Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang

menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan

infeksi virus. Penderita akan mengalami demam, batuk, dan pilek berulang serta

anoreksia. Di bagian tonsilitis dan otitis media akan memperlihatkan adanya

inflamasi pada tonsil atau telinga tengah dengan jelas. Infeksi akut pada balita akan

mengakibatkan berhentinya pernapasan sementara atau apnea (Meadow, 2005: 153-

154).

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para ahli,

daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan

tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumah anggota keluarga terkena pilek,

balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak yang lemah, proses penyebaran

penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA mengakibatkan kematian pada anak dalam

jumlah kecil, akan tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA)

dan mastoiditis. Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni pneumonia

(Anonim, 2010: 111).

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.

Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap tahunnya.

Pneumonia disebabkan oleh peradangan paru yang membuat napas menjadi sakit

dan asupan oksigen sedikit (WHO, 2014). Tingginya angka kematian balita akibat

pneumonia mengakibatkan target MDG’s (Millennium Development Goals) ke-4

1
yang bertujuan menurunkan angka kematian anak sebesar 2/3 dari tahun 1990

sampai 2014 tidak tercapai (WHO, 2015).

Menurut WHO (World Health Organization) angka

kematian balita pada tahun 2013 masih tinggi mencapai 6,3

juta jiwa. Kematian balita tertinggi terjadi di negara

berkembang sebanyak 92% atau 29.000 balita/hari (Rahman

dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar disebabkan oleh

penyakit menular seperti pneumonia (15 %), diare (9%), dan

malaria (7%) (WHO, 2013).

Pertumbuhan balita yang tercermin pada status gizi dapat dipantau melalui grafik

pertumbuhan berdasarkan standar tertentu misalnya World Health Organization-The

National Center Health Statistics (WHO-NCHS). Apabila terjadi perubahan grafik

pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan massa tubuh maupun pertumbuhan linier, yang

keduanya menjurus ke arah penurunan grafik bila dibandingkan dengan standar, maka

dikatakan mengalami goncangan pertumbuhan (growth faltering) (Satoto, 1990: 10

dalam Royal, 2010: 12).

Goncangan pertumbuhan berkaitan dengan kekurangan gizi sejak bayi dalam

kandungan atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan banyaknya bayi yang diberi

makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 1 bulan, bahkan sebelum usia 1

bulan. Tingkat kecukupan gizi yang kurang terutama energi dan protein, pola asuh

2
atau perawatan bayi yang kurang optimal serta penyakit infeksi (Prawirohartono,

1997: 309 dalam Royal, 2010: 13).

Kejadian ISPA pada balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih

berat dan buruk. Hal ini disebabkan karena ISPA pada anak balita umumnya

merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses

kekebalan secara alamiah. Pada orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan

alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman infeksi sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa penyakit ISPA itu?
b. Apakah penyebab penyakit ISPA itu?
c. Bagaimana cara mengatasi ISPA?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit ISPA dan cara
mengatasinya.
b. Untuk memenuhi tugas matakuliah farmakoterapi.

1.4 Manfaat
a. Untuk memberikan informasi kepada pembaca.

BAB II
ISI

2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung

3
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan
atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Nelson, 2003). ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah, ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA
berat, dapat menjadi pneumonia.

Gejala dan Tanda Umum ISPA


• Demam
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Hidung buntu, pilek
• Batuk
• Nafas cepat & dalam
• Suhu tubuh meningkat
• Retraksi intercostal
• Gambaran paru abnormal
• Pemeriksaan darah abnormal

Pathogenesis ISPA
• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya

4
• ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygienis.
• Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena
dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik
Penyakit ISPA bagian atas, meliputi :
• Streptococcal Pharyngitis (Strep Throat)
• Scarlet Fever
• Otitis Media
• Diphteria
Penyakit ISPA bagian bawah, meliputi :
 Pneumonia

2.2 Pengertian Pneumonia


Pneumonia menyerang paru – paru dan ditandai dengan batuk dan
kesukaran bernafas, merupakan suatu inflamasi pada parenchim paru. Pada
umumnya pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai broncho-pneumonia
yang mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia lobuler
(adanya infiltrat pada sebagian area pada kedua lapangan / bidang paru dan sekitar
bronchi) dan pneumonia interstitial (difusi bronchiolitis dengan eksudat yang
jernih di dalam dinding alveolar tetapi bukan di ruang alveolar).
Manifestasi klinis pneumonia variasinya tergantung pada agent etiologi,
umur anak, reaksi sistemik anak terhadap infeksi, perluasan lesi, tingkat obstruksi
pada bronchial dan bronchioler.
Tanda Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagias atas :
a) Suhu meningkat mendadak 39 – 400 C, kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.

5
b) Anak gelisah, dyspnoe, pernafasan cepat dan dangkal disertai cuping
hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung, kadang disertai muntah
dan diare.
c) Batuk setelah beberapa hari sakit, mula – mula batuk kering keudian
batuk produktif.
d) Anak lebih senang tiduran pada sebelah dada yang terinfeksi.
e) Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.

Klisifikasi pneumonia:
a) Pneumoia lobaris, yang terserang adalah seluruh atau segmen yang
terbesar dari satu atau lebih lobus pulmonery. Bila kedua paru terkena,
hal ini sering disebut bilateral atau doble pneumonia (pnemonia
lobular).
b) Broncho-pneumonia lobular) yang dimulai pada terminal bronchiolus
menjadi tersumbat dengan exudat muco purulent sampai membentuk
gabungan pada daerah lobuler.
c) Intertitial pneumonia, adanya suatu proses inflamasi yang lebih atau
hanya terbatas didalam dinding alveolar (interstitium) dan peribrochial
dan jaringan inter lobular
Klasifikasi pneumonia berdasarkan tempat terjadinya :
a. Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia), bila
infeksinya terjadi di masyarakat
b. Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired
pneumonia).

Pneumonia disebabkan oleh 300 jenis kuman, berupa bakteri, virus


maupun ricketsia. Pada umumnya penyebab pneumonia pada balita di negara
berkembang adalah bakteri jenis Streptococcus pneumoniae dan Haemophylus
influenzae.

6
Bakteri masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan
(droplet). Proses radang pneumonia dibagi menjadi empat stadium pneumonia :
a) Stadium I (stadium kongesti) ; kapiler melebar dan kongsti di dalam
alveolus terdapat eksudat jernih.
b) Stadium II (stadium Hepatisasi merah) ; lobus dan lobulus yang
terkena menjadi lebih padat dan tidak mengandung udara, warna
menjadi merah, pada perabaan seperti hepar, di dalam alveolus
terdapat fibrin.
c) Stadium III (stadium Hepatisasi kelabu) ; lobus masih padat dan
berwarna merah menjadi kelabu / pucat, permukaan pleura suram
karena diliputi oleh fibrin dan leucosit, tempat terjadi pagositosis
pneumococcus dan kapiler tidak lagi kongesti.
d) Stadium IV (Stadium Resolusi) ; eksudat berkurang, didalalm alveolus
makropag bertambah dan leukosit nekrosis serta degenerasi lemak,
fibrin kemudian di ekskresi dan menghilang.

Faktor yang mempengaruhi atau memudahkan terjadinya penyakit


pneumonia, yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh anak, keadaan gizi
dan cara pemberian makanan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran udara.

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2


bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin,2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1. Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat
untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau
lebih.
2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda
bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:

7
 Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum).
 Kejang.
 Kesadaran menurun.
 Stridor
 Wheezing
 Demam/dingin

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun


1. Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di
dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik
nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis atau meronta).
2. Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat
ialah:
 Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih.
 Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk
golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
 Tidak bisa minum.
 Kejang
 Kesadaran menurun.
 Stridor
 Gizi buruk

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran


pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan

8
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu:
a) ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek.
b) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran
bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

2.3 Diagnosis Pneumonia


Diagnosis pneumonia atau paru-paru basah terkadang sulit dilakukan
karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Dokter akan mengajukan pertanyaan
mengenai gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Dokter
juga memeriksa rongga dada Anda dengan stetoskop. Paru-paru yang penuh
cairan memiliki bunyi yang berbeda dengan yang sehat.
Jika mencurigai Anda menderita pneumonia, dokter akan menganjurkan
beberapa pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan diagnosis. Proses
pemeriksaan tersebut biasanya meliputi:
 Rontgen dada untuk memastikan keberadaan pneumonia serta tingkat
keparahannya.
 Tes darah dan pemeriksaan sampel dahak. Kedua proses ini bisa
membantu pengidentifikasian bakteri atau virus penyebab infeksi.
 Pulse oximetry, yaitu proses pengukuran kadar oksigen dalam darah.

2.4 Pengobatan Pneumonia


Untuk pneumonia yang ringan, penanganan dengan antibiotik yang
diresepkan oleh dokter, cukup istirahat, dan banyak minum umumnya sudah
cukup. Pengidap juga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Di samping
itu, langkah-langkah sederhana berikut juga berpotensi membantu meredakan
gejala yang Anda alami:

9
a. Mengonsumsi analgesik (obat pereda sakit) seperti parasetamol
atau ibuprofen untuk meredakan dan menurunkan demam. Tetapi, hindari
konsumsi ibuprofen jika Anda memiliki alergi terhadap aspirin, obat anti
inflamasi nonstereoid lain, atau menderita asma, tukak lambung, dan
gangguan hati atau pencernaan.
b. Berhenti merokok karena kebiasaan ini dapat memperburuk pneumonia.
c. Menghindari konsumsi obat batuk karena batuk berfungsi membantu
Anda mengeluarkan dahak dari paru-paru. Meredakan batuk bisa
mengakibatkan durasi infeksi yang lebih lama. Obat batuk juga belum
terbukti efektif secara medis. Air hangat bercampur madu dan lemon bisa
membantu mengurangi batuk Anda.

Orang dengan kondisi fisik yang biasanya sehat akan pulih secara normal
setelah 14-21 hari. Namun, apabila gejala pneumonia sama sekali tidak membaik
dalam 48 jam, Anda disarankan kembali menghubungi dokter. Mungkin saja
antibiotik yang Anda konsumsi tidak efektif untuk membasmi bakteri pemicu
pneumonia, atau pnemonia Anda disebabkan oleh faktor lain, misalnya virus.
Pneumonia biasanya tidak menular, tetapi orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang lemah sebaiknya menjauh dari penderita pneumonia sampai kondisi si
penderita benar-benar pulih.
Penanganan medis dari rumah sakit untuk pneumonia yang parah meliputi
pemberian antibiotik dan cairan tubuh lewat infus, serta oksigen untuk membantu
pernapasan. Ventilator di Ruang Perawatan Intensif (ICU) juga mungkin
dibutuhkan untuk membantu sistem pernapasan yang sedang melemah.

Menurut WHO :

a. Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,


Penisillin Prokain.

10
b. Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
c. Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll.

2.5 Etiologi ISPA


Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas
penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian
atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995).
Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit
infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus
paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan
infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri
streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-
90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini
telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan lebih dari
300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995).
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan. Perjalanan alamiah penyakit ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut) dibagi 4 tahap yaitu sebagai berikut:
a. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.

11
2.6 Penyebaran Penyakit
Pada penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), dikenal 3 cara
penyebaran infeksi, yaitu sebagai berikut:
a. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena
batuk-batuk.
b. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin.
c. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari oleh jasad renik.

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :

a. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

b. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.

c. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA
pada anak.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Pneumonia menyerang paru – paru dan ditandai dengan batuk dan
kesukaran bernafas, merupakan suatu inflamasi pada parenchim paru. Pada
umumnya pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai broncho-pneumonia
yang mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia lobuler
(adanya infiltrat pada sebagian area pada kedua lapangan / bidang paru dan sekitar
bronchi) dan pneumonia interstitial (difusi bronchiolitis dengan eksudat yang
jernih di dalam dinding alveolar tetapi bukan di ruang alveolar).

13
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, noor. 2012. Makalah ISPA.


https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/09/19/makalah-ispa/.
Dikutip pada tanggal 14 Maret 2018.
Bahar, Asti. 2014. Makalah ISPA.
http://www.academia.edu/6469782/MAKALAH_ISPA. Dikutip pada
tanggal 14 Maret 2018.
Amin M, et al. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga Universty Press,
Surabaya.
Danusantoso H. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Hipokrates, Jakarta.

14
Kasus Pneumonia
Nama pasien : ny.S

Umur : 38thn

Tgl masuk RS : 22 / 12 / 2014

Keluhan pasien : sesak nafas 2 hari yang lalu, panas sejak 2 minggu yang lalu,
batuk disertai dahak kurang lebih 2 bulan dan nyeri tenggorokan.

Diagnosa : dyspnea dengan CHF pneumonia

Pemeriksaan fisik :

a. Tekanan darah : 150/90 mmhg


b. Nadi : 88x/menit
c. Respirasi : 24x/menit
d. Suhu : 36,7°c

Hasil laboratorium :

Pemeriksaan Hasil Satuan Harga normal


BGA paket
elektrolit
O2 saturasi (SO2) 98,7 % 94 - 98
Suhu 37,5 C 36,5 – 37,5
FIO2 53
pH 7,369 7,35 – 7,45
PCO2 40,8 mmol 35 - 45
PO2 148,4 mmol 80 - 100
Total CO2 plasma 24,4 mmol 24 - 31
(TCO2)
Base excess (Beb) -1,8 mmol 0 – 1,25
A-aDO2 mmol 0 – 2,1

15
O2 cap mmol 10 - 20
O2ct mmol negative
HCO3 23,3 mmol 22 - 36
Natrium 136,7 mmol 135 - 148
Kalsium 3,95 mmol 3,5 – 5,3
Ca 0,50 mmol 1,15 – 1,27

Terapi obat :

 Infus RL + aminofilin 24/20 tpm


 O2 5 lpm
 Injeksi ceftriaxon 1g/ 12 jam
 Injeksi dexametason 5mg/ 12 jam
 Injeksi ondancentron 2mg k/p
 Injeksi omeprazole 40mg / 12 jam
 GG 100mg / 24 jam
 Codein 20mg / 24 jam
 Nebulizer forbivent / 8 jam

16

Anda mungkin juga menyukai