Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPINANG MELAYU
TENTANG DIABETES MELITUS
BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS

Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka


memenuhi tugas internship di Puskesmas

Cipinang Melayu, April 2018


Dokter Pendamping Internship,

dr. Beby Muhrisa

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Tujuan pembangunan tersebut
dapat dicapai dengan menyelenggarakan program pembangunan nasional secara
berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah mewujudkan Indonesia sehat
tahun 2010. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Depkes RI, 2004).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit
metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defek
sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang,
diantara penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat
perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025 jumlah tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III, 2006).

2
I.2 Pernyataan Masalah

Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada usia lanjut. Di


Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5
juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes melitus. Menurut penelitian
epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes
di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan
kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena peningkatan
kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu
saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang
kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan
menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.

Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes
Melitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes
yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena :

a) Faktor demografi

b) Gaya hidup yang kebarat-baratan

c) Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

d) Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin


panjang

Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya


perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka
upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya
pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah


timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes
melitus atau pada populasi.

3
b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya
dengan screening. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak
terdiagnosis dapat terjaring.

c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan


akibat komplikasi tersebut.

Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui


pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu
yang beresiko mengidap diabetes (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
2006).

I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu terhadap diabetes melitus sehingga dapat dilakukan
promosi kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat
yang tidak menderita diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun
untuk masyarakat yang menderita diabetes melitus tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu yang menjadi faktor resiko diabetes melitus sehingga dapat
dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.

I.4 Manfaat
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus dan perlunya
mengenali diabetes melitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes melitus di masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Etiologi Diabetes Melitus


Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar gula darah pada
usia lanjut dapat disebabkan oleh :
a) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
b) Resistensi insulin
c) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
d) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
e) Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
f) Adanya faktor keturunan

II.2 Patofisiologi Diabetes Melitus


Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Supaya berfungsi, maka bahan makanan harus dioleh dalam
proses yang dinamakan metabolisme. Dalam proses ini, dibutuhkan insulin yang
berfungsi memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

II.3 Gambaran Klinis Diabetes Melitus


Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Keluhan lain yang dapat ditemukan antara lain :
a) Gangguan penglihatan: katarak
b) Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
c) Kesemutan, rasa baal
d) Kelemahan tubuh
e) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

5
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di
daerah genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.

Kriteria diagnostik diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa


menurut WHO 1985:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >= 200mg/ dl, atau
b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) >= 126 mg/dl, atau
c) Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa
75 gram pada TTGO.

II.4 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes melitus yang dapat ditemukan, antara lain :
a) Hipoglikemia. Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang
terjadi dan ditandai dengan kadar gula darah di bawah 50-60 mg/dl.
b) Infeksi. Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena bakteri
tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi dan pertahanan tubuh
rendah.
c) Komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah.
d) Kerusakan pada ginjal (Nefropati). Adanya gagal ginjal dibuktikan
dengan kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara
2% sampai 7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria yang
persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu
tanda awal nefropati diabetik.
e) Kerusakan saraf (Neuropati)
f) Kerusakan pada mata (Retinopati)

II.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik
hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat diobati
dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian
besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu

6
diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi
DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu
tinggi (200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya
terjadinya hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka diberikan
obat anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
1. Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihadapi.
2. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%,
dan lemak 20-25%.
3. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.

II.6 Strategi Pencegahan Diabetes Melitus


Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40%
dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138%
yang disebabkan oleh karena :

a) Faktor demografi, antara lain :

 Jumlah penduduk meningkat

7
 Penduduk usia lanjut bertambah banyak

 Urbanisasi makin tak terkendali

b) Gaya hidup yang kebarat-baratan

 Penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap

 Sedentary life style (gaya hidup yang jarang bergerak/tidak aktif)

c) Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

d) Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin


panjang

Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya


perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka
upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya
pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah


timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes
melitus atau pada populasi.

b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin,


misalnya dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang
sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring.

c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau


kecacatan akibat komplikasi tersebut. Usaha ini meliputi :

 Mencegah timbulnya komplikasi

 Mencegah progresi dari komplikasi

 Mencegah kecacatan tubuh

Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui


pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat

8
umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu
yang beresiko mengidap diabetes.
a) Pendekatan populasi/masyarakat
Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain
mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari
cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah
diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat
berat karena target populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan
tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.
b) Pendekatan individu beresiko tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko
mengidap diabetes melitus. Antara lain :
a. Umur > 40 tahun
b. Gemuk
c. Hipertensi
d. Riwayat keluarga DM
e. Riwayat melahirkan bayi >4 kg
f. Riwayat DM pada saat kehamilan
g. Dislipidemia

Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi
sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat.
Cakupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi
tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan tentang
perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun harus dilakukan, ditambah
dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan
kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO
menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke
dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini
komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
BAB III
METODE MINI PROJECT

9
III.1 Rancangan Mini Project

Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara


terstruktur kemudian edukasi secara individual terutama pada subjek yang tidak
mengerti tentang diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko menderita penyakit
tersebut. Pada mini poject ini ditujukan sebagai sarana mengaplikasikan
pencegahan primer dalam penyakit diabetes melitus.

III.2 Waktu dan Tempat Mini Project

Mini project ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret- 20 April 2018 di


Puskesmas Cipinang Melayu dan wilayah sekitarnya.

III.3 Populasi Mini Project


Populasi mini project adalah masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah
Puskesmas Cipinang Melayu diambil secara acak yaitu masyarakat yang berobat
ke Puskesmas Cipinang Melayu (acak).

III.4 Subjek Mini Project


Subjek mini project diambil dari masyarakat yang tinggal di sekitar
wilayah Puskesmas Cipinang Melayu yang berobat ke Puskesmas dan diambil
secara acak. Subjek terdiri dari 5 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Subjek
dengan usia 41-50 tahun berjumlah 2 orang, yang berusia 51-60 tahun berjumlah
5 orang, yang berusia 61-70 tahun berjumlah 13 orang, yang berusia 71-80 tahun
berjumlah 4 orang dan > 80 tahun berjumlah 2 orang. Subjek mini project
didapatkan dengan teknik mengambil sampel dari pasien yang berobat di
Puskesmas Cipinang Melayu.

BAB IV
HASIL

10
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 21 orang
subjek perempuan dan 5 orang subjek laki-laki yang dilakukan wawancara
terstruktur, didapatkan bahwa 14 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu
diabetes melitus/kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah
12 orang mengerti apa itu diabetes melitus/kencing manis dan mengetahui gejala
pernyertanya.
Seperti yang dibahas pada teori, disebutkan bahwa diabetes melitus atau
kencing manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme
sehingga kadar gula darah dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellirus
memiliki gejala-gejala, diantaranya sering buang air kecil terutama malam hari,
sering haus, sering lapar, luka tidak sembuh-sembuh, kesemutan, berat badan
menurun meskipun nafsu makan meningkat, sering mengantuk/ lemas, gatal-gatal
terutama di daerah kemaluan, dan impoten. Dari 7 orang subjek yang mengetahui
gejala kencing manis, 3 orang menyebutkan gejalanya adalah sering buang air
kecil terutama pada malam hari, 2 orang menyebutkan lemas/mengantuk, 3 orang
menyebutkan keluhan sering lapar meskipun sudah banyak makan, 4 orang
menyebutkan keluhan sering haus, 2 orang menyebutkan keluhan luka yang tidak
sembuh-sembuh, dan masing-masing 1 orang menyebutkan keluhan berat badan
menurun, impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh tubuh terutama daerah
kemaluan.
Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes
melitus. Salah satu faktor yang tidak dapat diubah adalah keturunan. Namun
demikian, yang paling menentukan seseorang mengidap diabetes melitus atau
tidak adalah faktor pola makan dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara
dengan 26 orang subjek di atas, didapatkan pada 12 orang subjek yang mengerti
tentang penyakit diabetes melitus terdapat 8 orang subjek yang memiliki riwayat
keluarga penderita diabetes melitus. Untuk faktor pola makan, dari 26 orang
subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa sebanyak 14 orang mengaku tidak
pernah berolah raga (sedentary life style) dan 5 orang mengaku setiap hari
setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6 orang diantaranya
memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk.

11
BAB V
DISKUSI

12
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes melitus. Menurut
penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia,
kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi
kenaikan kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena
peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade
yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis.
Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap
diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2015, naik 2 tingkat dibanding
tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara lain :

a) Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,


perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihadapi.
b) Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan
lemak 20-25%.
c) Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani.
d) Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.
Komplikasi diabetes melitus yang dapat ditemukan, antara lain :
hipoglikemia, infeksi, komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah,
kerusakan pada ginjal (nefropati), kerusakan saraf (neuropati), dan kerusakan
pada mata (retinopati).
Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik
daripada mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi

13
pada penyakit diabetes melitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes
melitus, maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi
tentang perjalanan penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan. Untuk itu,
dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah
penyakit diabetes melitus. Dari total 21 orang subjek perempuan dan 5 orang
subjek laki-laki yang dilakukan wawancara, didapatkan bahwa 14 orang
diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes melitus/ kencing manis dan
bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 12 orang mengerti apa itu diabetes
melitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya. Oleh karena itu,
sangat diperlukan promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap
penyakit diabetes melitus. Mengingat jika promosi kesehatan dilakukan secara
serentak dengan mengumpulkan kader atau masyarakat di suatu ruangan kurang
efektif, maka perlunya dilakukan promosi kesehatan secara individual terutama
bagi masyarakat yang saat diwawancara sama sekali tidak mengerti apa itu
diabetes melitus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 26 orang subjek di atas, didapatkan
pada 12 orang subjek yang mengerti tentang penyakit diabetes melitus terdapat 8
orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes melitus. Untuk
faktor pola makan, dari 26 orang subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa
sebanyak 14 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 5
orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6
orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih. Jika melihat hasil
wawancara ini, maka sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu memiliki faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu, penting
jika dilakukan pencegahan primer agar penderita diabetes melitus di Indonesia
tidak semakin meningkat.
Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup
sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk
mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu
penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada
individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang

14
dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes melitus, antara lain
umur > 40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat DM pada saat
kehamilan, dan dislipidemia.
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang
kurang penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu
beresiko atau tidak dengan maksud sasaran pencegahan primer akan lebih sampai
kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes melitus dan
bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat melakukan penyuluhan/
promosi secara individual tentang diabetes melitus dan mengedukasi jika
menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera diperiksakan ke
Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan pamflet
pengaturan diet dan memberikannya kepada subjek yang sudah diedukasi. Dengan
cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan primer dan sekunder akan lebih
berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 2 orang subjek yang
menderita diabetes melitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada
kasus ini, penulis melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah
komplikasi dengan edukasi agar rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola
makan. Diharapkan prevalensi diabetes melitus kedepannya dapat ditekan jika
seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer ataupun sekunder.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

15
VI.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cipinang
Melayu terhadap diabetes melitus belum merata. Oleh karena itu,
diperlukan adanya promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer
dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes melitus, tidak hanya
oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cipinang Melayu menjadi faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu,
promosi kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika
dilakukan secara individual (seperti konseling) dibandingkan jika
dilakukan melalui pendekatan populasi.

VI.2 Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
Di wilayah sekitar Puskesmas Cipinang Melayu perlu dilakukan promosi
kesehatan terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam
masyarakat terhadap penyakit diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctor’s Compendium. Jakarta
: CV Matoari Citra Media.
3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.
4. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher JN (July
2009). "Hyperglycemic crises in adult patients with diabetes". Diabetes
Care. 32 (7): 1335–43.
5. Shoback DG, Gardner D, eds. (2011). "Chapter 17". Greenspan's basic &
clinical endocrinology (9th ed.). New York: McGraw-Hill Medical.
6. Grams J, Garvey WT (June 2015). "Weight Loss and the Prevention and
Treatment of Type 2 Diabetes Using Lifestyle Therapy, Pharmacotherapy,
and Bariatric Surgery: Mechanisms of Action". Current Obesity
Reports. 4 (2): 287–302.
7. Arguedas JA, Leiva V, Wright JM (October 2013). "Blood pressure targets
for hypertension in people with diabetes mellitus". The Cochrane
Database of Systematic Reviews. 10 (10): CD008277.
8. Haw JS, Galaviz KI, Straus AN, Kowalski AJ, Magee MJ, Weber MB, Wei
J, Narayan KM, Ali MK (December 2017). "Long-term Sustainability of
Diabetes Prevention Approaches: A Systematic Review and Meta-analysis
of Randomized Clinical Trials". JAMA Internal Medicine. 177 (12): 1808–
1817.

MINI PROJECT

17
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPINANG MELAYU
TENTANG DIABETES MELITUS
BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS

Oleh : dr. Nuraga Wishnu Putra

Dibawakan Dalam Rangka Penugasan Program Internship Puskesmas


Kelurahan Cipinang Melayu Periode 15 Januari 2018 – 15 Mei 2018
Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai