Anda di halaman 1dari 24

==

LAPORAN PENDAHULUAN
ANTENATAL CARE

1.1 Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


1.1.1 Anatomi sistem reproduksi wanita
1.1.1.1 Anatomi sistem reproduksi wanita eksterna

a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada
dinding vagina.
b. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura
posterior).
d. Labia minora
==

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel


rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung
serabut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior
vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga
reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus
Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa
navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang
robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen
yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal
ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4
kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
==

untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).

Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus
urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior,
posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.

Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di


sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi
orgasmus vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor
urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu
dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
ruptur.

1.1.1.2 Anatomi sistem reproduksi wanita internal

a. Uterus
==

Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi


peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari
corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/
multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah
ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa
serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung
glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam,
peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
==

e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

f. Salping / Tuba Falopii


Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba
terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis,
pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
g. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter
uterotuba pengendali transfer gamet.
h. Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal).
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
“menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan
ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
i. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada
usus).
j. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
==

melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang


dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum
ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior
terhadap arteri renalis.

1.1.2 Fisiologi kehamilan


Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan

Proses kehamilan :
1.1.2.1 Fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya
didaerah ampulla tuba. Sebelum keduanya bertemu, maka akan terjadi 3
fase yaitu:
a. Tahap penembusan korona radiate
Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500 yang sampai di tuba fallopi
yang bisa menembus korona radiata karena sudah mengalami proses
kapasitasi.
b. Penembusan zona pellusida
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel dizona pellusida, tetapi
hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
c. Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai
kromosom diploid (44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis
kelamin baru (XX unutk wanita dan XY untuk laki – laki)
1.1.2.2 Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8
sel, sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk
sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan
membelah membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga
rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk kedalam ruang
antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar
sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga/blastokel
sehingga disebut blastokista (4 – 5 hari). Sel bagian dalam disebut
embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas. Zona pellusida akhirnya
==

menghilang sehingga trofoblast bisa masuk endometrium dan siap


berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut.
1.1.2.3 Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista)
kedalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi
selaput lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari
setelah ovulasi). Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi
menjadi berkelok – kelok. Jaringan ini mengandung banyak cairan.

1.2 Konsep ANC


1.2.1 Definisi/deskripsi
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010).

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk


mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).

1.2.2 Tujuan
1.2.2.1 Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi
1.2.2.2 Mendeteksi dini dan menatalaksanaan komplikasi medis, bedah atau
obstetri selama kehamilan.
1.2.2.3 Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi
1.2.2.4 Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menyiabkan
nifas dengan normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan social
(Kusmiyati, 2008).
==

1.2.3 Tanda dan gejala kehamilanserta pemeriksaan


1.2.3.1 Presumatif
a. Amemore
b. Perubahan payudara
c. Mual dan muntah
d. Frekuensi beremih meningkat, disebabkan oleh fundus uteri menekan
dinding vesika urinaria
e. Leukorea
f. Tanda chadwiek’s
g. Quickening
1.2.3.2 Probabilitas
a. Pertumbuhan dan perubahan uterus
b. Tanda hegar’s yaitu melunaknaya sistem bawah uterus
c. Ballotement, yaitu lentingan janin di uterus saat palpasi
d. Braxton hick’s, adanya kontraksi selama kehamilan.
e. Perubahan dan pembesaran abdomen
f. Striace gravidarum
g. Pigmentasi pada linea nigra.
1.2.3.3 Absolut
a. Terdengar DJJ
b. Teraba bagian janin oleh pemeriksa
c. Terlihat hasil konsepsi dengan USG
d. Teraba gerakan janin oleh pemeriksa
1.2.4 Kebijakan program
1.2.4.1 Standart minimal asuhan antenatal (10T)
a. Timbang berat badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari trimester I sampai trimester III yang berkisar antara 7-12
kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu mulai trimester II
b. Ukur tekanan darah
Tekanan darah yang normal adalah 110/80-140/90 mmHg, bila
melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklampsi.
c. Nilai status gizi (LILA)
Di seluruh provensi di Indonesia melaporkan, ambang batas yang
digunakan untuk menentukan seorang ibu hamil gizi kurang adalah
23,5 cm. ambang batas LILA , 23,5 cm atau dibagian pita merah
==

LILA menandakan gizi kurang dan > 23,5 cm menandakan gizi baik
(ariyani, 2012).
d. Ukur tinggi fundus uteri
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc Donald. Mc
Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan
hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid
terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang
normal harus sama dengan usia kehamilan dalam minggu yang
dicantumkan dalam HPHT. Ukuran fundus uteri sesuai kehamilan
yaitu:mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
Usia Kehamilan Sesuai Jarak Dari Simfisis
Minggu
22 – 28 Minggu 24 – 25 cm

28 Minggu 26,7 cm

30 Minggu 29,5 – 30 cm

32 Minggu 31 cm

34 Minggu 32 cm

36 Minggu 33 cm

40 Minggu 37,7 cm

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin


Normalnya persentasi janin pada trimester I dan II adalah persentasi
bokong. Namun ketika masuk timister III persentasi normal pasien
ada;ah persentasi kepala. Rentang normal denyut jantung janin antara
120 sampai 160 x/menit.
f. Skreening Imunisasi TT dan berikan jika perlu
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera diberikan pada saat seorang
wanita hamil melakukan kunjungan pertama dan dilakukan pada
minggu ke 4. Interval dan lama perlindungan tetanus toxoid yaitu:
Imunisasi Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan
TT Pemberian Imunisasi
TT1 - Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
tetanus

TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 6 tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 tahun


==

TT5 12 bulan setelah TT4 25 tahun

g. Pemberian tablet besi (minum 90 tablet selama kehamilan dan dimulai


usia kehamilan 20 minggu)
Tambahan besi dalam bentuk garam ferrous dengan jumlah dosis 30
mg perhari biasanya mulai diberikan sejak kunjungan prenatal guna
mempertahankan cadangan ibu dan kebutuhan janin. Defisiensi besi
atau anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan oksigen untuk janin
menurun, mengakibatkan IUGR (intrauterine growth retardation) dan
pada ibu menyebabkan peningkatan gangguan jantung dan komplikasi
lain selama melahirkan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)
1) HB
Pemeriksaan Hb pada wanita hamil harus dilakukan pada
kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb < 11 gr %,
wanira hamil dinyatakan anemia maka harus diberi suplemen 60
mg Fe dan 0,5 mg As.Folat hingga Hb menjadi 11 gr % atau lebih
2) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab)
Pemeriksaan dilakukan pada saat wanita hamil datang pertama
kali dan diambil spesimen darah vena kurang lebih 2cc. Apabila
hasil tes positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
3) Pemeriksaan Protein Urin
Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urin mengandung
protein atau tidak untuk mendeteksi gejala preeklampsi.
4) Pemeriksaan Urin Reduksi
Untuk wanita hamil dengan riwayat diabetes mellitus. Bila hasil
positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah.
i. Tata laksana kasus
j. Temu wicara termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
1.2.4.2 Standart minimal Kunjungan Kehamilan
Sebaiknya ibu memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan
yang terdistribusi dalam 3 trimester, yaitu 1 kali pada trimester I,1 kali
pada trimester II, 2 kali pada trimester III
==

1.2.4.3 Informasi Kunjungan Kehamilan


Kunjugan Waktu Informasi Penting
 Membangun hubungan saling percaya
antara petugas kesehatan dengan ibu
hamil
 Mendeteksi masalah dan menanganinya
 Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatorum, anemis kekurangan
Trimester Sebelum
zat besi, penggunaan praktik tradisional
Pertama minggu ke 14
yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku yang sehat (giat,
latihan dan kebersihan, dsb)

Sama seperti diatas ditambah kewaspadaan


khusus mengenai preeklampsia ( tanya ibu
Trimester Sebelum tentang gejala – gejala preeklapmsia,
kedua minggu ke 28 pantau TD, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)

Sama seperti diatas, ditambah palpasi


Antara
Trimester abdominal untuk mengetahui apakah ada
minggu 28 –
ketiga kehamilan ganda
36

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak


Trimester bayi yang tidak normal, atau kondisi lain
ketiga yang memerlukan kelahiran dirumah sakit.
==

1.2.5 Patway

Kehamilan

Peningkatan Payudara besar Rahim membesar


progesterone

Prolaktin
Tonus otot meningkat meningkat Diafagma
Vesika
tertekan
urinaria
HCL menurun Sensitif tertekan
peristaltic menurun meningkat

Kapasitas VU
menurun Ekspansi
Mual, muntah Gangguan rasa paru
nyaman (nyeri)

Sekresi urin
menurun Pola napas
Perubahan Risiko defisit
nutrisi kurang volume cairan tidak efektif
dari kebutuhan
Risiko
infeksi

1.2.6 Komplikasi
Macam-macam komplikasi:
1.2.6.1 Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
a. Perdarahan
b. Pre-eklampsia/eklampsia
c. Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
d. Hidramnion
e. Ketuban Pecah Dini
1.2.6.2 Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung:
a. Penyakit Jantung
b. Tuberculosis
c. Anemia
d. Malaria
1.2.6.3 Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik misalnya
komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran)

1.2.7 Prognosis
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan kehamilan dapat diambil kesimpulan
==

akhir tentang kehamilan yang dapat digolongkan kedalam :


1.2.7.1 Kehamilan resiko rendah dan dapat bersalin setempat atau lahir spontan.
1.2.7.2 Kehamilan resiko meragukan dan resiko tinggi sehingga perlu bersalin di
RS dengan fasilitas lengkap sehingga tercapai well born baby dan well
health mother

1.2.8 Penganan Medis


Tim kesehatan harus mengupayakan pengobatan dini penyakit yang menyertai
kehamilan sehingga tidak menimbulkan komplikasi lanjut, terutama preeklamsi dan
eklampsi.

1.3 Rencana Asuhan Klien Antenatal Care


1.3.1 Pengkajian
1.3.1.1 Dimulai dari biodata umum seperti nama, usia, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan penghasilan.
1.3.1.2 Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang apakah untuk kontrol
atau kunjungan ulang ataupun ada keluhan.
1.3.1.3 Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu
hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm
dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.
1.3.1.4 Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu.
Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil
muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing
bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total
adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya
risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
1.3.1.5 Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
1.3.1.6 Keluhan utama
Mengetahui keadaan ibu saat datang, keluhan yang sering terjadi, pada saat
hamil adalah sering buang air kecil (TM I dan III), Hemoroid (TM II dan
III), Keputihan (TM I,II, dan III), Sembelit (TM II dan III), Kram kaki
(TM II dan III), napas sesak (TM II dan III), Nyeri ligamentum rotundum
==

(TM II dan III), Pusing/sinkop (TM II dan III), mual muntah (TM I), sakit
punggung (II dan III).
1.3.1.7 Riwayat kesehatan
Selama hamil, ibu dan janin dipengaruhi oleh kondisi medis/sebaliknya.
Kondisi medis dapat dipengaruhi oleh kehamilan. Bila tidak diatasi dapat
berakibat serius bagi ibu.

Riwayat kesehatan yang dapat berpengaruh pada kehamilan antara lain:


a. Anemia (kurang darah), bahaya jika Hb < 6 gr % yaitu kematian janin
dalam kandungan, persalinan prematur, persalinan lama dan perdarahan
postpartum.
b. TBC paru, janin akan tertular setelah lahir. Bila TBC berat akan
menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga bahkan ASI juga berkuran.
Dapat terjadi abortus, bayi lahir prematur, persalinan lama dan
perdarahan postpartum
c. Jantung, bahayanya yaitu payah jantung bertambah berat, kelahiran
prematur/ lahir mati
d. Diabetes melitus, bahayanya yaitu dapat terjadi persalinan premature,
hydraamnion, kelainan bawaan,BBL besar, kematian janin dalam
kandungan.
e. HIV/AIDS, bahayanya pada bayi dapat terjadi penularan melalui ASI
dan ibu mudah terinfeksi.
1.3.1.8 Riwayat kesehatan keluarga
Jika dalam keluarga ibu terdapat riwayat penyakit hipertensi, TBC,
jantung, DM, Asma akan berpotensi menurun kepada ibu dan akan
berdampak pada kehamilan.
1.3.1.9 Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti
hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan kabur,
dan bengkak – bengkak ditangan dan wajah.
b. Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan
dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran terdahulu
melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin
melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi di
uterus, jika insisi uterus berada dibagian bawah melintang, nukan
vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan pervaginam.
==

c. Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang – kejang, dan laktasi. Kesehatan
fisik dan emosi ibu harus diperhatikan.
1.3.1.10 Riwayat haid
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi /
kandungan, meliputi hal – hal seperti ; umur menarche (pada wanita
indonesia umumnya sekitar 12 – 16 tahun), lamanya(frekuensi haid
bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid ( lebih awal atau lebih lambat dari
siklus normal 28 hari), banyaknya darah, HPHT(membantu penetapan
tanggal perkiraan kelahiran), keluhan saat haid (keluhan yang disampaikan
dapat menunjukkan diagnose tertentu, seperti sakit kepala sampai pingsan
atau jumlah darah yang banyak).
1.3.1.11 Riwayat pernikahan
Ditanyakan menikah atau tidak, berapa kali menikah, usia pertama
menikah dan berapa lama menikah. Jika hamil diluar nikah dan kehamilan
tersebut tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci
kehamilannya.
1.3.1.12 Riwayat kehamilan sekarang
Tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat
yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat. Sudah atau belum merasakan
gerakan janin, usia berapa merasakan gerakan janin(gerakan pertama fetus
pada primigravida dirasakan pada usia 18 minggu dan pada multigravida
16 minggu), serta imunisasi yang didapat.
1.3.1.13 Riwayat KB
Apakah selama ini ibu menggunakan KB, jika iya ibu menggunakan KB
jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan selama ikut KB dan
rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal ini untuk mengetahui
apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.
1.3.1.14 Pola nutrisi
Energi 2300 kkal, protein 65 gram, kalsium 1,5 gram/hari( trimester akhir
membutuhkan 30 – 40 gram), zat besi rata –rata 3,5 mg/hari, fosfor
2gr/hari dan vit A 50 gram. Dapat diperoleh dari 3xmakan dengan
komposisi 1 entong nasi, satu potong daging/telur/tahu/tempe, satu
mangkuk sayuran dan satu gelas susu dan buah.
1.3.1.15 Pola istirahat
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun malam
untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan bayinya, kebutuhan istirahat ibu
hamil malam + 8-10 jam/hari, siang + 1-2 jam/hari.
==

1.3.1.16 Pola eliminasi


BAB pada TM II mulai terganggu, relaksasi umum otot polos dan
kompresi usus bawah oleh uterus yang membesar. Sedangkan untuk BAK
ibu trimester III mengalami ketidaknyamanan yaitu sering kencing.
1.3.1.17 Pola aktifitas
Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun tidak terlalu lelah
dan berat karena dikhawatirkan mengganggu kehamilannya, ibu hamil
utamanya trimester I dan II membutuhkan bantuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari agar tidak terlalu lelah. Kelelahan dalam beraktifitas
akan banyak menyebabkan komplikasi pada setiap ibu hamil misalnya
perdarahan dan abortus.
1.3.1.18 Pola seksual
Trimester I tidak boleh terlalu sering karena dapat menyebabkan abortus.
Trimester II boleh melakukan tetapi harus hati-hati karena perut ibu yang
mulai membesar. Trimester III tidak boleh terlalu sering dan hati-hati
karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan persalinan prematur.
1.3.1.19 Riwayat psikososial
Faktor – faktor situasi, latar belakang budaya, status ekonomi sosial,
persepsi tentang hamil, apakah kehamilannya direncanakan/diinginkan.
Bagaimana dukungan keluarga. Adanya respon positif dari keluarga
terhadap kehamilannya akan mempercepat proses adaptasi ibu dalam
menerima perannya.

1.3.2 Pemeriksaan fisik


1.3.2.1 Inspeksi
a. Rambut : bersih/kotor, warna hitam/merah jagung, mudah rontok/tidak.
b. Muka : bengkak/oedem tanda eklampsi, terdapat cloasma gravidarum
sebagai tanda kehamilan. Muka pucat tanda anemia, perhatikan
ekspresi ibu, kesakitan atau meringis.
c. Mata : konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan, Sclera
icterus perlu dicurugai ibu mengidap hepatitis.
d. Hidung : simetris, adakah sekret, ada kelainan lain.
e. Mulut dan gigi : Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanda
dehidrasi, sariawan tanda ibu kekurangan vitamin C. Caries gigi
menandakan ibu kekurangan kalsium.
==

f. Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu


kekurangan iodium, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kretinisme pada bayi dan bendungan vena jugularis/tidak.
g. Dada : bagaimana kebersihannya, Terlihat hiperpigmentasi pada
areola mammae tanda kehamilan, puting susu datar atau tenggelam
membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan menyusui. Adakah
striae gravidarum
h. Genetalia : bersih/tidak, varises/tidak, ada condiloma/tidak
keputihan/tidak.
i. Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes melitus,
varises.tidak, kaki sama panjang/tidak memepengaruhi jalannya
persalinan.

1.3.2.2 Palpasi
Tujuannya untuk mengetahui umur kehamilan, untuk mengetahui bagian
bagian janin, untuk mengetahui letak janin, janin tunggal atau tidak,
sampai dimana bagian terdepanjanin masuk kedalam rongga panggul,
adakah keseimbangan antara ukuran kepala dan janin.
a. Dada : Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya Kanker
payudara dan menghambat laktasi. Kolostrum mulai diproduksi pada
usia kehamilan 12 minggu tapi mulai keluar pada usia 20 minggu
b. Abdomen :
1) Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU
dan bagian yang teraba di fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus
uteri
a) Sebelum bulan III tinggi fundus uteri belum bisa diraba
b) 12 minggu TFU 1 – 2 jari diatas symphisis
c) 16 minggu TFU pertengahan antara symphisi dan pusat
d) 20 minggu TFU 3 jari dibawah pusat
e) 24 minggu TFU setinggi pusat
f) 28 minggu TFU 3 jari diatas pusat
g) 32 minggu TFU pertengahan antara pusat dan procesus
xyphoideus
h) 36 minggu TFU 3 jari dibawah procesus xyphoideus
i) 40 minggu TFU pertengahan antara pusat dan procesus
xyphoideus
j) Tanda kepala : keras, bundar, melenting
==

k) Tanda bokong: lunak, kurang bundar,kurang melenting.


2) Leopold II : Menentukan letak punggung janin padaletak
memanjang dan menentukan letak kepala pada letak lintang
3) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah
bagian terbawah sudah masuk PAP atau belum
4) Leopold IV : Seberapa jauh bagian rerbawah masuk PAP
c. Ekstremitas : Adanya pitting oedem pada ekstremitas atas atau bawah
dapat dicurigai adanya hipertensi hingga preeklampsi dan diabetes mel
1.3.2.3 Auskultasi
Tujuan: menentukan hamil atau tidak, anak hidup atau mati, membantu
menentukan habitus, kedudukan punggung anak, presentasi anak tunggal/
kembar yaitu terdengar pada dua tempat dengan perbedaan 10 detik.
a. Dada : Adanya ronkhi atau wheezing perlu dicurigai adanya asma atau
TBC yang dapat memperberat kehamilan.
b. Abdomen : DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.

1.3.2.4 Perkusi
Reflek patella negatif menandakan ibu kekurangan vit B1.

1.3.3 Pemeriksaan penunjang


a. laboratorium
Nilai
Tidak Diagnosis
Tes Lab Nilai Normal
Normal Masalah Terkait

Hemoglobin 10,5-14,0 <10,5 Anemia

Protein Urin Terlacak/negatif Protein urine


Bening/negatif
Glukosa Warna hijau Kuning, Diabetes
dalam urin orange,
coklat
VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis
Faktor Rh + Rh- Rh sensitization
rhesus
Golongan A B O AB - Ketidakcocokan
Darah ABO
HIV Negatif Positif AIDS
==

Rubella Negatif Positif Anomali pada


janin jika ibu
terinfeksi
Feses untuk Negatif Positif Anemia akibat
ova/telur cacing
cacing dan
parasit

b. Pemeriksaan penunjang rontgen


Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan ke IV
rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisi –
kondisi diperlukan tanda pasti hamil, letak anak tidak dapat ditentukan dengan
jelas dengan palpasi, mencari sebab dari hidraamnion, untuk menentukan
kelainan anak

c. Pemeriksaan USG
Kegunaannya untuk diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan, penentuan umur
gestasi dan penafsiran ukuran fetal, mengetahui posisi plasenta, mengetahui
adanya IUFD, mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin.

1.3.4 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1.3.4.1 Definisi
Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh
1.3.4.2 Batasan karakteristik :
a. Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA
(Recomended Daily Allowance)
b. Membran mukosa dan konjungtiva pucat
c. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
d. Kehilangan BB dengan makanan cukup
e. Keengganan untuk makan
f. Kram pada abdomen
g. Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
h. Kurang berminat terhadap makanan
1.3.4.3 Faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
==

Diagnose 2 : risiko kekurangan volume cairan


1.3.2.1 Definisi
Kondisi individu yang berisiko mengalami dihedrasi vascular, seluler atau
intraseluler
1.3.2.2 Faktor risiko
a. Penyimpangan yang mempengaruhi akses untuk pemasukan atau
absorpsi cairan
b. Kehilangan yang berlebihan melaui rute normal
c. Usia ekstrem
d. Berat badan ekstrem
e. Kehilangan yang berlebihan melaui rute tidak normal
f. Obat

1.3.5 Perencanaan
Diagnosa 1 ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
1.3.5.1 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi kurang dapat
teratasi
1.3.5.2 Kriteria hasil :
Nutritional status: Adequacy of nutrient
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Weight Control
1.3.5.3 Intervensi dan rasional
Intervensi Rasional
Kaji adanya alergi makanan Alergi terhadap makanan
dapat mempengaruhi diet yang
diberikan kepada pasien
Kolaborasi dengan ahli gizi Jumlah kalori dan nutrisi yang
untuk menentukan jumlah sesuai dengan kebutuhkan
kalori dan nutrisi yang pasien dapat mengatasi
dibutuhkan pasien kekurangan nutrisi yang
dialami pasien
Yakinkan diet yang dimakan Konstipasi yang mungkin
mengandung tinggi serat terjadi pada pasien dapat
untuk mencegah konstipasi memperparah keadaan pasien.
Ajarkan pasien bagaimana catatan makanan harian dapat
membuat catatan makanan membantu pasien memantau
harian. diet yang sedang diterapkan.
==

Monitor adanya penurunan Penurunan BB yang ekstrim


BB dan gula darah merupakan salah satu ciri
kekurangan nutrisi
Monitor lingkungan selama Lingkungan yang tidak
makan kondusif (bau, kotor dan lain-
lain) dapat mempengaruhi
nafsu makan pasien
Jadwalkan pengobatan dan Dapat mengganggu pasien
tindakan tidak selama jam saat makan
makan
Monitor turgor kulit Turgor yang baik menandakan
nutrisi pasien baik.
Monitor mual dan muntah Mual dan muntah dapat
mengakibatkan penurunan
nafsu makan yang akan
berdampak pada nutrisi pasien
Monitor pucat, kemerahan, pucat, kemerahan, dan
dan kekeringan jaringan kekeringan jaringan
konjungtiva konjungtiva dapat dijadikan
tolak ukur keparahan
kekurangan nutrisi.
Monitor intake nuntrisi Menghitung kesesuaian antara
kebutuhan dan nutrisi yang
sudah didapat
Informasikan pada klien dan Pengetahuan pasien yang baik
keluarga tentang manfaat tentang manfaat nutrisi dapat
nutrisi memotivasi pasien untuk
memperbaiki nutrisinya.
Kolaborasi dengan dokter Cara pemenuhan cairan dan
tentang kebutuhan suplemen nutrisi bagi pasien yang tidak
makanan seperti NGT/ TPN dapat memenuhi nutrisi
sehingga intake cairan yang peroral.
adekuat dapat dipertahankan.

Diagnosa 2 : risiko kekurangan volume cairan


1.3.5.4 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kekurangan volume
cairan dapat dicegah.
1.3.5.5 Kriteria hasil
==

Keseimbangan cairan
Keseimbangan elektrolit dan asam-basa
Hidrasi
Status nutrisi : Asupan makanan dan cairan

1.3.5.6 Intervensi dan rasional


Intervensi Rasional
Ukur dan catat pemasukan dan Membantu mengidentifikasi
pengeluaran. Tinjau ulang pengeluaran cairan atau
catatan kebutuhan
intraoperasi. penggantian.
Mengindikasikan malfungsi atau
Kaji pengeluaran urinarius.
obstruksi sistem urinarius.
Awasi TD, nadi, dan tekanan Hipoteksi, takikardia penurunan
hemodinamik. tekanan hemodinamik
menunjukan kekurangan cairan.
Mual yang terjadi 12–24 jam
pascaoperasi dihubungkan
dengan anestesi; mual lebih dari
Catat munculnya mual/muntah. tiga hari pascaoperasi
dihubungkan dengan narkotik
untuk mengontrol rasa sakit atau
terapi obatobatan
lainnya.

1. menurun karena anemia atau


Awasi pemeriksaan laboratorium kehilangan darah aktual.
sesuai indikasi. 2. ketidakseimbangan dapat
1. Hb/Ht memerlukan perubahan
2. Elektrolit serum dan pH dalam cairan atau tambahan
pengganti untuk mencapai
keseimbangan.
==

Daftar Pustaka
DEPKES RI.(2010). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : DEPKES RI
Manuaba, I.B.G.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Kusmiayati, Y., Wahyuningtias, H.P., Sujiyatini. (2008). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta :
Fitramaya

Syaifuddin, abdul B. (2005). Buku Panduan Praktis pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC
==

Anda mungkin juga menyukai