Anda di halaman 1dari 7

COLUMBINE HIGH SCHOOL

Do you believe in god?” adalah salah satu pertanyaan yang diajukan oleh Eric Harris dan
Dylan Klebold, yang melakukan penembakan masal di Columbine High School.

Kejadian ini terjadi pada 20 April 1999, dengan jumlah korban luka serius 21 orang dan 15
orang meninggal dunia termasuk dua pelaku.

Mereka dipersenjatai oleh empat senjata api, dan 99 bahan peledak. Penembakan masal
Columbine High School adalah kasus penembakan yang disertai isu agama,sempat muncul
rumor bahwa penembakan tersebut menargetkan orang kristiani. Adalah seorang murid yang
bernama Rachel Scott diduga orang yang pertama kali ditanyai “apakah kau percaya tuhan?”
,Rachel langsung tewas seketika setelah ditembak empat kali. Di lokasi pertama penembakan
mereka telah membunuh 3 orang dan 9 orang luka parah.

Setelah beberapa saat sheriff deputi mendatangi lokasi dan mulai menembaki dua pelaku
tersebut, Eric dan Harris kemudian menuju ke perpustakaan, yang adalah lokasi penembakan
yang kedua di dalam sekolah. Duo tersebut mulai menyuruh semua yang bersembunyi di
bawah meja untuk berdiri, mereka menyuruh atlit-atlit sekolah berdiri. Terlihat kebencian
mereka pada para atlit sekolah yang diduga pernah membully mereka.saat tidak ada yang
berdiri, mereka mulai menembak dengan brutal.

Mereka menmukan seorang siswi, Cassie Bernall. Mereka bertanya padanya “Apakah kau
percaya tuhan?” Cassie mengatakan “Ya,saya percaya” dan Harris langsung menembakan
peluru tepat ke kepala Cassie.

Setelah itu mereka masih tetap menembaki orang-orang dan mengejek beberapa korban
sebelum melukai atau membunuhnya. Setelah selesai di perpustakaan mereka kembali lagi ke
cafeteria melemparka bom-bom Molotov yang mereka rakit sendiri sambil menembak tanpa
arah. Keduanya lalu menuju ke sebuah ruangan dimana mereka bunuh diri bersamaan,
mereka menghitung satu sampai tiga dan menembak diri mereka. Eric menembak dirinya
melalui mulut dan Dylan menembak pelipis kirinya.
ANALISA KASUS PENEMBAKAN SISWA DI COLUMBINE HIGH SCHOOL, USA
DENGAN BAHASAN HIGH TECH, HIGH TOUCH DAN ETIKA PROFESI

Bagaimana Tragedi Tersebut Terjadi ?


Berdasarkan hasil investigasi FBI, dalam jurnal kedua remaja tersebut mereka
merencanakan titik awal aksinya pukul 5 pagi waktu setempat. Tadinya mereka
merencanakan aksinya pada sehari sebelumnya, yaitu 19 April 1999 karena bertepatan
dengan peristiwa pengeboman di Oklahoma, namun mendadak mereka mengubahnya
menjadi 20 April 1999 karena bertepatan dengan peringatan 110 tahun Adolf Hitler, sang
tokoh Nazisme. Akan tetapi sampai saat ini dugaan tersebut masih diragukan keakuratannya
karena hanya mereka berdualah yang tahu alasan yang sebenarnya.

Eric dan Dylan bolos dari kelas pertama mereka pada hari itu, yaitu kelas bowling,
yang biasanya berlangsung pukul 06.00-07.15 waktu setempat. Oleh gurunya, Kristine
Macauley, mereka dinilai siswa yang rajin menghadiri kelasnya. Hanya saja pada hari itu
mereka tidak hadir. Lagi, pada jurnalnya masing-masing mereka menuliskan akan memulai
aksinya di kafetaria sekolah pukul 11.00 karena pada jam tersebut sejumlah besar siswa akan
berkumpul di sana. Pada kenyataannya (berdasarkan laporan para saksi mata), mereka terlihat
tiba di sekolah pada pukul 11.10. Mereka membawa kendaraan masing-masing dan parkir di
tempat berbeda. Eric mengendarai Honda Civic abu-abu keluaran tahun 1986 dan
memarkirnya di parkir timur bertepatan dengan pintu keluar kafetaria, sedangkan Dylan
mengendarai BMW hitam keluaran tahun 1982 dan memarkirnya di parkir barat bertepatan
dengan pintu masuk sekolah. Kedua tempat parkir tersebut dinilai strategis karena mereka
dapat memantau situasi dengan jelas. Sebelum memasuki kafetaria, mereka sempat bertemu
dengan Brooks Brown dan tiba-tiba saja Eric yang sebelumnya membencinya menjadi baik
kepadanya dan menyuruhnya untuk pulang dan menyelamatkan diri karena mereka akan
segera memulai aksinya. Pukul 11.14 keduanya memakai kostum kebanggaan mereka berupa
jas hitam panjang (trenchcoat) yang telah disisipkan senjata di dalamnya, kacamata hitam,
sepatu boot hitam dan masing-masing membawa duffel bag (tas jinjing besar) yang berisi
bom propana seberat 20 pound (atau sekitar 9 kg). Pukul 11.17 (menurut Eric pada waktu
inilah kafetaria sedang penuh-penuhnya) mereka memasuki kafetaria untuk menaruh bom
tersebut dan kebetulan pada saat itu CCTV kafetaria sedang dimatikan oleh petugas sekolah
dan baru dinyalakan kembali pada pukul 11.22. Setelah menaruh bom di lantai bersebelahan
dengan 2 meja di kafetaria, mereka kembali ke mobil masing-masing dan menunggu bom
tersebut meledak. Pada jurnalnya masing-masing mereka berencana meledakkan sekolah dan
menembaki korban selamat yang tersisa. Pada saat itu terdapat sekitar 488 orang di dalam
kafetaria yang menjadi calon korban bom mereka. Untungnya bom tersebut gagal meledak,
jika tidak ke-488 orang tersebut akan terbunuh dan perpustakaan yang tepat berada di atasnya
akan runtuh yang akan mengakibatkan kerusakan struktural yang sangat parah.

Menyadari bom mereka gagal meledak sesuai harapan (‘hanya’ meledak seperti
petasan), Eric dan Dylan kembali memasuki kafetaria membawa pistol semi-otomatis 9 mm
jenis TEC-DC9 dan senjata api semi-otomatis 9 mm dalam masing-masing jasnya dan satu
duffel bag yang berisi puluhan bom pipa dan persediaan amunisi. Untungnya lagi, beberapa
menit sebelum mereka memasuki kafetaria, yaitu pukul 11.24, William Sanders, guru
olahraga sekaligus pelatih tim basket putri, menyadari bahaya yang mengancam lalu bersama
petugas keamanan sekolah berhasil mengevakuasi para siswa yang berada di kafetaria.
Sebelum memasuki kafetaria, Eric dan Dylan sempat menembaki beberapa siswa di luar dan
menewaskan 2 orang. Ketika memasuki kafetaria, mereka menemukan tempat tersebut telah
kosong dan menembaki bom propana yang gagal meledak. Setelah itu mereka berjalan
menyusuri koridor sekolah, menembaki para siswa yang berlarian meyelamatkan diri. Dan di
situ pulalah, Sanders tertembak 2 kali di leher dan akhirnya tewas akibat kehilangan banyak
darah karena baru dievakuasi tim SWAT 3 jam kemudian, walaupun sempat berhasil
menyelamatkan diri dan mendapat pertolongan seadanya di ruang sains oleh para siswa yang
bersembunyi di sana.

Pukul 11.29 kedua remaja tersebut memasuki perpustakaan, menyerukan semua orang
yang bersembunyi untuk keluar lalu mulai menembaki setiap orang yang mereka jumpai di
setiap sudut perpustakaan sambil sesekali mengumpat. Pada saat itu terdapat 52 siswa, 2
orang guru dan 2 orang penjaga perpustakaan yang sedang bersembunyi. Sayangnya di
perpustakaan tidak terpasang CCTV sehingga FBI memerlukan keterangan terperinci dari
para saksi mata yang berada di tempat kejadian yang berhasil selamat dan butuh berbulan-
bulan untuk merekonstruksi kejadian yang mendekati akurat. Patricia Nielson, salah satu guru
yang terkena pecahan kaca pada saat bom meledak di kafetaria, sedang bersembunyi di
bawah meja resepsionis dan melakukan panggilan darurat dengan operator 911 hingga
penembakan usai. Sebelum kedua tersangka memasuki perpustakaan, ia telah memperingati
para siswa untuk berlindung di bawah meja karena telah menyadari bahaya yang mengancam
mereka. Di perpustakaan pula kedua tersangka terlibat baku tembak dengan kepolisian
setempat yang berada di luar gedung dan merusak beberapa kaca jendela perpustakaan. Di
tempat tersebut mereka melukai lebih dari 20 siswa dan menewaskan 10 siswa. Akhirnya
kedua remaja tersebut bunuh diri di tempat tersebut, di balik rak-rak buku, dengan senjata
yang mereka gunakan pukul 12.08 (waktu ini berdasarkan keterangan para saksi mata yang
selamat). Eric tewas dengan menembakkan peluru ke mulutnya, sementara Dylan tewas
dengan menembakkan peluru ke pelipis kirinya (sempat timbul pertanyaan mengapa pelipis
kiri bukan kanan, hal tersebut kemudian terjawab setelah FBI menyelidiki catatan medis
Dylan bahwa ternyata ia kidal). Saat ditemukan tewas, Eric telah melepas trenchcoatnya
(berdasarkan keterangan para saksi mata diduga ia melepaskannya saat terlibat baku tembak
dengan kepolisian di perpustakaan) dan memakai t-shirt bertuliskan ‘Natural Born Killer’
alias NBK, yang merupakan film favoritnya.
Dari tragedi tersebut gedung sekolah yang baru saja melakukan renovasi besar-besaran
senilai US$ 1,5 miliar rusak berat. Total tembakan adalah 188 tembakan baik di dalam
maupun luar gedung, terdapat 50-60 bom tersebar di dalam maupun luar gedung dan hanya
sepertiganya yang berhasil meledak walaupun tidak berdaya ledak besar, korban tewas
sebanyak 13 (12 siswa dan 1 guru) dan terluka sebanyak 24 siswa. Sebagian besar korban
terluka mengalami kelumpuhan karena tertembak di bagian kaki, walaupun ada juga terluka
ringan. Ironisnya, walaupun dalam jurnalnya mereka menuliskan daftar nama yang akan
dihabisi sebanyak 67 orang, pada akhirnya yang berhasil terbunuh dari daftar tersebut hanya
1 orang dan 2 orang yang terluka, sementara korban tewas dan terluka lainnya berdasarkan
penembakan secara acak.

DARI SEGI HIGH TECH

Eric Harris mempunyai ‘website’ internet sendiri yang secara terbuka menungkapkan
kemarahannya kepada orang-orang di Littleton, khususnya para guru dan murid di SMA
Columbine. Pada situs ini, Harris menyatakan keinginannya untuk membalas dendam kepada
siapa saja yang mengganggu dan menghinanya. Ia memiliki dua blog pribadi dalam website
America Online (AOL) dan WBS (Web Broadcasting System). Sementara itu Dylan Klebold
aktif di sejumlah kegiatan ekstakurikuler, terutama di bidang IT, pernah diskors karena
membobol sistem keamanan komputer sekolah demi mendapatkan password loker para murid
untuk balas dendam.
Pada beberapa bulan sebelum tragedi penembakan, Eric dan Dylan sempat bekerja di
restoran ‘Blackjack Pizza’ dan mulai membuat beberapa kekacauan seperti menguji cobakan
bom pipa buatan mereka yang informasi pembuatannya didapat dari internet hingga
menimbulkan kebakaran di dapur restoran. Dari pekerjaan tersebut jugalah mereka
mendapatkan akses untuk membeli senjata melalui rekan kerjanya yang sudah dewasa
(karena Undang-Undang Persenjataan di Colorado memberikan batas umur 21 tahun untuk
pembelian senjata, sementara itu keduanya belum cukup umur), yaitu melalui Mark Manes
dibantu oleh Philip Duran dan teman sekolah Dylan yang sempat dikencaninya, yaitu Robyn
K. Anderson. Senjata yang dibeli adalah jenis semi-otomatis TEC-DC9 dan setelah
mendapatkan senjata tersebut (2 minggu sebelum penembakan) mereka membuat
video latihan menembak yang berlokasi di ‘Rampart Range’. Pukul 11.14 keduanya
memakai kostum kebanggaan mereka berupa jas hitam panjang (trenchcoat) yang telah
disisipkan senjata di dalamnya, kacamata hitam, sepatu boot hitam dan masing-masing
membawa duffel bag (tas jinjing besar) yang berisi bom propana seberat 20 pound
(atau sekitar 9 kg). Mereka dipersenjatai oleh empat senjata api, dan 99 bahan peledak.
Penembakan masal Columbine High School adalah kasus penembakan yang disertai isu
agama,sempat muncul rumor bahwa penembakan tersebut menargetkan orang kristiani.

DARI SEGI HIGH TOUCH

Do you believe in god?” adalah salah satu pertanyaan yang diajukan oleh Eric Harris
dan Dylan Klebold. seorang murid yang bernama Rachel Scott diduga orang yang pertama
kali ditanyai “apakah kau percaya tuhan?” ,Rachel langsung tewas seketika setelah ditembak
empat kali. Mereka menumukan seorang siswi, Cassie Bernall. Mereka bertanya padanya
“Apakah kau percaya tuhan?” Cassie mengatakan “Ya,saya percaya” dan Harris langsung
menembakan peluru tepat ke kepala Cassie.Setelah itu mereka masih tetap menembaki orang-
orang dan mengejek beberapa korban sebelum melukai atau membunuhnya. Mereka
Penembakan masal Columbine High School adalah kasus penembakan yang disertai isu
agama,sempat muncul rumor bahwa penembakan tersebut menargetkan orang kristiani.
ETIKA PROFES DARI KASUS TERSEBUT

Dari segi nilai moral maupun etika yang di miliki Eric dan Dylan, mereka sama sekali
tidak memiliki hal tersebut. Sehingga tidak ada rasa kasih sayang maupun kasihan terhadap
sesama manusia, di karenakan kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap Eric dan
Dylan.
Dan dari segi lingkungan, tidak adanya pengarahan dan juga pengawasan terhadap
anak, sehingga mereka dapat leluasa mengembangkan pola pikir yang negatif untuk
kesenangannya sendiri.
Dari sikapnya, mereka memutuskan masalah mereka dengan caranya sendiri, dan
berperilaku kriminal dari kecil sehingga perilakunya itu tidak dapat di kendalikan hingga
beranjak dewasa.
Dan dari budaya, mereka berperilaku atau sikap yang secara individu tidak dapat di
tebak. Mudah berbohong tetapi yang di lakukannya sangat berlawanan dengan apa yang di
keluarkan dari mulutnya sehingga gurunya saja ragu untuk memberikan nilai. Mereka juga
sangat pintar merekayasa dan mengelabuhi seseorang jika mereka bertindak salah.

Kesimpulan

Eric Harris dan Dylan Klebold merupakan remaja yang mengalami gangguan psikologis
diperparah dengan budaya kekerasan di sekitar mereka dan kondisi lingkungan yang
memberikan celah bagi mereka untuk merencanakan pembantaian tersebut. Kurangnya
komunikasi dengan orang tua, orang tua dengan para guru dan pembimbing lainnya
mengakibatkan mereka dengan leluasa mengembangkan kemarahan dan kebenciannya
menjadi suatu peristiwa yang berakibat fatal.

Saran

1. Orang tua memegang peranan penting dalam mengawasi perkembangan anaknya,


khususnya saat anak tersebut sedang dalam masa transisi. Pentingnya komunikasi yang intens
bersamaan dengan pendidikan agama akan menjadikan proteksi secara tidak langsung bagi
perkembangan jiwa anak.
2. Walaupun masih menjadi bahan perdebatan, namun tidak ada salahnya pemerintah
mengawasi ketat peredaran senjata di masyarakat sipil agar tidak terjadi penyalah gunaan
senjata, terutama di bawah umur.

3. Pihak kepolisian harus lebih tanggap terhadap kekerasan yang terjadi pada kaum remaja,
karena kekerasan yang fatal justru berawal pada usia remaja, dimana pada saat itu mereka
sedang mengalami masa transisi dengan kondisi kejiwaan yang labil yang harus diawasi
secara seksama karena berpotensi menimbulkan kekerasan dengan daya rusak luar biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Suhermanto, S.H., M.H. dan Sapto Handoyo DP, S.H. 2006. Diktat Perkuliahan Pengantar
Sosiologi. Bogor: Fakultas Hukum Universitas Pakuan.

Gillin, John Lewis dan John Philip Gillin. 1954. Cultural Sociology. New York: The
Macmillan Company.

http://www.acolumbinesite.com/.

http://www.cnn.com/. Report: 12 Killed At Columbine In First 16 Minutes.

http://www.davecullen.com/. The Depressive and The Psychopath: At Last We Know Why


The Columbine Killers Did It.

http://www.hukumonline.com/. Tragedi Littleton 20 April 1999.

http://www.perspektif.com/. Budaya Kekerasan di Layar Kaca.

http://www.solusihukum.com/. Belajar dari Tragedi Columbine, Tarik Sebelum Tertembak.

http://id.wikipedia.org/tragedi_columbine

Anda mungkin juga menyukai