Anda di halaman 1dari 11

April 2016

“Trauma Termal”

Oleh

Nama : Eka Prasasti Clearinsyah


Stambuk : N 101 12 155

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

Tingginya kasus traumatologi dipalu tidak luput dari trauma termal, yang
umumnya dapat disebabkan oleh api maupun zat kimia. Untuk mampu
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas diperlukan kerjasama yang baik
antara tenaga medis terlatih khususnya bidang traumatologi.
Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi
para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi1.
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai
berikut :
1. Terdapat kuman dengan patogenitas tinggi
2. Terdapat banyak jaringan mati
3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah
4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma)
5. Memerlukan jaringan untuk menutup 1
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih
intensif dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Oleh karena
itu diperlukan pemahaman yang mendalam dalam manggalungi luka bakar
khususnya bagi mahasiswa kedokteran.
BAB 2
ISI
2.1 Definisi

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun
tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) 1.

2.2 Anatomi Fisiologi

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari
tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya
kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan
kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat 2.

2idemiologi
2.4 Etiologi 3

 Api
 Luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat memasak)
 Air panas
 Uap panas
 Gas panas
 Listrik
 Semburan panas
 Ter

2.5 Patogenesis

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 44°C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas
(Sabiston,1995). Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah; dalam hal ini bukan hanya
cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif
dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan
jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume
cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini
dikenal dengan sebutan syok 4.

Luka bakar secara klasik dibagi atas derajat I, II, dan III. Penggunaan
sistem klasifikasi ini dapat memberikan gambaran klinik tentang apakah luka
dapat sembuh secara spontan ataukah membutuhkan cangkokan. Kedalaman
luka tidak hanya bergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi
juga terhadap ketebalan kulit di daerah luka 5.
2.6 Manifestasi Klinis

Luka bakar dibagi menjadi 4 derajat

1. Luka bakar grade I


 Disebut juga luka bakar superficial
 Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai
mengenai daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal
burn
 Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri
 Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel
(peeling).
2. Luka bakar grade II
 Superficial partial thickness:
 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari
dermis
 Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri
lebih berat daripada luka bakar grade I
 Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam
setelah terkena luka
 Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna
merah muda yang basah
 Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat
bila terkena tekanan
 Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu (
bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak
akan sama seperti sebelumnya.
 Deep partial thickness
 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam
dari dermis
 Disertai juga dengan bula
 Permukaan luka berbecak merah muda dan putih
karena variasi dari vaskularisasi pembuluh darah(
bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh
darah dan yang merah muda mempunyai beberapa
aliran darah
 Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3. Luka bakar grade III
 Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
 Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung
saraf dan pembuluh darah sudah hancur
 Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai
mengenai otot dan tulang 1 .
4. Luka Bakar grade IV
 Berwarna hitam.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


 Terutama untuk luka bakar yang berat
 Lab darah
 Hitung jenis
 Kimia darah
 Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin
 Analisis urin
 Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar
akibat listrik)
 Pemeriksaan faktor pembekuan darah ( BT, CT)
 Radiologi
 Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat
luka bakar inhalasi atau adanya trauma dan indikasi
pemasangan intubasi
 CT scan : mengetahui adanya trauma
 Tes lain : dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien dengan
luka bakar inhalasi 6.
2.8 Tatalaksana
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari
untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran
api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop),
jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam.
Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah
untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena
bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia
atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang
mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah
luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan
terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka
bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis
analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan
morfin oleh tenaga medis

b. Hospital
Resusitasi A, B, C. Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai
pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan
circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma
inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar
pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan
dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga
apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur
costae
c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan
pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu
dengan Formula Baxter dan Evans
2) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada penderita luka bakar yaitu :
a) Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
1) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
2) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3) 2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua.
Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
b) Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung
dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal
akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa
nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung
distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang
membuka eskar sampai penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan
mati dengan jalan eksisi tangensial 7.

2.9 Komplikasi
1. Syok 8
2. Infeksi 8
3. Deformitas 8
4. Trauma inhalasi 9
5. Keracunan monoksida atau sianida 9
6. Hipotermia 9
7. Pembentukan eskar 9

2.10 Prognosis 9

1. Luka bakar derajat pertamaa sembuh dalam waktu 1 minggu


2. Luka bakar derajat dua superfisial sembuh dalam waktu 1-3 minggu
3. Luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga seringkali memerlukan
tindakan graf kulit untuk mencegah timbulnya jaringan parut
4. Pasien dengan inhalasi asap, luka bakar listrik, luas luka bakar > 20%,
atau luka bakar yang berat pada tangan, kaki, wajah, atau perineum
perlu dirawat di rumah sakit
5. Luka bakar minor dapat dipulangkan ke rumah dengan tindak lanjut
dalam waktu 24-48 jam
BAB 3
KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi.
Luka bakar dibagi menjadi 4 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka
bakar yaitu Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder Chart.
Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok,
solder atau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan
panas dan ter.
Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes
dengan fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi.
Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan,
penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik,
perbaikan nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and
Grafting (E&G), Escharotomy.
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan
kecepatan pengobatan medikamentosa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. EGC. Jakarta. p 66-88
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery.
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Moenadjat, Yefla. 2001. Luka Bakar. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
5. Coopeland III, E.M., M.D, Kirby I. Bland, M.D. David C. Sabiston, Jr.,M.D.
1995, Sabiston Buku Ajar Bedah, Jakarta : EGC. p. 367-373.
6. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal.
November 2006
7. Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta.
8. Yunisa, Ade. 2010. P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan : Victory Inti
Cipta
9. C, Jeffreey M. & K, Scott. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik. Tangerang
Selatan : Karisma Publishing

Anda mungkin juga menyukai