Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 01 No. 02 Juni  2012 Halaman 112 - 119


Juanita: Smoking Free Areapolicy
Artikel Penelitian

KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK: PELUANG DAN HAMBATAN


SMOKING FREE AREA POLICY: OPPORTUNITIES AND THREATS

Juanita
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan,
Sumatera Utara

ABSTRACK rokok masih lemah dan bersifat mendua. Hal ini dapat dilihat
Background: Currently, there are 1.2 billion smokers in the dari belum adanya peraturan ataupun undang-undang yang
world, 80 percent of whom live in low-income countries and tegas dan ketat mengatur soal rokok. Regulasi pengendalian
medium. Without prevention efforts in reducing cigarette con- rokok di berbagai negara berhasil melindungi mereka yang bukan
sumption, the WHO predicts in 2025 the number of smokers perokok, meningkatkan penghentian merokok dan mengurangi
will rise to 1.6 billion. Indonesia is the fifth in the world in the konsumsi rokok.
consumption of cigarettes, and a third in the number of smok- Dalam UU Kesehatan Nomor 36/2009 secara tegas dinyatakan
ers has a number of cigarette factories in the world. Objec- bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa
tive: This paper aims to analyze the Smoking Free Area Policy Rokok (KTR) di wilayahnya. KTR adalah ruangan atau arena
currently how the opportunities and threath in implementation. yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan,
Methods: The study on the article of smoking free area policy iklan, promosi, ataupun penggunaan rokok. Namun, saat ini,
in America and Indonesia dari 497 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, hanya sebagian
Results: Although the smoking problem in Indonesia is quite kecil (22 kabupaten/kota) yang telah menerapkan perda terkait
alarming, but the commitment of relevant government regula- KTR.
tions cigarette still weak and ambiguous. It can be seen from Kesimpulan: Adanya berbagai kendala di tingkat pusat dalam
the lack of regulations or laws that expressly and strictly regu- menerapkan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dapat direspon
lates the cigarette. Regulatory control of cigarettes in various oleh pemerintah daerah dengan menerapkan kebijakan lokal
countries managed to protecting non-smokers, increase smok- berupa peraturan daerah, hal ini terutama bagi daerah yang
ing cessation and reduce tobacco consumption.In Health Law bukan penghasil tembakau, cengkeh dan tidak mempunyai
No. 36/2009 expressly stated that the local government shall industri rokok, karena daerah hanya akan mendapat dampak
establish Smoking Free Area Policy KTR) in the region. KTR is negatif dari perilaku merokok warganya.
a room or arena are otherwise prohibited for production, sales,
advertising, promotions, or the use of cigarettes. However, at Kata kunci: merokok, kebijakan merokok
present, of 497 districts / cities in Indonesia, only a minority (22
regencies / cities) which has implemented the relevant regula- PENGANTAR
tions KTR .
Conclusion: There is a variety of constraints at the national
Permasalahan rokok masih menjadi isu yang
level in implementing the No Smoking Zone Policy to respond menarik di Indonesia, walaupun jumlah perokok dan
by local governments to implement local policies such as local perokok muda yang semakin besar, namun pemerin-
regulations, it is mainly for areas that are not producing to- tah belum menganggap hal ini menjadi penting karena
bacco, clove and tobacco industry has, since the only areas
will be impacted negative effects of smoking behavior of its
adanya tarik menarik kepentingan antara ekonomi
citizens. dan kesehatan. Pada saat ini Peraturan Pemerintah
terkait tembakau/rokok masih diperdebatkan. Regu-
Keywords : smoking, smoking free policy lasi masih menemui kendala pada tingkat nasional
hendaknya dapat diatasi pada tingkat kabupaten/
ABSTRAK
Latar belakang: Saat ini terdapat 1,2 miliar perokok di dunia,
kota dengan menerapkan aturan lokal. Tulisan
80 persen di antaranya tinggal di negara-negara berpendapatan berikut mengulas bagaimana hambatan dan peluang
rendah dan sedang. Tanpa adanya upaya pencegahan dalam penerapan regulasi kawasan tanpa rokok di daerah.
pengurangan konsumsi rokok, maka W HO memprediksi pada
tahun 2025 jumlah perokok akan meningkat menjadi 1.6 miliar.
Indonesia berada pada posisi kelima di dunia dalam konsumsi
Analisa Situasi Merokok: Global dan Nasional
rokok, ketiga dalam jumlah perokok dan memiliki jumlah pabrik World Health Organization (WHO) menyatakan
rokok terbanyak di dunia. Tujuannya adalah untuk menganalisis bahwa satu dari tiga orang dewasa di dunia sekitar
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok yang ada saat ini bagaimana 1.1 miliar orang berperilaku merokok, 80% diantara-
peluang dan hambatan penerapannya.
Metode: Kajian terhadap artikel kebijakan kawasan tanpa rokok
nya tinggal di negara-negara berpendapatan rendah
yang ada di Amerika dan di Indonesia dan sedang. Jumlah perokok yang besar, karena per-
Hasil: W alaupun permasalahan merokok di Indonesia cukup tumbuhan penduduk dewasa dan peningkatan kon-
mengkhawatirkan, namun komitmen pemerintah terkait regulasi sumsi. Upaya pencegahan tanpa adanya pengurang-

112  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

an konsumsi rokok, maka diperkirakan pada tahun miliar batang), dan Jepang (299,1 miliar batang).
2025 jumlah perokok akan meningkat menjadi 1.6 Tahun 2008, jumlah perokok menempati posisi ketiga
miliar1. di dunia setelah Cina dan India, yaitu sebesar 65
Merokok tidak saja berdampak buruk bagi kese- juta perokok dan memiliki jumlah pabrik rokok
hatan, tetapi juga pada perekonomian (negara dan terbanyak di dunia, yaitu 4.575 pabrik rokok14,15.
rumah tangga). Dampak terhadap kesehatan dapat Suatu prestasi yang tidak membanggakan.
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit bahkan Beberapa studi menunjukkan bahwa individu
kematian dini yang dapat dicegah2,3. Perilaku mero- dengan perilaku berisiko tinggi berhubungan dengan
kok tidak hanya merugikan perokok, tetapi juga orang penggunaan biaya kesehatan yang tinggi dibanding-
disekitarnya yang bukan perokok (perokok pasif). kan dengan individu yang berperilaku risiko ren-
Sejumlah penelitian telah membuktikan penyakit- dah16,17. Demikian pula halnya dengan para perokok,
penyakit akibat rokok antara lain paru-paru, saluran akibat dari gaya hidup mereka dapat menjadi beban
pernapasan kronik, kardiovaskuler, ginjal, kanker bagi negara.
mulut, tenggorok, lambung, kandung kemih, mulut Kajian tentang biaya kesehatan akibat merokok
rahim dan sumsum tulang4,5. Perokok pasif dewasa dibeberapa negara telah dilakukan, seperti di Neder-
mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit land, Amerika, Korea, Inggris dan Jepang. Biaya ke-
infeksi paru, gangguan pertumbuhan paru, dan sehatan perokok pria di Nederland lebih tinggi 40%
kanker paru-paru6,7. Kasus kanker paru-paru pada dibandingkan dengan bukan perokok, di Korea meng-
wanita Taiwan yang terpapar asap rokok meningkat habiskan sekitar $2.269.42-4.580.25 (0,59-1,19%
sebesar 180% dalam kurun waktu 30 tahun dan ke- dari GDP), di Amerika Serikat $ US72,2 miliar, dan
matian akibat kanker paru meningkat menjadi enam di Inggris $45.8 miliar18,19. Para perokok juga meng-
kali lipat8. Perokok pasif anak-anak mempunyai risi- gunakan hari rawat di rumah sakit dan kunjungan
ko lebih tinggi untuk menderita kejadian berat badan ke dokter yang lebih besar dibandingkan dengan
lahir rendah, bronkhitis dan pneumonia, infeksi rong- bukan perokok20,21. Hasil studi Izumi22 di Jepang me-
ga telinga, asma dan sindrom kematian men- nyimpulkan bahwa National Health Insurance harus
dadak9,10. membayar biaya kesehatan yang lebih besar pada
Di Asia jumlah kasus kanker paru-paru akan perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Di
mencapai 600.000 kasus per tahun, termasuk di Korea, beban biaya kesehatan yang harus ditang-
Indonesia. Pada tahun 2004, Rumah Sakit Persa- gung Korean National Health Insurance (KNHI) ter-
habatan Jakarta menangani 448 kasus keganasan kait dengan kebiasaan merokok meningkat sebesar
toraks dan 63,7% pasiennya adalah perokok11. WHO 27% dari $324.9 juta pada tahun 1999 menjadi $413.7
memprediksi, penyakit akibat tembakau akan men- juta pada tahun 2003. Biaya ini untuk penyakit
jadi masalah kesehatan utama dunia yang menye- kanker paru-paru ($74.2 juta), stroke ($65.3 juta),
babkan kematian 8,4 juta orang setiap tahun dan COPD ($50.1 juta), CHD ($49 juta) dan stomach
separuhnya terjadi di Asia. Kematian di Asia akan cancer ($30 juta)23.
meningkat hampir empat kali lipat dari 1,1 juta tahun Hal sama juga terjadi di Indonesia, Studi Kosen24
1990 menjadi 4,2 juta tahun 202012. menemukan bahwa kematian terkait dengan kon-
Jumlah kematian akibat rokok pada tahun 2000 sumsi rokok mencapai 427.948 jiwa atau 22,6% dari
sebanyak 70% berasal dari negara maju dan 30% total kematian, sementara jumlah kesakitan adalah
dari negara berkembang. Pada tahun 2020 komposisi 5.160.075 jiwa pada periode 2001. Total biaya kon-
ini akan berbalik menjadi 30% di negara maju dan sumsi tembakau sebesar Rp127,4 triliun, yang digu-
70% di negara berkembang13. Penurunan konsumsi nakan untuk belanja rokok, biaya sakit terkait dengan
rokok di negara maju karena semakin timbul kesa- rokok, kecacatan, dan kematian dini. Biaya peng-
daran tentang dampak buruk merokok bagi kese- obatan penyakit terkait rokok akan menjadi beban
hatan. Di negara berkembang terjadi peningkatan bagi negara dan rumah tangga. Apabila sistem
konsumsi rokok yang cukup besar. Hal ini merupa- jaminan kesehatan diberlakukan bagi seluruh pendu-
kan fenomena umum, namun pertumbuhan jumlah duk, maka biaya penyakit-penyakit terkait konsumsi
perokok di Indonesia termasuk yang sangat tinggi rokok akan menghabiskan sumber dana yang ada.
dibandingkan negara manapun di dunia. Sumber pembiayaan kesehatan negara berasal dari
Data WHO tahun 2006 menempatkan Indone- pajak yang dibayar masyarakat. Para perokok akan
sia sebagai negara dengan konsumsi rokok kelima membebankan biaya penyakit mereka kepada or-
di dunia (178,3 miliar batang), setelah Cina (1.697,3 ang lain yang tidak merokok, hal ini akan sangat
miliar batang), AS (463,5 miliar batang), Rusia (375 tidak adil dan merugikan.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012  113
Juanita: Smoking Free Areapolicy

Permasalahan merokok di Indonesia cukup be- Tinjauan Empirik Tembakau dan Rokok
sar, namun, komitmen pemerintah terkait regulasi Tembakau merupakan daun tanaman nicotana
rokok masih lemah dan bersifat mendua. Hal ini tabacum. Jean Nicat (1530-1600) adalah orang yang
dapat dilihat dari belum adanya peraturan ataupun pertama kali memperkenalkan manfaat zat yang ter-
undang-undang yang tegas dan ketat mengatur soal kandung dalam tembakau untuk tujuan pengobatan.
rokok. Meski mengkampanyekan bahaya merokok Untuk mengenang penemuannya ini namanya diaba-
dan setiap tahun memperingati hari tanpa tembakau dikan menjadi nama zat yang dikenal, yaitu niko-
sedunia, namun pemerintah tidak berdaya mengha- tin28,29. Bagi suku bangsa Indian, tembakau sangat
dapi imperium industri rokok. Hasil studi Kosen me- erat kaiatannya dengan ritual pengobatan dan upa-
nunjukkan bahwa total biaya konsumsi tembakau cara keagamaan. Hal ini disebabkan karena adanya
meliputi biaya langsung, biaya tidak langsung, sakit anggapan bahwa tembakau merupakan sesajen
dan kecacatan sebesar Rp167,1 triliun, sementara favorit yang memiliki kekuatan mistis. Tanaman tem-
penerimaan negara dari cukai rokok sebesar Rp32,6 bakau mulai ditanam di Eropa tahun 1492 dan sejak
triliun, artinya, biaya rokok 5,1 kali lipat dari itu tanaman tembakau menyebar secara cepat ke
penerimaan cukai rokok. seluruh dunia.
Salah satu bentuk kepedulian WHO atas masa- Di Inggris, para bangsawan memperkenalkan
lah penggunaan tembakau adalah ditetapkannya penggunaan tembakau dengan cara menghisap dari
tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau pipa. Kebiasaan ini semakin meluas dan berkem-
Sedunia (World No Tobacco Day) sejak tahun 1988 bang dengan adanya anggapan bahwa merokok se-
dan pada 27 Februari 2005 diresmikan Framework bagai gaya hidup dan simbol kejantanan. Pada tahun
Convention on Tobacco Control (FCTC) sebagai per- 1604 Raja James I menulis A Counterblaste to To-
janjian kesehatan masyarakat yang pertama di dunia bacco, yang berisi propaganda atas ketidaksukaan-
dan merupakan payung hukum pengendalian rokok. nya pada kebiasaan penggunaan tembakau di ma-
Tujuannya untuk melindungi generasi muda sekarang syarakat. Penggunaan tembakau bagi masyarakat
dan mendatang dari kerusakan kesehatan, sosial, beradab merupakan hal yang tidak pantas, tidak
lingkungan dan konsekuensi ekonomi dari konsumsi sehat dan tidak suci. Kebiasaan ini dapat dianggap
tembakau serta terhadap paparan asap tembakau, melanggar hukum dan para perokok dapat dikenai
Indonesia satu-satunya negara di Asia yang belum hukum penggal kepala30. Selain Inggris, Kerajaan
menandatangani dan meratifikasi FCTC. Bhutan di Himalaya, merupakan negara yang per-
Regulasi pengendalian tembakau diberbagai tama kali di dunia membuat aturan larangan merokok
negara berhasil melindungi mereka yang bukan pero- secara tertulis ditempat-tempat ibadah pada tahun
kok, meningkatkan penghentian merokok dan me- 1729 dan tahun 2004 terbit larangan menjual
ngurangi konsumsi rokok. The Centers for Disease tembakau.
Control and Prevention25 menyimpulkan bahwa de- Sejarah panjang tanaman tembakau di Indone-
ngan pemberlakuan pelarangan merokok telah menu- sia dimulai sejak masuk dan diperkenalkan ke pulau
runkan prevalensi perokok dewasa dari 33,2% pada Jawa sekitar tahun 1601 oleh bangsa Belanda, me-
tahun 1980 menjadi 22,5% pada tahun 2002. Singa- reka mengimpor cerutu dan rokok ke Indonesia pada
pura yang telah memberlakukan pelarangan merokok akhir tahun 1800, dan para elit lokal meniru kebiasa-
di tempat-tempat umum dan pembatasan iklan rokok an merokok warga Belanda ini. Politik kolonial Belan-
sejak tahun 1970, juga telah menunjukkan hasil pe- da telah mengubah pandangan masyarakat Indone-
nurunan prevalensi merokok penduduknya dari 23% sia dari kebiasaan mengunyah sirih ke merokok. Me-
pada tahun 1977 turun menjadi 19% pada tahun 1984 rokok dihubungkan dengan simbol modern, pertanian
dan 13,6% pada tahun 1987. Hal yang sama terjadi dan pendidikan. Hingga saat ini kata merokok tetap
di Italia, yang sejak tanggal 10 Januari 2005 mem- merokok, diadaptasi dari kata kerja Belanda,
berlakuan larangan merokok ditempat umum telah roken31,32.
menyebabkan penurunan konsumsi rokok sebesar Namun, ada sumber lain yang menyatakan bah-
8% dan hal ini tidak berpengaruh pada kegiatan bis- wa tanaman tembakau dibawa oleh para pedagang
nis restauran26,27. Menurunnya prevalensi merokok Portugis pada tahun 1600. Hal ini dapat dilihat dari
berarti pengeluaran rumah tangga untuk membeli ro- penggunaan kata tembakau dihampir seluruh wila-
kok juga mengalami penurunan. Demikian pula bagi yah Indonesia lebih dekat ke istilah tabaco yang
pemerintah, dapat mengurangi beban atas biaya berasal dari bahasa Portugis dibandingkan dengan
kesehatan penduduknya akibat konsumsi rokok. kata tabak dari bahasa Belanda. Oleh karena itu,
menurut Schlegel26, tanaman tembakau masuk ke

114  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Indonesia dibawa oleh para pedagang Portugis. dan tidak dapat diterima dikalangan masyarakat elit.
Penyebaran tanaman tembakau sampai ke luar Pada perkembangan waktu terjadi perubahan para-
pulau Jawa, di Deli Sumatera Timur pada tahun 1864 digma dalam memandang rokok. Rokok tidak lagi
oleh Nienhuys seorang warga negara Belanda, yang dianggap sebagai hal buruk, tetapi kebiasaan mero-
mengekspor tembakau Deli ke Eropa, sehingga pada kok semakin hari semakin meluas dan lebih penting
tahun 1869 perusahaan pengelolaan tembakau lagi telah dapat diterima dan menjadi bagian dari
pertama didirikan diwilayah Sumatera Timur. gaya hidup. Adanya perubahan paradigma ini dise-
Kebiasaan merokok telah dikenal penduduk Pu- babkan karena kerasnya upaya industri tembakau
lau Jawa pada akhir abad XVIII, bahkan pengeluaran mencitrakan dimedia massa bahwa rokok merupa-
seorang bujangan untuk membeli rokok menghabis- kan simbol kejantanan, dan kemudian menjadi ikon
kan hampir sekitar 25% dari total pengeluaran setiap dalam pergaulan sosial, sehingga hal ini membuat
harinya. Hal ini menggambarkan bahwa rokok sudah konsumsi rokok terus meningkat dan mencapai
membudaya di Indonesia sejak zaman dahulu kala. puncaknya di tahun 196334,35.
Rokok selain dikonsumsi juga digunakan sebagai Meskipun terjadi peningkatan konsumsi rokok,
barang dagangan dan barang sesaji dalam acara upaya-upaya regulasi terkait pengendalian merokok
ritual tertentu. terus dilakukan. Faktor penghambat pengurangan
Industri rokok kretek di Indonesia berawal dari konsumsi rokok adalah: 1) merokok merupakan pilih-
Kudus yang diperkenalkan dan dipopulerkan pertama an individu dan 2) akibat pilihan tersebut mereka akan
kali oleh Haji Jamahri pada tahun 1880. Pada awal- menerima segala risiko yang ditimbulkan. Kalangan
nya beliau menggunakan racikan minyak cengkeh aktivis anti rokok menyadari bahwa mereka harus
dalam daun tembakau sebagai obat untuk mengu- terus berkampanye untuk mengurangi konsumsi
rangi nyeri didadanya. Oleh karena manjur, timbul rokok dan mengalihkan perhatian mereka dari pero-
ide menggunakan cengkeh dan mencampurnya de- kok aktif ke perokok pasif. Pengalihan ini bukannya
ngan tembakau dan digunakan dengan cara meng- tanpa perdebatan, terutama antara equal right and
hisap. Hasil temuannya ini merupakan cikal bakal right to choose antara perokok dan bukan perokok
industri rokok kretek di Indonesia. Perkembangan yang kemudian menjadi baku debat.
bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito tahun 1906 dan Para pejabat pemerintahan pada tingkat negara
pada 1908 resmi terdaftar dengan merek ”Tjap Bal bagian dan lokal dengan gigih berupaya membatasi
Tiga”. Langkah ini menjadi tonggak tumbuhnya merokok melalui beragam aturan dan tekanan publik,
industri rokok kretek di Indonesia33,34. termasuk perorangan untuk melawan industri tem-
Kuatnya daya tarik dan dianggap sebagai lahan bakau. Mereka yang melakukan tekanan publik ter-
usaha yang menjanjikan, menyebabkan pertumbuh- hadap industri rokok mendapat perlindungan hukum.
an industri rokok sangat fantastis. Industri rokok ber- Tindakan hukum di pengadilan pada awalnya dilaku-
kembang sangat pesat. Pada awalnya hanya meru- kan oleh industri tembakau, baik terhadap para akti-
pakan usaha yang berskala rumah tangga. Perkem- vis pengendalian tembakau maupun pada para pa-
bangannya, rokok mengalami transformasi lewat sien yang sakit akibat merokok. Pasien bekas pero-
industrialisasi. Proses industrialisasi rokok dimulai kok yang melakukan tuntutan hukum pada perusa-
dengan menggunakan mesin pelinting, hingga pada haan tembakau, selalu kalah melawan industri rokok.
tahun 1968 PT. Bentoel dapat memproduksi 6.000 Mereka berkelit bahwa adanya peringatan bahaya
batang rokok per menit. Hal ini menjadi tonggak per- merokok dibungkus rokok, berarti perokok telah ber-
kembangan industri rokok di Indonesia. Saat ini jum- sedia menanggung risiko akibat merokok, dan itu
lah pabrik rokok di Indonesia merupakan yang terba- adalah pilihan, merokok atau tidak. Perkembangan
nyak di dunia. Lemahnya peraturan pengendalian selanjutnya, hal sebaliknya terjadi. Pasien yang sakit
tembakau dan kuatnya peran industri rokok yang akibat merokok, berhasil memenangkan tuntutan
cukup besar sebagai penyumbang devisa negara, mereka, yaitu perusahaan tembakau memberi kom-
membuat pemerintah tidak berdaya dalam meng- pensasi. Pekerja yang menjadi perokok pasif ditem-
hadapi kedigdayaan imperium industri rokok. pat mereka bekerja dan sakit akibat menghirup asap
rokok orang lain mendapat kompensasi dari majikan
Sejarah Kebijakan Pengendalian Tembakau di mereka. Bahkan, perusahaan asuransi kesehatan
Amerika memperoleh kompensasi dari perusahaan rokok atas
Secara umum, pertempuran melawan temba- biaya kesehatan akibat merokok36.
kau (rokok) di Amerika hampir sama dengan per- Pengurangan konsumsi rokok, pemerintah juga
kembangan kesehatan masyarakat. Pada awal abad mengeluarkan undang undang bahwa korban bukan
20, merokok dianggap sebagai kebiasaan yang buruk perokok yang tidak bersalah harus dilindungi dan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012  115
Juanita: Smoking Free Areapolicy

mereka juga mempunyai hak untuk bebas dari keti- sehatan dan ekonomi. Rokok memberikan sum-
daknyamanan. Semua orang berhak untuk menghi- bangan cukup besar bagi pendapatan pemerintah,
rup udara bersih bebas asap rokok, harus ada aturan melalui cukai rokok, Pajak Penambahan Nilai (PPN)
untuk menjamin tegaknya peraturan tersebut. Gerak- serta Pajak Penghasilan (PPh).
an udara bebas asap rokok ini yang semula dianggap Peraturan terkait dengan rokok, yang dikeluar-
aneh dan saat ini telah menjadi aturan nasional. kan pemerintah pertama kali adalah Peraturan Pe-
Kebijakan pengendalian rokok berfokus pada merintah No.81/1999 tentang Pengaman Rokok bagi
strategi advokasi di negara bagian dan pada tingkat Kesehatan. PP ini dikeluarkan pada masa Presiden
lokal. Pada tingkat nasional, upaya mengurangi Habibie, dan mencakup aspek yang berkaitan de-
rokok berjalan lamban karena mengandalkan pada ngan pengaturan iklan rokok, peringatan kesehatan,
himbauan, sedangkan pada tingkat lokal berjalan pembatasan kadar nikotin dan tar, penyampaian
cepat, karena dilakukan dengan cara meningkatkan kepada masyarakat tentang isi produk tembakau,
pajak dan larangan merokok di tempat umum. Pajak sanksi dan hukuman, pengaturan otoritas serta peran
rokok merupakan dilema, karena disatu pihak pajak masyarakat dalam kawasan bebas asap rokok.
rokok menjadi pembenar sebagai denda bagi perilaku Sebelum sempat diimplementasikan, PP ini telah
hidup tidak sehat, tetapi disisi lain negara sangat direvisi menjadi PP No. 32/2000 oleh Presiden
tergantung pada penerimaan pajak rokok. Beberapa Abdurrahman Wahid. PP Nomor 32/2000 direvisi
negara bagian memberlakukan pembatasan rokok, kembali pada masa pemerintahan Presiden
tetapi ditingkat lokal kampanye anti rokok relatif Megawati dengan menerbitkan PP No. 19/2003.
berhasil karena mampu menargetkan masyarakat Kuatnya lobi industri rokok menyebabkan PP ini
yang menerima kampanye anti rokok dan upaya keluar dan industri rokok semakin membuktikan
mereka yang memberi perhatian pada efektitivitas keberadaannya.
pengorganisasian kampanye. Undang-Undang Kesehatan No. 23/l992 yang
Kebijakan pembatasan merokok yang dimulai diamandemen menjadi UU No. 36/2009 telah men-
pada tingkat lokal relatif berhasil. Semakin banyak cantumkan tentang pengamanan zat adiktif. Dalam
negara bagian yang memberlakukan larangan mero- pasal 113 ayat (2) dinyatakan secara tegas bahwa
kok di restoran, bar, dan ruang publik lainnya. Pada tembakau merupakan zat yang bersifat adiktif. Zat
akhir 1980-an, ada 44 negara bagian dan 400 kota adiktif yang dimaksud meliputi tembakau, produk
memberlakukan larangan merokok diruang publik yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas
secara ketat. Keberhasilan ini karena masyarakat yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat
menerima informasi yang akurat tentang bahaya menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masya-
merokok, sehingga tidak ada penolakan masyarakat. rakat sekelilingnya. Tembakau mengandung nikotin
Industri rokok menolak kampanye anti rokok ini di dengan kadar yang cukup besar. Nikotin tergolong
tempat-tempat khusus orang dewasa, seperti bar, zat adiktif, sehingga rokok tembakau dapat menim-
restoran, atau pub karena dianggap melanggar hak bulkan ketergantungan psikologis, fisik dan toleransi
pemilik usaha. serta sulit menghentikannya. PP tentang pengaman-
Pada berbagai negara rokok mulai menjadi ba- an produk tembakau sebagai zat adiktif bagi kese-
rang yang sedapat mungkin dihindari. Selain denda hatan menuai kontroversi.
yang besar, merokok sembarangan diruang publik Selain itu, dalam pasal 115 (ayat 2) ditegaskan
juga dihadapkan pada hak asasi perokok pasif. Pero- bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan Kawa-
kok pasif dapat melakukan tuntutan ke pengadilan san Tanpa Rokok (KTR) diwilayahnya. KTR adalah
jika perokok aktif dapat merugikan kesehatan publik. ruangan atau arena yang dinyatakan dilarang untuk
Di Jerman, sejak beberapa tahun lalu mulai diberla- kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, ataupun
kukan larangan merokok di tempat umum. Di Swiss, penggunaan rokok. Saat ini, dari 497 kabupaten/
perihal rokok masih cukup toleran, tetapi di tempat kota yang ada di Indonesia, hanya sebagian kecil
kerja, larangan merokok diberlakukan secara ketat. yang sudah menerapkan perda terkait KTR, yaitu
antara lain DKI Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon,
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia, Palembang, Surabaya, D.I.Yogyakarta, Bangli dan
Lesson learned dari Amerika Padang Panjang. Sementara pada tingkat provinsi,
Di negara maju aturan larangan merokok sema- DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Barat,
kin meluas. Di Indonesia, menimbulkan pro dan kon- Bali, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah,
tra. Pemerintah menghadapi dilema dan bersifat men- Jawa Timur, D.I.Yogyakarta, Sulawesi Selatan, NTB
dua dalam menghadapi persoalan rokok, antara ke- dan NTT.

116  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Kawasan bebas asap rokok bertujuan melin- hubungan di dalam kerangka kerja yang tepat dan
dungi kesehatan masyarakat bukan perokok dengan mengungkapkan hubungan yang adil dengan semua
melarang merokok diruangan atau area yang dinyata- mitra kolaboratif, 5) Kebenaran (truthfulness). Prinsip
kan bebas asap rokok, meliputi: 1) fasilitas pelayanan kebenaran sangat penting dalam kebijakan pengen-
kesehatan, 2) tempat proses belajar mengajar, 3) dalian tembakau. Kebenaran tentang bahaya temba-
tempat anak bermain, 4) tempat ibadah, 5) angkutan kau yang telah nyata dan terbukti secara ilmiah harus
umum, 6) tempat kerja dan 7) tempat umum dan diungkapkan, dan 6) Menghormati otonomi (respect
tempat lain yang ditetapkan (pasal 115 UU Kese- for autonomy). Prinsip otonomi dalam kebijakan pe-
hatan tahun 2009). Area bebas rokok harus menjadi ngendalian tembakau menghormati otonomi semua
norma dimasyarakat. Alasan pengembangan KTR individu, baik perokok maupun bukan perokok. Untuk
adalah 1) melindungi anak-anak dan bukan perokok perokok kebijakan ditujukan untuk mengatur tempat
dari risiko bahaya rokok bagi kesehatan, 2) mence- yang diperbolehkan untuk merokok. Sebaliknya, hak
gah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang bukan perokok untuk tidak terpapar asap rokok juga
merokok, 3) membantu mengembangkan iklim opini harus dilindungi.
bahwa tidak merokok adalah perilaku yang lebih
normal, dan 4) mengurangi konsumsi rokok dengan Problem Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
menciptakan lingkungan yang mendorong perokok Kebijakan terkait rokok yang ada saat ini adalah
untuk mengurangi rokok bahkan berhenti sama sekali pemerintah lebih mementingkan aspek ekonomi
dari merokok36. dibandingkan aspek kesehatan. Cara pandang
Semakin ketatnya aturan merokok pada tingkat seperti ini disebut sebagai kebijakan yang bersifat
global dan dibanyak negara, berdampak pada ke- myopik, tidak melihat jauh ke depan dampak dari
langsungan hidup industri rokok di negara tersebut, kebijakan yang ada saat ini. Pada jangka pendek,
sehingga penjualan rokok ikut turun. Kondisi tersebut, penerimaan dari cukai rokok merupakan sumber de-
para investor rokok kemudian beralih melirik pasar visa pemerintah, namun, untuk jangka panjang, kon-
Asia Tenggara, terutama Indonesia. Jika pemerintah sumsi rokok, akan berdampak pada timbulnya ber-
pusat dan daerah tidak bersikap tegas, akan menye- bagai penyakit dan akan menjadi beban bagi negara
babkan kita menjadi sasaran pangsa pasar yang untuk biaya pengobatan.
menggiurkan bagi produsen rokok. Negara Indone- Roadmap Industri Hasil Tembakau (RIHT) untuk
sia dianggap surga bagi para perokok dan industri jangka pendek lebih bertumpu kepada pengembang-
rokok. an kesempatan kerja, penerimaan negara, dan peme-
Fox37 mengemukakan prinsip-prinsip Etika yang liharaan kesehatan, untuk jangka menengah, priori-
dapat diterapkan dalam membingkai kebijakan pe- tas pada penerimaan negara, aspek kesehatan, dan
ngendalian rokok, yaitu: 1) Kebaikan (beneficence). penerimaan tenaga kerja; pada jangka panjang
Kebijakan pengendalian tembakau bertujuan mengu- (2015-2020), baru prioritas ke kesehatan, penyerap-
rangi kesakitan dan kematian yang berkaitan dengan an tenaga kerja, dan penerimaan negara.
tembakau. Tujuan ini dapat dianggap sebagai upaya Perilaku merokok sudah menjadi hal yang biasa
untuk berbuat baik. Oleh karena itu, prinsip kebaikan dan sulit dipisahkan dalam sendi kehidupan masya-
yang merupakan tindakan untuk kepentingan orang rakat, hal ini terutama karena selama ini tidak adanya
lain dapat dilihat sebagai prinsip etika utama dalam pengaturan tentang merokok, sehingga penerapan
kebijakan pengendalian tembakau, 2) Bersifat tidak KTR akan mendapat penolakan bagi para perokok.
mencelakakan (non-maleficence). Prinsip tidak men-
celakakan untuk memastikan bahwa risiko dan kon- Prospek Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
sekuensi yang tidak diinginkan dapat diminimalkan Masih lemahnya aturan pengendalian rokok pa-
ketika mengembangkan program dan kebijakan, 3) da tingkat nasional hendaknya dapat direspon oleh
Keadilan (justice). Efek konsumsi tembakau tidak pemerintah daerah (kabupaten/kota) untuk member-
sama dirasakan oleh semua penduduk. Ada kesen- lakukan peraturan pada tingka lokal, Perda Kawasan
jangan dalam konsumsi tembakau yang signifikan Tanpa Rokok (KTR) pada dasarnya bukan melarang
dan perlu perhatikan. Para perokok yang menjadi merokok dan menghentikan produksi tembakau di
korban adiksi nikotin rokok perlu dilindungi dari Indonesia yang dapat mengancam petani tembakau,
ketidaktahuan akan dampak negatif konsumsi rokok tetapi lebih kepada melindungi masyarakat dari
dengan kebijakan yang melindunginya, 4) Trans- bahaya merokok, memberikan pemahaman kepada
paransi (transparency). Kebijakan pengendalian tem- perokok untuk merokok ditempat tertentu dan
bakau harus bersifat transparansi dalam menjelaskan mencegah perokok baru.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012  117
Juanita: Smoking Free Areapolicy

Penerapan peraturan yang berasal dari tingkat Kesehatan Masyarakat, Program Studi IKM,
lokal lebih mudah dan dapat diterima masyarakat Program Pascasarjana UGM bekerjasama
dibandingkan dengan tingkat nasional. Larangan dengan Dinkes Propinsi D.I.Yogyakarta tanggal
merokok diruang publik pada tingkat lokal dapat 9 April 2005.
memengaruhi persepsi penduduk terhadap norma 11. Januar, Sebanyak 80 persen Kanker Paru
merokok di masyarakat Berhubungan dengan Rokok http://www.gatra.
com/2006-12-01/versi_cetak.php?id=99288,
KESIMPULAN Diakses tanggal 10 Agustus 2008
Adanya tarik menarik kepentingan dalam mene- 12. World Bank, Curbing the Epidemic: Government
tapkan kebijakan rokok ditingkat pusat, dapat disi- and the Economic of Tobacco Control,
kapi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dengan Washington, 1999.
membuat perda Kawasan Tanpa Rokok. Penetapan 13. Departemen Kesehatan, Fakta Tembakau
Kawasan Tanpa Rokok diberbagai tatanan dapat di- Indonesia. Data Empiris untuk Startegi Nasional
wujudkan melalui penggalangan komitmen bersama Penanggulangan Masalah Tembakau, 2004.
untuk melaksanakannya. Peran lintas sektor sangat- 14. W HO, MPOW ER Upaya Pengendalian
lah penting untuk menentukan keberhasilan dari pe- Konsumsi Tembakau, 2008.
netapan Kawasan Tanpa Rokok sebagai salah satu 15. Departemen Perindustrian Direktorat Jenderal
upaya penanggulangan bahaya rokok. Industri Agro dan Kimia, Roadmap Industri
Pengolahan Tembakau. Disampaikan pada
REFERENSI Lokakarya Nasional Ekonomi Tembakau,
1. World Bank, Curbing the Epidemic: Government Jakarta, 2009.
and the Economic of Tobacco Control, 16. Yen LT, Edington DW, Witting P, Associations
Washington, 1999. between Health Risk Appraisal Scores and
2. Taylor P, The Smoking Ring: Tobacco, Money Employee Medical Claims Costs in a
and Multinational Politics, New American Manufacturing Company, American Journal of
Library, New York, 1985. Health Promotion, 1996;6:46–54.
3. Glantz SA, Preventing tobacco use: the youth 17. Goetzel RZ, Anderson DR, W itmer RW,
access trap, American Journal of Public Health, Ozminkowski RJ, Dunn RL, Wasserman J,
1996;86(2):156-157. Research Committee, The Relationship between
4. Shinton R, Beevers G, Meta Analysis of Relation Modifiable Health Risks And Health Care
between Cigarette Smoking and Stroke. BMJ, Expenditures, Journal of Occupational and
1989;298:789-94. Environmental Medicine, 1998;40:843–854.
5. Doll R, Peto R, Wheatley K, Gray R, Sutherland 18. Barendregt JJ, Bonneux L, Van Der Maas PJ,
I, Mortality in Relation to Smoking : 40 years The Health Care Costs of Smoking, The New
Observations on Male British Doctors, BMJ, England Journal of Medicine, 1997;337(15)
1994;309:901-11 19. Orme, M.E., Hogue, S.L., Kennedy, L.M., Paine,
6. Enstrom JE, Kabat GC, Environmental Tobacco A., Godfrey, C. 2001. Development of the Health
Smoke and Tobacco Related Mortality in a and Economic Consequences of Smoking
Prospective Study of Californians, 1960-98, BMJ, Interactive Model. Tobacco Control. Vol.
2003;326:1057. 10(1):55–61.
7. WHO, Protection from exposure to second-hand 20. Vogt TM, Schweitzer S, Medical Costs of
tobacco smoke, Policy Recommendations, Cigarette Smoking in a Health Maintenance
2007. Organization, Journal of Epidemiology,
8. Department of Health Taiwan, Vital Statistics in 1985;122(6):1060-1066.
Taiwan, Taipei, Taiwan: Department of Health, 21. Jee SH, Kim IS, Suh I, The effect of smoking on
Executive Yuan, Taiwan, 2002. health service utilization, Yonsei Med J,
9. WHO, Protection from exposure to second-hand 1993;34(3):223-33.
tobacco smoke, Policy Recommendations, 22. Izumi Y, Tsuji I, Ohkubo T, Kuwahara A, Nishino
2007. Y, Hisamichi S, Impact of Smoking Habit on
10. Achadi A, Kebijakan Penanggulangan Masalah Medical Care Use and Its Costs: A Prospective
Merokok. Workshop Inovasi dalam Promosi Observation of National Health Insurance
Kesehatan:Penggunaan Instrumen Hukum Beneficiaries in Japan, Int J Epidemiol; 2001;30:
sebagai Kebijakan Meningkatkan Status 616 |621

118  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

23. Lee SY, Jee SH, Yun JE, Kim SY, Lee J, Samet 29. Ray O, Ksir C, Drug, Society and Human Be-
JM, Kim IS, Medical Expenditure of National havior (8 th ed), WCB Mc Graw Hill, Boston,
Health Insurance Attributable to Smoking among 1999.
the Korean Population, J Prev Med Public 30. Sukendro S, Filosofi Rokok Sehat Tanpa Ber-
Health, 2007;40(3):227-232. henti Merokok, Pinus Book Publisher, Yogya-
24. Tobacco Control Support Center, IAKMI karta, 2007.
bekerjasama dengan Southeast Asia Tobacco 31. Reid D, Effects of Health Publicity on Preva-
Control Alliance (SEATCA) dan WHO Indone- lence of Smoking. BMJ 1994;309:1441.
sia, Profil Tembakau Indonesia, 2008. 32. Arnez M, Tobacco and Kretek: Indonesian Drugs
25. Marlow ML, Tobacco Control Programs and To- in Historical Change. ASEAS,2009.
bacco Consumption. Cato Journal, 2006;26(3). 33. Muchtar, Matikan Rokok Hidupkan Semangat:
26. Siegel M, Carol J, Jordan J, Hobart R, Jalan Menuju Hidup Sehat Sehat Bermakna,
Schoenmarklin S, Du Melle F, Fisher P, Pre- Amanah Publishing House, Bandung, 2005.
emption in Tobacco Control: Review of An 34. Jaya M, Pembunuh Berbahaya Itu Bernama
Emerging Public Health Problem, Journal of the Rokok, Penerbit Riz’ma, Yogyakarta, 2009.
American Medical Association, 1997; 278:858- 35. Bluhm WT, Heineman RA, Ethics and Public
863. Policy Method and Cases, Pearson Prentice
27. Gallus P, Zuccaro P, Colombo G, Apolone R, Hall, New Jersey, 2007.
Pacifici S, Garattin, La Vecchia C, Effects of 36. Crofton J, Simpson D, Tembakau:Ancaman Glo-
New Smoking Regulations in Italy. Annals of bal, PT Elex Media Komputindo, Kompas
Oncology, 2006;17:346–347. Gramedia, Jakarta, 2009.
28. Mc Kim WA, Drug and Behavior (2 nd ed), Pren- 37. Fox BJ, Framing Tobacco Control Efforts Within
tice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey,1991. an Ethical Context, Tobacco Control,
2005;14(ii):ii38–ii44.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 2 Juni 2012  119

Anda mungkin juga menyukai