Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

ISI ARTIKEL
1.1 Sikap dan Komunikasi Bidan terhadap Tingkat Kepuasan Ibu Hamil pada
Pelaksanaan Antenatal Care

SIKAP DAN KOMUNIKASI BIDAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN IBU


HAMIL PADA PELAKSANAAN ANTENATAL CARE

Agatha Maria
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, jl. Dr. Soedarso Pontianak

Abstract : The Relationship Between The Attitude And The Communicative


Skill Of The Midwife
And The Mother’s Satisfaction On The Antenatal Care. The aims of this
research was to determine the relationship between the attitude and the
communicative skill of the midwife with the mother’s satisfaction level on the
implementation of Antenatal Care (ANC) in Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten
Kubu Raya. The method used in this study is analytical cross sectional correlation.
The population is all pregnant mothers who come to have medical checkup in
Puskesmas Sungai Durian. This study applies total sampling technique (52 pregnant
mothers). The data were analyzed using univariate with frequency distributions and
using bivariate with the Rank Spearman correlation test. Results show that the data
calculation using the Rank Spearman correlation test shows that the level of patient
satisfaction has a statistically significant relationship with the midwife attitude p =
0.000; r = 0.875 and midwife communicative skill p = 0.000; r = 0.879. The
strength level of correlation of these two factors indicate that the direction of the
correlation is positive with strong correlation.
Keywords: The midwife’s attitude, the midwife’s communicative skill
Abstrak : Sikap Dan Komunikasi Bidan Terhadap Tingkat Kepuasan Ibu
Hamil Pada Pelaksanaan
Antenatal Care. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap dan
komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu pada pelaksanaan Antenatal Care

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


1 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
(ANC) di Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Kubu Raya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan Cross
sectional.Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan diri di
Puskesmas Sungai Durian. Teknik sampel menggunakan total sampling sebanyak
52 orang ibu hamil. Data dianalisis secara univariat menggunakan distribusi
frekuensi dan bivariat menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Perhitungan data dengan uji korelasi Rank Spearman
didapatkan data bahwa sikap p = 0,000; dengan r = 0,875; sedangkan komunikasi p
= 0,000; dan r = 0,879, mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat
kepuasan ibu hamil. Tingkat kekuatan korelasi kedua faktor tersebut menunjukkan
bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat.
Kata kunci: sikap bidan, komunikasi bidan, tingkat kepuasan pasien, Antenatal
Care (ANC)

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah angka


kematian ibu (AKI). Di Indonesia AKI masih tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar
263 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk Kalimantan Barat di tahun 2012, AKI
tercatat sebesar 143 kasus terjadi dalam per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
pencapaian Milennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 diharapkan
AKI turun 102 per 100.000 kelahiran hidup, untuk menurunkan AKI tersebut
banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah (SDKI, 2010).

Dalam rangka mewujudkan MDGs, bidan merupakan salah satu ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat, dituntut untuk selalu
memberikan pelayanan terbaik dan berkualitas. Selain itu, berorientasi kepada
kepuasan dan keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati (2010)
bahwa “dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang terbaik dan
berkualitas, memerlukan perbaikan yang menyeluruh dan bermutu termasuk
kepuasan klien dalam menerima pelayanan kesehatan”.

Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien


menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


2 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
kesehatan. Artinya pengukuran tingkatkepuasan pasien harus menjadi kegiatan
yang tak terpisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Hal ini mencakup
beberapa dimensi, diantaranya adalah sikap dan kelancaran komunikasi antara
petugas kesehatan dengan pasien. Berarti pelayanan kesehatan
bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada sikap
dan komunikasi, karena sikap dan komunikasi sangat penting dan berguna
bagi pasien (Pohan, 2006).
Menurut Saifuddin (2008), komunikasi yang baik antara bidan dengan ibu hamil
sangat mempengaruhi kepuasan ibu dalam memperoleh pelayanan kesehatan oleh
bidan, sehingga terbina rasa saling percaya antara bidan dengan ibu hamil. Rasa
saling percaya ini, akan = memberi dampak perubahan sikap baik bagi pemberi
pelayanan maupun penerima layanan.

Sesuai dengan penelitian Rambe (2013), yaitu terdapat hubungan antara


komunikasi verbal dan
non-verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan pasien, serta penelitian Erabka
(2012), yaitu terdapat hubungan antara sikap dan komunikasi bidan dengan tingkat
kepuasan ibu hamil dalam Antenatal care. Sedangkan sikap, sudah lama menjadi
salah satu konsep yang dianggap paling penting dalam interaksi sosial. Perubahan
sikap sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan karena sebagai manusia
kadang-kadang kita berperan sebagai agen perubahan dan kadang kadang sebagai
subjek perubahan (Azwar, 2013).
Komariah (2011), berdasarkan hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan antara
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan
kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Ditinjau dari pandangan pasien/masyarakat, layanan kesehatan bermutu adalah
suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan
mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya atau meluasnya
penyakit. Pandangan pasien/masyarakat ini sangat penting, karena pasien yang
merasakan kepuasan akan mematuhi pengobatan dan mau datang

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


3 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
berobat kembali (Pohan, 2006).
Puskesmas Sungai Durian merupakan salah satu puskesmas rawat inap di
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, memiliki 5 Puskesmas Pembantu
(Pustu), 9 Polindes dan 36 Posyandu. Tenaga kesehatan khusus bidan di Puskesmas
induk berjumlah 13 orang dan 12 orang di Pustu dan Polindes, dengan cakupan K1
(83,92%) dan K4 (73,35%) tahun 2012, dari persentase tersebut masih dibawah
target nasional 90% (Profil Puskesmas Sungai Durian, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan dengan 8 orang ibu hamil di
Puskesmas Sungai Durian, 3 orang diantaranya mengatakan merasa enak periksa
dengan dukun, baik dalam komunikasi maupun sikap karena seperti ibu sendiri
(diurut dan dipijit-pijit), bila ada masalah dengan kehamilan baru periksa ke
petugas kesehatan, 2 orang ibu hamil mengatakan periksa dengan tenaga kesehatan
terlalu lama menunggu, dan 3 orang mengatakan enak periksa
dengan bidan karena bila terjadi masalah dengan kehamilan cepat diketahui dan
ditindaklanjuti.

Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka peneliti perlu mengkaji tentang
“Hubungan Antara
Sikap dan Komunikasi Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Pada
Pelaksanaan ANC di Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Kubu Raya”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan rancangan Cross
sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatan dilakukan
pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2010). Metode analitik korelasi
dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara sikap dan
komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil pada pelaksanan Antenatal
care di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya
tahun 2014. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian
Kabupaten Kubu Raya pada tanggal 22 September s/d 11 Oktober 2014. Populasi
merupakan keseluruhan obyek penelitian (Suyanto, 2008). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


4 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Penentuan sampel menggunakan accidental
sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan berkunjung pada
saat penelitian, yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam kurun waktu
dilakukannya penelitian terdapat 52 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan dan
memenuhi kebutuhan penelitian di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu
Raya.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu sikap dan komunikasi bidan. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan. Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
responden yang menjadi objek dan metode pengumpulan data adalah wawancara
tidak langsung melalui kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertutup yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang sikap dan cara berkomunikasi bidan dari responden
dalam upaya untuk mengetahui tingkat kepuasan
responden pada pelaksanaan pelayanan antenatal. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Uji yang di-gunakan
adalah uji korelasi Rank Spearman dengan taraf kesalahan 5% atau tingkat
kepercayaan 95%.
HASIL
Penelitian tentang hubungan antara sikap dan komunikasi bidan dengan tingkat
kepuasan ibu hamil pada pelaksanan antenatal care yang dilaksanakan di
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya tanggal 22 September s/d 11
Oktober 2014. Pengumpulan data melalui wawancara tidak langsung (kuesioner).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Bidan, KomunikasiBidan dan Tingkat
Kepuasan Ibu Hamil dalam Pelayanan ANC di Puskesmas Sungai Durian
tahun 2014

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


5 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Variabel N %
Sikap Bidan
Memuaskan 34 65,38
Tidak Memuaskan 18 34,62
Komunikasi Bidan
Jelas 36 69,23
Tidak jelas 16 30,77
Tingkat Kepuasan Ibu Hamil
Puas 33 63,46
Tidak puas 19 36,54

Berdasarkan tabel 1, menggambarkan sebagian besar responden merasa bahwa


sikap bidan memuaskan yaitu 34 orang (65,38%), sebagian besar responden
mengatakan komunikasi bidan jelas yaitu 36 orang (69,23%), dan sebagian besar
responden yaitu 33 orang (63,46%) merasa puas dengan pelayanan ANC yang
diberikan oleh bidan.
Hubungan Sikap Bidan
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil yang merasa puas
dengan sikap bidan sebagian besar merasakan kepuasan terhadap pelaksanaan
pelayanan ANC yang diberikan oleh bidan yaitu 32 orang (61.54%), dibandingkan
responden yang tidak puas terhadap sikap bidan yaitu 17 orang (32.69%).

Uji statistik korelasi Rank Spearman didapatkan hasil p Value 0,000, berarti p <α
(0.05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap bidan
dengan tingkat kepuasan ibu hamil saat pelaksanaan peyananan ANC. Nilai
korelasi Spearman (r) =0.875 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan
kekuatan korelasi yang sangat kuat.
Hubungan Komunikasi Bidan
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa proporsi ibu hamil yang merasa
komunikasi bidan jelas sebagian besar merasa puas dengan pelaksanaan pelayanan

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


6 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
ANC yang dilakukan bidan yaitu 33 orang (63.46%), dan ibu hamil yang merasa
tidak puas dengan komunikasi bidan yang tidak jelas yaitu 16 orang (30.77%).

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0.000 ,berarti p < α (0.05), maka Ho ditolak
artinya terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi bidan dengan tingkat
kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan ANC. Nilai korelasi Spearman (r) = 0.879
menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat
kuat.

Tabel 2.
Hubungan Antara Sikap Bidan dengan
Tingkat Kepuasan Ibu Hamil pada Pelaksanaan ANC

Variabel Tingkat Kepuasan Responden r P


Puas Tidak Puas
n % n %
Sikap Bidan 0,875 0,000
Memuaskan 32 61,54 2 3,85
Tidak 1 1,92 17 32,69
memuaskan

Tabel 3.
Hubungan Antara Komunikasi Bidan Dengan
Tingkat Kepuasan Ibu Hamil pada Pelaksanaan ANC

Variabel Tingkat Kepuasan Responden r P


Puas Tidak Puas
n % n %
Komunikasi 0,875 0,000
Bidan
Jelas 33 63,46 3 5,77
Tidak jelas 0 0 16 30,77

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


7 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
PEMBAHASAN
Sikap Bidan
Hasil penelitian terhadap 52 orang ibu hamil menunjukkan bahwa sebagian besar
dari ibu hamil
yang memeriksakan diri kepada bidan menilai bahwa sikap bidan baik dalam
melakukan pelayanan ANC yang tergambar dari hasil 61,54% ibu hamil merasa
puas dengan pelayanan yang diberikan oleh bidan.

Sikap yang kurang baik atau kurang empati akan menyebabkan terjadinya
ketidakpuasan responden sebagai penerima pelayanan. Budiastuti dalam Purwanto
(2007) menyatakan bahwa kualitas suatu layanan yang ditunjukkan oleh sikap
bidan dalam memberikan pelayanan merupakan faktor penting dalam memuaskan
pelanggan mengalahkan faktor kualitas dan harga dari jasa yang ditawarkan.

Penelitian hampir sama yang dilakukan oleh Meha (2009), dengan judul
“Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Bidan
dalam Mengatasi Komplikasi selama Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa
Air Genting Kabupaten Asahan” hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kualitas pelayanan dengan
ditunjukkannya sikap yang baik oleh bidan

Sikap menurut Prijaksono (2002) merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan bidan dalam meberikan pelayanan kebidanan khususnya pelayanan
ANC. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Komunikasi Bidan
Hasil analisis mengenai komunikasi bidan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
hamil yang
memeriksakan diri kepada bidan di Puskesmas Sungai Durian menilai bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh bidan jelas. Terlihat dari 63,46% dari ibu hamil
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh bidan.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


8 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Komunikasi yang tidak jelas akan mengakibatkan pesan yang ingin disampaikan
oleh pemberi pesan (bidan) tidak dapat diterima oleh penerima pesan (pasien). Jika
pasien tidak dapat memahami apa yang disampaikan oleh bidan maka pasien akan
merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan
yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan
kepada pasien. Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup
beberapa dimensi, salah satu diantaranya adalah kelancaran komunikasi antara
petugas kesehatan (termasuk bidan) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi
pada komunikasi karena komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien.
Komunikasi baik antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan
ibu hamil dalam mendapat pelayanan oleh bidan. Sehingga dapat diperoleh rasa
saling percaya antara bidan dan pasien (Pohan, 2006).
Komunikasi kebidanan merupakan faktor pendukung pelayanan kebidanan
profesional yang dilaksanakan oleh bidan, dalam mengekspresikan peran dan
fungsinya. Salah satu kompetensi bidan yang harus dimiliki adalah kemampuan
berkomunikasi dalam pelayanan kebidanan. Kemampuan berkomunikasi akan
mendasari upaya pemecahan masalah klien, mempermudah pemberian bantuan
kepada klien, baik pelayanan medik maupun pelayanan psikologi
yang diberikan dengan pendekatan konseling (Uripni, 2003).
Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Erabka (2012), yang berjudul
“Hubungan antara Komunikasi Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Hamil dalam
Antenatal Care di Bidan Praktik Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Bengkulu” menunjukkan hasil, “dengan komunikasi bidan yang baik maka tingkat
kepuasan ibu hamil juga meningkat”.
Tingkat Kepuasan Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil merasa puas
terhadap pelayanan
yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Sungai Durian pada saat pelaksanaan

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


9 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
pelayanan ANC. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan
63,46% dari ibu hamil merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh bidan.
Sikap bidan yang baik dan komunikasi yang jelas dalam hal ini menjadi faktor
pendukung kepuasan pasien terhadap pelayanan bidan pada pelaksanaan antenatal
care.

Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien


menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan
kesehatan. Artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Hal ini
mencakup beberapa dimensi, diantaranya adalah sikap dan kelancaran komunikasi
antara petugas kesehatan dengan pasien (Pohan, 2006).

Hasil yang tidak jauh berbeda diperoleh Nurhayati (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul
“Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kebidanan di Bidan Praktik Swasta Pare,
Kediri” menunjukkan hasil dari 5 dimensi kepuasan yang diuji, kelima aspek dinilai
cukup puas oleh responden.
Hubungan Sikap Bidan
Dalam penelitian ini didapatkan hasil yaitu bahwa ibu hamil yang merasa puas
terhadap pelayanan ANC yang diberikan, menilai sikap bidan saat pemberian
pelayanan baik atau bahkan memuaskan. Secara statistik juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara sikap bidan dengan tingkat kepuasan
responden.
Menurut Pohan (2006), bahwa kepuasan adalah persepsi pelanggan bahwa
harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Kepuasan sangat bersifat subjektif,
sehingga sulit sekali untuk mengukurnya. Namun, walaupun demikian, tentu saja
kita harus tetap berupaya memberikan perhatian kepada pelanggan (customer care)
dengan segala daya, sehingga paling tidak kita dapat memberikan pelayanan yang
terbaik, yang dimulai dari upaya menstandarkan kualitas sampai dengan
pelaksanaannya. Pada saat berhubungan dengan pelanggan dengan standar yang

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


10 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
diperkirakan dapat menimbulkan kepuasan yang paling optimal bagi pelanggan
(Barata, 2003).

Suryani (2008), menyatakan bahwa pelayanan kebidanan berorientasi pada


penerapan kode etik dan standar pelayanan serta kepuasan mengacu kepada
penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu
pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien terhadap
pelayanan kebidanan.

Menurut Junadi dalam Sabarguna (2004) penilaian kepuasan pasien penting untuk
diketahui karena kepuasan merupakan bagian dari mutu pelayanan, kepuasan
berhubungan dengan pemasaran serta berhubungan dengan prioritas peningkatan
pelayanan. Kepuasan pelanggan juga berkaitan dengan mutu pelayanan yang
diberikan sebagai dasar merencanakan strategi bagaimana meningkatkan kualitas
suatu jasa.

Penelitian ini menghasilkan hasil akhir yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siswojo (2001) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Tingkat Kepuasan Pasien Bersalin di RSU dr.Kanojo Djatibowo
Balikpapan Kalimantan Timur” dimana dari 6 karakteristik bidan yang diteliti,
sikap merupakan salah satu faktor yang mempunyai hubungan yang bermakna.
Hubungan Komunikasi Bidan
Dari penelitian didapatkan hasil yaitu bahwa ibu hamil yang merasa puas terhadap
pelayanan ANC yang diberikan oleh bidan, menilai bahwa komunikasi bidan saat
pemberian pelayanan ANC jelas. Secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu
hamil.

Sesuai dengan teori bahwa pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya, dan sebaliknya
ketidak puasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan
kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


11 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Hasil akhir penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rambe
(2012) yang berjudul “Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal dengan
Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Nifas RS Khusus Ibu dan Anak Bandung”
dengan uji statistik menggunakan Rank Spearman terdapat hubungan yang
bermakna antara komunikasi verbal dan non verbal bidan dengan tingkat kepuasan
pasien.

Sejalan dengan itu, hasil yang sama juga didapat oleh Sekar Ningrum (2010),
mengenai hubungan antara komunikasi bidan terhadap tingkat kepuasan ibu dalam
mendapatkan pelayanan ANC di RB Buah Hati, bahwa komunikasi bidan yang
efektif serta empati bidan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan ibu hamil dalam
pelayanan antenatal yang ditunjukan
dengan hasil uji statistik p value = 0,0023.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
sikap bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil pada pelaksanaan antenatal care di
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya; Ada hubungan yang bermakna
antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil pada pelaksanaan
antenatal care di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan
simpulan, diharapkan bidan dapat mengembangkan sikap dan komunikasi yang
lebih baik, dan mempertahankan sikap dan komunikasi yang sudah baik dalam
pelayanan ANC kepada pasien dan menerapkan keterampilan komunikasi yang
efektif, sehingga mampu memberikan kepuasan kepada pasien.

DAFTAR RUJUKAN
Ali. 2010. Pengantar Metode Statistik Untuk Keperawatan.Jakarta : TIM
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azwar, Saifuddin 2013, Sikap Manusia Teori danPengukurannnya Edisi 2
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


12 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan:
Deskriptif, Bivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Ed 5. Jakarta:
Salemba Medika.
Dalami, Dahliar & Rochimah.Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik
Kebidanan.Jakarta :
TIM
Erabka, Ririn. 2012. Hubungan Antara Komunikasi Bidan dengan Tingkat
Kepuasan Ibu Hamil dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah
Kerja Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu. Melalui
<http://erinerabka.blogspot.com/> [Diakses tanggal 10 Maret 2014]
Hastono & Sabri.2010.Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers
Hidayat.2010. Metode Penelitian Kebidanan & tekhnik Analisa Data.Jakarta :
Salemba Medika
Pohan. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC
Keputusan Menteri Kesehatan, RI. 2007. StandarProfesi Bidan.Jakarta : PP IBI
Mandriwati. 2011. Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta : EGC
Marimbi. 2009. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan.Jogjakarta : Mitra Cendikia
Press
Meha, Melandi. 2009. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan
dengan Tindakan Bidan dalam Mengatasi Komplikasi selama Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan. Melalui
http://www.mscribd.com [Diakses tanggal 10 Maret 2014)

Neil Niven. 2000. Psikologi Kesehatan.alih Bahasa oleh Agung Waluyo , Jakarta:
EGC
Notoatmojo.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta
_________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta :
Rineka Cipta _________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Nurhayati, Fransiska. 2011. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kebidanan di
Bidan

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


13 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Praktik Swasta Pare, Kediri. Melalui
<http%3A%2F%2Fml.scribdcom%2Fdoc%2F183861083%2Fkepu a s a n - p a s i e
n - t e r h a d a p - p e - layanan-kebidanan-di-bidan-praktek-swasta-tahun-2011>
[Diakses tanggal 10 Maret
2014]
Nurunniyah & Nurhayati. 2013. Mutu Pelayanan Kebidanan.Yogyakarta :
Fitramaya
Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan.Jakarta : TIM
Pohan. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC
Rambe.2013. Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan
Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Nifas RS Khusus Ibu dan Anak
Bandung.Melalui http://www.jurnalpendidikanbidan.com/arsip/35-januari-2013/83-
hubungan-komunikasi-verbaldan-nonverbal-oleh-bidan-dengan-tingkatkepuasan-
pasien-di-ruang-nifas-rs-khususibu-dan-anak-kota-bandung-tahun-2011-. html>
[Diakses tanggal 08 Maret 2014].
Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Nuha
Medika
Setiawan & Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan.Yogyakarta : Nuha
Medika
Siswojo. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien
di Kamar
Bersalin di RSU dr. Kanujoso Djatibowo Balikpapan Kalimantan Timur. Melalui
<http://eprints.undip.ac.id/28299/> [Diakses tanggal 08 Maret 2014] Sugiyono.
2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Uripni, Christina Lia. 2003. Komunikasi dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :Salemba
Medika Syafrudin.2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan untuk
Bidan.Jakarta: TIM
Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management Mewujudkan Layanan Prima Edisi 2.
Yogyakarta:
C. V ANDI OFFSET. Tyastuti. 2008. Komunikasi dan konseling Dalam Pelayanan

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


14 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Kebidanan.Yogyakarta : Fitramaya Uripni. 2003. Komunikasi kebidanan. Jakarta :
EGC
Wulandari. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.
Yogjakarta : Nuha
Medika

1.2 Pengembangan Model Komunikasi Pelayanan untuk Menghasilkan Kader


yang Kreatif dalam Menunjang Keberhasilan Program Bina Keluarga Balita

BAB 2

HASIL KAJIAN ARTIKEL

2.1 Sikap dan Komunikasi Bidan terhadap Tingkat Kepuasan Ibu Hamil pada
Pelaksanaan Antenatal Care

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan


yang saling berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling
tukar-menukar pendapat. Menurut Edward Depari(Komunikasi dalam Organisasi)
komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai
pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Komunikasi efektif terjadi dimana penerima pesan menerima dengan tepat apa yang
disampaikan oleh pemberi pesan komunikasi efektif pada dasarnya sangan
tergantung pada peran komunikator atau orang yang mengawali pembicaraan.
Pelaksanaan Komunikasi Yang Efektif:

1. Ciptakan suasana yang santai


2. Dengarkan baik-baik
3. Berikan pesan yang jelas dan tepat
4. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan
5. Jelaskan dan Ulangi

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


15 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Beberapa hal dibawah adalah salah satu cara yang perlu diperhatikan oleh individu
yang terlibat dalam kegiatan komunikasi, pada intinya komunikasi efektif dapat
terlaksana bukan hanya tanggung jawab komunikator sebagai penyampai pesan,
dengan kata lain untuk mengefektifkan kegiatan komunikasi, diperlukan pembicara
yang efektif dalam menyampaikan pesan dan pendengar yang aktif dalam penerima
pesan. Hambatan terhadap berlangsungnya komunikasi efektif adalah:

1. Noise
2. Semantic-factor
3. Interest
4. Motivation
5. Prejudice

Komunikasi baik antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan
ibu hamil dalam mendapat pelayanan oleh bidan. Sehingga dapat diperoleh rasa
saling percaya antara bidan dan pasien (Pohan, 2006).

Kemampuan berkomunikasi akan mendasari upaya pemecahan masalah klien,


mempermudah pemberian bantuan kepada klien, baik pelayanan medik maupun
pelayanan psikologi yang diberikan dengan pendekatan konseling (Uripni, 2003).

Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien


menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan
kesehatan. Artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kese- hatan. Hal ini
mencakup beberapa dimensi, diantaran- ya adalah sikap dan kelancaran komunikasi
antara petugas kesehatan dengan pasien (Pohan, 2006)

Didapatkan hasil yaitu bahwa ibu hamil yang merasa puas terhadap pelayanan ANC
yang diberikan oleh bidan, menilai bahwa komunikasi bidan saat pemberian
pelayanan ANC jelas. Secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil. Sesuai
dengan teori bahwa pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya, dan sebaliknya

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


16 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan
kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya.

Menurut penelitian Rambe (2012) yang berjudul “Hubungan Komunikasi Verbal


dan Non Verbal dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Nifas RS Khusus Ibu
dan Anak Bandung” dengan uji statistik menggunakan Rank Spearman terdapat
hubungan yang bermakna antara komunikasi verbal dan non verbal bidan dengan
tingkat kepuasan pasien.

Menurut Pohan (2006), bahwa kepuasan adalah persepsi pelanggan bahwa


harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Kepuasan sangat bersifat subjektif,
sehingga sulit sekali untuk mengukurnya. Namun, walaupun demikian, tentu saja
kita harus tetap berupaya memberikan perhatian kepada pelanggan (customer care)
dengan segala daya, sehingga paling tidak kita dapat memberikan pelayanan yang
terbaik, yang dimulai dari upaya menstandarkan kualitas sam- pai dengan
pelaksanaannya

Sehingga komunikasi efektif yang dilakukan oleh bidan mampu memberikan


kepuasan kepada pasien saat pelayanan ANC jika komunikasi tersebut berhasil,
tetapi jika komunikasi efektif yang dilakukan oleh bidan tidak berhasil maka akan
menyebabkan pasien merasa kecewa atau tidak puas terhadap pelayanan ANC yang
diberikan oleh bidan

Dari hasil kajian di atas menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
sikap bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil pada pelaksanaan antenatal care di
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Ada hubungan yang bermakna
antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil pada pelaksanaan
antenatal care di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan
simpulan, diharapkan bidan dapat mengembangkan sikap dan komunikasi yang
lebih baik, dan mempertahankan sikap dan komunikasi yang sudah baik dalam
pelayanan ANC kepada pasien dan menerapkan keterampilan komunikasi yang
efektif, sehingga mampu memberikan kepuasan kepada pasien.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


17 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
2.2 Pengembangan Model Komunikasi Pelayanan untuk Menghasilkan Kader
yang Kreatif dalam Menunjang Keberhasilan Program Bina Keluarga Balita

Implementasi kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan ketahanan keluarga dalam


peningkatan kualitas anak dilakukan melalui program Bina Keluarga Balita (BKB).
BKB merupakan kelompok kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan keluarga/orang
tua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak. Peran keluarga/orang
tua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak sejak dini (0-5 tahun)
atau periode emas sangat penting dan strategis dalam upaya mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

BKB dilaksanakan untuk membina ibu kelompok sasaran yang mempunyai anak
Balita. Ibu kelompok sasaran ini, dibagi menjadi 5 kelompok menurut umur
anaknya, yaitu :

1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun

2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun

3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun

4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun

5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun

Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tahap perkembangan anak, di mana
tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri
(Soetjiningsih, 1995).

Secara teknis kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan. Penanggung jawab
umum gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB direncanakan dan
dikembangkan oleh kader, LKMD dan PKK serta Tim Pembina LKMD tingkat
Kecamatan. Penyelenggarannya dilakukan oleh kader yang berasal dari anggota
masyarakat dan bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada
sasaran kegiatan BKB.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


18 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Melihat penyelenggara kegiatan ini dilakukan oleh kader, maka peran kader dalam
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya kepada sasaran secara
terencana dan teratur menjadi sangat penting. Sayang, kurangnya kreativitas kader
dalam penerapan model komunikasi pelayanan yang digunakan menjadi penyebab
utama tidak berjalan dengan baiknya program BKB ini. Model komunikasi
pelayanan yang digunakan oleh para kader saat menyampaikan materi cenderung
monoton, sehingga tak jarang ibu-ibu kelompok sasaran kemudian merasa jenuh
bahkan kehilangan motivasi untuk ikut serta dalam program BKB. Akibatnya
peserta program BKB mengalami penurunan dari bulan ke bulan.

Dampak dari tidak berjalan dengan baiknya program BKB ini harus menjadi
perhatian serius seluruh pihak yang terkait, karena bermula dari program inilah kita
dapat mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Maka dari itu
penulis merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai pengembangan
model komunikasi pelayanan untuk menghasilkan kader yang kreatif dalam
menunjang keberhasilan program BKB. Untuk meneliti hal tersebut, penulis
menggunakan pendekatan “Research and Development”, artinya penelitian yang
ditindaklanjuti dengan program pengembangan yang bertujuan untuk perbaikan
ataupun penyempurnaan hasil penelitian. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Focus Group Discussion (FGD). FGD merupakan metode
kualitatif yang digunakan untuk melacak hal-hal tertentu terkait dengan
pelaksanaan program BKB yang menjadi prioritas subjek penelitian.

Model komunikasi banyak dikembangkan dalam bidang kajian ilmu komunikasi.


Model komunikasi S – R (Stimulus – Respon) misalnya, merupakan komunikasi
yang membentuk aksi reaksi, komunikator lebih aktif memberikan stimulus
(rangsangan), sementara komunikan/receiver berusaha memberikan respons
(tanggapan). Selain itu, terdapat pula model komunikasi dua arah (two way
communication)di mana kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi sama-
sama aktif dan kreatif dalam menciptakan arti terhadap ide atau gagasan yang
disampaikan via pesan, sehingga jalannya komunikasi terkesan lebih dinamis dan
komunikatif.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


19 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Forsdale (1981) menyatakan bahwa salah satu model komunikasi yang tua tetapi
masih digunakan orang untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell. Terdapat beberapa unsur komunikasi pada
model komunikasi milik Lasswell, yaitu Source-Message-Chanel-ReceiverEffect.
Menurut Muhammad (2009), source di sini adalah orang yang menyampaikan
pesan (komunikator). Message adalah isi komunikasi atau pesan yang disampaikan
dalam komunikasi tersebut. Isi yang dikomunikasikan ini kadang-kadang sederhana
dan kadang-kadang sulit dan kompleks. Chanel adalah alat komunikasi (media),
seperti surat, buku atau gambar. Receiver adalah orang yang menerima pesan dari
komunikator. Terakhir, effect adalah tanggapan atau perubahan yang terjadi pada
diri audiens setelah menerima pesan dari komunikator.

Kegiatan Program Bina Keluarga Balita mempunyai tujuan yaitu

(1) Meningkatkan jumlah ibu balita yang ikut penyuluhan kelompok BKB,

(2) Meningkatkan jumlah kelompok-kelompok Bina Keluarga Balita baru,

(3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga, kesadaran serta


kemampuan setiap ibu dan anggota keluarga dalam melakukan kegiatan program
BKB untuk anak balitanya, dan

(4) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan BKB (BKKBN


1997).

Kader BKB adalah seseorang atau sejumlah orang yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan khusus di bidang tertentu, serta mau dan mampu menyebarluaskan
pengetahuan serta keterampilannya kepada sasarannya secara teratur dan terencana.
Dengan adanya pengetahuan serta keterampilan khusus di bidang tertentu yang
dimiliki oleh kader, diharapkan materi yang nantinya disampaikan kepada
kelompok ibu-ibu sasaran dapat dikembangkan dengan baik melalui kreativitas
masing-masing kader. Oleh karenanya, peranan kader BKB yang kreatif dalam
program BKB ini sangatlah penting. Dari hasil penelitiannya, Mustakimah (2007)
menunjukkan bahwa peranan kader BKB sebagai motivator dan narasumber dalam

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


20 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
penyelenggaraan programprogram pelayanan BKB di Kecamatan Blimbing Kota
Malang sangat diharapkan oleh ibu-ibu kelompok sasaran.

Model Komunikasi Pelayanan program BKB untuk Menghasilkan Kader yang


Kreatif

Dengan melihat tujuan penelitian ini, perlu mengetahui tentang komunikasi efektif.
Komunikasi efektif terjadi dimana penerima pesan menerima dengan tepat apa yang
disampaikan oleh pemberi pesan. Berkomunikasi merupakan aktifitas manusia yang
sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan, misalnya : bayi lapar kemudian
menangis. Demikian terbiasanya kita melakukan hal-hal yang penting yang perlu
diperhatikan dalam melakukan komunikasiefektif.

Komunikasi efektif dalam aktivitas individu dimaksudkan agar pesan-pesan


maupun cara menyampaikannya mencapai sasaran. Krkan baikbaomunikasi efektif
pada dasarnya sangat tergantung pada peran komunikator atau orang yang
mengawali pembicaraan, dengan demikian seorang komunikator penting
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kesiapan (preparedness)
2. Kesungguhan (seriousness)
3. Ketulusan (sincerity)
4. Kepercayaan(confidence)
5. Kretenangan(noise)
6. keramahan(friendship)
7. Kesederhanaan(Moderation)
A. Pelaksanaan Komunikasi Yang Efektif
1. Ciptaan suasana yang santai (establish Case)
Pesan akan dapat diterima yang dimengerti dengan baik, apabila kita dapat memilih
tempat dan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan, juga apabila kita dapat
menciptakan suasana berkomunikasi yang lebih santai.
Beberapa hal yang perlu diingat untuk menciptakan suasana santai :
1) Pilihlah tempat dimana tidak ada gangguan.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


21 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
2) Jagalah supaya tidak terjadi gangguan-gangguan yang tidak perlu.
3) Bersikaplah ramah.
4) Ketika memulai pembicaraan,ciptakan suatu suasana kebersamaan.
2. Denngarkan baik-baik ( Listen actively)
Komunikasi adalah jalan dua arah. Mendengarkan pendapat klien sama pentingnya
dengarmengatkan sesuatu kepada klien tersebut.
Hal yang perlu kita hindari dalam berkomunikasi adalah :
1) Bersikeras dan berdebat.
2) Berbicara saat klien bicara.
3) Memotong pembicaraan.
4) Mengungkapkan penilaian yang terlalu dini.
5) Cepat mengambil kesimpulan ke kesimpulan berikutnya.
6) Terhanyut atau terpancing oleh keadaan emosional yang ditimbulkan pembicara.
3. Berikan pesan yang jelas dan tepat (Send a Clear /Approriate Message)
Agar pesan tersebut jelas bagi klien, hendaknya pesan yang ingin disampaikan
harus lebih dulu jelas bagi saudara sehingga pesan dapat dikirim dengan jelas dan
tepat.
1. Mengetahui dengan pasti apa yang akan saudara sampaikan.
2. Dalam merencanakan pesan, sebaiknya diskursikan dengan orang lain.
3. Pelajari dan susunlah pesan tersebut terlebih dahulu(sistematika).
4. Cata.
5. tlah hal yang penting yang saudara ingin bicarakan dan letakkanlah
cataungtan tersebut dihadapan saudara.
6. Jangan gunakan istilah yang tidak jelas. Cegahlah penggunaan kata-kata
yang samar seperti: lebih cepat, lebih pagi, lebih baik.
7. Sesuaikanlah bahasa, nada dan pendekatan saudara pada klien yang saudara
hadapi. Cegahlah penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti dan jangan
gunakan istilah-istilah yang tidak biasa digunakan.
8. Pertimbangkanlah tentang saat penyampaian pesan.
4. Sudahkah pesan itu dimengerti ? (Check for understanding)

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


22 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Ingatlah selalu bahwa saudaralah yang dapat menilai dengan tepat apakah
pesanyang saudara sampaikan telah diterima sebagaimana mestinya. Penglaman
klien, pendapatnya, harapannya dan faktor-faktor lainnya akan dapat
mempengaruhi pengertian dan penerimaannya akan pesan tersebut.

Untuk memastikan bahwa pesan saudara telah dimengerti :

1. Ketika berbicara,perhatikan roman mukanya, akan segera kelihatan bila dia


bingung.
2. Mintalah umpan balik guna memastikan bahwa pesan yang telah disampaikan
sudah sesuai dengan pesan yang diterima(komunikasi dua arah).
3. Tanyakanlah bagaimana pengertian klien tersebut mengenai keadaan yang
dimaksud.
4. Ingatlah selalu bahwa bila saudara memberikan kesempatan dengan berdiam
sejenak maka klien itu akan memberikan tanggapannya.
5. Janganlah menganggap bahwa klien yang menundukkan kepalanya telah
mengerti akan pesan saudara. Ingatlah bahwa orang biasanya enggan
mengatakan bahwa ia tidak mengerti.
6. Bila perlu jelaskan dan ulangi (If necessary Repeat)
7. Bila pasien gagal menerima pesan yang saudara maksudkan kegagalan
mungkin terletak pada pesan itu sendiri, atau pada pengertiannya.

Untuk menjelaskan dan mengulangi maka :

a) Ulangi hal hal yang membingungkan pasien tersebut, gunakan istilah lain dan
jelskan dalam bentuk lain.
b) Berikan Contoh.
c) janganlah menganggap bahwa pesan yang sudah diubah akan lebih jelas dari
yang pertama.
d) Mintalah umpan balik.
B. Hambatan Terhadap Berlangsungnya Komunikasi Efektif
1. Noise (Kebisingan)
2. Semantic-Factor

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


23 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
3. Interest
4. Motivation
5. Prejudice
Beberapa hal tersebut merupakan salah satu cara yang perlu diperhatikan oleh
individu yang terlibat dalam kegiatan komunikasi , pada intinya komunikasi efektif
dapat terlaksana bukan hanya tanggung jawab komunikator sebagai penyampaian
pesan, dengan kata lain untuk mengefektifkan kegiatan komunikasi,diperlukan
pembicara yang efektif dalammenyampaikan pesan dan pendengar yang aktif dalam
peneriman pesan.

Dengan melihat tujuan penelitian ini juga diperoleh model komunikasi yang
memiliki unsur-unsur komunikasi efektif. Model komunikasi milik Lasswell yang
memiliki unsur-unsur komunikasi efektif. Unsur tersebut meliputi Source-Message-
ChanelReceiver-Effect.

Perbedaan yang terdapat pada model komunikasi Lasswell dengan model


komunikasi yang lain adalah adanya penggunaan media dan umpan balik. Yang
dimaksudkan dengan media adalah alat komunikasi, seperti radio, televisi, surat,
buku dan gambar. Namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua
media cocok untuk maksud pesan tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih
efisien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain tidak.
Sedangkan yang dimaksud dengan efek di sini bisa berupa tanggapan atau
perubahan yang terjadi pada diri audiens setelah menerima pesan. Akan tetapi perlu
diingat bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh
faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain (Muhammad 2009).

Selanjutnya dari model Laswell tersebut, peneliti menggabungkannya dengan hasil


FGD, wawancara dan observasi untuk dikembangkan menjadi model komunikasi
pelayanan kader BKB yang kreatif. Model komunikasi pelayanan kader BKB yang
kreatif ini memiliki perbedaan dengan model komunikasi sebelumnya. Peneliti
memasukkan unsur penggunaan media dan pembagian ibu-ibu peserta menjadi

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


24 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
beberapa kelompok berdasarkan pada usia balita mereka. Berikut model
komunikasi pelayanan kader BKB yang kreatif.

Tujuan pembagian kader yang disesuaikan dengan kelompok audiens adalah agar
pelaksanaan program BKB dapat lebih efektif. Selain itu, adanya pembagian kader
ini diharapkan dapat memudahkan proses regenerasi kader. Setiap ibu-ibu peserta
program BKB yang naik satu tingkat pada kelompok di atasnya, mereka berpotensi
untuk menjadi kader kelompok yang berada satu tingkat dibawahnya.

Begitu juga dengan adanya penggunaan media, diharapkan nantinya penyampaian


materi tidak lagi monoton dan dapat memudahkan kader untuk menyampaikan
materi secara optimal. Media di atas meliputi penggunaan LCD (proyektor), alat
peraga (mainan edukatif), buku panduan dan CD tutorial. Selain itu, peneliti juga
melakukan pembagian kelompok ibu-ibu peserta program BKB berdasarkan pada
usia balita mereka. Diharapkan dengan adanya pembagian ini, materi yang
diperoleh para peserta dapat lebih bermanfaat dan sesuai dengan perkembangan
usia balita.

Peneliti juga memasukkan unsur umpan balik pada desain di atas, karena peneliti
menilai adanya umpan balik dari peserta sangat penting. Umpan balik yang
ditanggapi secara positif oleh kader diharapkan dapat menjadi indikator
pemahaman materi yang disampaikan. Sehingga peneliti juga mengusulkan agar
pelaksanaan program ini nantinya dipisahkan dari kegiatan-kegiatan lain seperti
arisan dan Posyandu.

Kader yang Kreatif dalam Menunjang Keberhasilan Program BKB

Dalam pelaksanaan program BKB dibutuhkan kader yang kreatif, yaitu kader yang
dapat memahami karakteristik audiens. Audiens dalam kegiatan ini terdiri dari ibu-
ibu yang memiliki balita usia 0-5 tahun dengan latar belakang pendidikan,
ekonomi, dan status sosial yang berbeda. Sehingga sebagai komunikator, kader
harus memiliki cara penyampaian materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman
ibu-ibu peserta program BKB meskipun mereka berada dalam satu kelompok.

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


25 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
Saat menyampaikan materi, kader perlu mengetahui peran utamanya sebagai
komunikator. Liliweri (2013:75) menyatakan bahwa peranan utama komunikator
adalah untuk memengaruhi, yang dalam bahasa psikologi-komunikasi disebut
persuasi. Menurut Huge (1976) komunikator dapat melakukan persuasi dengan baik
jika memanfaatkan dua taktik untuk mencapai tujuannya, yaitu :

1. TAKTIK INTENSIFY

a. Repetisi

Pada tahapan repetisi ini, kader mengulang bagian penting dari materi kepada ibu-
ibu peserta program BKB. Misalnya : Sekali lagi saya tegaskan ibu-ibu bahwa
pemberian ASI itu cukup penting, ingat cukup penting bagi kecerdasan dan
kekebalan tubuh balita! (Hasil observasi pada pelaksanaaan program BKB di Dusun
Gandekan, Desa Pucangan, Kartasura, 13 Oktober 2013).

b. Asosiasi

Dalam penyampaian materi, kader dapat menghubungkan penjelasannya dengan


kejadian-kejadian yang ada di masyarakat. Misalnya : Perlu diperhatikan ibu-ibu,
pre eklamsia sering dialami oleh satu dari lima ibu yang sedang hamil saat ini
dikarenakan kurangnya pemahaman mereka terhadap asupan makanan yang
dikonsumsi.Faktanya, terjadi kasus bayi meninggal dunia karena sang ibu
mengalami pre eklmasia/ eklamsia di Dusun Gandekan pada bulan Oktober 2013
(Hasil observasi pada pelaksanaaan program BKB di Dusun Gandekan, Desa
Pucangan, Kartasura, 13 Oktober 2013).

c. Komposisi

Komposisi bahasa yang beragam dapat digunakan oleh kader agar penyampaian
materi lebih menarik audiens. Disamping menarik, kader juga perlu memperhatikan
penggunaan istilah. Dengan adanya perbedaan latar belakang pendidikan ibu ibu
peserta program BKB, sebaiknya kader mengurangi penggunaan istilah asing atau
menggantinya dengan bahasa yang lebih ringan. Misalnya menyebut WHO dengan
istilah organisasi sing ngurusi babagan kesehatan(Hasil observasi pada

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


26 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
pelaksanaaan program BKB di Dusun Gandekan, Desa Pucangan, Kartasura, 13
Oktober 2013).

2. TAKTIK DOWNPLAY

a. Omisi

Untuk memperhalus penyampaian materi yang dapat menyinggung perasaan ibu-


ibu peserta program BKB, kader harus memahami taktik omisi ini. Misalnya : Jadi
ibu-ibu, sampai saat ini tidak ada yang bisa menggantikan kualitas ASI ekslusif
(Hasil observasi pada pelaksanaaan program BKB di Dusun Gandekan, Desa
Pucangan, Kartasura, 12 Mei 2013). Kader harus berhati-hati dalam menyampaikan
informasi ini, karena faktanya banyak ibu ibu di kampung khususnya RW 03 dan
04 Desa Pucangan, Kartasura masih memiliki keyakinan bahwa kandungan susu
formula lebih baik daripada ASI. Sehingga pada usia di mana seharusnya bayi
memperoleh ASI ekslusif, mereka justru memperoleh susu formula.

b. Diversi

Jika memang diperlukan sebagai fakta pendukung dalam proses penyampaian


materi, pada taktik ini kader dapat secara terbuka menyampaikan kebiasaan baik
atau buruk para audiens. Misalnya : Orang tua jaman dulu sudah memberikan
makanan tambahan (MPASI) pada bayi saat berusia 0-1 bulan. Seiring
berkembangnya jaman, penelitian terkini menyatakan bahwa pemberian MPASI
dini dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi. Namun demikian banyak
dari ibuibu dikampung ini masih memiliki keyakinan yang salah, dengan
memberikan MPASI dini pada bayi. Alasannya bayi yang baru lahir tidak cukup
memperoleh gizi jika hanya dengan minum susu saja (Hasil observasi pada
pelaksanaaan rapat rutin kader program BKB di Desa Pucangan, Kartasura, 8
Oktober 2013).

c. Konfusi

Pada taktik ini, kader menggunakan sebuah jargon untuk menyampaikan materi
agar lebih efektif. Misalnya : Dengan memberikan ASI ekslusif, Ibu sehat bayi

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


27 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
kuat!(Hasil observasi pada pelaksanaaan program BKB di Dusun Gandekan, Desa
Pucangan, Kartasura, 13 Oktober 2013).

Simpulan

Dalam penelitian ini ditemukan adanya kader yang belum mampu memberikan
penyuluhan secara persuasif, sehingga perlu adanya perombakan cara penyampaian
materi yang lebih persuasif. Sementara, penyampaian materi pada program BKB
selama ini masih menggunakan model komunikasi satu arah tanpa adanya
penggunaan media, sehingga perlu adanya model komunikasi dua arah yang
menggunakan media agar lebih efektif. Penyampaian materi yang belum efektif,
pada akhirnya akan beimbas pada sasaran audiens yang kurang tepat pula, sehingga
perlu adanya pemetaan ibu-ibu peserta program BKB berdasar pada usia balita
yang dimiliki.

BAB 3
SIMPULAN

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


28 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif
DAFTAR PUSTAKA

Dalami,ermawati, dkk, 2009, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik


Kebidanan,Trans Info Media : Jakarta

Dalami,Ermawati,dkk. 2009. Komunikasi dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media

Hastari,C., Perwita, A.H. (2015). Pengembangan Model Komunikasi Pelayanan untuk


Menghasilkan Kader yang Kreatif dalam Menunjang Keberhasilan Program Bina
Keluarga Balita. Jurnal Komunikator, 6(06).

Komunikasi dalam Praktik Kebidanan


29 Kajian Artikel tentang Komunikasi Efektif

Anda mungkin juga menyukai