Anda di halaman 1dari 45

86

BAB IV
POTENSI PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK
DI KOTA BANDUNG

Pembahasan materi pada bab ini adalah mengenai analisis penyediaan


ruang terbuka hijau publik perkotaan di Kota Bandung, serta strategi apa saja yang
bisa digunakan dalam mengoptimalkan ruang terbuka hijau eksisting Kota
Bandung, dimana sub bab pembahasan dalam melakukan analisis terbagi menjadi
dua sub bab pembahasan yaitu analisis mengenai kebutuhan dan arahan mengenai
pola penyebaran ruang terbuka hijau publik. Sebelum ketahap analisis, akan
dilakukan identifikasi terhadap variabel kebutuhan RTH, variabel pola sebaran
RTH, serta potensi dan permasalahan RTH di Kota Bandung. Variabel dan kriteria
tersebut merupakan dasar pertimbangan dalam melakukan perumusan strategi.

4.1 Analisis Penyediaan RTH Publik Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas


di Kota Bandung
4.1.1 Analisis Penyediaan RTH Publik Berdasarkan Kualitas di Kota
Bandung
Menurut ketentuan PERMEN PU No 5 Tahun 2008 Dalam
perkembangannya RTH Publik diperkotaan memiliki beberapa fungsi yang
pertama fungsi ekologis yang juga merupakan fungsi utama, dan yang kedua
fungsi tambahan diantaranya fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi
estetika.
Dalam perkembangannya kualitas RTH Publik dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok kelas RTH berdasarkan tingkat kehijauan (komposisi area
hijau/area tanam terhadap luas RTH itu sendiri) serta keragaman fungsinya
(Zoer'aini Djamal. 2005). Pembagian kelas RTH ini secara detail dapat dilihat
pada Tabel IV.1 berikut, sedangkan pemetaannya secara umum dapat dilihat pada
Gambar 4.1
87

Tabel IV.1
Analisis Kualitas Ruang Terbuka Hijau
Kota Bandung Tahun 2013
Kelas Klasifikasi Wilayah
Jenis RTH di Kota Bandung
RTH RTH Pengembangan
Proporsi hijau besar, Wilayah Bojonegara
Taman hutan raya, taman kota,
1 keragaman tanaman dan Wilayah
kebun binatang, lapangan udara,
tinggi Cibeunying
Proporsi hijau besar,
Taman lingkungan, taman
2 keragaman tanaman Wilayah Karees
pemakaman, sarana olahraga
rendah
Proporsi hijau kecil,
3 keragaman tanaman Wilayah Tegallega Stasiun, dan RTH sempadan
tinggi
Proporsi hijau besar, Wilayah Ujung
4 keragaman tanaman Berung dan Wilayah Sawah, ladang, dan kebun
rendah Gedebage
Sumber : Analisis, 2013

Dari tabel diatas hasil identifikasi kulitas RTH Kota Bandung mempunyai
proporsi hijau dan keragaman tanaman yang berbeda-beda berdasarkan wilayah
pengembangannya sendiri.
Untuk wilayah Bojonagara dengan klasifikasi RTH 1 dimana proporsi
hijau besar dengan tingkat keragaman tinggi. Wilayah Cibeunying dengan
klasifikasi RTH 1 dimana proporsi hijau besar dengan tingkat keragaman tinggi.
Wilayah Karees dengan klasifikasi RTH 2 dimana proporsi hijau besar dengan
tingkat keragaman rendah. Wilayah Tegallega dengan klasifikasi RTH 3 dimana
proporsi hijau kecil dengan tingkat keragaman tinggi. Wilayah Ujung Berung
dengan klasifikasi RTH 4 dimana proporsi hijau besar dengan tingkat keragaman
rendah. Dan yang terakhir Wilayah Gede Bage dengan klasifikasi RTH 4 dimana
proporsi hijau besar dengan tingkat keragaman rendah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam gambar 4.1 peta kualitas RTH di Kota Bandung
88

Gambar 4.1
Peta Kualitas Ruang Terbuka Hijau Eksiting Kota
Bandung 2013
89

4.1.2 Analisis Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah di Kota


Bandung
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan RTH Kota
Bandung tahun 2013, diketahui bahwa total luas RTH Publik eksisting Kota
Bandung adalah sebesar 1.018,54 Ha atau 6,1%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel IV.2
Tabel IV.2
Ruang Terbuka Hijau Publik Eksisting
Kota Bandung Tahun 2013
Eksisting
No Jenis RTH Publik
Luas (Ha) %
1. Sempadan sungai 18,31 0.11
Sempadan rel kereta
2. 6,42 0.04
3. Sempadan SUTET 10,17 0.07
Sempadan jalan
4. 176,91 1.06
Taman kota
5. 218,07 1.3
TPU
6. 148,14 0.89
Kawasan Konservasi
7. 4,12 0.02
Lain-lain
8. 436,4 2.61
JUMLAH 1018,54 6.1
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandung, 2013

Menurut PERMEN PU No 5 Tahun 2008 Penyediaan RTH berdasarkan


luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: Ruang terbuka hijau di
perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat proporsi RTH pada wilayah
perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau
publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat apabila luas RTH baik
publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih
besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus
tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika kota.
90

Perhitungan mengenai kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan


persentase wilayah di Kota Bandung dilakukan dalam Tabel 4.3 Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Publik Kota Bandung idealnya memiliki persentase 20% terhadap
total luas wilayahnya, yaitu 3.665 Ha (20%). Rincian kebutuhan RTH Publik tiap
Sub Wilayah Kota di Kota Bandung dapat dirinci sebagai berikut:
1. SWK Bojonegara dengan luas wilayah 2.114 Ha harus memiliki RTH
Publik minimal seluas 423 Ha.
2. SWK Cibeunying dengan luas wilayah 3.000 Ha harus memiliki RTH
Publik minimal seluas 600 Ha.
3. SWK Tegalega dengan luas wilayah 2.609 Ha harus memiliki RTH Publik
minimal seluas 522 Ha.
4. SWK Karees dengan luas wilayah 2.135 Ha harus memiliki RTH Publik
minimal seluas 427 Ha.
5. SWK Arcamanik dengan luas wilayah 1.633 Ha harus memiliki RTH
Publik minimal seluas 645 Ha.
6. SWK Ujungberung dengan luas wilayah 2.150 Ha harus memiliki RTH
Publik minimal seluas 430 Ha.
7. SWK Kordon dengan luas wilayah 1.399 Ha harus memiliki RTH Publik
minimal seluas 280 Ha.
8. SWK Gedebage dengan luas wilayah 1.691 Ha harus memiliki RTH
Publik minimal seluas 338 Ha.
Tabel IV.3
Kebutuhan RTH Perkotaan Berdasarkan Luas Wilayah
Di Kota Bandung Tahun 2013
Kebutuhan RTH (Ha)
Sub Luas RTH Ideal
No Wilayah Wilayah RTH RTH
Kota
Kota (Ha) Publik Privat
Bandung
(20%) (10%)
(30%)
1 Bojonegara 2.114 423 211 634
2 Cibeunying 3.000 600 300 900
3 Tegalega 2.609 522 261 783
4 Karees 2.135 427 214 641
5 Arcamanik 1.633 645 163 808
6 Ujungberung 2.150 430 215 645
7 Kordon 1.399 280 140 420
8 Gedebage 1.691 338 169 507
JUMLAH 16.731 3.665 1.673 5.338
91

Sumber : Hasil Analisis, 2013


Data identifikasi RTH Kota Bandung tahun 2013 menurut menyebutkan
bahwa RTH Publik Kota Bandung eksisting pada tahun 2013 baru mencapai
luasan 1.018,54 Hektar (6,1%). Dilihat dari hasil identifikasi tersebut diketahui
bahwa RTH publik yang harus dipenuhi Kota Bandung yaitu sebesar 2.646,46
Hektar (13,9%) untuk memenuhi ketentuan penyediaan RTH publik yang berlaku
yaitu sebesar 20 % dari total luas wilayah kota Bandung.

4.2 Analisis Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Bandung


Berdasarkan analisis kebutuhan luas RTH perkotaan berdasarkan luas
wilayah di Kota Bandung tahun 2013 luas RTH Publik yang diperlukan oleh Kota
Bandung sebesar 2.646,46 Hektar (13,9%). untuk memenuhi kebutuhan luas RTH
tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi luas potensi RTH Publik yang ada
berupa taman, pemakaman umum, jalur hijau jalan, jalur hijau sungai, jalur
SUTET, jalur hijau jalan kereta api, dan kawasan konservasi.

4.2.1 Analisis Potensi Jalur Hijau Jalan Kota Bandung


Jalur hijau biasanya diartikan sebagai pepohonan yang ditanam di samping
kiri kanan sepanjang jalan atau jalur pergerakan. Selain di kiri dan kanan jalan,
pepohonan juga biasa ditanam pada median jalan. Jalur hijau ini dapat melindungi
pengendara dan pejalan kaki dari terik matahari serta cukup efektif dalam
menyerap dan menjerap polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor (Grey,
1996, 10-20).
92

Tabel IV.4
Kriteria Potensi RTH Publik Jalur Hijau Jalan
Di Kota Bandung Tahun 2013
No Kriteri potensi
1. Perda Kota Bandung no 07 tahun 2011
2. Permen PU No.5 Tahun 2008
Pengembalian fungsi RTH Publik jalur hijau jalan dibeberapa titik di Kota Bandung
3.
yang dijadikan sarana berjualan oleh PKL,
Sumber : Analisis 2013

Jalur jalan di Kota


Bandung terdiri dari jalan
arteri primer, arteri sekunder,
kolektor primer, dan kolektor
sekunder serta lokal.
Berdasarkan peraturan yang
berlaku dalam Permen PU
No.5 Tahun 2008 jalur hijau di
kiri kanan sepanjang jalan
Gambar 4.2
tersebut dengan lebar antara Jl. Dewi Sartika Kota Bandung bentuk lajur belum
terstrata
2,3-3 meter diperuntukan
untuk penghijauan jalan. Hasil analisis potensi jalur hijau jalan yang dapat
ditingkatkan menjadi RTH Perkotaan mempunyai luas total sekitar 105,23 Ha.
Potensi RTH Perkotaan pada jalur hijau jalan di Kota Bandung terluas
berada di Wilayah Cibeunying dengan 26,86 Ha, yang kemudian diikuti oleh
Wilayah Bojonegara seluas 22,19 Ha Sedangkan potensi hutan kota jalur hijau
jalan terkecil adalah pada Wilayah Gede Bage seluas 7,74 Ha yang kemudian
diikuti oleh Wilayah Ujung Berung seluas 8,5 Ha. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.5
Tabel IV.5
Arahan dan Potensi RTH pada jalur Hijau Jalan di Kota Bandung 2013
Fungsi Panjang Sempadan Luas Luas
Jalan (m) RTH (m) (M2) (Ha)
1 2 3 4 5
Bojonagara
Arteri Primer 5.200 3 31.200 3,12
Arteri Sekunder 3.323 3 19.938 1,99
Kolektor Primer 11.150 2,3 51.290 5,13
Kolektor Sekunder 16.447 2,3 75.472 7,55
Lokal 9.560 2,3 43.976 4,40
JUMLAH 221.876 22,19
Cibeunying
93

Fungsi Panjang Sempadan Luas Luas


Jalan (m) RTH (m) (M2) (Ha)
1 2 3 4 5
Arteri Primer 5.200 3 31.200 3,12
Arteri Sekunder 8.600 3 51.600 5,16
Kolektor Primer 6.863 2,3 31.570 3,16
Kolektor Sekunder 26.701 2,3 122.825 12,28
Lokal 6.820 2,3 31.372 3,14
JUMLAH 268.566 26,86
Karees
Arteri Primer 5.023 3 30.138 3,01
Arteri Sekunder 7.480 3 44.880 4,49
Kolektor Primer 5.288 2,3 24.325 2,43
Kolektor Sekunder 24.875 2,3 114.425 11,44
Lokal 1.420 2,3 6.532 0,65
JUMLAH 220.299,80 22,03
Tegallega
Arteri Primer 6.366 3 38.196 3,82
Kolektor Primer 13.250 2,3 60.950 6,10
Kolektor Sekunder 3.450 2,3 15.870 1,59
Lokal 13.960 2,3 64.216 6,42
JUMLAH 179.232 17,92
Gede Bage
Arteri Primer 2.798 3 16.788 1,68
Kolektor Primer 2.800 2,3 12.880 1,29
Kolektor Sekunder 9.350 2,3 43.010 4,30
Lokal 1.020 2,3 4.692 0,47
JUMLAH 77.370 7,74
Ujung Berung
Arteri Primer 10.558 3 63.348 6,33
Kolektor Sekunder 3.000 2,3 13.800 1,38
Lokal 1.700 2,3 7.820 0,78
JUMLAH 84.968 8,50
JUMLAH TOTAL 1.052.312,40 105,23
Sumber : Analisis, 2013
94

Gambar 4.3 Peta Potensi RTH Publik Jalur Hijau


Jalan di Kota Bandung
95

4.2.2 Analisis Potensi RTH Pemakaman Kota Bandung


Ruang terbuka hijau berupa pemakaman sangat potensial untuk
dikembangkan menjadi RTH Perkotaan. Areal kosong yang terdapat di dalam
kawasan pemakaman cukup banyak dan luas. Penelitian yang dilakukan
(Maswahenu, 1996), di kawasan pemakaman di Semarang ternyata diperoleh
informasi sebagai berikut :
 Ruang terbuka hijau di kawasan pemakaman dapat mengkonversi flora.
Terbukti di kawasan pemakaman memiliki keanekaragaman flora yang
relatif tinggi dengan 41 jenis pohon.
 Ruang terbuka hijau di kawasan pemakarnan dapat mengkonversi fauna.
Berdasarkan penelitian tersebut ada sekitar 35 jenis fauna burung yang biasa
hidup di kawasan pemakaman.
Tabel IV.6
Kriteria Potensi RTH Publik Pemakaman
Di Kota Bandung Tahun 2013
No Kriteri potensi
1. Perda Kota Bandung nomor 19 tahun 2011 tentang pemakaman umum
1. Peraturan PU No.5 Tahun 2008
2. Masih adanya lahan kosong di Kota Bandung, walaupun jumlahnya sedikit.
Tanah kosong milik pemda Kota Bandung yang bisa dijadikan RTH Publik
3.
Pemakaman.
Penggunaan sistem satu keluarga satu liang lahat. Dimana penggunaan sistem ini,
4.
dapat mengurangi penggunaan lahan pemakaman yang masih kosong
Sumber : Analisis 2013

Berdasarkan ketentuan yang berlaku menurut PERMEN PU No 5 Tahun


2008, pemakaman harus mempunyai ketutupan vegetasi mencapai 60% dari luas
areal yang ada terutama pada sekeliling area pemakaman yang dapat berfungsi
sebagai pembatas antara area pemakaman dengan penggunaan lahan lainnya.
Berdasarkan acuan luasan areal yang harus dihijaukan (60%) dari luas areal
pemakaman, dapat dihitung luas lahan yang dapat dijadikan hutan kota dari
masing-masing lahan pemakaman di kota Bandung. Hasil perhitungan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.7
96

Tabel IV.7
Arahan dan Potensi RTH Pada Pemakaman di Kota Bandung 2013
Pontensi
Nama Luas Area
No Lokasi Kecamatan Wilayah RTH
TPU (Ha) Hijau
(Ha)
Cibeunying
1. Cikutra Jl. Cikutra Cibeunying 8,4 5,04
Kaler
Jl. Gatot
2. Maleer Batununggal 5 3
Subroto Karees
3. Gumuruh Jl. Gumuruh Batununggal 2 1,2
Babakan Jl. Makam Babakan
4. 14 8,4
Ciparay Caringin Ciparay
Tegallega
Astana Jl. 60%
5. Bojongloa 9 5,4
Anyar Bojongloa
6. Pandu Jl. Pandu Cicendo 13 7,8
Bojonagara
7. Sirnaraga Jl. Pajajaran Cicendo 20 12
8. Cikadut Jl. A. Yani Cicadas 50 30
Ujung
Ujung
9. Nagrog Jl. Pasir Jati Berung 5,3 3,18
Berung
Jumlah 126,7 76,02
Sumber : Analisis, 2013
Dari data potensi RTH Publik pada lahan pemakaman yarg ada di Kota
Bandung lahan pemakaman tersebut tersebar di lima wilayah yaitu : Wilayah
Cibunying, Karees, Tegallega, Bojonagara dan Ujung Berung dengan luas 76,02
Ha. Potensi lahan RTH Perkotaan berupa pemakaman yang terluas terdapat di
wilayah Ujung Berung (33,18 Ha). Sedangkan wilayah Karees mempunyai
potensi RTH pemakaman dengan luas terkecil (1,2 Ha).
97

Gambar 4.4 Peta Potensi RTH Publik


Pemakaman Umum di Kota Bandung
98

4.2.3 Analisis Potensi RTH Taman Kota Bandung


Menurut PERMEN PU No 5 Tahun 2008 RTH Taman kota adalah taman
yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota.
Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m 2
per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m 2. Taman ini dapat
berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi
dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua
fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon
tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar berfungsi
sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
Tabel IV.8
Kriteria Potensi RTH Publik Taman
Di Kota Bandung Tahun 2013
No Kriteri potensi
1. Perda Kota Bandung no 07 tahun 2011
2. Peraturan PU No.5 Tahun 2008
3. Masih adanya lahan kosong di Kota Bandung, walaupun jumlahnya sedikit.
4. Rumah-rumah kumuh yang bisa dijadikan RTH Publik Taman.
5. Tanah kosong milik pemda Kota Bandung yang bisa dijadikan RTH Publik Taman.
Pengembalian fungsi RTH Publik taman dibeberapa titik di Kota Bandung yang
6. dijadikan sarana berjualan oleh PKL, atau tempat tinggal gelandangan dan
pengemis
Sumber : Analisis 2013

Taman yang terdapat di


Kota Bandung terdiri dari
berbagai jenis taman, seperti
taman umum, taman pemisah
jalan, taman halaman kantor
dan jalur penghijauan jalan.
Berdasarkan data taman dari
Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Kota Bandung, Gambar 4.5
saat ini Kota Bandung Taman Maluku merupakan salah satu taman RTH
Publik di Kota Bandung
mempunyai 218 buah taman
dengan luas 634.468,06 m2 atau 63,45 Ha. Taman yang terdapat di Kota Bandung
dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel IV.9
99

RTH Perkotaan Taman Di Kota Bandung Tahun 2013


Wilayah Cibeunying
No Lokasi Luas (m2) Jenis
1. Kecamatan Cidadap 6.722,60 Taman Umum
2. Kecamatan Coblong 12.645 Taman Umum
Taman Umum, Taman
3. Kecamatan Bandung Wetan 98.786,50
halaman kantor
4. Kecamatan Sumur Bandung 47.463,55 Taman Umum
5. Kecamatan Cibeunying Kidul 4.916,95 Taman Umum
6. Kecamatan Cibeunying Kaler 1.425 Taman Umum
Jumlah 285.768,60
Wilayah Karees
No Lokasi Luas (m2) Jenis
1. Kecamatan Regol 202.107,80 Taman Umum
Taman Umum, Taman
2. Kecamatan Lengkong 32.249,50
halaman kantor
3. Kecamatan Batu Nunggal 4.549,40 Taman Umum
4. Kecamatan Kiaracondong 2.397,73 Taman Umum
Jumlah 241.304,43
Wilayah Tegallega
No Lokasi Luas (m2) Jenis
1. Kecamatan Astana Anyar 8.728,30 Taman Umum
2. Kecamatan Bojongloa Kaler 3.323,30 Taman Umum
Jumlah 12.051,60
Wilayah Gedebage
No Lokasi Luas (m2) Jenis
1. Kecamatan Margacinta 41.167 Taman umum
Jumlah 41.167
Wilayah Ujung Berung
No Lokasi Luas (m2) Jenis
1. Kecamatan Cicadas 8.007 Taman umum
2. Kecamatan Arcamanik 4.806 Taman umum
3. Kecamatan Ujung Berung 587 Taman umum
Jumlah 13.400
Wilayah Bojonagara
No Lokasi Luas (m2) Jenis
1. Kecamatan Sukasari 663 Taman umum
2. Kecamatan Sukajadi 6.690,44 Taman umum
3. Kecamatan Cicendo 13.505,18 Taman umum
4. Kecamatan Andir 19.917,81 Taman umum
Jumlah 40.776,43
JUMLAH TOTAL 634.468,06
Sumber : Dinas Pertamanan, 2013
Dari hasil identifikasi dapat dilihat RTH Publik pada taman di Kota
Bandung belum memenuhi standar ketentuan dalam PERMEN PU No 5 Tahun
2008, dimana luas minimal untuk taman suatu kota adalah 14 Ha dengan proporsi
penduduk 480.000 jiwa. Dan luas taman eksisting di Kota Bandung hanya
mencapai 63,45 Ha dengan jumlah penduduk hampir 2,5 juta jiwa. Penyediaan
100

taman di Kota Bandung setidaknya harus mencapai luasan 75 Ha, masih


mempunyai kekurangan 9 Ha. Potensi penyediaan taman di Kota Bandung cukup
besar, dimana setiap kelurahan di Kota Bandung harus memiliki taman kelurahan,
dalam masterplan RTH Kota Bandung tahun 2012 menyebutkan bahwa 759,25 ha
akan dialokasikan menjadi taman RT, RW, dan kelurahan yang tersebar disetiap
kecamatan di Kota Bandung. Ini menjadi tugas yang sulit untuk mempertahankan
potensi taman yang sudah ada agar tidak dialihfungsikan, serta mendukung upaya
pemerintah Kota Bandung dalam upaya penghijauan kota.
101

Gambar 4.6 Peta Potensi RTH Publik Taman Kota


di Kota Bandung
102

4.2.4 Analisis Potensi Jalur Hijau Sungai Kota Bandung


Jalur hijau sungai dapat berfungsi ganda, yaitu selain melindungi manusia
dan habitat sekitarnya tetapi juga melindungi keberadaaan sungai atau kawasan
limitasi (Grey, 1996, 10-20).
Tabel IV.10
Kriteria Potensi RTH Publik Jalur Hijau Sungai
Di Kota Bandung Tahun 2013
No Kriteri potensi
1. Perda Kota Bandung no 07 tahun 2011
2. Peraturan PU No.5 Tahun 2008
3. Rumah-rumah kumuh dipinggiran sempadan sungai yang bisa dijadikan RTH Publik.
4. Masih adanya lahan kosong di Kota Bandung, walaupun jumlahnya sedikit.
Pengembalian fungsi RTH Publik sempadan sungai dibeberapa titik di Kota
5.
Bandung yang dijadikan permukiman penduduk.
Sumber : Analisis 2013

Kota Bandung
mempunyai 40 sungai dan
anak sungai yang mengalir
dari bagian utara hingga ke
bagian selatan. Sungai
Cikapuudung adalah sungai
yang terbesar dengan lebar
rata-rata 22-26 meter dan
panjang sekitar 28 km, disusul
Gambar 4.7
Sungai Cipamakoloan dengan Kondisi sempadan sungai Cikapundung yang banyak
terdapat bangunan permukiman warga
lebar rata-rata 5-15 meter dan
panjang sekitar 18 km. Umumnya sungai-sungai ini mempuayai perbedaan debit
air maksimum dan minimum yang mencolok, menunjukkan adanya kerusakan
pada daerah resapan airnya. Sepanjang jalur sungai merupakan lahan yang
berpotensi untuk dijadikan RTH Perkotaan di Kota Bandung. Kondisi di lapangan
menunjukan bahwa sebagian besar lahan sempadan sungai tersebut telah beralih
fungsi menjadi pemukiman ilegal.
Berdasarkan arahan lebar sempadan sungai yang terdapat pada Permen PU
No. 05 Tahun 2008, bahwa sempadan sungai berkisar antara 6-20 meter. Potensi
RTH perkotaan berupa sempadan sungai dihitung berdasarkan panjang sungai
dikali lebar sempadan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa potensi lahan RTH
103

Perkotaan berupa sempadan sungai di Kota Bandung seluas 591,56 Ha. Hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel IV.11
Arahan dan Potensi RTH pada Jalur Hijau Sungai
di Kota Bandung 2013
Sempadan Luas RTH
Wilayah/Sungai Panjang (m) Luas (Ha)
(satu sisi) (M2)
1 2 3 4 5
Bojonagara
Cikakak 7.040,00 6 84.480 8,45
Cikalintu 6.000,00 6 72.000 7,20
Citepus 7.595,00 20 303.800 30,38
Cibeureum 11.992,00 10 239.840 23,98
Cigondewa 1.785,00 20 71.428 7,14
Jumlah 34.412,70 771.548 77,15
Cibeunying
Cibeunying 2.750,00 10 55.000 5,50
Cikapundung 11.697,60 20 467.904 46,79
Cicadas 7.065,00 20 282.600 28,26
Jumlah 21.512,60 805.504 80,55
Tegallega
Curug Dog-dog 2.500,00 20 100.000 10,00
Citepus 6.904,70 20 276.188 27,62
Cikakak 3.960,00 6 47.520 4,75
Cigondewa 3.214,00 20 128.560 12,86
Cibeureum 5.007,70 10 100.154 10,02
Jumlah 21.586,60 652.422 65,24
Gede Bage
Cijalupang 3.636,40 20 145.456 14,55
Cipamolokan 7.666,60 20 306.664 30,67
Cidurian 10.487,00 20 419.480 41,95
Cicadas 4.373,80 20 174.952 17,50
Cikapundung Kolot 3.235,30 20 129.412 12,94
Cikapundung 5.570,30 20 222.812 22,28
Jumlah 34.969,40 1.398.776 139,88
Ujung Berung
Cijalupang 6.363,60 20 254.544 25,45
Cipanjalu 3.200,00 6 38.400 3,84
Cipamolokan 10.333,00 20 413.320 41,33
Cinambo 7.300,00 12 175.200 17,52
Jumlah 27.196,60 881.464 88,15
Karees
Cidurian 9.613,00 20 384.520 38,45
Cibeunying 750 10 15.000 1,50
Cikapundung Kolot 6.764,70 20 270.588 27,06
Cikapundung 10.723,00 20 428.920 42,89
Cicadas 6.560,70 20 262.428 26,24
Ciateul 3.700,00 6 44.400 4,44
Jumlah 38.120,40 1.405.856 140,59
TOTAL JUMLAH 177.798,30 5.915.570 591,56
Sumber : Analisis, 2013
104

Jalur hijau sungai yang mempunyai potensi terbesar untuk dikembangkan


menjadi RTH Perkotaan di Kota Bandung terdapat di Wilayah Karees seluas
140,59 Ha dengan luas terbesar terdapat di Sungai Cikapundung seluas 42,89 Ha.
Sedangkan potensi terkecil terdapat di Wilayah Tegallega seluas 65,24 Ha dengan
sungai utama adalah Sungai Citepus seluas 27,62 Ha.
105

Gambar 4.8 Peta Potensi RTH Publik


Jalur Hijau Sungai di Kota Bandung
106

4.2.5 Analisis Potensi Jalur Hijau Rel Kereta Api Kota Bandung
Jalur rel kereta api
terbentang dari bagian barat
hingga bagian timur Kota
Bandung dengan panjang
25.786,26 m. Sepanjang jalur
rel kereta api harus
mempunyai sempadan untuk
memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi penduduk
Gambar 4.9
sekitarnya. Menurut ketentuan Kondisi sempadan Rel Kereta Api di perlintasan jalan
Kota Bandung
yang berlaku, sempadan rel
kereta api berkisar antara 16-20 meter.
Tabel IV.12
Kriteria Potensi RTH Publik Jalur Hijau Rel Kereta Api
Di Kota Bandung Tahun 2013
No Kriteri potensi
1. Perda Kota Bandung no 07 tahun 2011
2. Peraturan PU No.5 Tahun 2008
Adanya Rel Kereta Api yang terbentang dari ujung timur sampai ujung barat Kota
3.
Bandung sepanjang 25km.
Pengembalian fungsi RTH Publik Sempadan Rel Kereta Api dibeberapa titik di Kota
4.
Bandung yang dijadikan tempat tinggal gelandangan dan pengemis.
Sumber : Analisis 2013

Sempadan rel kereta api ini dapat dikembangkan menjadi RTH Perkotaan,
sehingga RTH sepanjang jalur rel kereta api ini selain mempunyai fungsi utama
sebagai pegendali iklim mikro, dapat juga menjadi pembatas antara aktivitas
penduduk dengan jalur rel kereta api. Potensi lahan RTH jalur rel kereta api
dihitung berdasarkan panjang jalur rel kereta dikali lebar sempadan rel kereta api.
Hasil perhitungannya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, akan di dapat
potensi lahan RTH Perkotaan berupa rel kereta api sebesar 92,28 Ha. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13
107

Tabel IV.13
Arahan dan Potensi Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
Pada Jalur Rel Kereta Api di Kota Bandung Tahun 2013
Panjang Sempadan RTH Rel KA Luas
Wilayah Kecamatan
(m) (m) (m2) (Ha)
Bojonagara Andir 9.814,84 20 392.593,72 39,26
Batununggal 2.325,49 74.415,64 7,44
Karees 16
Kiaracondong 1.831,48 58607,21 5,86
Cibeunying Sumur Bandung 2.394,91 20 95.796,26 9,58
Gedebage Rancasari 9.419,54 16 301.425,38 30,14
JUMLAH 25.786,26 922.838,21 92,28
Sumber : Analisis, 2013
108

Gambar 4.10 Peta Potensi RTH Publik Jalur Hijau


Rel Kereta Api di Kota Bandung
109

4.2.6 Analisis Potensi Jalur Hijau Listrik Tegangan Tinggi Kota Bandung
Jalur listrik tegangan tinggi sangat berbahaya bagi kehidupan penduduk di
sekitarnya. Untuk itulah, sepanjang kiri kanan jalur tersebut harus dibiarkan
kosong tanpa kegiatan. Akan tetapi area yang kosong ini dapat dihijaukan dengan
pohon yang rindang untuk memberikan keamanan pada penduduk sekitarnya, dan
juga untuk mempermudah perawatan dan perbaikan instalasi listrik tersebut.
Tabel IV.14
Kriteria Potensi RTH Publik Jalur Hijau SUTET
Di Kota Bandung Tahun 2013
No Kriteri potensi
1. Perda Kota Bandung no 07 tahun 2011
2. Peraturan PU No.5 Tahun 2008
Adanya jalur SUTET di Kota Bandung baik di kawasan Bandung bagian utara,
3.
maupun kawasan Bandung bagian selatan.
Pengembalian fungsi RTH Publik Jalur Hijau SUTET dibeberapa titik di Kota
4.
Bandung yang dijadikan perumahan warga.
Sumber : Analisis 2013

Sempadan jaringan listrik tegangan tinggi ini, berdasarkan peraturan yang


berlaku adalah antara 10-23 meter tergantung kepada wilayah pengembangan di
Kota Bandung. Total jumlah sempadan jalur listrik yang dapat dihijaukan adalah
268,03 Ha. Dengan luas tertinggi terdapat pada Wilayah Gede Bage, yaitu seluas
136,35 Ha dan yang terkecil pada Wilayah Karees, yaitu seluas 10,94 Ha. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.15
Berdasarkan fakta di lapangan, jaringan listrik ini belum mempunyai
sempadan yang dihijaukan. Mayoritas jalur listrik ini melintasi kawasan
permukiman, industri, dan jalan seperti yang tertihat di Wilayah Cibeunying,
Karees, dan Bojonegara. Terdapat beberapa lokasi yang telah mempunyai jalur
hijau, namun lokasi tersebut berada pada Kawasan Bandung Utara, seperti di
Kelurahan Cidadap Kecamatan Cidadap.
Tabel IV.15
Arahan dan Potensi Ruang Terbuka Hijau Publik
Pada Jalur Listrik Tegangan Tinggi di Kota Bandung Tahun 2013
Luas
Panjang Jalur Hijau Luas Jalur Jalur
Wilayah Kecamatan
(M) (M) Hijau (M2) Hijau
(Ha)
Bojonagara Sukajadi 2.077,96 62.338,73 6,23
15
Sukasari 2.824,11 84.723,25 8,47
Jumlah 4.902,07 147.061,97 14,71
Cibeunying Cidadap 3.834,23 20 153.369,02 15,34
Coblong 1.336,34 53.453,64 5,35
110

Luas
Panjang Jalur Hijau Luas Jalur Jalur
Wilayah Kecamatan
(M) (M) Hijau (M2) Hijau
(Ha)
Cibeunying Kidul 1.496,57 59.862,73 5,99
Jumlah 6.667,13 266.685,38 26,67
Tegallega Astana Anyar 1.153,98 34.619,54 3,46
Babakan Ciparay 6.237,07 15 187.111,97 18,71
Bojongloa Kidul 6.108,50 183.254,87 18,33
Jumlah 13.499,55 404.986,37 40,50
Karees Kiaracondong 1.926,29 38.525,88 3,85
10
Regol 3.543,08 70.861,58 7,09
Jumlah 5.469,37 109.387,46 10,94
Ujung Cibiru
1.576,67 72.526,82 7,25
Berung
Cicadas 2.288,07 23 105.251,40 10,53
Ujung Berung 2.276,41 104.714,92 10,47
Arcamanik 2.307,76 106.157,10 10,62
Jumlah 8.448,92 388.650,25 38,87
Gede Bage Bandung Kidul 8.738,74 401.982,18 40,20
Margacinta 11.596,08 23 533.419,61 53,34
Rancasari 9.306,73 428.109,63 42,81
Jumlah 29.641,55 1363.511,42 136,35
JUMLAH TOTAL 68.628,59 2680.282,85 268,03
Sumber : Analisis, 2013

4.2.7 Analisis Potensi Kawasan Konservasi Kota Bandung


Kawasan konservasi yaitu daerah dengan ketinggian di atas 750 dpl dan
kemiringan di atas 40% harus diperuntukan sebagai kawasan hutan lindung, lahan
pertanian tanaman keras, dan lahan pertanian. Kawasan yang mempunyai luas
sekitar 938 Ha ini terletak di bagian Utara Kecamatan Coblong dan Kecamatan
Ujung Berung dapat dijadikan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung. Hal ini
dikarenakan kawasan ini dapat menjadi daerah resapan air dan mempengaruhi
suhu udara di Kota Bandung.
Selain itu di Kota Bandung memiliki Kawasan Bandung Utara (KBU) dan
sabuk hijau kota, yang apabila diterapkan sesuai fungsinya dan dioptimalkan
menjadi RTH mencapai luasan 1.139,27 Ha.
111

Gambar 4.11 Peta Potensi RTH Publik Jalur Hijau


SUTET di Kota Bandung
112

Gambar 4.12 Peta Potensi RTH Kawasan Bandung


Utara dan Sabuk Hijau
Kota Bandung
113

Tabel IV.16
Potensi Lahan Ruang Terbuka Hijau Publik Perkotaan
Beradasarkan SWK di Kota Bandung Tahun 2013
Ketersediaan
Lokasi Luas
No Potensi RTH Lokasi
Tidak (Ha)
Ada
Ada
1 2 3 4 5 6
Bojonagara
A Ruang Terbuka Hijau
1 Taman √ Cicendo 4,07
2 Pemakaman √ Cicendo 19,8
3 Jalur Hijau Jalan √ Seluruh Kecamatan 22,19
4 Jalur Hijau Sungai √ Seluruh Kecamatan 77,15
Jalur Hijau Rel Kereta Andir dan Cicendo
5 √ 39,26
Api
Jalur Hijau Listrik Teg. Sukajadi dan Sukasari
6 √ 14,71
Tinggi
7 Kawasan Konservasi -
Jumlah 177,18
Cibeunying
A Ruang Terbuka Hijau
Taman Cidadap, Coblong,
Sumur Bandug,
1 √ 28,57
Bandung Wetan dan
Cibeunying Kidul
2 Pemakaman √ Cibeunying Kaler 8,4
3 Jalur Hijau Jalan √ Seluruh Kecamatan 26,86
4 Jalur Hijau Sungai √ Seluruh Kecamatan 80,55
Jalur Hijau Rel Kereta Sumur Bandung
5 √ 9,58
Api
Jalur Hijau Listrik Teg. Cidadap, Coblong,
6 √ 26,67
Tinggi Cibeunying Kidul
7 Kawasan Konservasi √ Coblong dan Cidadap 523,89
Jumlah 704,52
Tegallega
A Ruang Terbuka Hijau
1 Taman √ Astana Anyar 1,2
Pemakaman Babakan Ciparay dan
2 √ 1,38
Bojong Loa
3 Jalur Hijau Jalan √ Seluruh Kecamatan 17,92
4 Jalur Hijau Sungai √ Seluruh Kecamatan 65,24
Jalur Hijau Rel Kereta
5 -
Api
Jalur Hijau Listrik Teg. Astana Anyar, Babakan
6 Tinggi √ Ciparay, Bojongloa 40,05
Kidul
7 Kawasan Konservasi -
Jumlah 125,79
Karees
A Ruang Terbuka Hijau
1 Taman √ Regol dan Lengkong 24,13
2 Pemakaman √ Batununggal 4,2
3 Jalur Hijau Jalan √ Seluruh Kecamatan 22,03
4 Jalur Hijau Sungai √ Seluruh Kecamatan 140,59
114

Ketersediaan
Lokasi Luas
No Potensi RTH Lokasi
Tidak (Ha)
Ada
Ada
1 2 3 4 5 6
Jalur Hijau Rel Kereta Batununggal dan
5 √ 13,3
Api Kiaracondong
Jalur Hijau Listrik Teg. Regol dan
6 √ 14,94
Tinggi Kiaracondong
7 Kawasan Konservasi -
Jumlah 219,19
Gede Bage
A Ruang Terbuka Hijau
1 Taman √ Margacinta 4,11
2 Pemakaman -
3 Jalur Hijau Jalan √ 7,74
4 Jalur Hijau Sungai √ 139,88
Jalur Hijau Rel Kereta Rancasari
5 √ 30,14
Api
Jalur Hijau Listrik Teg. Bandung Kidul,
6 √ 136,35
Tinggi Margacinta, Rancasari
7 Kawasan Konservasi -
Jumlah 318,22
Ujung Berung
A Ruang Terbuka Hijau
Taman Cicadas, Arcamanik,
1 √ 1,34
Ujungberung.
Pemakaman Cicadas dan Ujung
2 √ 33,18
Berung
3 Jalur Hijau Jalan √ 8,50
4 Jalur Hijau Sungai √ 88,15
Jalur Hijau Rel Kereta
5 -
Api
Jalur Hijau Listrik Teg. Seluruh Kecamatan
6 √ 38,89
Tinggi
7 Kawasan Konservasi √ Ujung Berung 414,11
JUMLAH 584,17
JUMLAH TOTAL POTENSI RTH PUBLIK YANG BISA
3268,78
DIOPTIMALKAN MAUPUN DIKEMBANGKAN
RTH PUBLIK EKSISTING KOTA BANDUNG 1018,54
TOTAL RTH PUBLIK IDEAL 20% YANG HARUS DIMILIKI KOTA
3.665
BANDUNG
Sumber : Analisis, 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa RTH Publik yang bisa di
optimalkan di Kota Bandung adalah 3268,78 Ha dengan luas tertinggi terdapat di
wilayah Ujung Berung sebesar 584,17 Ha dan terkecil pada Wilayah Tegallega
seluas 125,79 Ha.
Bila dibandingkan dengan kebutuhan luasan RTH berdasarkan luas
wilayah. Kota Bandung membutuhkan lahan RTH Publik seluas 3.665 Hektar,
apabila potensi RTH publik diatas diimplementasikan maka penyediaan lahan
115

tersebut hanya membutuhkan sisa RTH Publik sebesar 396,22 Ha untuk


memenuhi standar RTH Publik perkotaan sebanyak 20%. Langkah selanjutnya
yang bisa diambil adalah membuat strategi untuk menutupi kekurangan jumlah
RTH Publik yang ada saat ini.

4.3 Strategi Umum Penyediaan RTH Publik di Kota Bandung


Potensi dan peluang pengembangan RTH Kota Bandung dirumuskan
berdasarkan analisis dalam menentukan strategi berikut ini.
A. Kekuatan
 Bandung sudah memiliki pola dasar sistem RTH (warisan pemerintah
Belanda) yang juga telah diintegrasikan dengan arsitektur kota dan aspek-
aspek ekologis kota.
 Kondisi tanah dan aspek klimatologis Kota Bandung sangat baik untuk
pertumbuhan jenis-jenis pohon, bahkan untuk pohon-pohon yang bukan
berasal dari daerah Bandung dan sekitarnya.
 Beberapa area kota masih memiliki kualitas hijau yang baik dan sangat
berpotensi untuk dirangkaikan ke dalam sebuah jejaring hijau kota.
 Masih terdapat lahan-lahan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan
RTH kota baru, terutama yang dimiliki oleh pemerintah kota, seperti
sempadan sungai, sempadan jalur kereta api, sempadan mata air, sembadan
jalan raya, serta titik-titik RTH eksisting lainnya.
116

B. Kelemahan
 Lahan-lahan yang seharusnya menjadi RTH disalahgunakan atau
dipergunakan dengan tidak semestinya oleh yang tidak berhak, misalnya
sempadan sungai, sempadan rel kereta api, sempadan SUTET, dan
beberapa area taman di Kota Bandung.
 Taman-taman dan pohon-pohon di Kota Bandung sudah mulai berumur
tua, sedangkan proses regenerasi pohon cenderung terlambat.
 Pohon-pohon tua kurang terawat sehingga pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya terancam.
 Belum terdatanya pohon-pohon yang ada di Kota Bandung sehingga
keberadaan dan kondisinya tidak dapat dipantau dengan baik.
 Beberapa jenis pohon dinilai tidak lagi cocok untuk konteks penghijauan,
misalnya angsana (Pterocarpus indicus) yang mudah patah, terutama
karena bibit yang dihasilkan secara vegetatif dan bukan generatif.

C. Peluang
 Perlindungan Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai penyangga kota
telah masuk di RTRW Kota Bandung, sehingga memiliki kekuatan hukum
yang kuat. Untuk penerapan di lapangan perlu didukung dengan petunjuk
teknis yang jelas.
 Rencana pembangunan permukiman vertikal apabila dilakukan secara
benar akan membuka kesempatan bertambahnya RTH baru.
 Perkembangan Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata yang cukup
dikenal memberikan kesempatan kerjasama antara sektor publik dan sektor
swasta untuk membentuk ruang kota yang baik dan layak jual.

D. Ancaman
 Pembangunan pesat Kota Bandung sebagai kota wisata dan kota
pendidikan, ditambah dengan lambatnya pembangunan daerah lain di
sekitar wilayah Kota Bandung, menyebabkan tingginya tingkat migrasi
masuk ke dalam kota. Hal ini berakibat pada peningkatan kepemilikan dan
harga lahan serta peningkatan populasi Kota Bandung.
117

 Perubahan guna lahan yang tidak sesuai dengan arahan pola pemanfatan
lahan dalam RTRW Kota Bandung yang mengakibatkan semakin
banyaknya RTH yang beralih fungsi menjadi fungsi komersial.

Setelah dilakukan identifikasi mengenai potensi dan permasalahan dalam


penyedian RTH Publik diatas, selanjutnya dirumuskan strategi umum dalam
upaya peningkatan penyediaan RTH Publik di Kota Bandung.
Strategi pembangunan RTH Kota Bandung dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mengembalikan fungsi ekologis pada bagian-bagian kota melalui
penghijauan, seperti area sempadan sungai (termasuk riool kota), sempadan
sumber air (mata air), Kawasan Bandung Utara (KBU), dan serta batas kota.
2. Mengembalikan KBU sebagai kawasan penyangga Kota Bandung.
3. Penerapan sistem land-sharing untuk pembangunan jalur hijau sempadan
(jalan maupun sungai).
4. Meningkatkan proporsi RTH pada skala kaveling, misalnya melalui
penghijauan fasum fasos, seperti halaman sekolah.
5. Meningkatkan proporsi RTH pada skala bangunan, misalnya melalui
penerapan vertical garden dan roof garden.
6. Melakukan kerjasama pembangunan ruang terbuka hijau dengan institusi-
institusi yang memiliki program tanggung jawab dan lingkungan (corporate
social responsibility).
7. Menjadikan pembangunan dan pengembangan RTH melibatkan semua
unsur masyarakat.
8. Memberikan insentif kepada warga yang bersedia menjadikan seluruh atau
sebagian lahan miliknya sebagai lahan RTH, baik publik maupun privat.
9. Memberikan insentif kepada warga yang terlibat dalam berbagai kegiatan
penghijauan kota, seperti beasiswa, pengakuan, publikasi, serta lomba/piala.
118

4.4 Strategi Penyediaan RTH Publik


Dalam rangka mendapatkan suatu strategi terbaik untuk penyediaan RTH
di Kota Bandung, maka dilakukan identifikasi potensi dan permasalahan RTH
yang ada di Kota Bandung. Pendekatan strategi penyediaan RTH didasarkan pada
aspek-aspek yang berpengaruh pada strategi penyediaan yaitu aspek fisik (luas,
sebaran, kondisi), fungsional (pemanfaatan), dan manajerial pada setiap jenis RTH
yang ada. Langkah selanjutnya adalah merangkum dan menganalisa faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
yang dihadapi RTH pada saat ini serta prediksi pengembangannya di masa
mendatang.

4.4.1 Strategi Penyediaan RTH Taman di Kota Bandung


Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH taman kota, penentuan faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), dan
perumusan strategi penyediaan.
Tabel IV.17 Potensi dan Permasalahan RTH Taman Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
Fisik  Adanya taman-taman  Kondisi taman-taman
peninggalan masa yang bervariasi dalam
kolonial yang masih segi kualitas, kuantitas,
dipertahankan dan fasilitas-fasilitas
keberadaannya. pendukung yang
 Pembangunan dan dimiliki.
pengembangan taman  Pola sebaran penataan
kota di wilayah perluasan taman yang tidak teratur,
Kota Bandung  Komponen-komponen
taman sangat rentan
terhadap perusakan oleh
para pengguna taman
dan terkena polusi udara
kendaraan.
 Kondisi pohon yang
sering tumbang dan
terserang hama penyakit.
Fungsional  Fungsi taman kota pada  Terjadi perubahan fungsi
umumnya sudah sesuai lahan menjadi lahan
dengan rencana yang terbangun.
ditetapkan  Keberadaan PKL yang
berjualan di sikitar
taman, sehingga
menggagu fungsi taman
sebagai RTH Publik,
contoh nya di Taman
119

Tegalega.
 Pemanfaatan taman kota
yang belum optimal.
Manajerial  Pengembangan kualitas  Belum adanya peraturan
dan kuantitas SDM daerah yang melindungi
bidang pertamanan keberadaan taman kota.
 Peningkatan peran serta  Belum adanya acuan
masyarakat dalam yang digunakan dalam
pembangunan taman kota perencanaan dan desain
 Penambahan dana melalui taman kota.
kerjasama dengan pihak  Kemampuan pemerintah
lain (kualitas dan kuantitas
SDM) dalam
pemeliharaan dan
pengawasan yang
terbatas.
 Kemampuan finansial
pemerintah yang
terbatas.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Tabel IV.18 Matriks Strategi Penyediaan RTH Taman Kota Bandung


Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Adanya taman-taman peninggalan  Kondisi taman-taman
masa kolonial yang masih yang bervariasi dalam
dipertahankan keberadaannya, segi kualitas, kuantitas,
contohnya Taman Kota Tegallega, dan fasilitas-fasilitas
Taman Kota Babakan Siliwangi, pendukung yang dimiliki.
dsb.  Pola sebaran penataan
 Pembangunan dan pengembangan taman yang tidak teratur.
taman kota di wilayah perluasan  Komponen-komponen
Kota Bandung. taman sangat rentan
 Fungsi taman kota pada umumnya terhadap perusakan oleh
sudah sesuai dengan rencana yang para pengguna taman dan
ditetapkan. terkena polusi udara
kendaraan.
 Kondisi pohon yang
sering tumbang dan
terserang hama penyakit.
 Terjadi perubahan fungsi
lahan menjadi lahan
terbangun.
 Keberadaan PKL di
Taman-taman Kota
Bandung contohnya di
Taman Tegalega, Taman
Lansia di jl. Diponegoro.
 Pemanfaatan taman kota
yang belum optimal.
 Belum adanya peraturan
daerah yang melindungi
keberadaan taman kota.
 Belum adanya acuan
yang digunakan dalam
perencanaan dan desain
taman kota.
120

 Kemampuan pemerintah
(kualitas dan kuantitas
SDM) dalam
pemeliharaan dan
pengawasan yang
terbatas.
 Kemampuan finansial
Eksternal pemerintah yang terbatas.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Pengembangan a. Mempertahankan keberadaan a. Meningkatkan penataan
kualitas dan taman yang telah ada seperti dan penanganan masalah
kuantitas SDM taman kota di Kecamatan taman-taman kota
bidang Tegalega, Taman Maluku, dll. Bandung
pertamanan b. Dengan menambah kuantitas b. Menyusun peraturan
 Peningkatan peran taman, ini bisa diterapkan pada daerah dan program-
serta masyarakat tiap-tiap kecamatan di Kota program pengelolaan
dan swasta Bandung, atau memanfaatkan taman kota
 Penambahan dana lahan kosong di Kecamatan c. Peningkatan kerjasama
melalui kerjasama Gedebage. pembangunan dan
dengan pihak lain c. Penertiban PKL yang berjualan pengembangan taman
di sekitar taman-taman kota, kota antar instansi terkait
contohnya di Taman Tegallega,
taman lansia di dekat Gd. Sate,
d. Pembangunan dan
pengembangan taman dilahan
yang masih kosong contohnya di
Kecamatan Gedebage dan Cibiru
dimana RTH Publik disana
belum mempunyai keragaman
dari jenisnya.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Perusakan a. Menyusun peraturan daerah yang a. Pembuatan pedoman
komponen- melindungi akan keberadaan sebagai acuan dalam
komponen taman taman di Kota Bandung agar perencanaan
oleh para tidak dialihfungsikan. pembangunan dan
pengguna taman. b. Penegakan hukum yang tegas pengembangan taman
 Perubahan fungsi agar tidak terjadi pengalihan kota
taman menjadi fungsi lahan dan tindakan b. Peningkatan kinerja
penggunaan lain. perusakan komponenkomponen pemerintah dalam
taman pemeliharaan dan
pengawasan taman kota
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.2 Strategi Penyediaan RTH Pemakaman Umum di Kota Bandung


Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH Pemakaman Umum, penentuan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman),
dan perumusan strategi penyediaan.
121

Tabel IV.19 Potensi dan Permasalahan RTH Pemakaman Umum Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
 Lahan yang berpotensi sebagai lahan  Variasi kualitas dan fasilitas
pemakaman masih cukup luas pendukung yang tersedia.
Fisik
 Kondisi pemakaman khusus yang lebih  Penataan dan perawatan yang
baik dari pemakaman umum masih kurang baik.
 Fungsi dari RTH pemakaman sudah  Pengalihfungsian lahan
sesuai dengan rencana menjadi lahan terbangun
Fungsional
 Keberadaan PKL yang tidak
tertata dengan baik
 Peran serta masyarakat dalam penyediaan  Belum adanya standar penataan
dan pengelolaan lahan pemakaman yang menjadi acuan dalam
 Kewajiban pengembang dalam memfungsikan lahan
Manajerial penyediaan lahan pemakaman pemakaman sebagai RTH
 Kurangnya kemampuan
pemerintah (SDM dan dana)
dalam pengelolaan pemakaman
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Tabel IV.20 Matriks Strategi Penyediaan RTH Pemakaman Umum Kota Bandung
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Lahan yang berpotensi sebagai  Variasi kualitas dan fasilitas
lahan pemakaman masih cukup pendukung yang tersedia.
luas  Penataan dan perawatan yang
 Kondisi pemakaman khusus masih kurang baik.
yang lebih baik dari  Pengalihfungsian lahan menjadi
pemakaman umum lahan terbangun.
 Fungsi dari RTH pemakaman  Keberadaan PKL yang tidak
sudah sesuai dengan rencana tertata dengan baik.
 Belum adanya standar penataan
yang menjadi acuan dalam
memfungsikan lahan
pemakaman sebagai RTH.
 Kurangnya kemampuan
pemerintah (SDM dan dana)
Eksternal dalam pengelolaan pemakaman.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Peran serta a. Menambah kuantitas RTH a. Peningkatan kualitas dan
masyarakat dalam Pemakaman di lahan yang kuantitas lahan pemakaman
penyediaan dan masih kosong, contohnya di b. Pembuatan peraturan daerah
pengelolaan lahan Kecamatan Gedebage, yang menetapkan standar
pemakaman Kecamatan Cibiru. pemakaman yang berfungsi
 Kewajiban b. Revitalisasi pemakaman dan sebagai RTH
pengembang perluasan tempat c. Peningkatan kinerja instansi
dalam penyediaan pemakaman umum di yang berwenang
lahan pemakaman Nagrog, Ujung Berung dan
di Rancacili, Rancasari serta
kawasan pemakaman
eksisting.
c. Peningkatan peran serta dan
kerjasama pemerintah dan
masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan
lahan pemakaman
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Pengalihfungsian a. Mempertahankan lahan a. Penetapan standar sebagai
lahan pemakaman pemakaman yang ada acuan pemanfaatan lahan
122

menjadi lahan b. Mengoptimalkan fungsi pemakaman


terbangun pemakaman b. Peningkatan kerjasama
c. Menambah jumlah koordinasi antara pengelola
pemakaman, dilahan yang pemakaman agar tidak terjadi
masih kosong, seperti di pengalihfungsian lahan
Kecamatan Gedebage
disamping masih terdapat
bnayak lahan kosong, dari
segi kualitas dan keragaman
RTH publik di sana menjadi
lebih banyak.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.3 Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau Jalan di Kota Bandung


Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH Jalur Hijau Jalan, penentuan faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), dan
perumusan strategi pengelolaan.
Tabel IV.21 Potensi dan Permasalahan RTH Jalur Hijau Jalan Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
 Sebaran yang merata mengikuti pola  Adanya variasi kualitas dan
jaringan jalan yang ada. fasilitas pendukung jalur hijau
 Jalan di Kota Bandung cukup panjang. jalan.
 Kurangnya penataan dan
perawatan jalur hijau jalan.
 Pembangunan jalan yang
tidak diikuti dengan
Fisik penghijauan di wilayah
sekitarnya.
 Penebangan pohon tua dan
keropos tanpa diikuti
penanaman kembali.
 Penataan media sponsor yang
kurang seimbang dengan
luasan jalur hijau jalan.
 Fungsinya telah sesuai dengan rencana  Pemanfaatan yang belum
optimal
Fungsional  Pengalihfungsian lahan
 Sempadan jalan yang dipakai
untuk berjualan oleh PKL.
 Pengembangan kerjasama dengan pihak  Terbatasnya kemampuan
swasta. pemerintah (SDM dan dana)
dalam peningkatan kualitas
Manajerial dan kuantitas jalur hijau jalan.
 Kerjasama dan koordinasi
yang belum berjalan dengan
baik antar instansi.
Sumber : Hasil Analisis, 2013
123

Tabel IV.22 Matriks Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau Jalan Kota Bandung
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Sebaran yang merata  Adanya variasi kualitas
mengikuti pola jaringan jalan dan fasilitas pendukung
yang ada. jalur hijau jalan.
 Fungsinya telah sesuai dengan  Kurangnya penataan dan
rencana. perawatan jalur hijau jalan.
 Pembangunan jalan yang
tidak diikuti dengan
penghijauan di wilayah
sekitarnya.
 Penebangan pohon tua
dan keropos tanpa diikuti
penanaman kembali.
 Penataan media sponsor
yang kurang seimbang
dengan luasan jalur hijau
jalan.
 Pemanfaatan yang belum
optimal.
 Pengalihfungsian lahan.
 Terbatasnya kemampuan
pemerintah (SDM dan
dana) dalam peningkatan
kualitas dan kuantitas jalur
hijau jalan.
 Kerjasama dan koordinasi
yang belum berjalan
Eksternal dengan baik antar instansi.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Pengembangan a. Mengembalikan fungsi a. Peningkatan kualitas dan
kerjasama dengan sempadan jalan sesuai penataan jalur hijau jalan
pihak swasta fungsinya dan tidak di seluruh jalur hijau
difungsikan selain untuk jalan yang ada
RTH Publik. b. Peningkatan koordinasi
b. Menertibkan PKL yang antar instansi
berjualan di sepanjang
sempadan jalan, contohnya
di Jalan sepanjang pertokoan
Cicadas, tegallega, astana
anyar, dsb.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Perhatian a. Peningkatan keterlibatan dan a. Peningkatan kinerja dan
masyarakat yang kesadaran masyarakat dalam koordinasi yang baik
kurang dalam pengelolaan jalur hijau jalan antar berbagai pihak
pemeliharaan jalur b. Menerapkan sistem green yang mengurusi
hijau jalan. corridor di sempadan jalan sempadan jalan di Kota
di Kota Bandung. Bandung
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.4 Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau Sungai di Kota Bandung


Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH Jalur Hijau Sungai, penentuan faktor
124

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman),
dan perumusan strategi penyediaan.
Tabel IV.23 Potensi dan Permasalahan RTH Jalur Hijau Sungai
Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
 Potensi sempadan yang besar karena Kota  Kepadatan bangunan yang
Bandung dialiri oleh 40 sungai dan anak tidak teratur
sungai.  Luasan sempadan sungai yang
 Penghijauan sempadan sungai yang semakin berkurang karena
dilakukan oleh berbagai pihak seperti pengalihfungsianya menjadi
Pemerintah Kota Bandung, institusi lahan permukiman
pendidikan, swasta, dan masyarakat  Rentan terhadap bencana alam
 Masyarakat yang membuang
Fisik sampah ke sungai makin
merperburuk kondisi
sempadan sungai
 Sempadan Sungai
Cikapundung yang melewati
pusat perkotaan di Bandung
banyak di alihfungsikan
menjadi permukiman
penduduk
 Fungsi yang sudah sesuai dengan rencana,  Pengalihfungsian sempadan
akan tetapi pada kenyataanya masih menjadi lahan terbangun
Fungsional
terdapat ketidaksesuaian.  Pemanfaatan yang merusak
sumberdaya alam yang ada
 Peningkatan kerjasama antara pihak-pihak  Keterbatasan pemerintah
terkait dalam pengelolaan RTH ini. dalam pengelolaan wilayah
 Sosialisasi tentang dampak lingkungan ini.
Manajerial
kepada masyarakat untuk meningkatkan  Kurangnya koordinasi antar
kesadaran menjaga lingkungan. instansi dan dana
pemeliharaan.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Tabel IV.24 Matriks Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau Sungai Kota Bandung
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Potensi sempadan yang besar  Kepadatan bangunan
karena Kota Bandung dialiri oleh yang tidak teratur
40 sungai dan anak sungai. seperti di kelurahan
 Penghijauan sempadan sungai yang Tamansari yang dilalui
dilakukan oleh berbagai pihak sungai cikapundung
seperti Pemerintah Kota Bandung,  Luasan sempadan
institusi pendidikan, swasta, dan sungai yang semakin
masyarakat berkurang karena
 Fungsi yang sudah sesuai dengan pengalihfungsianya
rencana menjadi lahan
permukiman
 Sempadan Sungai
Cikapundung yang
melewati pusat
perkotaan di Bandung
banyak di
alihfungsikan menjadi
permukiman
penduduk.
125

 Rentan terhadap
bencana alam
 Pengalihfungsian
sempadan menjadi
lahan terbangun
 Pemanfaatan yang
merusak sumberdaya
alam yang ada
 Keterbatasan
pemerintah dalam
pengelolaan wilayah
ini.
 Kurangnya koordinasi
antar instansi dan dana
pemeliharaan
 Sebagian besar lahan
dikelola oleh
masyarakat yang masih
kurang menyadari
Eksternal bahaya lingkungan
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Peningkatan a. Mempertahankan lahan yang a. Peningkatan kualitas
kerjasama antara masih berfungsi dan kuantitas RTH
pihak-pihak terkait b. Membebaskan lahan yang sudah sempadan sungai
dalam pengelolaan dialihfungsikan menjadi RTH b. Pengembalian fungsi
RTH ini. Publik sempadan sungai, lahan
 Sosialisasi tentang contohnya di sepanjang aliran c. Peningkatan
dampak lingkungan sungai Cikapundung yang komunikasi dan
kepada masyarakat melewati pusat Kota Bandung. informasi akan bahaya
untuk meningkatkan c. Peningkatan kerjasama dalam lingkungan kepada
kesadaran akan pengelolaan RTH sempadan masyarakat, sehingga
pentingnya menjaga sungai mau untuk direlokasi.
lingkungan.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Pengalihfungsian a. Pengendalian terhadap a. Peningkatan kinerja
lahan dan perusakan sumberdaya yang ada untuk dan koordinasi yang
sumberdaya alam meningkatkan fungsi RTH dan baik antar berbagai
yang ada. mencegah bencana pihak
 Kurangnya
kesadaran
masyarakat akan
bahaya lingkungan.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.5 Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau Rel Kereta Api di Kota
Bandung
Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH Jalur Rel Kereta Api, penentuan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman),
dan perumusan strategi penyediaan.
126

Tabel IV.25 Potensi dan Permasalahan RTH Jalur Rel Kereta Api Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
 Potensi sempadan rel kereta api yang  Kepadatan bangunan yang
besar karena Kota Bandung memiliki tidak teratur
sempadan rel kerata api membentang dari  Luasan sempadan yang
timur hingga barat sepanjang 25 km semakin berkurang
Fisik
 Penghijauan sempadan rel kereta api yang  Masih terdapat pemukiman
dilakukan oleh berbagai pihak seperti yang jaraknya terlalu dekat
Pemerintah Kota Bandung, institusi dengan jalur rel kereta api.
pendidikan, swasta, dan masyarakat
 Fungsi yang sudah sesuai dengan rencana  Pengalihfungsian sempadan
menjadi lahan terbangun
Fungsional
 Pemanfaatan yang merusak
sumberdaya alam yang ada
 Peningkatan kerjasama antara pihak-pihak  Keterbatasan pemerintah
terkait dalam pengelolaan RTH ini. dalam pengelolaan wilayah
 Sosialisasi tentang dampak lingkungan ini.
Manajerial
kepada masyarakat untuk meningkatkan  Kurangnya koordinasi antar
kesadaran menjaga lingkungan. instansi dan dana
pemeliharaan.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Tabel IV.26 Matriks Strategi Penyediaan RTH Jalur Rel Kereta Api Kota Bandung
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Potensi sempadan rel kereta api  Kepadatan bangunan
yang besar karena Kota Bandung yang tidak teratur
memiliki sempadan rel kerata api  Luasan sempadan yang
membentang dari timur hingga semakin berkurang
barat sepanjang 25 km.  Pengalihfungsian
 Penghijauan sempadan rel kereta sempadan menjadi
api yang dilakukan oleh berbagai lahan terbangun
pihak seperti Pemerintah Kota  Pemanfaatan yang
Bandung, institusi pendidikan, merusak sumberdaya
swasta, dan masyarakat alam yang ada
 Fungsi yang sudah sesuai dengan  Masih terdapat
rencana pemukiman yang
jaraknya terlalu dekat
dengan jalur rel kereta
api.
 Keterbatasan
pemerintah dalam
pengelolaan wilayah
ini.
 Kurangnya koordinasi
antar instansi dan dana
pemeliharaan

Eksternal
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Peningkatan a. Mempertahankan lahan hijau a. Peningkatan
kerjasama antara yang masih berfungsi sebagai kualitas dan kuantitas
pihak-pihak terkait sempadan rel kereta api. RTH sempadan rel kereta
dalam pengelolaan b. Menertibkan bangunan maupun api.
RTH ini. perumahan disekitar sempadan b. Pengembalian
 Sosialisasi tentang terutama di daerah dekat pusat fungsi lahan
dampak lingkungan Kota Bandung
127

kepada masyarakat c. Peningkatan kerjasama dalam


untuk meningkatkan pengelolaan RTH sempadan rel
kesadaran akan kereta api
pentingnya menjaga d. Memberikan informasi akan
lingkungan. bahaya mendirikan bangunan
disekitar rel.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Pengalihfungsian a. Pengendalian terhadap a. Peningkatan kinerja
lahan dan perusakan sumberdaya yang ada untuk dan koordinasi yang
sumberdaya alam meningkatkan fungsi RTH dan baik antar berbagai
yang ada. mencegah bahaya yang bisa pihak baik pemda Kota
 Kurangnya ditimbukan akibat mendirikan Bandung dengan
kesadaran bangunan disempanjang rel masyarakat.
masyarakat akan kereta api.
bahaya lingkungan.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.6 Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau SUTET di Kota Bandung


Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH Jalur Hijau SUTET, penentuan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman),
dan perumusan strategi penyediaan.
Tabel IV.27 Potensi dan Permasalahan Jalur Hijau SUTET Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
 Keberadaaan jaringan yang melewati  Banyaknya lahan terbangun
beberapa wilayah di Kota Bandung, yang menempati sempadan
Fisik terutama di bandung bagian selatan yang SUTET, terutama di wilayah
dekat dengan jalan tol. kecamatan buah batu,
bojongloa kidul.
 Fungsi yang sudah sesuai dengan rencana  Pengalihfungsian lahan hijau,
Fungsional yang ditetapkan. menjadi areal permukiman
warga.
 Peningkatan peran serta masyarakat dan  Kurangnya kesadaran
swasta. masyarakat akan bahaya
jaringan SUTET.
Manajerial  Keterbatasan kemampuan
pemerintah Kota Bandung
dalam pengelolaan sempadan
SUTET.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Tabel IV.28 Matriks Strategi Penyediaan RTH Jalur Hijau SUTET Kota Bandung
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Keberadaaan jaringan yang  Banyaknya lahan
melewati beberapa wilayah di terbangun yang menempati
Kota Bandung, terutama di sempadan SUTET,
bandung bagian selatan yang terutama di wilayah
dekat dengan jalan tol. kecamatan buah batu,
 Fungsi yang sudah sesuai bojongloa kidul.
dengan rencana yang  Pengalihfungsian lahan.
128

ditetapkan.  Kurangnya kesadaran


masyarakat akan bahaya
jaringan SUTET.
Eksternal  Keterbatasan kemampuan
pemerintah dalam
pengelolaan sempadan
SUTET.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Peningkatan peran a. Menertibkan bangunan yang a. Penetapan peraturan
serta masyarakat dan terdapat dibawah tegangan dalam upaya
swasta. SUTET terutama di pengembalian alih fungsi
kecamatan Bojongloa Kidul, lahan
dan buah batu. b. Peningkatan informasi
b. Mengembalikan fungsi RTH dan komunikasi aktif
Publik pada jarigan SUTET tentang bahaya jaringan
c. Peningkatan kerjasama antar SUTET
instansi pemerintah Kota
Bandung dengan masyarakat
akan bahaya mendirikan
bangunan dibawah SUTET.
d. Mempertahankan fungsi
yang telah ada
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Kurangnya a. Pensosialisasian tentang a. Penegakan hukum yang
kesadaran jaringan SUTET dan tegas untuk mengurangi
masyarakat akan dampak yang ditimbulkan bahaya akibat jaringan
bahaya jaringan kepada masyarakat Kota SUTET
SUTET. Bandung yang dilalui oleh b. Peningkatan kinerja
jaringan ini. pihak-pihak yang
berwenang
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.7 Strategi Penyediaan RTH Kawasan Konservasi di Kota Bandung


Analisis dilakukan melalui 2 tahapan yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat pada RTH Kawasan Konservasi, penentuan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman),
dan perumusan strategi penyediaan.
Tabel IV.29 Potensi dan Permasalahan RTH Kawasan Konservasi
Kota Bandung
Aspek Potensi Permasalahan
 Kondisi topografi Kota Bandung yang  Penataan lahan kawasan yang
bergelombang (kemiringan tinggi) kurang optimal dan tidak
berpotensi sebagai lahan RTH Kawasan terawat dengan baik.
Konservasi, contohnya seperti Kawasan  Banyaknya terjadi
Fisik
Bandung Utara (KBU), dan kawasan pengalihfungsian lahan
Dago Atas. terutama di Kawasan KBU.
 Masih terdapat Kawasan Konservasi di
pusat kota yaitu Hutan Babakan Siliwangi
 Fungsi yang sudah sesuai dengan rencana  Pengalihfungsian lahan
Fungsiona yang ditetapkan. menjadi lahan terbangun.
l  Kurang optimalnya fungsi
kawasan konservasi
129

 Peningkatan kerjasama dan koordinasi  Keterbatasan pemerintah


antara pengelola RTH. dalam pengelolaan dan
 Peningkatan kesadaran akan pentingnya pengendalian kawasan ini.
RTH ini.  Sebagian besar lahan dikelola
Manajerial oleh masyarakat yang masih
kurang menyadari bahaya
lingkungan yang disebabkan
oleh penggunaan sumberdaya
yang tidak terkontrol.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Tabel IV.30 Matriks Strategi Penyediaan RTH Kawasan Konservasi Kota Bandung
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Kondisi topografi Kota Bandung  Penataan lahan kawasan
yang bergelombang (kemiringan yang kurang optimal
tinggi) berpotensi sebagai lahan dan tidak terawat
RTH Kawasan Konservasi, dengan baik.
contohnya seperti Kawasan  Banyaknya terjadi
Bandung Utara (KBU), dan pengalihfungsian lahan
kawasan Dago Atas. terutama di Kawasan
 Masih terdapat Kawasan KBU.
Konservasi di pusat kota yaitu  Pengalihfungsian lahan
Hutan Babakan Siliwangi menjadi lahan
 Fungsi yang sudah sesuai dengan terbangun.
rencana yang ditetapkan.  Kurang optimalnya
fungsi kawasan hijau
dan bentang alam.
 Keterbatasan pemerintah
dalam pengelolaan dan
pengendalian kawasan
ini.
 Sebagian besar lahan
dikelola oleh masyarakat
yang masih kurang
menyadari bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh
penggunaan sumberdaya
yang tidak terkontrol.
Eksternal
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
 Peningkatan a. Mempertahankan kawasan a. Meningkatkan
kerjasama dan konservasi yang ada. penataan dan
koordinasi antara b. Menindak tegas masyarakat atau penanganan masalah
pengelola RTH. kelompok tertentu yang kawasan konservasi
 Peningkatan melakukan pelanggaran dalam b. Sosialisasi pentingnya
kesadaran akan hal pengalihfungsian lahan menjaga RTH dalam
pentingnya RTH ini. Kawasan Konservasi di Kota upaya pencegahan
Bandung, contohnya Hutan bahaya
Babakan Siliwangi, dsb
c. Peningkatan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan Kawasan
Konservasi.
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Pengalihfungsian a. Pengendalian terhadap a. Peningkatan kinerja
130

lahan menjadi lahan sumberdaya yang ada untuk dan koordinasi yang
terbangun. meningkatkan fungsi RTH dan baik antar berbagai
 Masyarakat yang mencegah bencana pihak
kurang menyadari b. Peningkatan kesadaran
bahaya lingkungan. masyarakat akan bahaya
lingkungan.
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.4.8 Pembahasan Hasil Analisis Strategi Menurut Jenis RTH Publik


Analisis penentuan strategi yang telah dilakukan merupakan landasan
penentuan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Bandung berdasarkan
aspek fisik, fungsional, dan manajerial pada masing-masing jenis RTH. Strategi
yang dihasilkan pada umumnya memiliki beberapa persamaan strategi.
Tabel IV.31 Persamaan Strategi pada setiap Jenis RTH Publik di Kota Bandung
Jenis RTH
Aspek
1 2 3 4 5 6 7
Fisik :
Mempertahankan keberadaan lahan ● ● ● ● ● ● ●
Meningkatkan penataan ● ● ● ●
Meningkatkan kualitas dan kuantitas ● ● ● ● ● ●
Meningkatkan fasilitas penunjang ●
Fungsional :
Mempertahankan fungsi yang telah ada ● ● ● ● ● ●
Meningkatkan informasi dan komunikasi aktif ● ● ● ● ●
Menegakkan hukum yang tegas ● ● ● ● ●
Manajerial :
Menetapkan peraturan ● ● ● ●
daerah
Meningkatkan kinerja ● ● ● ● ● ●
lembaga yang berwenang
Meningkatkan kerjasama ● ● ● ● ● ●
antar instansi terkait
Keterangan:
1. Taman Kota 5. Jalur Hijau Rel Kereta Api
2. Pemakaman Umum 6. Jalur Hijau SUTET
3. Jalur Hijau Jalan 7. Kawasan Konservasi
4. Jalur Hijau Sungai

Anda mungkin juga menyukai