45 126 1 PB PDF
45 126 1 PB PDF
Syah,
dan D. Mujahidin)
*Kontak: didin@chem.itb.ac.id
11
Jurnal Penelitian Teh dan Kina, 17(1) 2014: 11-20
12
Sintesis kinin N-Oksida dan tutorial NMR pada penentuan strukturnya (Aisyah, N.B. Tamaela, J. Santoso, Y.M. Syah,
dan D. Mujahidin)
Sintesis kinin N-oksida (Metode I): (m, 1H, H-2t); 3,16 (m, 1H, H-8); 3,15 (m,
Sebanyak 0,97 g (3 mmol) kinin dilarutkan 1H, H-6en);3,00 (m, 1H, H-2c); 2,99 (s, 3H,
20 ml campuran pelarut aseton-air (95:5 OCH3); 2,77 (m, 1H, H-3); 2,35 (dd, J =
v/v) hingga diperoleh larutan homogen. Ke 12,7; 7,1 Hz; 1H, H-7ex); 2,28 (t, J = 11,9
dalam larutan tersebut dialirkan gas ozon Hz; 1H; H-5ex); 1,91 (m, 1H, H-5en); 1,54
yang dihasilkan dari ozonator dengan laju (dd, J = 17,2; 6,3 Hz, 1H, H-7en).13C NMR
alir sebesar 0,06 mmol/menit pada suhu (126 MHz, CDCl3) δ 157,58 (C, C-6’);
0ºC. Reaksi dinyatakan selesai setelah ada 147,26 (CH, C-2’); 146,87 (C, C-
sejumlah gas ozon yang lepas dari larutan 4a’);143,54 (C, C-8a’); 137,90 (CH, C-10);
kuinin yang ditandai dengan terjadinya 130,91 (CH, C-8’); 125,63 (C, C-4’);
perubahan warna pada larutan kalium 121,67 (CH, C-7’); 118,84 (CH, C-3’);
iodide 15% yang dijadikan sebagai indi- 116,50 (CH2, C-11); 100,45 (CH, C-5’);
kator dan pemerangkap gas ozon. Setelah 72,94 (CH, C-8); 70,57 (CH2, C-2); 62,83
ozonasi berlangsung dua jam, campuran (CH, C-9); 58,66 (CH2, C-6); 54,84
reaksi berubah menjadi kuning pucat dan (OCH3); 40,84 (CH, C-3); 27,04 (CH, C-
reaksi telah selesai. Ke dalam campuran 4);26,93 (CH2,C-5); 20,17 (CH2,C-7),. ESI-
reaksi kemudian dialirkan gas nitrogen MS (C20H25N2O3 + H+) (m/z) ditemukan
untuk mendesak ozon yang terperangkap 341,1799. Terhitung 341,1865.
dalam campuran reaksi, diikuti dengan Sintesis kinin N-oksida (metode 2)
penambahan 25 ml air serta dilanjutkan de- sebanyak 3,25 g (10 mmol) kinin dilarutkan
ngan ekstraksi sebanyak tiga kali menggu- dalam 25 ml campuran pelarut aseton-air
nakan 30 ml CH2Cl2. Fasa organik dikum- (95:5 (v/v)). Ke dalam larutan tersebut di-
pulkan dalam labu Erlenmeyer dan dike- tambahkan 45 mg (0,25 mmol, 2,5% mol)
ringkan dengan MgSO4 anhidrat untuk PdCl2 sebagai katalis dan ditambahkan
kemudian disaring dan filtratnya dieva- secara perlahan sebanyak 10 ml larutan
porasi untuk menghasilkan padatan ber- hidrogen peroksida 30% pada suhu ruang
warna kuning. Pemurnian dilakukan dengan (23ºC). Campuran reaksi diaduk selama 4
kromatografi kolom cair silica gel dengan jam pada suhu ruang hingga seluruh kinin
eluen campuran etil asetan – methanol (9:1 bereaksi. Setelah reaksi selesai, reaksi di-
v/v). Setelah evaporasi pelarut, diperoleh
hentikan dengan penambahan air, untuk
padatan putih sebanyak 0,74 g (72%)
kemudian diekstraksi dengan 100 ml diklo-
dengan titik leleh 133-134ºC. FTIR (KBr)
rometan sebanyak 7 kali. Kumpulan fasa
3288, 3078, 2962, 1662, 1508, 1469, 1436,
organik dikeringkan dengan Na2SO4 anhid-
1363, 1305, 1238, 1138, 1109, 1074, 1024,
rat dan kemudian pelarut dievaporasi pada
993, 927, 864, 833, 810, 781, 725, 638,
tekanan rendah. Hasil reaksi kemudian
547, 530, 466 cm-1. 1H NMR (500 MHz,
CDCl3) δ 8,64 (d, J = 4,4 Hz; 1H; H-2’); dimurnikan melalui tahapan kromatografi
7,85 (d, J = 9,2 Hz; 1H; H-8’); 7,68 (d, J = kolom vakum dan kromatotron dengan
4,4 Hz; 1H, H-3’); 7,18 (d, J = 2,1 Hz; 1H, menggunakan campuran pelarut kloroform-
H-5’); 7,05 (dd, J = 9,2; 2.1 Hz; 1H, H-7’); metanol berbagai konsentrasi. Senyawa
6,91 (s, 1H, H-9);5,55 (m, 1H, H-10); , 4,95 kinin N-oksida diperoleh sebagai padatan
(d, J = 4,9 Hz; 1H, H-11); 4,92 (s, 1H, H- putih sebanyak 1,86 g (5,5 mmol, rendemen
11); 4,49 (m, J = 11,0 Hz;1H; H-6ex); 3,60 55%).
13
Jurnal Penelitian Teh dan Kina, 17(1) 2014: 11-20
HASIL DAN PEMBAHASAN pleks juga bisa terjadi dengan gugus amina
dari cincin kuinolin dan juga pembentukkan
Kimia kompleks dengan gugus olefin pada C-10
Pada senyawa kinin terdapat sejumlah –C11 yang mengakibatkan terbentuknya
gugus fungsi alkena yang dapat dioksidasi produk samping lain yang tidak diinginkan.
menjadi epoksida atau terozonisasi menjadi Berdasarkan analisis kualitatif dari kroma-
aldehid, gugus amina tersier pada cincin togram KLT, produk kinin N-oksida meru-
kuinuklidin dan gugus isokuinolin yang pakan produk utama dari hasil oksidasi ki-
dapat dioksidasi menjadi N-oksida. Pem- nin oleh hidrogen peroksida yang dikatalisis
bentukkan N-oksida kuinin dapat dilakukan palladium.
dengan menggunakan hidrogen peroksida Ozonisasi konsentrasi rendah dila-
sebagai oksidator (Diaz Arauzo, 1990). porkan dapat juga menghasilkan senyawa
Kuinin N-oksida sudah pernah sebelumnya dengan gugus N-oksida dari gugus amina
disintesis dari kinin dengan menggunakan tersier (Maggiolo dan Niegowski, 1959).
larutan peroksida encer. Namun, reaksi ini Metode transformasi ini merupakan metode
baru bisa selesai dalam jangka waktu 3 hari. yang ramah lingkungan karena gas ozon
dapat dihasilkan dari oksigen di udara be-
bas setelah melalui ozonator. Ozon memi-
liki nilai potensial reduksi sangat besar,
yaitu + 2,07 V sehingga untuk menjaga
agar gugus fungsi lain tidak teroksidasi
perlu diatur jumlah ozon yang terlarut
dalam sistem reaksi. Pengaturan laju alir
Sketsa 1 dan temperatur reaksi akan dapat mengon-
trol konsentrasi ozon selama reaksi berlang-
Pada penelitian ini kami berhasil sung. Pada penelitian ini, pemberian ozon
memperpendek laju reaksi melalui pe- pada larutan kinin dengan laju alir 0,06
nambahan katalis palladium, namun dari mmol/menit pada suhu penangas es (0ºC)
kromatogram pada KLT dihasilkan banyak dapat mengkonversi kinin menjadi kinin N-
produk minor lain selain kinin N-oksida oksida tanpa ada produk samping yang lain.
yang diinginkan. Katalis palladium dapat
membentuk kompleks dengan gugus amina Penentuan Struktur
maupun dengan gugus peroksida sehingga
interaksi antara gugus amina dengan gugus
peroksida menjadi lebih mudah yang
difasilitasi oleh pembentukan kompleks
amino perokso palladium. Pembentukan
kompleks palladium ini merupakan inter-
mediet pada siklus katalis reaksi oksidasi
Wacker. Meskipun reaksi ini mampu
mempercepat pembentukan kinin N-oksida
GAMBAR 1
pada cincin kuinuklidin, pembentukan kom- Penomoran kinin N-oksida.
14
Sintesis kinin N-Oksida dan tutorial NMR pada penentuan strukturnya (Aisyah, N.B. Tamaela, J. Santoso, Y.M. Syah,
dan D. Mujahidin)
Penentuan struktur pada alkaloid kina dari masing-masing karbon dengan geseran
merupakan kajian penting dalam mempe- kimia proton yang sesuai (Gambar 4).
lajari sifat fisika dan kimianya sehingga Unit kuinolin yang merupakan gugus
dapat menjelaskan selektivitas reaksi-reaksi aromatik dapat dikenali melalui adanya
yang dikatalisis oleh alkaloid kina dan nilai geseran kimia pada daerah medan
turunannya. Analisis NMR terhadap alka- rendah (down field) dengan geseran kimia
loid kina dapat dijadikan rujukan untuk lebih besar dari 7,00 ppm. Pada unit
kajian konformasinya (Dijkstra, 1990; kuinolin terdapat 2 proton yang berorientasi
Caner, 2003). Struktur kinin dapat dibagi ke ortho, yaitu proton H-2’ dan H-3’ untuk
dalam dua unit molekul yaitu unit kuinolin masing-masing proton pada geseran kimia
dan unit kuinuklidin (1-azabisiklo[2.2.2]- 8,64 dan 7,69 ppm dengan multiplisitas
oktana). Berdasarkan spektrum 13C NMR, doblet yang memiliki tetapan kopling
dapat diketahui bahwa kinin tersusun dari masing-masing sebesar 4,4 Hz. Sementara 3
20 atom karbon yang ditunjukkan dengan proton ain membentuk sistem ABX yaitu
adanya 20 sinyal yang terpisah secara jelas proton pada H-5’, H-7’ dan H-8’ yang
(Gambar 2). Melalui eksperimen DEPT masing-masing untuk H-5’ pada δ = 7,18
diperlihatkan bahwa terdapat 5 gugus –CH2 ppm dengan multiplisitas doblet dengan
yang ditunjukkan dengan adanya 5 sinyal besaran tetapan kopling J = 2,1 Hz, untuk
mengarah ke atas pada geseran kima δ H-7’ pada δ = 7,04 ppm bermultiplisitas
20,17; 26,93; 27,04; 70,57 dan 116,60 ppm. double doblet dengan kopling konstan J =
Adanya karbon kuartener (tidak mengikat 9,2 dan 2,1 Hz, serta H-8’ pada δ = 7,85 Hz
hidrogen) berjumlah 4 karbon ditunjukkan dengan multiplisitas doblet yang memiliki
dengan ketidakmulan sinyal dengan geseran kopling konstan J = 9,2 Hz.
125,63; 143,54; 146,85 dan 157,58 ppm Pada penentuan struktur unit kui-
pada spektrum DEPT. Sementara sinyal nuklidin dapat dimulai dengan mengiden-
karbon dengan arah ke bawah yang berjum- tifikasi adanya sinyal proton visinal pada C-
lah 11 sinyal mengindikasikan adanya 10 yang memiliki multiplisitas multiplet
gugus -CH dan -CH3. yang karakteristik di geseran kimia δ 5,55
Adanya geseran kimia pada δ 54,84 ppm. Pada spektrum 2D COSY NMR
ppm yang karakteristik untuk gugus me- ditunjukkan bahwa sinyal ini berkorelasi
toksi didukung oleh adanya sinyal singlet dengan sinyal δ 4,95 dan 4,92 ppm pada C-
untuk 3 buah proton pada δ 2,97 ppm serta 11 dan sinyal δ 2,77 ppm pada C-3.
dipertegas dengan adanya korelasi antara Susunan karbon pada kerangka kuinuklidin
keduanya pada spektrum 2D HSQCAD ditentukan dengan menggunakan 2D
memberikan petunjuk bahwa terdapat satu HMBC NMR. Pada spektrum ini ditun-
gugus –CH3. Dari rangkaian data di atas jukkan bahwa proton C-7 yang ditunjukkan
dapat disimpulkan bahwa senyawa kinin N- dengan sinyal δ 2,35 dan 1,54 ppm
oksida memiliki 1 buah gugus –CH3 (me- berkorelasi dengan gesean kimia 20,17;
til), 5 buah gugus –CH2 (metilen), 10 buah 26,93; 27,04; 40,84; 62,83 dan 72,94 yang
gugus –CH (metin) dan 4 buah gugus C terletak pada geseran kimia masing- masing
kuartener.Pada spektrum 2D HSQC NMR C-7, C-5, C-4, C-3, C9 dan C-8. Dengan
ditunjukkan korelasi antara geseran kimia mengetahui susunan karbon tersebut, maka
.
15
Jurnal Penelitian Teh dan Kina, 17(1) 2014: 11-20
susunan proton dari karbon-karbon tersebut 5ex, H-6ex dan H-7ex memiliki geseran
dapat ditentukan dengan bantuan spektrum kimia lebih besar yaitu 2,28; 4,49; 2,35
2D-HMQC. Geseran kimia karbon pada C- ppm dibanding dengan geseran kimia pada
2, C-6 dan C-8 berada pada daerah medan H-5en, H6en dan H-7en yang berada pada
rendah dibanding dengan geseran kimia geseran kimia 1,91; 3,25 dan 1,54 ppm.
pada C-3, C-4, C-5 dan C-7. Hal ini terjadi Berdasarkan data NMR, data tersebut
karena adanya efek induksi yang disebab- merupakan susunan dari geseran kimia
kan oleh gugus N-1 yang memiliki keelek- masing-masing proton dan karbon. Hal ini
tronegatifan yang tinggi. Efek induksi ini akan memberikan informasi yang jelas
juga terjadi pada proton yang terikat pada ketika senyawa ini mengalami degradasi
karbon tersebut. Keberadaan gugus –OH atau reaksi lebih lanjut dengan melihat
pada C-9 berpengaruh pada proton di adanya geseran kimia yang berubah dari
dekatnya yang menyebabkan proton yang masing-masing proton dan karbon pada
berdekatan akan memiliki geseran kimia senyawa ini. Kajian lebih lanjut dari topik
yang lebih kecil akibat efek anisotropic ini adalah mempelajari produk lain yang
yang ditimbulkan oleh gugus alcohol dihasilkan dari reaksi oksidasi yang
tersebut. Oleh karena itu, geseran kimia H- dikatalisis oleh palladium.
GAMBAR 2
Spektrum 13C NMR dan DEPT senyawa kinin N-oksida.
16
Sintesis kinin N-Oksida dan tutorial NMR pada penentuan strukturnya (Aisyah, N.B. Tamaela, J. Santoso, Y.M. Syah,
dan D. Mujahidin)
GAMBAR 3
Spektrum 1H NMR senyawa kinin N-oksida.
GAMBAR 4
Bagian dari spektrum 2D COSY NMR senyawa kinin N-oksida.
17
Jurnal Penelitian Teh dan Kina, 17(1) 2014: 11-20
GAMBAR 5
Spektrum 2D-COSY NMR.
GAMBAR 6
Bagian dari spektrum 2D HMBC NMR senyawa kinin N-oksida.
18
Sintesis kinin N-Oksida dan tutorial NMR pada penentuan strukturnya (Aisyah, N.B. Tamaela, J. Santoso, Y.M. Syah,
dan D. Mujahidin)
19
Jurnal Penelitian Teh dan Kina, 17(1) 2014: 11-20
20