Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, perkembangan industri ketenagalistrikan di Indonesia
semakin meningkat seiring munculnya pembangkit – pembangkit listrik
yang beroperasi di Indonesia, baik itu PLTA, PLTD, PLTU, PLTG, ataupun
kombinasi dari tenaga gas dan uap yang disebut sebagai PLTGU.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap merupakan pembangkit listrik
dengan mengkombinasikan dua bahan utama selama pembuatan listriknya,
yaitu dengan uap dan gas. Berikut akan dipaparkan sedikit gambaran
mengenai proses pembangkitan listrik menggunakan tenaga kombinasi gas
dan uap.
Proses produksi energi listrik dengan kombinasi gas dan uap
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan efisiensi untuk
menghasilkan energi listrik. Proses ini menggabungkan dua siklus, berupa
Siklus PLTG (Siklus Brayton) dan Siklus PLTU ( Siklus Rankine sehingga
diperoleh efisiensi termal yang tinggi .
Sebelum masuk ke proses pembangkitan energi listrik dengan gas dan
uap, akan dijelaskan secara singkat terlebih dahulu siklus PLTG. Siklus
PLTG dimulai dari pengambilan udara oleh kompresor. Dalam kompresor
ini udara diolah sehingga tekanannya naik. Udara ini dimasukkan kedalam
Combustion Chamber atau ruang bakar bersama dengan bahan bakar (gas /
bbm). Pembakaran menghasilkan gas bertekanan dan bersuhu tinggi (Suhu
sekitar 2000 derajat celcius). Gas bertekanan inilah yang memutar turbin gas
Turbin berputar, generator ikut berputar dan listrik pun dihasilkan. Setelah
memutar turbin, gas tersebut dibuang di atmosfer. Dibawah ini adalah
skema siklus PLTG.

1
Gambar 1.1 Skema PLTG

Pada siklus PLTGU, gas yang telah digunakan untuk memutar urbin
gas diatas tidak langsung dibuang ke atmosfer, melainkan masuk ke sebuah
unit bernama HRSG (Heat Recovery Steam Generator) , dimana gas ini
akan dugunakan untuk memanaskan uap sehingga dari HRSG dihasilkan
uap kering. Perlu diingat, bahwa HRSG ini seperti boiler, hanya saja jika
pada boiler terjadi pemanasan secara langsung, maka pada HRSG hanya
terjadi proses perpindahan panas saja untuk menghasilkan uap kering.
Selanjutnya, uap kering yang dihasilkan oleh HRSG akan digunakan untuk
memutar turbin uap. Setelah digunakan untuk memutar turbin uap, maka
uap ini akan didinginkan oleh kondenser dan kemudian setelah menjadi air
masuk lagi ke hotwell. Berikut adalah siklus kombinasi untuk PLTGU.

2
Gambar 1.2 Siklus PLTGU

Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG dan siklus PLTU


menjadi siklus PLTGU, maka akan diperoleh keuntungan diantaranya
adalah :

1. Efisiensi termalnya tinggi sehingga biaya operasi (Rp/Kwh) lebih


rendah dibandingkan dengan pembangkit termal lainnya.
2. Konsumsi bahan bakar menjadi rendah.
3. Pembangunannya relatif cepat
4. Kapasitas dayanya bervariasi dari kecil hingga besar.
5. Menggunakan bahan bakar gas yang bersih dan ramah lingkungan.
6. Pengoperasian PLTGU yang menggunakan komputerisasi
memudahkan pengoperasian .
7. Waktu yang dibutuhkan untuk membangkitkan beban maksimal 1
blok PLTGU relatif singkat yaitu 150 menit.
8. Prosedur pemeliharaan lebih mudah dilaksanakan dengan adanya
fasilitas sistem diagnosa.
Salah satu komponen utama pada sistem PLTGU adalah bagian Ruang
Bakarnya (Combustion Chamber). Jika dipisahkan dari siklus kombinasi,

3
Ruang Bakar termasuk ke dalam sistem PLTG. Pada ruang bakar ini
nantinya akan menentukan kualitas gas yang dihasilkan yang akan
digunakan untuk memutar turbin gas tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mendorong mahasiswa agar lebih memahami mengenai salah satu
bagian utama pada sistem PLTG (dalam hal ini , penulis
mendapatkan bagian ruang bakar PLTG).
2. Sebagai pemicu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang
analisis salah satu komponen PLTG beserta perhitungan
termodinamikanya.
3. Memahami Standart Operational Procedure pada Ruang Bakar
PLTG.
4. Mengetahui kemungkinan – kemungkinan masalah yang terjadi
pada ruang bakar dan cara penanganannya.
5. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas pada mata
kuliah Sistem PLTG pada Semester V pada Program Studi
Diploma III Teknik Mesin Kerjasama PT. PLN (Persero)
Universitas Diponegoro.

1.3 Batasan Masalah


Pada kesempatan ini, penulis akan membahas mengenai salah satu
komponen utama PLTG, yaitu pada bagian Ruang Bakarnya yang
mencakup pengertian, jenis – jenis ruang bakar yang dipakai, analisis
perhitungan secara termodinamika yang terjadi pada ruang bakar, Standart
Operational Procedure serta Troubleshooting saat terjadi permasalahan
yang mungkin terjadi pada Ruang Bakar PLTG.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Penulis mengumpulkan data dengan cara mencari informasi yang
berkaitan dengan pembahasan yang akan dituliskan oleh penulis dengan

4
cara membaca , mencatat serta memahami pada panduan buku manual di
perpustakaan. Selain dengan membaca buku literatur, penulis juga
menambahkan informasi dari sumber internet.

5
BAB II
SISTEM RUANG BAKAR

2.1 Pengertian
Ruang Bakar merupakan salah satu komponen utama yang menunjang
keberhasilan sistem, baik sistem PLTG secara secara terpisah maupun jika
digabung dengan Sistem PLTU menjadi sistem PLTGU. Pada Ruang Bakar
ini, udara yang dihasilkan oleh kompresor yang telah terlebih dahulu
dimampatkan akan masuk ke ruang bakar untuk kemudian dikabutkan
bersama sama dengan bahan bakar. Selain ruang bakar, hal lain yang perlu
diperhatikan agar hasil pengabutan diantara udara terkompresi dan bahan
bakar yang disemprotkan maksimal, maka juga perlu memperhatikan
kualitas bahan bakarnya. Oleh karena itu, berbicara mengenai masalah
ruang bakar akan langsung berhubungan dengan bahan bakar yang
digunakan pula.
Ruang bakar terdiri dari tabung luar dan tabung dalam. Tabung luar
merupakan bungkus dan sekaligus struktur penyangga ruang bakar.
Sedangkan tabung dalam membentuk atau membatasi ruang dimana proses
pembakaran itu berlangsung. Di dalam tabung dalam terdapat penyemprot
bakar dan penyala, dan pemegang nyala (flame holder) yang berfungsi
memperlambat aliran , membentuk vortex atau turbulensi sehingga api
pembakaran menjadi menjalar merata. Dinding tabung dalam berlubang
lubang yang menakar dan merupakan jalan udara sekunder masuk ke ruang
pembakaran, sehingga lokasi , bentuk , ukuran dan jumlahnya sesuai dengan
fungsinya dalam zone I, II dan III. Udara sekunder tersebut berfungsi
mendinginkan ruang bakar. Letak penyala ditetapkan berdasarkan
pengalaman dan pengujian, yaitu di tempat dimana campuran bahan bakar
udara paling mudah terbakar tetapi juga dilindungi dari api yang panas.
Hal tersebut disebabkan karena fungsi penyala adalah menyalakan
campuran bahan bakar udara sampai terjadi pembakaran yang mandiri,
setelah itu dimatikan. Pemilihan jenis dan dan penempatan ruang bakar
tergantung pada spesifikasi motor, tetapi sebenarnya lebih banyak

6
dipengaruhi untuk memanfaatkan tempat yang tersedia secara efektif. Pada
motor pesawat terbang yang besar biasanya digunakan jenis jenis aliran
searah atau aliran lurus , dimana udara dan gas pembakaran mengalir searah
sumbu ruang bakar . Sedangkan jenis aliran berlawanan banyak digunakan
pada motor kecil, dapat memberikan bentuk yang kompak dan jarak
kompresor dengan turbin yang lebih pendek.

2.2 Jenis – Jenis Ruang Bakar

Ada tiga (3) jenis ruang bakar yang biasa dijumpai pada sistem
PLTGU, yaitu jenis tubular (kan), jenis anular dan jenis turbo anular
(kanular). Sedangkan pada motor propulsi pesawat terbang (utamanya
pesawat tempur), terdapat ruang bakar kedua (afterburner).

Gambar 2.1 Motor Jet dengan Afterburner (Wiranto Arismunandar,2000)

2.2.1 Ruang Bakar Tubular (kan)


Ruang bakar jenis tubular merupakan desain paling awal ruang
bakar yang digunakan pada masa awal perkembangan turbin gas,
Ruang bakar ini berukuran relatif kecil, terdiri dari beberapa buah
yang dipasang melingkari sumbu motor. Pada setiap unit terdapat
penyemprot bahan bakar, akan tetapi penyala (ignitor) tidak dipasang
pada setiap unit. Biasanya hanya ada dua penyala saja pada setiap
motornya. Penyalaan bahan bakar unit yang tidak dilengkapi dengan
penyala dilakukan dengan mengalirkan api dari unit yang
bersebelahan melalui pipa - pipa yang menghubungkan zona primer di
setiap unit. Ruang bakar jenis tubular memiliki dua tipe ruang bakar,

7
yaitu ruang bakar tubular jenis aliran berlawanan dan ruang bakar
tubular jenis aliran searah.

Gambar 2.2 Ruang Bakar Tubular (kan) Jenis Aliran Berlawanan (Wiranto
Arismunandar,2000)

Gambar 2.3 Ruang Bakar Tubular (kan) Jenis Aliran Searah (Wiranto
Arismunandar,2000)

8
2.2.2 Ruang Bakar Anular
Ruang bakar jenis anular mulai banyak digunakan pada zaman
turbin gas modern, Ruang bakar jenis ini berbentuk tabung anular ,
baik tabung luar maupun tabung dalam yang melingkari sumbu motor.
Ruang bakar anular dilengkapi dengan beberapa penyemprot bahan
bakar dalam zona primer yang melingkari sumbu poros motor, dengan
satu, atau dua atau tiga penyala. Jumlah penyala tersebut ditetapkan
berdasarkan kemudahan penyalaannya. Seperti pada ruang bakar jenis
tubular, ruang bakar anular juga memiliki dua jenis ruang bakar
menurut aliran udara dan bahan bakarnya, yaitu jenis aliran balik dan
jenis aliran searah.

Gambar 2.4 Ruang Bakar Anular Jenis Aliran Balik (Wiranto


Arismunandar,2000)

9
Gambar 2.5 Ruang Bakar Anular Jenis Aliran Searah (Wiranto
Arismunandar,2000)

2.2.3 Ruang Bakar Turbo Anular


Ruang bakar turbo anular atau kanular merupakan perpaduan
antara ruang bakar tubular dan anular. Dinding tabung luar adalah
serupa dengan ruang bakar anular. Tetapi dalam ada beberapa buah ,
berbentuk silinder, dipasang di dalam ruang anular dan melingkari
sumbu ruang bakar (atau sumbu poros kompresor dan turbin). Pada
setiap tabung dalam terdapat penyemprot bahan bakar.

Gambar 2.6 Ruang Bakar Turbo Anular (Wiranto Arismunandar,2000)

2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Beberapa Jenis Ruang Bakar

Masing – masing dari jenis ruang bakar memiliki kelebihan dan


kekurangan. Berikut adalah tabel mengenai kelebihan dan kekurangan dari tiga
jenis ruang bakar tersebut :

10
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian dari Beberapa Jenis Ruang Bakar

No. Jenis Ruang bakar Keuntungan Kerugian


1. Tubular atau kan 1. Konstruksi yang 1. Dapat berukuran
tegar dan kuat. besar dan berat
(tunggal), ataupun
2. Aliran bahan bakar kecil (banyak),
dan aliran udara penampang frontal
mudah dipadukan motor besar.

3. Pengujiannya 2. Kerugian tekanan


sederhana, hanya besar
memerlukan
sebagian kecil dari 3. Memerlukan pipa-
total laju aliran pipa penghubung,
massa udara dari interkonektor, pipa
motor yang api.
bersangkutan.
Mudah 4. Adanya masalah
pengembangannya. penyalaan melalui
pipa api.
4. Ringan.

5. Mudah perawatan
dan pemeriksaannya
2. Anular 1. Panjang dan berat 1. Masalah tekukan
minimum, yang serius pada
konstruksi sederhana selubung luar.

2. Penampang frontal 2. Pengujian


minimum. memerlukan laju
aliran massa
3. Kerugian tekanan penuh (sama
minimum. dengan pada
motor yang
4. Penyalaan lebih bersangkutan).
mudah.
3. Penyesuaian pola
5. Relatif tidak banyak aliran bahan bakar
membentuk asap. dan udara agak
sulit.
6. Pendinginan dan
pembersihannya 4. Sukar menjamin
lebih mudah. distribusi
emperatur keluar
yang stabil dan
uniform.

11
3. Turboanular atau kanular 1. Konstruksi yang 1. Kurang kompak
tegar. dibandingkan
dengan jenis
2. Pola aliran bahan anular.
bakar dan udara
mudah dissuaikan. 2. Memerlukan pipa
penghubung.
3. Pengujiannya
memerlukan 3. Ada masalah light
sebagian kecil dari round yang tidak
laju aliran massa sempurna.
udara motor yang
bersangkutan.

4. Kergian tekanan
rendah.

5. Lebih pendek dan


lebih ringan
daripada jenis
tubular.

2.4 Persyaratan Kontruksi Ruang Bakar Turbin Gas


Desain ruang bakar untuk turbin gas sistem pembangkit tenaga listrik
merupakan suatu hal yang kompleks dan mempunyai karakteristik yang
memungkinkan adanya berbagai persyaratan yang mungkin saling
bertentangan. Selain itu juga melibatkan berbagai disiplin ilmu, antara lain
kimia pembakaran, dinamika fluida, perpindahan panas, analisis tegangan
dan material.

Gambar 2.7 Skema Nosel Penyemprot Bahan Bakar (Wiranto


Arismunandar,2000)

12
Ruang bakar sangat menentukan mutu gas pembakaran atau fluida
kerja turbin gas, tidak hanya dari segi energi yang disediakan tetapi juga
emisi gas buangnya. Untuk menjamin hal tersebut maka ruang bakar turbin
gas harus memenuhi syarat – syarat dasar berikut ini :
1. Efisiensi pembakaran harus tinggi. Bahan bakar harus terbakar
sempurna sehingga semua energi kimia dapat dikonversikan menjadi
energi panas. Untuk hal tersebut zona primer harus menjamin
terjadinya pencampuran turbulen yang baik. Perbandingan bahan
bakar udara yang tepat dan pada tekanan dan temperatur yang sesuai
pula.
2. Mudah dalam proses penyalaannya dalam seluruh daerah operasinya
(misal di darat untuk ruang bakar turbin gas industri, maupun di udara
untuk motor pesawat terbang). Oleh karena rancangan zona primer
sangat sesuai dengan standar prosedur, hendaknya digunakan bahan
bakar yang memenuhi syarat yang diminta.
3. Area pembakarannya stabil, maksudnya nyala api tidak akan padam
dalam keadaan dipengaruhi oleh tekanan dan kecepatan.
4. Bebas dari pulsasi / ketidakteraturan tekanan.
5. Mampu mengurangi atau menekan kerugian tekanan. Setelah terjadi
pembakaran di dalam zona primer, kecepatan gas pembvakaran naik
(serupa dengan aliran adiabatik) sehingga pada waktu keluar dari
ruang bakar dapat mencapai 500 m/s.
6. Keseragaman dalam distribusi temperatur keluar ruang bakar.
7. Emisi dan polutan yang dihasilkan (berupa CO, HC, NOxSOx) harus
rendah. Untuk mencapai hal tersebut, maka pembakaran haruslah
sempurna. Time residence tidak boleh terlalu panjang, dan kadar
aromatik dalam bahan bakar tidak terlalu tinggi untuk menghindari
timbulnya asap.
8. Bentuk dan ukuran harus menyesuaikan dengan ruangan yang
tersedia.
9. Konstruksi dan material harus baik, tahan lama dan yang paling utama
adalah sistem pendinginannya harus baik.

13
10. Dapat menggunakan beberapa macam bahan bakar, utamanya dalam
keadaan penting / darurat.
Untuk pesawat terbang, faktor ukuran (yang kecil) dan beratnya yang
ringan sangat diutamakan. Sedangkan ruang bakar untuk perindustrian lebih
mengutamakan pada masa / umur pengoperasian yang panjang, efisiensi dan
kemampuang ruang bakar untuk menggunakan beberapa macam ruang
bakar.
Berdasarkan persyaratan tersebut, maka rancangan ruang bakar
sebenarnya mempertimbangkan beberapa faktor diatas, dengan menekankan
satu atau dua aspek yang nantinya akan menjadi ciri keunggulannya. Proses
pembakaran berlangsung kontinu dengan intensitas pembakaran yang tinggi
(~40000 Btu/s.ft3 atau 11150 MW/m3 pada motor turbojet) dibandingkan
dengan ruang bakar pada ketel uap (10 Btu/s.ft3 = 2.8 MW/m3 ).
Penyalaan campuran bahan bakar udara di dalam ruang bakar turbin
gas dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi batas nyala (limits of
inflamability) dari campuran bahan bakar udara, waktu tinggal (residence
time) yang cukup lama, dan letak dari ignitor yang efektif. Temperatur
penyalaan sendiri dari bahan bakar turbin gas ada pada sekitar 500 K.
Apabila temperatur campuran di dalam ruang bakar ada di bawah
temperatur nyala sendiri, diperlukan sumber energi (penyala) untuk
menyalakan campuran tersebut. Dalam hal tersebut, penyala menaikkan
temperatur campuran yang akan dinyalakan sampai di atas temperatur nyala
sendiri. Energi yang diperlukan bergantung berdasarkan perbandingan
bahan bakar dan udara, dan energi penyalaan yang minimum tidak selalu
pada perbandingan bahan bakar udara stoikiometrik. Energi penyalaan
biasanya berisar 0,3 mJ, pada tekanan dan temperatur standar,
Untuk penyalaan dapat digunakan busi tegangan tinggi (beberapa ribu
volt pada ujung elektrode dengan 3-12 J) atau penyala api (torch ignitor)
yang disemburkan ke zona primer. Penyalaan dapat dipermudah dengan
pengabutan bahan bakar yang baik dan menaikkan temperatur campuran
bahan bakar udara.

14
2.5 Bagian - Bagian Ruang Bakar
Sistem pembakaran ini terdiri dari komponen-komponen berikut yang
jumlahnya bervariasi tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas.
Komponen-komponen itu adalah :
1. Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya
pencampuran antara udara yang telah dikompresi dengan bahan bakar
yang masuk.
2. Combustion Liners, terdapat di dalam combustion chamber yang
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pembakaran.
3. Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke
dalam combustion liner.
4. Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga api ke
dalam combustion chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara
dapat terbakar.
5. Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk
aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu
turbin gas.
6. Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua
combustion chamber.
7. Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi
proses pembakaran terjadi.
Ruang Bakar yang ada disusun kosentris mengelilingi axial flow
compressor dan disambungkan dengan keluaran kompresor udara dari aksial
flow compressor yang dialirkan langsung ke masing-masing ruang.
Zona pembakaran pada combustion chamber ada tiga yaitu:
1. Primary Zone, merupakan tempat dimana bahan bakar berdifusi
dengan udara kompresor untuk membentuk campuran udara
bahan bakar yang siap dibakar.
2. Secondary Zone, adalah zona penyempurnaan pembakaran
sebagai kelanjutan pembakaran pada primary zone.

15
3. Dilution Zone, merupakan zona untuk mereduksi temperatur gas
hasil pembakaran pada keadaan yang diinginkan pada saat
masuk ke first stage nozzles.
Combustion liners didesain dengan satu seri lubang dan louvers yang
ditempatkan di dalam chambers. Digunakan untuk mencampurkan bahan
udara dari kompresor dan bahan bakar dari nozel yang membakar campuran
ini. Fuel nozzle terdapat pada ujung combustion chamber dan masuk ke
combustion liners. Fungsi dari fuel nozzle ini adalah untuk mengabutkan
bahan bakar dan mengarahkannya ke reaction zone pada ruang bakar.
Transition piece terdapat antara combustion liners dan first stage
nozzle. Alat ini digunakan untuk mengarahkan udara panas yang dihasilkan
pada combustion section ke first stage nozzle.
Spark plugs terdapat pada bagian samping combustion chamber dan
masuk ke combustion liners. Spark plugs berfungsi untuk menyulut
campuran bahan bakar dan udara pada saat turbin gas start up. Pembakaran
akan terus terjadi selama suplai bahan bakar dan udara terus berlangsung.
Spark plugs terpasang pada sebuah pegas setelah proses pembakaran terjadi,
tekanan yang dihasilkan meningkat dan akan memaksa plugs naik menuju
casing dan mengeluarkan gas panas.
Cross fire tube berfungsi untuk menghubungkan semua combustion
chamber. Tabung ini digunakan untuk mengirimkan pengapian dari satu
combustion liners ke yang berikutnya selama start up.

16
Gambar 2.8 Bagian - Bagian Combustion Chamber pada PLTGU (Inisiator Aceh
Power Investment)

17
BAB III

BAHAN BAKAR YANG BIASA DIGUNAKAN OLEH RUANG


BAKAR PLTGU

3.1 Bahan Bakar Minyak


Bahan bakar minyak pada PLTG yang bergabung menjadi siklus
kombinasi pada PLTGU biasanya menggunakan minyak jenis HSD ( High
Speed Diesel), walaupun minyak IDO ( Industrial Diesel Oil) dan residu
juga dapat digunakan apabila unit PLTG dilengkapi dengan sarana pengolah
bahan bakar, misalnya dengan memasang pemanas minyak dan centrifuge.
Penerimaan bahan bakar minyak dari pemasok dapat dilaksanakan melalui
tongkang mobil tangki maupun langsung menggunakan pipa.
Di sistem PLTG, bahan bakar minyak tersebut ditampung di dalam
bungker atau tangki bulanan (monthly tank). Untuk pemakaian sehari hari,
bahan bakar tersebut terlebih dahulu ditransfer ke dalam tangki harian (daily
tank) lalu dipompakan ke unit yang memerlukannya. Untuk PLTG yang
tidak dilengkapi dengan tangki harian, pengambilan minyak langsung dari
tangki bulanan.
Selanjutnya bahan bakar diisap oleh Fuel Forwarding Pump atau
Booster Pump(3) yang berfungsi untuk menjamin agar sisi hisap Main Inlet
Pump (5) tidak mendapat tekanan negatif. Tidak semua PLTG memiliki
Fuel Forwarding Pump Filter yang lebih halus (4) berukuran sekitar 200
mesh dapat mencegah kotoran terbawa masuk ke dalam Main Inlet Pump
(5).

18
Gambar 3.1 Diagram Alir Bahan Bakar Minyak Menuju Ruang Bakar ( PT. PLN
Persero,2011)

Main Fuel Pump (5) umumnya berupa pompa ulir atau pompa
sentrifugal bertingkat banyak agar tekanan bahan bakar yang dihasilkan
cukup tinggi. Beberapa model PLTG menggunakan pompa bahan bakar
HSD yang diputar oleh poros turbin. Pada model lainnya ada juga yang
diputar oleh motor listrik. Pompa ini mensuplai bahan bakar ke nozzle.
Untuk mendapatkan tekanan bahan bakar yang konstan disisi
discharge , main fuel pump dipasang dua katup pressure regulator (6 & 7).
Kelebihan tekanan akan dikembalikan ke tangki.
Oversped trip valve (8) adalah katup bahan bakar yang akan menutup
apabila turbin mengalami overspeed atau gangguan lain seperti overheat dan
sebagainya. Dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan, katup ini akan
terbuka terus.
Untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan dipasang
Flowmeter (9) sesudah Overspeed trip valve.

19
Governing Valve atau Throttle Valve (10) berfungsi untuk menaikkan
/ menurunkan putaran turbin gas pada saat start up dan shut down, serta
mengatur beban setelah turbin dibebani. Ada turbin gas yang memiliki katup
pengatur bahan bakar khusus untuk periode start up (dinamakan Starting
Valve).
Nozzle bahan bakar yang memiliki lubang sangat halus perlu dijaga
agar tidak dimasuki kotoran yang akan mengakibatkan penyumpatan. Oleh
karena itu bahan bakar minyak terlebih dahulu dilewatkan melalui filter
yang sangat halus (11). Isolation Valve (12) berfungsi untuk memblokir
bahan bakar selama turbin tidak dioperasikan.
Agar pembagian bahan bakar minyak ke setiap fuel nozzle merata,
maka sebelum fuel nozzle dipasang manifold (13), pembagian bahan bakar
harus merata untuk mencegah terjadinya perbedaan temeperatur antar ruang
bakar . Pada turbin gas tertentu fungsi manifold digantikan Flow Divider.
Pipa dan saluran sesudah Isolation Valve tidak boleh terisi bahan
bakar minyak pada saat turbin gas tidak beroperasi . Oleh karena itu semua
bahan bakar minyak yang ada di dalam manifold, dibuang melalui Manifold
Drain Valve (14) saat turbin stop.
Agar tidak terjadi ledakan saat mulai penyalaan, maka sisa bahan
bakar yang ada di dalam Ruang Bakar dibuang melalui Combustion Shell
Drain Valve (16) . Katup ini terbuka terus selama turbin gas tidak
beroperasi.
Bahan bakar minyak yang di Drain dari Combustion Shell ditampung
dalam drain tank (17) untuk selanjutnya dikembalikan ke tangki bahan
bakar minyak oleh transfer pump (18).
Flow Divider adalah suatu peralatan mekanis yang berguna untuk
mengatur serta membagi rata aliran bahan bakar minyak yang akan dibakar
oleh setiap fuel nozzle. Pada dasarnya, flow divider adalah pompa pompa
yang dipasang pada satu poros. Setiap pompa melayani satu fuel nozzle.
Pompa pompa ini ada yang diputar oleh motor listrik. Tapi juga ada yang
diputar oleh bahan bakar minyak.

20
3.2 Bahan Bakar Gas
Bahan bakar yang umum digunakan PLTG adalah natural gas (gas
alam), namun demikian beberapa macam gas lainnya juga dipakai ,
diantaranya blast furnace gas dan coke oven gas. Penggunaan bahan bakar
gas untuk turbin gas (PLTG) akan lebih menguntungkan dibandingkan
dengan bahan bakar minyak, karena :
1. Lebih bersih, sehingga periode pemeliharaan akan lebih panjang.
2. Titik nyala rendah, sehingga mengurangi faktor kegagalan start.
3. Tidak memerlukan tangki penampungan dan pompa sehingga akan
lebih hemat dalam biaya investasi maupun biaya operasi.
Disamping ada keuntungannya, penggunaan bahan bakar gas juga
mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Kebocoran gas dan instalasi tidak dapat terlihat langsung dan beresiko
bahaya kebakaran yang mungkin terjadi.
2. Hanya dapat diperoleh di tempat – tempat tertentu saja, atau harus
disuplai dengan memasang instalasi pipa yang panjangnya sampai
ratusan kilometer.
Untuk mencegah mencegah agar kondensat dan kotoran lain tidak
terbawa masuk ke dalam instalasi gas PLTG, maka terlebih dahulu bahan
bakar gas tersebut dialirkan melalui fuel gas separator dan Filter (Gas
Treatment). Disini kondensat dan kotoran akan dipisahkan dan ditampung di
dalam condensate tank atau langsung dibuang melalui Cold Stack atau
burning pit. Selanjutnya bahan bakar gas yang sudah bersih dialirkan ke
instalasi gas PLTG untuk digunakan didalam proses pembakaran.
Main Valve (1) adalah valve utama yang berupa manual valve untuk
memblokir bahan bakar gas ke sistem PLTG apabila saat tidak digunakan .
Agar tekanan gas yang diterima oleh sistem bahan bakar gas selalu konstan,
maka terlebih dahulu gas dialirkan melalui Pressure Regulator (2), sehingga
tekanan bahan bakar gas mencapai range tertentu (misalnya 200 sampai
dengan 400 psi). Sedangkan tekanan gas supply dapat mencapai 800 psi .

21
Selanjutnya gas akan melalui flowmeter (3) guna mengukur jumlah gas yang
terpakai.
Sama seperti pada sistem bahan bakar minyak, pada sistem bahan
bakar gas juga dilengkapi Overspeed Trip Valve (4) yang terbuka terus
selama turbin beroperasi dan menutup segera jika ada gangguan tertentu.
Starting Valve (5) berfungsi untuk mengatur aliran bahan bakar ke
nozzle saat start up, sedangkan apabila kondisi operasi sudah melampaui
periode start up, pengaturan bahan bakar dilakukan oleh governing valve
atau throttle valve (6).
Isolation Valve (7) akan terbuka saat turbin start up dan menutup
apabila turbin shut down . Header (8) sebagai penampung akhir sebelum
bahan bakar gas diterima oleh nozzle, berfungsi untuk menstabilkan tekanan
, sedangkan nozzle (9) untuk pengabutan bahan bakar di dalam Combustion
Basket

Gambar 3.2 Diagram Alir Bahan Bakar Gas ( PT. PLN Persero,2011)

22
BAB IV

PERHITUNGAN TERMODINAMIKA DAN PENERAPANNYA


PADA RUANG BAKAR PLTGU

4.1 Persamaan Energi yang Umum untuk Proses Aliran Tunak


Aliran tunak adalah aliran fluida yang besaran dan sifatnya tidak
berubah dengan waktu. Sedangkan sistem yang dibahas dapat mengenai apa
saja yang didefinisikan dengan jelas dan tegas. Sistem yang dimaksudkan
disini adalah serupa dengan diagram benda bebas dalam analisis mekanika
dan dinamika struktur atau mekanime mesin mesin pada umumnya. Pada
sistem energi, semua bentuk energi yang terlibat hendaknya digambarkan
dengan lengkap, seperti pada gambar dibawah ini, yaitu antara lain energi
dalam, energi aliran, energi kinetik, energi potensial, energi panas dan
energi kerja mekanik. Salah satu penerapan persamaan energi untuk aliran
tunak diatas dapat diterapkan pada bagian ruang bakar PLTGU.
Pada dasarnya persamaan tersebut merupakan jabaran dari hukum
kekekalan energi . Berikut ini digambarkan mengenai massa fluida masuk
sistem penampang / dan keluar sistem e yang masing masing dapat lebih
dari satu. Melalui penampang i dan e tersebut fluida kerja memiliki energi
dalam, energi aliran, energi kinetik, dan energi potensial.

Gambar 4.1 Gambaran Sistem dan Batas Sistem pada Ruang Bakar

23
Sedangkan panas masuk ke dalam sistem sebesar Q dan sistem
menghasilkan kerja mekanik sebesar W. Sebenarnya Q = ƩQ, dan W=ƩW,
karena Qi dapat masuk ke dalam sistem melalui banyak tempat, dan Wi
dapat juga dihasilkan di beberapa tempat. Qi dan Wi masing masing dapat
bernilai positif atau negatif. Qi adalah positif jika panas masuk ke dalam
sistem dan negatif jika panas keluar dari sistem, sedangkan Qi = 0 berlaku
untuk proses adiabatik. Demikian pula Wi bernilai positif jika sistem
menghasilkan kerja, seperti pada motor torak atau turbin, dan bernilai
negatif jika sistem dikenai kerja atau memerlukan kerja, seperti pada
pompa, blower, dan kompresor maupun ruang bakar.
Dengan demikian, persamaan energi yang umum untuk proses aliran
tunak dapat dituliskan sebagai berikut :
W–Q=0 .....(1)
𝑃𝑒.𝑣𝑒 𝑒 𝐶2 𝑚𝑒.𝑧𝑒
Ʃme [ 𝑢 + ] + Ʃme [2𝑔𝐽 ]+Ʃ
𝐽 𝐽

𝑃𝑖.𝑣𝑖 𝐶𝑖2 𝑚𝑖.𝑧𝑖 𝑊𝑖


= Ʃmi [ 𝑢 + ] + Ʃmi[ ]+Ʃ + ƩQi - Ʃ .....(2)
𝐽 2𝑔𝐽 𝐽 𝐽

atau,

𝑒 𝐶2 𝑚𝑒.𝑧𝑒
Ʃme.he + Ʃme [2𝑔𝐽 ]+Ʃ 𝐽

𝐶2 𝑚𝑖.𝑧𝑖 𝑊𝑖
= Ʃmi.hi + Ʃmi [2𝑔𝐽
𝑖
]+Ʃ + ƩQi - Ʃ .....(3)
𝐽 𝐽

dimana, :

mi : massa fluida masuk sistem (kg)

me : massa fluida keluar sistem (kg)

h : u + pv/J = entalpi (kJ/kg)

u : energi per satuan massa

p : tekanan

v : volume spesifik

g : percepatan gravitasi

24
J : faktor pengubah satuan,

Q : perpindahan panas, negatif jika panas keluar dari sistem, dan


positif jika panas masuk ke sistem

W : kerja mekanik, positif jika sistem menghasilkan kerja mekanik


seperti pada turbin, jika sistem dikenai atau memerlukan kerja
mekanik seperti pada kompresor atau pompa.

Subskrip i dan subskrip e berturut – turut menyatakan pada seksi


masuk dan keluar sistem. Jika pada sistem hanya terdapat satu lubang fluida
masuk dan satu lubang fluida keluar, maka mi = me, sehingga persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi :
𝐶2
𝑒 𝑧𝑒 𝑖 𝐶2 𝑧𝑖 𝑤
he + 2𝑔𝐽 + = he + 2𝑔𝐽 + +q- ....(4)
𝐽 𝐽 𝐽

Jika faktor J tidak diikutsertakan (dalam hal ini, satuan diantara faktor
faktor yang telah diketahui sudah sesuai satuan Internasional) , maka
persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :

𝑣2 𝑣2
W-Q = Ʃme . [ h + 2𝑔𝑒 + 𝑔. 𝑧𝑒] - Ʃmi . [ h + 2𝑔𝑖 + 𝑔. 𝑧𝑖]

.....(5)

Pada kasus tertentu, gas yang mengalir ke ruang bakar itu terjadi
secara steady state, dengan mengabaikan energi tekanan dan energi kinetik ,
selama gas dikabutkan bersama bahan bakar. Jika terjadi aliran steady state,
maka persamaan diatas bisa diturunkan menjadi :

𝑣𝑒2 𝑣𝑖2
W - Q = Ʃme . [ he + + 𝑔. 𝑧𝑒] - Ʃmi . [ hi + + 𝑔. 𝑧𝑖]
2 2
:m

𝑣𝑒2 𝑣𝑖2
w-q = [ he + + 𝑔. 𝑧𝑒] - [ hi + + 𝑔. 𝑧𝑖]
2 2

𝑣𝑒2 𝑣𝑖2
w – q = he – hi + − + g (ze – zi)
2 2

𝑣𝑒2 𝑣𝑖2
w – q = he – hi +[ ( − ] + [ g (ze – zi) ]
2 2

w – q = he – hi
..... (6)

25
Jadi dengan dengan mengetahui entalpi pembakaran di ruang bakar,
dapat ditemukan tekanan dan temperatur gas yang dilewatkan di ruang
bakar tersebut, baik yang masuk ke ruang bakar maupun yang keluar dari
ruang bakar.

4.2 Contoh Perhitungan Termodinamika

Berikut ini akan diberikan suatu contoh permasalahan mengenai


perhitungan termodinamika yang berlaku pada ruang bakar PLTGU.

Kasus 1 :
Berdasarkan analisa termal dan data dari spesifikasi suatu ruang bakar
di suatu PLTGU, Entalpi minyak HSD yang diinjeksikan sekitar 3412,23
kj/kg. Udara bertekanan yang masuk ke ruang bakar bertemperatur 50 °C
bertekanan 350 kpa dan memiliki entalpi sebesar 365,67 kj/kg. Setelah
memasuki ruang bakar, tekanan dan temperatur udara yang dikabutkan
meningkat menjadi 700 °C pada tekanan 3 Mpa. Jika kecepatan gas masuk
ruang bakar dan keluar ruang bakar masing – masing 34 m/s dan 75 m/s,
serta tinggi sisi masuk ruang bakar dari zona datum dan sisi keluar ruang
bakar dari zona datum masing masing adalah 8m dan 13 m, hitung energi
total yang dhasilkan ruang bakar tersebut selama 1 menit, jika proses
tersebut berada pada keadaan adiabatik !
Penyelesaian :
Diketahui :
h minyak HSD : 3412, 23 kj/kg.
T in ruang bakar : 50 °C, P in : 350 kpa
h gas in : 365,67 kj/kg
T out ruang bakar : 700 °C, P out : 3 Mpa
Dari tabel diperoleh h gas out dari T=700 °C P = 3 Mpa adalah
3911,7 kj/kg.

v gas in : 34 m/s z in :8m


v gas out : 75 m/s z out : 13 m
q : 0 (karena proses adiabatik)

26
Ditanyakan :
w yang dihasilkan ruang bakar ...
Jawab :
L.1. Masukkan persamaan untuk proses energi dalam ruang bakar :
𝑣𝑒2 𝑣𝑖2
w - q=h minyak HSD +{ [ he + + 𝑔. 𝑧𝑒] - [ hi + + 𝑔. 𝑧𝑖]}
2 2

L.2 masukkan angka yang telah diketahui dari data diatas


(75 𝑚/𝑠)2
w – 0 = 3412, 23 kj/kg + {[ 3911,7 kj/kg + + 9,81 m/s2 .
2.
(34 𝑚/𝑠)2
13m] - {[ 365,67 kj/kg + + 9,81 m/s2. 8m]}
2

w – 0 = 3412, 23 kj/kg + {[ 3911,7 kj/kg + 5625 m2/s2 + 127,53


m2/s2] - {[ 365,67 kj/kg + 1156 m2/s2 +78,48 m2/s2 ]}

( satuan kj/kg = m2/s2 ), jadi bisa dituliskan ,


w – 0 = 3412, 23 kj/kg + {[ 3911,7 kj/kg + 5625 kj/kg + 127,53
kj/kg] - {[ 365,67 kj/kg + 1156 kj/kg +78,48 kj/kg ]}

w – 0 = 3412, 23 kj/kg + {9664,23 kj/kg – 1600,15}

w = 3412,23 kj/kg + 8064,08 kj/kg

w = 11.476,23 kj/kg

Jadi, kerja total yang dihasilkan dari proses diatas adalah 11.476,23
kj/kg.

27
BAB V

STANDART OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)

RUANG BAKAR TURBIN GAS

Agar pelaksanaan proses awal start up dan shut down ruang bakar yang
akan digunakan dalam sistem PLTGU, hendaknya operator perlu memahami
langkah langkah yang harus dilaksanakan untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan. Langkah – langkah tersebut dikenal sebagai Standart Operational
Procedure (SOP). Ada tiga (3) macam Standart Operational Procedure untuk
pengoperasian ruang bakar, yaitu :
1. Start Up Sistem Ruang Bakar
2. Pengoperasian Ruang Bakar secara Normal
3. Shut Down Sistem Ruang Bakar.
Berikut akan diuraikan langkah – langkah dari masing – masing jenis SOP
diatas.

5.1 SOP Start Up Sistem Ruang Bakar


Jenis SOP untuk Start Up Sistem Ruang Bakar ini dilaksanakan ketika
sistem berada dalam keadaan shut down / mati. Langkah – langkahnya
sebagai berikut :
1. Periksa pada layar pada bagian Ready to Start / Trips yang berada
pada Ruang Kontrol (Control Room).
2. Pilih tombol “Initiate to Trips Reset” pada layar monitor.
3. Ketika menu Ready to Start pada monitor memunculkan dialog
“Ready To Start”, tayangkan pilihan menu pada bagian Start Up
Overview.
4. Pilih bagian pada tombol “Pre Start Selection”
5. Pilih tombol Start untuk memulai Siklus Permulaan (Start Cycle).
6. Jika muncul pilihan menu untuk pensikronan (Synchronizer) secara
manual, tutup Generator Breaker pada electrical Package.

28
5.2 SOP Pengoperasian Ruang Bakar secara Normal
SOP Pengoperasian Ruang Bakar secara Normal dilakukan bila sistem
sudah distart up.Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk
Pengoperasian Ruang Bakar secara manual dilakukan dengan cara :
1. Sesaat setelah penutupan pada generator breker, baca dan catat
tekanan dan temperaturnya.
2. Untuk meningkatkan beban minimum yang perlu dicapai, dilakukan
dengan :
a. Piliha Based Load Control
b. Jika pilihan menu Load Control sudah muncul, masukkan beban
target yang diinginkan beserta rating bebannya.
c. Pilih menu Temperature Control dan lakukan pemonitoran pada
pilihan menu MW Reference amati sampai terjadi kenaikan
sesuai yang diinginkan tadi
d. Untuk menghentikan laju kenaikan beban yang diinginkan
secara tiba tiba, pilih tombol Load Hold.

3. Untuk menurunkan beban sesuai permintaan, maka :


a. Pilih tombol Minimum Load dan amati pada menu MW
Reference sampai terjadi penurunan beban yang diinginkan.
b. Untuk menghentikan proses penurunan beban secara tiba – tiba,
pilih Load Hold.
4. Pada proses menuju beban yang ditentukan, amati pada kolom
Reactive Load, dan atur dengan Voltage Regulator. Jika Voltage
regulator menunjukkan posisi manual, pindahkan ke Auto pada
Electrical Package.

5.3 SOP Shut Down Sistem Ruang Bakar


Prosedur untuk menghentikan proses bekerjanya ruang bakar PLTGU
dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Turunkan beban,
2. Tutup Generator Breaker,

29
3. Pilih menu Normal Stop,
4. Tekan tombol pertama Cycle cooling Spin (pendinginan) lima menit
sebelum pengoperasian Turning Gear,
5. Satu jam setelah proses pendinginan pada Cycle Cooling Spin
pertama selesai, mulai proses untuk proses Cycle Cooling Spin yang
kedua,
6. Pilih menu pengoperasian turbin, kemudian klik tombol Spin Hold.
7. Atur putaran Spin sampai kecepatan Spin yang stabil terlihat. Jangan
sampai lebih dari lima menit pengoperasian Starting Motor untuk
menghindari overcooling.
8. Kembalikan pada unit Turning Gear, kemudian pilih tombol Normal
Stop.
9. Proses Cycle cooling Spin tambahan bisa dilakukan satu jam setelah
proses shut down unit apabila memang perlu penambahan proses
pendinginan.

30
BAB VI

TROUBLESHOOTING RUANG BAKAR

Ruang Bakar merupakan salah satu komponen utama di dalam sistem


PLTGU. Di dalam ruang bakar terjadi proses pembakaran, antara udara yang
dikompresikan dan memiliki tekanan dan temperatur yang tinggi dan dengan
waktu yang sama ruang bakar juga menginjeksikan bahan bakar supaya terjadi
ledakan energi. Ruang bakar merupakan bagian yang paling rawan kerusakannya,
karena setiap saat pada saat beroperasi, ruang bakar selalu berkontak dengan
tekanan dan temperatur yang tinggi.
Beberapa masalah yang sering terjadi pada ruang bakar yang
mengakibatkan berhentinya kerja ruang bakar di PLTGU diantaranya adalah :
1. Gejala Flame Anchoring and Flashback
Gejala Flame Anchoring and Flashback adalah gejala overheating
pada bagian burner , tepatnya ruangan sebelum pencampuran , yaitu
premixer pada ruang bakar yang disebabkan karena udara yang
dikompresikan dan bahan bakar yang diinjeksikan tidak bercampur secara
sempurna. Efek yang terjadi adalah kehancuran / kerusakan akibat panas
terlebih tersebut pada bagian sisi burner seperti pada gambar dibawah.

Gambar 6.1 Damaged Flashback pada Burner (Angello and Castaldini,2004)

31
2. Gejala Autoignitions
Gejala ini merupakan peristiwa penginjeksian bahan bakar oleh
injector yang dilakukan secara otomatis, meskipun ruang bakar sedang tidak
dioperasikan. Gejala ini dapat dihindari dengan cara mendesain bagian
premixer fuel injection berdasarkan karakteristik waktu autoignitions.
Sebagai tambahan, autoignitions time untuk metana lebih lama daripada
residence time di premixer sehingga dengan metana, autoignition bisa
dihindari. Bahan bakar minyak yang mengandung metana antara lain HFO
dan MFO.

3. Gejala Dynamic Flame Stability


Gejala ini terjadi akibat adanya ketidakstabilan aliran gas yang
menyebabkan perubuhan reaksi kimia secara stoikiometri. Sedikit saja
terdapat ketidakstabilan (turbulensi) pada aliran gas, maka akan berdampak
dengan adanya kehilangan panas daam jumlah yang besar sehingga
mengurangi kerja dari ruang bakar.

Gambar 6.2 Kerusakan pada Transition Piece akibat Ketidakstabilan Airflow


(Angello and Castaldini,2004)

32
Gambar 6.3 Kerusakan pada connecting Tube karena Denyutan Airflow (Angello
and Castaldini, 2004)

Secara keseluruhan, untuk menghindari gangguan yang mungkin terjadi


pada ruang bakar (Wilkes and Dean,1997), dapat dilakukan dengan cara :
1. Jalur pipa untuk aliran gas sebaiknya dibuat dari stainless steel.
2. Jalur pipa untuk gas dan jalur pipa untuk media penghilang panas
(heat tracing) diisolasi.
3. Memasang alat filter gas sedekat mungkin dengan turbin gas.
4. Ketika dilaksanakan komisioning, bersihkan komponen – komponen
ruang bakar sedetail mungkin.
5. Perhatikan pula pada bagian mixer, gas dan bahan bakar minyak harus
tercampur dengan sempurna sehingga ratio diantara gas dan bahan
bakar minyak selalu tetap dan menghindari tingginya FARs (fuel air
ratios).
6. Memperkecil waktu sisa pembakaran (residence time) dengan selalu
menggunakan bahan bakar minyak yang mengandung metana seperti
High Speed Diesel (HSD).

33
BAB VII

KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan,


yaitu :
1. Salah satu komponen utama dalam siklus gabungan dalam sistem
PLTGU adalah bagian ruang bakarnya. Udara bertekanan dari
kompresor dimasukkan ke ruang bakar dan diinjeksikan bersama
bahan bakar minyak, kemudian dikeluarkan dalam bentuk kerja untuk
memutar turbin gas.
2. Sistem Ruang Bakar juga berhubungan dengan bahan bakar minyak
yang digunakan, karena nantinya akan menentukan kualitas baik
buruknya hasil kerja yang dikeluarkan oleh ruang bakar.
3. Di ruang bakar, berlaku persamaan termodinamika di bawah sehingga
tercapai keseimbangan proses selama proses pembentukan energi.

𝑣2 𝑣2
W-Q = Ʃme . [ h + 2𝑔𝑒 + 𝑔. 𝑧𝑒] - Ʃmi . [ h + 2𝑔𝑖 + 𝑔. 𝑧𝑖]

4. Untuk mengoperasikan maupun menghentikan ruang bakar dalam


sistem, operator perlu memahami mengenai langkah – langah kerja
yang harus dilakukan dengan benar dengan memahami Standart
Operational Procedure (SOP) agar tidak terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan. Ada tiga macam SOP yang berlaku dalam pengoperasian
ruang bakar yaitu :
a. Start Up Sistem Ruang Bakar
b. Pengoperasian Ruang Bakar secara Normal
c. Shut Down Sistem Ruang Bakar
5. Ruang Bakar merupakan bagian yang saling berkontak dengan
tekanan dan temperatur tinggi, sehingga perlu dilakukan perawatan
maupun penggantian komponen – komponen yang telah rusak.

34

Anda mungkin juga menyukai