Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
EUNIKE VERENT F R
101216052
1
KATA PENGANTAR
Artikel “Batu Adamellite dan Batu Filit” ini merupakan bentuk penunaian tugas
praktikum petrologi yang digunakan sebagai bahan penilaian Ujian Akhir Semester.
Adapaun maksud dari artikel ini adalah untuk memberikan ilmu tentang berbagai jenis
batuan seperti batuan beku, sedimen, maupun metamor dan lebih membahas tentang
batu adamellite dan batu filit.
Sistematika artikel ini disusun secara terstruktur dan terbagi kedalam tiga bab
yang perorganisasiannya secara susunan artikel ilmiah. Bab 1 memuat teori dasar
tentang bagaimana proses pembentukan batuan, klasifikasi batuan, batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf. Bab 2 merupakan pembahasan tentang batu adamellite
dan batu filit. Bab 3 merupakan kesimpulan yaitu kegunaan dari batu adamellite dan
batu filit.
Dengan selesainya artikel ini, penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada rekan-rekan asisten laboratorium praktikum petrologi Universitas
Pertamina. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan artikel ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, untuk kritik dan saran dari pembaca sekalian
sangat say harapkan demi menyempurnakan artikel ini untuk berikutnya.
Jakarta, 08 april 2018
Penyusun,
Eunike Verent F R
2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
gambar 1 Siklus pembentukan batuan oleh Monroe & Wicander 1992 ................................... 4
gambar 2 klasifikasi batuan beku berdasarkan tempat terbentuknya. ...................................... 5
gambar 3 Struktur batuan beku intrusive. .............................................................................. 8
gambar 4 Seri Reaksi Bowen................................................................................................. 9
gambar 5 Penamaan batuan beku berdasarkan pengamatan lapangan atau pengamatan
makroskopis........................................................................................................................ 11
gambar 6 skala Wentworth, 1922. ....................................................................................... 12
gambar 7 Klasifikasi Dunham, 1962. ................................................................................... 13
gambar 8 Klasifikasi Embry-Klovan, 1971. ......................................................................... 13
gambar 9 Tipe Metamorfosa................................................................................................ 14
gambar 10 Klasifikasi O’Dunn dan Sill, 1986. ....................... Error! Bookmark not defined.
gambar 11 gambar batu adamellite. ..................................................................................... 21
gambar 12 Sampel batu filit dan kenampakan sayatan tipis batu filit. ................................... 21
3
BAB 1 TEORI DASAR
A. Proses Pembentukan Batuan
Diawali dengan memahami apa yang dimaksud dengan batuan bagaimana
batuan itu terbentuk, terubah, dan bagaimana hingga batuan itu sekarang berada di
dataran pegunungan, dataran benua hingga berada didalam cekungan dibawah laut.
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan
Mineral yang dimaksud ialah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam
dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal
kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Proses pembentukan batuan
sendiri berupa siklus. Siklus pembentukan batuan sebagai berikut:
pada awalnya berasal dari magma yang mengalami kristalisasi dan menjadi
batuan beku. Batuan beku dan metamorf mengalami uplift dan exposure lalu
mengalami pelapukan, tertransportasi, terdeposisi dan menjadi sedimen. Lalu sedimen
4
mengalami litifikasi dan menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen dan beku yang
mengalami perubahan suhu dana tau temperature secara ekstrim atau sering disebut
mengalami proses metamorfisme, menjadi batuan metamorf.
B. Klasifikasi Batuan
Berdasarkan proses pembentukan batuan, batuan diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
1. Batuan Beku
a) Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk pada saat
pembekuan magma dan terkristalisasi perlahan didalam crust atau pada saat magma
keluar kepermukaan sebagai lava atau fragmen bekuan.
b) Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia,
tekstur, dan mineraloginya.
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Batuan beku Plutonik (intrusive), yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di
perut bumi.
b. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi.
c. Batuan beku vulkanik (ekstrusive), yaitu batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi.
5
b. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya
Diorit,
Andesit.
c. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro,
Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO 2 < 30%.
c) Struktur Batuan Beku
Kenampakan batuan beku yang tersingkap merupakan struktur batuan beku.
Adapun struktur batuan beku adalah sebagai berikut:
a. Struktur Batuan Beku Ekstrusive
Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava
tersebut. Struktur ini yaitu:
i. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
ii. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
iv. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
6
v. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku.
Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
7
Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith
berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
ii. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya
dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari
beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat
besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil
Ukuran butir
i. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
ii. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
8
Bentuk kristal
i. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
ii. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
iii. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
kombinasi bentuk kristalnya
i. Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh
bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
ii. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya
berbentuk euhedral dan subhedral.
iii. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan
kristal yang berbentuk
anhedral.
Berdasarkan keseragaman antar butirnya
i. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
ii. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama
e) Komposisi Mineral
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi darimineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian yaitu
discontinuous series dan continuous series.
a. Discontinous Series
Pada bagian sebelah kiri adalah Deret Discontinous dimana deret ini terbentuk
dari mineral Ferromagnesian Silikat. Mineral yang terbentuk pada suhu tertinggi
adalah Olivine, tetapi pada magma yang jenuh oleh SiO2 maka mineral Pyroxyne lah
yang akan terbentuk terlebih dahulu. Olivine dan Pyroxyne ini disebut pasangan
“Ingcongruent melting” dimana Olivine akan bereaksi dengan larutan sisa dan
9
membentuk Pyroxyne. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan
sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit yang
berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan
untuk membentuk mineral.
b. Continous Series
Mineral sebelah kanan terdiri dari mineral-mineral kelompok Plagioklas. Maksud
dari continuous series adalah mineral awal akan turut serta dalam pembentukan
mineral selanjutnya. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini dinamakan “Solid
Solution” yang artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang
akan berjalan menerus. Saat mineral kehilangan Ca maka Na akan menggantikan
tempat Ca sehingga semakin kebawah semakin sedikit Ca dan semakin banyak Na,
begitu juga sebaliknya semakin keatas maka semakin kaya Ca semakin miskin Na.
Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Casedangkan Albit adalah
Plagioklas kaya Na.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar
ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka mineral Kuarsa
merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral
Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat
tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
f) Penamaan batuan
Penamaan batuan beku secara lapangan atau penamaan berdasarkan
pengamatan makroskopis yaitu dengan mengenali batuan berdasarkan warna, tekstur,
struktur, dan mineral tanpa memerhatikan presentase detail dari mineral yang
terkandung.
10
gambar 5 Penamaan batuan beku berdasarkan pengamatan lapangan atau pengamatan makroskopis.
11
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk karena endapan dari hasil erosi material-material
batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan ini terbentuk di
permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale dan siltstone);
20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan dolostone).
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari
sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian
terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu detritus dan kimiawi. Detritus terdiri dari partikel-
2
padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari mineral sebagai hasil
kristalisasi larutan dengan proses inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen
diklasifikasikan menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble),
pasir,
lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan pembundaran dengan
cara
abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada
ukuran butir, jarak transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen
menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a. Batuan sedimen klastik, terbentuk dari fragmen batuan lain ataupun
mineral
b. Batuan sedimen kimiawi, terbentuk karena penguapan, evaporasi
c. Batuan sedimen organic, terbentuk dari sisa-sisa kehidupan hewan/
tumbuhan
12
gambar 8 Klasifikasi Dunham, 1962.
3. Batuan Metamorf
a) Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal
(batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T)
dan atau tekanan (P) berakibat pada pembentukan mineralmineral baru dan
tekstur batuan yang baru dimana selama proses tidak mengalami fase cair
(masih dalam bentuk padat) dan bersifat isokimia. Proses ini disebut
metamorfosa.
13
b) Tipe Metamorfosa
a. Metamorfosa Burial
Metamorfosa burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila batuan
sedimen yang berada pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas
300° C serta absennya tekanan diferensial. Pada kondisi tersebut maka
mineral-mineral baru akan berkembang, akan tetapi batuan tampak seperti
tidak mengalami metamorfosa. Mineral utama yang dihasilkan dalam
kondisi tersebut adalah mineral zeolite. Metamorfosa burial umumnya
saling overlap dengan diagenesa dan akan berubah menjadi metamorfosa
regional seiring dengan meningkatnya tekanan dan temperatur.
b. Metamorfosa Kontak
Metamorfosa kontal adalah metamorfosa yang terjadi didekat intrusi
batuan beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan
berhubungan dengan intrusi batuan beku. Metamorfosa kontak hanya
terjadi disekeliling intrusi yang terpanaskan oleh magma dan bagian kontak
ini dikenal sebagai “aureole metamorphic”. Derajat metamorfosa akan
meningkat kesegala arah kearah luar dari tubuh intrusi. Metamorfosa
kontak biasanya dikenal sebagai metamorfosa yang bertekanan rendah dan
temperatur tinggi dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan berbutir
halus tanpa foliasi dan dikenal sebagai hornfels.
c. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah
yang sangat luas dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan
diferensial. Metamorfosa jenis ini biasanya akan menghasilkan batuan
metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat kuat, seperti Slate, Schists, dan
Gneisses. Tekanan diferensial berasal dari gaya tektonik yang berakibat
batuan mengalami tekanan (kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal
dari dua masa benua yang saling bertumbukan satu dengan lainnya. Dengan
14
demikian dapat dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada
inti dari rangkaian pegunungan atau pegunungan yang mengalami erosi.
Hasil dari tekanan kompresi pada batuan yang terlipat dan adanya
penebalan kerak dapat mendorong batuan kearah bagian bawah sehingga
menjadi lebih dalam yang memiliki tekanan dan temperatur lebih tinggi
d. Metamorfosa Kataklastik/ fault
Metamorfosa kataklastik adalah metamorfosa yang diakibatkan oleh
deformasi mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang
mengalami pergeseran satu dan lainnya disepanjang suatu zona sesar /
patahan. Panas yang ditimbulkan oleh gesekan yang terjadi disepanjang
zona patahan inilah yang mengakibatkan batuan tergerus dan
termetamorfosokan disepanjang zona ini. Metamorfosa kataklastik jarang
dijumpai dan biasanya menyebaran terbatas hanya disepanjang zona sesar.
ii. Filitik
Jenis ini memiliki rekristalisasi lebih kasar daripada
slatycleavage, lebih mengkilap daripada batusabak, mineral
mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat
mineral lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
15
iii. Schistosa
Merupakan batuan yang umumnya dihasilkan dari
metamorfose regional, sangat jelas keping-kepingan mineral-
mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit dan mineral lain
yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih
dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih banyak
daripada mineral granular, orientasi penjajaran mineral pipih
menerus.
iv. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajat paling tinggi,
dimana terdapat mineral mika dan mineral granular, tetapi
orientasi mineral pipihnya tidak menerus/terputus.
b. Struktur non-foliasi
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-
mineral yang
equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali
terjadi pada metamorfosa termal. Struktur foliasi yang biasa ditemukan adalah
sebagai berikut:
i. Granulose
Struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular
16
ii. Hornfelsik
Struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral
equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi, khusus
akibat metamorfosa termal, batuannya disebut hornfels.
iii. Cataclastic
Struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen
batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).
iv. Mylonitic
Struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan
mekanik pada metamorfosa kataklastik, menunjukan
goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya
disebut mylonite (milonit).
v. Phyllonitic
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi
17
butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan
kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit).
i. Porfiroblastik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana
terdapat masa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan
metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
ii. Granoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana butirannya
seragam.
iii. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling
sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.
iv. Nematoblastik
mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral
mineralnya berbentuk prismatis, menyerat dan menjarum.
v. Idioblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk euhedral (baik).
vi. Hipidiobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk subhedral (sedang).
vii. Xenoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk anhedral (buruk).
i. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
18
ii. Blastofitik
Sisa tektur ophitik pada batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
iii. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran
butir lebih
besar dari pasir (psepit).
iv. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir pasir (psemit).
v. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lempung (pellit)
e) Komposisi mineral
Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi:
i. Mineral Stress
mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral
ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Mineral ini
tumbuh memanjang dengan kristal tegak lurus gaya.
Contohnya: Kyanit, Antofilit, Mika, Zeolit, Tremolit,
Aktinolit, Glaukofan, Horblende, Serpentin, Silimanit.
ii. Mineral Antistress
mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan,
umumnya berbentuk equidimensional. Contohnya: Kordierit,
Epidot, Kuarsa, GarnetKalsit,Staurolit,Feldpar.
19
Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk, Glaukofan dan pada metamorfisme
termal contohnya Garnet, Andalusit, Korondum.
f) Penamaan Batuan Metamorf
Penamaan batuan metamorf dapat menggunakan klasifikasi O’Dunn
dan Sill, 1986.
20
BAB 2 PEMBAHASAN
A. BATU ADAMELLITE
B. BATU FILIT
gambar 13 Sampel batu filit dan kenampakan sayatan tipis batu filit.
Batu filit merupakan batuan metamorf foliasi dengan struktur litik dan memiliki warna
hitam/ abu-abu gelap. memiliki tekstur Lepidoblastik. Batu filit merupakan batuan
metamorf yang terbentuk selama metamorfisme tingkat rendah dari batuan sedimen
yang kaya akan tanah liat. Sehingga butiran filit sangat halus. Komposisi mineralnya
yaitu mika, kuarsa, karbonat, dan feldspar.
21
BAB 3 KESIMPULAN
Kegunaan batu adamellite yaitu untuk dijadikan sebagai bahan baku
bangunan, sebagai batu penghias lantai maupun tembok bahkan sebagai penghias
akuarium. Kegunaan batu filit yaitu sebagai bahan isolator, bahan yang tahan terhadap
api, bahan baku bangunan untuk hiasan interior dan ekterior,dan bahan baku atap.
REFERENSI
Blatt, Harvey and Tracy, Robert J. 1996. Petrology: Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic, 2nd ed., p. 359-360, W. H. Freeman, ISBN 0-7167-2438-3
Compare Rocks. 2018. Adamellite Rock. Available from:
http://rocks.comparenature.com/en/adamellite-rock/model-140-0
Efendi, Rihan. 2014. Mineral dan Petrologi: Deskripsi Batuan Beku. Teknik
Pertambangan, Universitas Negeri Padang.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor. Pakuan University Press.
Staff Asisten Laboratorium Petrologi Universitas Pertamina. 2018. Modul 2-3:
Batuan Beku. Universitas Pertamina.
Staff Asisten Laboratorium Petrologi Universitas Pertamina. 2018. Modul 8:
Batuan Metamorf. Universitas Pertamina.
Richard, J. 2010. Minerals and Rocks. Richard Wilson & Ventus Publishing.
Available from: Bookboon.com
22