Mini Projek Ragaman
Mini Projek Ragaman
MINI PROJECT
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
I.2 Pernyataan Masalah
Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes
Melitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes
yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena :
a) Faktor demografi
3
b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya
dengan screening. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak
terdiagnosis dapat terjaring.
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu terhadap diabetes melitus sehingga dapat dilakukan
promosi kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat
yang tidak menderita diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun
untuk masyarakat yang menderita diabetes melitus tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu yang menjadi faktor resiko diabetes melitus sehingga dapat
dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.
I.4 Manfaat
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus dan perlunya
mengenali diabetes melitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes melitus di masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di
daerah genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
6
diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi
DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu
tinggi (200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya
terjadinya hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka diberikan
obat anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
1. Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihadapi.
2. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%,
dan lemak 20-25%.
3. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.
7
Penduduk usia lanjut bertambah banyak
8
umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu
yang beresiko mengidap diabetes.
a) Pendekatan populasi/masyarakat
Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain
mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari
cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah
diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat
berat karena target populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan
tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.
b) Pendekatan individu beresiko tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko
mengidap diabetes melitus. Antara lain :
a. Umur > 40 tahun
b. Gemuk
c. Hipertensi
d. Riwayat keluarga DM
e. Riwayat melahirkan bayi >4 kg
f. Riwayat DM pada saat kehamilan
g. Dislipidemia
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi
sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat.
Cakupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi
tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan tentang
perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun harus dilakukan, ditambah
dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan
kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO
menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke
dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini
komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
BAB III
METODE MINI PROJECT
9
III.1 Rancangan Mini Project
BAB IV
HASIL
10
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 21 orang
subjek perempuan dan 5 orang subjek laki-laki yang dilakukan wawancara
terstruktur, didapatkan bahwa 14 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu
diabetes melitus/kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah
12 orang mengerti apa itu diabetes melitus/kencing manis dan mengetahui gejala
pernyertanya.
Seperti yang dibahas pada teori, disebutkan bahwa diabetes melitus atau
kencing manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme
sehingga kadar gula darah dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellirus
memiliki gejala-gejala, diantaranya sering buang air kecil terutama malam hari,
sering haus, sering lapar, luka tidak sembuh-sembuh, kesemutan, berat badan
menurun meskipun nafsu makan meningkat, sering mengantuk/ lemas, gatal-gatal
terutama di daerah kemaluan, dan impoten. Dari 7 orang subjek yang mengetahui
gejala kencing manis, 3 orang menyebutkan gejalanya adalah sering buang air
kecil terutama pada malam hari, 2 orang menyebutkan lemas/mengantuk, 3 orang
menyebutkan keluhan sering lapar meskipun sudah banyak makan, 4 orang
menyebutkan keluhan sering haus, 2 orang menyebutkan keluhan luka yang tidak
sembuh-sembuh, dan masing-masing 1 orang menyebutkan keluhan berat badan
menurun, impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh tubuh terutama daerah
kemaluan.
Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes
melitus. Salah satu faktor yang tidak dapat diubah adalah keturunan. Namun
demikian, yang paling menentukan seseorang mengidap diabetes melitus atau
tidak adalah faktor pola makan dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara
dengan 26 orang subjek di atas, didapatkan pada 12 orang subjek yang mengerti
tentang penyakit diabetes melitus terdapat 8 orang subjek yang memiliki riwayat
keluarga penderita diabetes melitus. Untuk faktor pola makan, dari 26 orang
subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa sebanyak 14 orang mengaku tidak
pernah berolah raga (sedentary life style) dan 5 orang mengaku setiap hari
setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6 orang diantaranya
memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk.
11
BAB V
DISKUSI
12
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes melitus. Menurut
penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia,
kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi
kenaikan kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena
peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade
yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis.
Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap
diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2015, naik 2 tingkat dibanding
tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
13
pada penyakit diabetes melitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes
melitus, maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi
tentang perjalanan penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan. Untuk itu,
dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah
penyakit diabetes melitus. Dari total 21 orang subjek perempuan dan 5 orang
subjek laki-laki yang dilakukan wawancara, didapatkan bahwa 14 orang
diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes melitus/ kencing manis dan
bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 12 orang mengerti apa itu diabetes
melitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya. Oleh karena itu,
sangat diperlukan promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap
penyakit diabetes melitus. Mengingat jika promosi kesehatan dilakukan secara
serentak dengan mengumpulkan kader atau masyarakat di suatu ruangan kurang
efektif, maka perlunya dilakukan promosi kesehatan secara individual terutama
bagi masyarakat yang saat diwawancara sama sekali tidak mengerti apa itu
diabetes melitus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 26 orang subjek di atas, didapatkan
pada 12 orang subjek yang mengerti tentang penyakit diabetes melitus terdapat 8
orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes melitus. Untuk
faktor pola makan, dari 26 orang subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa
sebanyak 14 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 5
orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6
orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih. Jika melihat hasil
wawancara ini, maka sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu memiliki faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu, penting
jika dilakukan pencegahan primer agar penderita diabetes melitus di Indonesia
tidak semakin meningkat.
Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup
sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk
mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu
penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada
individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang
14
dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes melitus, antara lain
umur > 40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat DM pada saat
kehamilan, dan dislipidemia.
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang
kurang penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu
beresiko atau tidak dengan maksud sasaran pencegahan primer akan lebih sampai
kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes melitus dan
bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat melakukan penyuluhan/
promosi secara individual tentang diabetes melitus dan mengedukasi jika
menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera diperiksakan ke
Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan pamflet
pengaturan diet dan memberikannya kepada subjek yang sudah diedukasi. Dengan
cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan primer dan sekunder akan lebih
berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 2 orang subjek yang
menderita diabetes melitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada
kasus ini, penulis melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah
komplikasi dengan edukasi agar rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola
makan. Diharapkan prevalensi diabetes melitus kedepannya dapat ditekan jika
seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer ataupun sekunder.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
15
VI.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cipinang
Melayu terhadap diabetes melitus belum merata. Oleh karena itu,
diperlukan adanya promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer
dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes melitus, tidak hanya
oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu menjadi faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu,
promosi kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika
dilakukan secara individual (seperti konseling) dibandingkan jika
dilakukan melalui pendekatan populasi.
VI.2 Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
Di wilayah sekitar Puskesmas Cipinang Melayu perlu dilakukan promosi
kesehatan terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam
masyarakat terhadap penyakit diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctor’s Compendium. Jakarta
: CV Matoari Citra Media.
3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.
4. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher JN (July
2009). "Hyperglycemic crises in adult patients with diabetes". Diabetes
Care. 32 (7): 1335–43.
5. Shoback DG, Gardner D, eds. (2011). "Chapter 17". Greenspan's basic &
clinical endocrinology (9th ed.). New York: McGraw-Hill Medical.
6. Grams J, Garvey WT (June 2015). "Weight Loss and the Prevention and
Treatment of Type 2 Diabetes Using Lifestyle Therapy, Pharmacotherapy,
and Bariatric Surgery: Mechanisms of Action". Current Obesity
Reports. 4 (2): 287–302.
7. Arguedas JA, Leiva V, Wright JM (October 2013). "Blood pressure targets
for hypertension in people with diabetes mellitus". The Cochrane
Database of Systematic Reviews. 10 (10): CD008277.
8. Haw JS, Galaviz KI, Straus AN, Kowalski AJ, Magee MJ, Weber MB, Wei
J, Narayan KM, Ali MK (December 2017). "Long-term Sustainability of
Diabetes Prevention Approaches: A Systematic Review and Meta-analysis
of Randomized Clinical Trials". JAMA Internal Medicine. 177 (12): 1808–
1817.
MINI PROJECT
17
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPINANG MELAYU
TENTANG DIABETES MELITUS
BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS
18