bersifat polar, menarik elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi
oksigenya sedikit bermuatan negatif, sedangkan hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab
itu, dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif menarik molekul air di
sekitarnya.
2.8 Pengaturan Keseimbngan Cairan dan Elektrolit oleh Protein
Membran sel mengandung alat trasnspor berupa protein yang mengatur penyeberangan ion positif dan
bahan lain melalui membran sel tersebut. Ion negatif akan mengikuti ion positif dan air akan mengalir
ke arah cairan yang lebih tinggi konsentrasinya. Salah satu contoh alat transpor ini adalah pompa
natrium-kalium, suatu enzim yang memompa natrium ke luar lebih cepat daripada proses difusi biasa.
Pada waktu yang sama, kalium akan di pompa ke dalam sel. Pompa ini secara aktif mempertarukan
natrium dengan kalium melalui membran sel, dengan demikian mepertahankan tingkat konsentrasi
masing-masing elektrolit. Pompa ini menggunakan ATP sebagai sumber energi dan enzim natrium-
kalium ATP-ase guna melepas energi dari ATP.

2.9 Pemeliharaan Keseimbangan Cairan tubuh dan Elektrolit


Jumlah berbagai jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstant.
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada dalam
batas batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal. Bagian saluran
cerna yaitu lambung dan usus halus secara terus menerus memperoleh mineral melalui getah
pencernaan dan cairan empedu. Mineral ini kemudian diserap kembali dibagian bawah bagian
kolon/usus besar.
Hormon ADH menentukan jumlah air yang dikeluarkan ginjal dan jumlah yang diserap
kembali untuk mengatur kembali keseimbangan elektrolit, ginjal memanfaatkan kelenjar adrenal
melalui homon aldosteron. Bila kadar natrium tubuh menjadi rendah aldosteron meningkatkan
reabsorpsi natrium dari tubula ginjal bila terjadi reabsorpsi natrium, kalium akan dikeluarkan dari
tubuh sesuai dengan aturan bahwa jumlah ion positif didalam tubuh harus tetap sama. Makanan yang
biasanya mengandung banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh. Natrium mudah diabsorpsi
oleh saluran cerna kedalam darah. Ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium ini dan menjaga
konsentrasi dalam darah normal.
Rasa haus membantu kadar natrium didalam darah. Bila kadar natrium tinggi, reseptor
didalam otak merangsang untuk minum. Kemudian ginjal akan mengeluarkan kelebihan air dan
kelebihan natrium secara bersamaan.

1.Konsep Dasar
1.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna.

1.2 Proportion Of Body Fluid


Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No. Umur Prosentase
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun) 60 %
b.Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan
intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel
(ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 %
transeluler.

1.3 Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah
zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea,
glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup
natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-
), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya,
tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan
bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam
tabel di bawah ini :

No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler


Plasma Interstitial
1. Kation :
• Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
• Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
• Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
• Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq

2. Anion :
• Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
• Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
• Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
• Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
• Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

a. Kation :
• Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium
di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
• Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

• Calcium (Ca++) :
- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk
membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion :
• Chloride (Cl -) :
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan natrium
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
- Sumber : garam dapur

• Bicarbonat (HCO3 -) :
Bagian dari bicarbonat buffer sistem
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH.

• Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :


- Bagian dari fosfat buffer system
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

1.4 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil
dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan
mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala
arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut
menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi
pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut
yang tinggi.

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau
muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena
memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi
pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan
interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua
bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh
pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum.
Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses
filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun
komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau
homeostatis.

1.5 Regulating Body Fluid Volumes


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu
berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan
kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn
caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada
proses metabolisme.

a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari,
sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml
per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan
intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).
1. 3 hari 3,0 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak
Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara
sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.

b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa
normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior
hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

1.6 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat
maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit
tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

1.7 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
• Volume
• Osmolalitas
• Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut
kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat
pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut


bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan
osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum
penting untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang
jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan
perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik,
yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume
isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni
yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang
dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.

• Kelebihan Volume ECF :


Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan
proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF
(hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan
edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau
generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional


Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena
natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus
hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma
dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan
komposisional di bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan
5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

2. Proses Keperawatan
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di
ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

2.4 Evaluasi/Kreteria hasil :


Kreteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.

Anda mungkin juga menyukai