BAB I Revisi
BAB I Revisi
PENDAHULUAN
menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan
infeksi virus. Penderita akan mengalami demam, batuk, dan pilek berulang serta
inflamasi pada tonsil atau telinga tengah dengan jelas. Infeksi akut pada balita akan
154).
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para ahli,
daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan
tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumah anggota keluarga terkena pilek,
balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak yang lemah, proses penyebaran
penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA mengakibatkan kematian pada anak dalam
jumlah kecil, akan tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA)
Pneumonia disebabkan oleh peradangan paru yang membuat napas menjadi sakit
dan asupan oksigen sedikit (WHO, 2014). Tingginya angka kematian balita akibat
1
yang bertujuan menurunkan angka kematian anak sebesar 2/3 dari tahun 1990
Pertumbuhan balita yang tercermin pada status gizi dapat dipantau melalui grafik
pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan massa tubuh maupun pertumbuhan linier, yang
keduanya menjurus ke arah penurunan grafik bila dibandingkan dengan standar, maka
kandungan atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan banyaknya bayi yang diberi
makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 1 bulan, bahkan sebelum usia 1
bulan. Tingkat kecukupan gizi yang kurang terutama energi dan protein, pola asuh
2
atau perawatan bayi yang kurang optimal serta penyakit infeksi (Prawirohartono,
Kejadian ISPA pada balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih
berat dan buruk. Hal ini disebabkan karena ISPA pada anak balita umumnya
merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses
kekebalan secara alamiah. Pada orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit ISPA dan cara
mengatasinya.
b. Untuk memenuhi tugas matakuliah farmakoterapi.
1.4 Manfaat
a. Untuk memberikan informasi kepada pembaca.
BAB II
ISI
3
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan
atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Nelson, 2003). ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah, ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA
berat, dapat menjadi pneumonia.
Pathogenesis ISPA
• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya
4
• ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygienis.
• Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena
dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik
Penyakit ISPA bagian atas, meliputi :
• Streptococcal Pharyngitis (Strep Throat)
• Scarlet Fever
• Otitis Media
• Diphteria
Penyakit ISPA bagian bawah, meliputi :
Pneumonia
5
b) Anak gelisah, dyspnoe, pernafasan cepat dan dangkal disertai cuping
hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung, kadang disertai muntah
dan diare.
c) Batuk setelah beberapa hari sakit, mula – mula batuk kering keudian
batuk produktif.
d) Anak lebih senang tiduran pada sebelah dada yang terinfeksi.
e) Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
Klisifikasi pneumonia:
a) Pneumoia lobaris, yang terserang adalah seluruh atau segmen yang
terbesar dari satu atau lebih lobus pulmonery. Bila kedua paru terkena,
hal ini sering disebut bilateral atau doble pneumonia (pnemonia
lobular).
b) Broncho-pneumonia lobular) yang dimulai pada terminal bronchiolus
menjadi tersumbat dengan exudat muco purulent sampai membentuk
gabungan pada daerah lobuler.
c) Intertitial pneumonia, adanya suatu proses inflamasi yang lebih atau
hanya terbatas didalam dinding alveolar (interstitium) dan peribrochial
dan jaringan inter lobular
Klasifikasi pneumonia berdasarkan tempat terjadinya :
a. Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia), bila
infeksinya terjadi di masyarakat
b. Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired
pneumonia).
6
Bakteri masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan
(droplet). Proses radang pneumonia dibagi menjadi empat stadium pneumonia :
a) Stadium I (stadium kongesti) ; kapiler melebar dan kongsti di dalam
alveolus terdapat eksudat jernih.
b) Stadium II (stadium Hepatisasi merah) ; lobus dan lobulus yang
terkena menjadi lebih padat dan tidak mengandung udara, warna
menjadi merah, pada perabaan seperti hepar, di dalam alveolus
terdapat fibrin.
c) Stadium III (stadium Hepatisasi kelabu) ; lobus masih padat dan
berwarna merah menjadi kelabu / pucat, permukaan pleura suram
karena diliputi oleh fibrin dan leucosit, tempat terjadi pagositosis
pneumococcus dan kapiler tidak lagi kongesti.
d) Stadium IV (Stadium Resolusi) ; eksudat berkurang, didalalm alveolus
makropag bertambah dan leukosit nekrosis serta degenerasi lemak,
fibrin kemudian di ekskresi dan menghilang.
7
Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum).
Kejang.
Kesadaran menurun.
Stridor
Wheezing
Demam/dingin
8
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu:
a) ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek.
b) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran
bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
9
a. Mengonsumsi analgesik (obat pereda sakit) seperti parasetamol
atau ibuprofen untuk meredakan dan menurunkan demam. Tetapi, hindari
konsumsi ibuprofen jika Anda memiliki alergi terhadap aspirin, obat anti
inflamasi nonstereoid lain, atau menderita asma, tukak lambung, dan
gangguan hati atau pencernaan.
b. Berhenti merokok karena kebiasaan ini dapat memperburuk pneumonia.
c. Menghindari konsumsi obat batuk karena batuk berfungsi membantu
Anda mengeluarkan dahak dari paru-paru. Meredakan batuk bisa
mengakibatkan durasi infeksi yang lebih lama. Obat batuk juga belum
terbukti efektif secara medis. Air hangat bercampur madu dan lemon bisa
membantu mengurangi batuk Anda.
Orang dengan kondisi fisik yang biasanya sehat akan pulih secara normal
setelah 14-21 hari. Namun, apabila gejala pneumonia sama sekali tidak membaik
dalam 48 jam, Anda disarankan kembali menghubungi dokter. Mungkin saja
antibiotik yang Anda konsumsi tidak efektif untuk membasmi bakteri pemicu
pneumonia, atau pnemonia Anda disebabkan oleh faktor lain, misalnya virus.
Pneumonia biasanya tidak menular, tetapi orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang lemah sebaiknya menjauh dari penderita pneumonia sampai kondisi si
penderita benar-benar pulih.
Penanganan medis dari rumah sakit untuk pneumonia yang parah meliputi
pemberian antibiotik dan cairan tubuh lewat infus, serta oksigen untuk membantu
pernapasan. Ventilator di Ruang Perawatan Intensif (ICU) juga mungkin
dibutuhkan untuk membantu sistem pernapasan yang sedang melemah.
Menurut WHO :
10
b. Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
c. Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll.
11
2.6 Penyebaran Penyakit
Pada penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), dikenal 3 cara
penyebaran infeksi, yaitu sebagai berikut:
a. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena
batuk-batuk.
b. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin.
c. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari oleh jasad renik.
a. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
b. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
c. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA
pada anak.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Pneumonia menyerang paru – paru dan ditandai dengan batuk dan
kesukaran bernafas, merupakan suatu inflamasi pada parenchim paru. Pada
umumnya pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai broncho-pneumonia
yang mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia lobuler
(adanya infiltrat pada sebagian area pada kedua lapangan / bidang paru dan sekitar
bronchi) dan pneumonia interstitial (difusi bronchiolitis dengan eksudat yang
jernih di dalam dinding alveolar tetapi bukan di ruang alveolar).
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Kasus Pneumonia
Nama pasien : ny.S
Umur : 38thn
Keluhan pasien : sesak nafas 2 hari yang lalu, panas sejak 2 minggu yang lalu,
batuk disertai dahak kurang lebih 2 bulan dan nyeri tenggorokan.
Pemeriksaan fisik :
Hasil laboratorium :
15
O2 cap mmol 10 - 20
O2ct mmol negative
HCO3 23,3 mmol 22 - 36
Natrium 136,7 mmol 135 - 148
Kalsium 3,95 mmol 3,5 – 5,3
Ca 0,50 mmol 1,15 – 1,27
Terapi obat :
16