Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di
dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yanglainnya.
Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan daristruktur sosial
yangmerupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.Perkembangan inilah
yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang
berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan
dalam proses hubungan sosial.
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-
perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem
serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan sebagainya.
Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian
nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkatmenjadi
semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,melainkan
merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentangmaksud dan
tujuan masing - masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya, saling berbicara
komunikasi, bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah,atau mungkin
pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada
aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu, antara individu dengan
individu,individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Guru
mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok.
Interaksi sosialmemerlukan syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak
sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi
sosial dapat secaralangsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung
apabila tanpamelalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk
contoh Interaksi sosialsecara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B
dan B meneruskankembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi,
sugesti,identifikasi, simpati dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari
olehfaktor meniru orang lain. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh
adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke
muridatau bisa juga dipengaruhi karena iklan. Indentifikasi adalah interaksi sosial
yangdidasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menjadi sama)
dengan pihak yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial ?
2. Apa syarat - syarat terjadinya interaksi sosial ?
3. Apa yang dimaksud kehidupan yang terasing ?
4. Apa saja bentuk- bentuk interaksi sosial ; proses Asosiatif, proses Disosiatif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang proses sosial dan interaksi sosial dalam pembelajaran
mata kuliah sosiologi.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan
sosial
b) Mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
c) Mengetahui arti dari kehidupan yang terasing
d) Menegtahui bentuk bentuk interaksi sosial ; proses Asosiatif, proses
Disosiatif

D. Sistematika Penulisan
Makalah dengan bahasan utama mengenai proses sosial dan interaksi sosial
terdiri dari tiga sub-bab secara garis besar yang terdiri atas bab pertama yang
membahas mengenai pendahuluan, bab kedua membahas mengenai tinjauan teori,
dan bab terakhir sebagai penutup.
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang membahas
mengenai proses sosial dan interaksi sosial secara garis besar dan secara perlahan
bahasan dipersempit dan dipaparkan pada Rumusan Masalah dengan memberikan
pertanyaan seputar rumusan permasalahan sesuai dengan RPS. Dilanjutkan dengan
tujuan pembahasan yang memaparkan pembahasan lebih spesifik.
Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori yang berisi
bahasan secara mendetail mengenai proses sosial dan interaksi sosial dengan sub
pembahasan tentang interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial,
kehidupan yang terasing, bentuk - bentuk interaksi sosial.
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas mengenai
kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai proses sosial dan interaksi sosial,
dan dilanjutkan dengan saran sebagai pembangun dalam pembuatan makalah di
kemudian hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial


Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari
masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini di dasarkan
kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari existensi suatu
masyarakat. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan
yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau
perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu
sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat.
Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai
bentuk-bentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu
masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang
dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial. Sehingga Gillin & Gillin mengatakan
bahwa: Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila
orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
Dilihat dari sudut inilah, komunikasi itu dapat di Pandang sebagai sistem dalam
suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial. Dalam komunikasi, manusia saling
pengaruh-mempengaruhi timbal balik sehingga terbentuklah pengalaman ataupun
pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama. Karenanya Komunikasi
menjadi dasar daripada kehidupan sosial ia, ataupun proses sosial tersebut.
Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga-warga suatu masyarakat,
menyebabkan suatu masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu kesatuan.
Karenanya pula dalam setiap masyarakat terbentuk apa yang di namakan suatu
sistem komunikasi. Sistem ini terdiri dari lambang-lambang yang diberi arti dan
karenanya mempunyai artiarti khusus oleh setiap masyarakat. Karena kelangsungan
kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap masyarakat dapat. membentuk
kebudayaannya, berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.
Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi menjadi lebih penting lagi,
karena pada umumnya masyarakat yang modern bentuknya makin bertarnbah
rasionil dan lebih di dasarkan pada lambang-lambang yang makin abstrak. Bentuk
umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial, dan karena bentuk-bentuk lain
dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dairi interaksi, maka
interaksi sosial yang dapat dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah
kunci semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-
aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia,
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Gillin dan Gillin mengajukan dua
syarat yang harus di penuhi agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu:
1. Adanya kontak sosial (social contact)
2. Adanya komunikasi.

Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi


sosial. Dapat di katakan bahwa urituk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus
terjadi secara badaniah seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang secara harfiah
berarti “bersama-sama menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan
kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya
dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun “face-to face” communication,
interpersonal communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi
komunikasi telah demikian pesatnya. Apabila dua orang bertemu, saat itu mereka
dapat saling menegur, berjabat-tangan, ataupun saling berbicara dan melakukan
berbagai kegiatan lain. Dua orang. itu telah melakukan kontak, bahkan aktivitas-
aktivitas semacam itu sudah merupakan bentuk bentuk interaksi sosial.
Apabila dua orang yang bertemu itu, tidak saling rnenukar tanda-tanda ataupun
tidak saling berbicara, interaksi sosial bahkan telah dimulai, interaksi sosial telah
terjadi. Sebab masing-masing sadar akan adanya dan kehadirannya pihak yang lain
yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan ataupun syaraf
mereka masingmasing. Kesan yang dapat ditimbulkan pada masing-masing individu
itu kemudian dapat menentukan tindakan dan kegiatan apa yang akan dilakukan.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak hanya antara
individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga dalam bentuk
kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Bentuk ketiga,
antara sesuatu kelompok manusia dengan kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya. Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung dari tindakan ataupun
kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau response reaksi, juga feedback terhadap
tindakan atau kegiatan tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif, apabila
mengarah kepada suatu kerjasama (cooperation). Dan dapat bersifat negatif apabila
mengarah kepada suatu pertentangan (conflict), atau bahkan lama sekali tidak
menghasilkan suatu interaksi sosial. Penggolongan lain ialah, suatu kontak sosial
dapat bersifat primer atau sekunder. Apabila pihak-pihak yang mengadakan kontak
dapat langsung bertemu dan berhadapan muka, hal itu dikatakan bersifat primer.
Sedangkan apabila dalam kontak itu diperlukan suatu perantara yang dapat berupa
orang-perorangan ataupun media, dikatakan kontak tersebut bersifat sekunder.
Dari pembicaraan tentang kontak sosial sebagai syarat pertama terjadinya
interaksi sosial, dengan agak penjang lebar, hanya ingin di kemukakan, bahwa
kontak sosial termaksud adalah juga sama dengan komunikasi, atau setidak-tidaknya
di dalam pengertian itu telah terkandung aspek-aspek pengertian komunikasi.
Sehingga syarat kedua sudah kurang penting. Tetapi arti terpenting dari pembicaraan
khusus komunikasi sebagai syarat kedua terjadinya interaksi sosial adalah, sebagai
kelanjutan daripada kontak sosial yang telah terjadi. Arti yang terpenting dari
komunikasi adalah bahwa individu yang satu memberikan tafsiran pada peranan-
peranan apa yang ingin disampaikan lewat perikelakuan orang lain tersebut. Di
dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai penafsiran terhadap tingkah
laku orang lain. Berdasarkan tafsiran itu iapun bertindak kembali; Dan dengan
demikian interaksi sosial terjadi.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (co-operation),
persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
Interaksi sosial didasari oleh Komunikasi. Dalam artinya yang benar dan konkrit
dan nyata, interaksi sosial itu adalah komunikasi itu sendiri. Seperti telah lama
dinyatakan Oleh John Dewey : “Society not only continues to exist by transmissions,
by communication, but it may fairly be said to exist in transmission, in
communication”.
Apabila dua orang individu berinteraksi, mereka saling tukar-menukar isyarat -
isyarat yang berarti, mengoperkan lambang-lambang yang berarti, apakah itu dalam
bentuk katakata, atau senyuman-senyuman, mengerutkan dahi, dan lain-lain, mereka
itu saling menafsirkan dan mengertikan gerakan-gerakan ini yang terdapat. dalam
tingkahlaku orang lain tersebut. Dan memberikan respons yang sesuai atau layak
dengan harapan dan dari mereka sendiri. Apabila yang seorang setelah mengikuti
komunikasi yang lain ia kemudian memberikan respons kepadanya, yang lain itu lalu
menyesuaikan tingkahlakunya secara bersamaan oleh sebab-sebab tersebut.
Hal ini merupakan suatu proses dinamis, sebab hubungan-hubungan itu berubah
dari saat ke seat dan setiap orang harus berturutturut tetap mengubah responsnya
sendiri yang ditujukan kepada rang lain. Jika dua.orang saling bercakap, atau dua
anak laki-laki sedang berkelahi, atau dua orang sedang berlomba, masing-masing
bergerak atau bertindak yang diarahkan dan ditujukan kepada individu yang lain, dan
karenanya, oleh sebab-sebab itu mengubah-ubah tingkahlakunya sendiri.
Karenanya interaksi sosial adalah bersifat sosial dan bukan personal, sebab pada
akhirnya dibutuhkan adanya dua orang atau lebih. Di dalam suatu interaksi terdapat
proses yang tetap daripada saling penyesuaian (mutual adjustment) kepada kegiatan
ataupun aksi dan tingkahlaku yang mendahului, yang saling diharapkan.
Demikianlah Douglas Oliver misalnya mengatakan bahwa: Interaksi adalah
apabila berkenaan atau berhubungan dengan tingkahlaku saling penyesuaian, di
antara dua atau lebih individu. Baik suatu kelompok atau masyarakat tidak dapat
mempertahankan adanya itu, tanpa suatu penyesuaian. Setiap anggauta suatu
kelompok/masyarakat berinteraksi dengan anggota yang lain melalui komunikasi,
dan dalam pada itu secara bersamaan menyesuaikan tingkahlakunya kepada harapan-
harapan mereka. Semua kegiatan komunikasi mendasari interaksi sosial sehingga
saling mengikat orang-orang bersamasama ke dalam suatu masyarakat: Karenanya
interaksi adalah kenyataan sosial yang sangat fundamental.
B. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi (Soerjono Sukamto).
1. Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-
sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah
bbersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan
badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya
seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yan bersangkutan. Dengan
berkembangnya tekonologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu
sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak
perlu memerlukan sentuhan badaniah (Soerjono Sukamto).
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk (Soerjono Sukamto: 59)
yaitu sebagai berikut:
a. Antara orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-
kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui
komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia
menjadi anggota.
b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau
sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasaan bahwa
tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat.
c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Umpannya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk
mengalahkan partai politik lainnya.
Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontak sosial positif dan kontak
sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah kepada suatu
pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial
(Soerjono Sukamto).
Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak
primer juga terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka, sebaliknya kontak sekunder yang memerlukan suatu perantara
(Soerjono Sukamto).

2. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang
lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-
perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat
diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan
untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran
terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum mislanya, dapat ditafsirkan
sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan
sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi
memungkinkan kerja sama antara perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi
disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yang terjadi karena
salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat
diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan terasing
yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi
sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing dapat disebabkan karena
secara badaniah seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-
orang lainnya. Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentukan oleh
pergaulannya dengan orang lain.
Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salah
satu alat indranya. Dari beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian
seseorang mengalami banyak penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena
cacat indera itu. Orang-orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah
diri, karena kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya seolah
terhalang dan bahkan seringkali tertutup sama sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi,
terasingnya sseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila
berada dikalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.

C.Kehidupan Yang Terasing


a. Pengertian kehidupan yang terasing
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat
diuji pada kehidupan yang terasing (isolasi). Kehidupan terasing yang sempurna
ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan
pihak lain. Namun, orang yang hidup terasing dapat disebabkan secara badaniah
seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnya.
Padahal, perkembangan jiwa seseorang banyak ditentukan oleh pergaulannya.
Contoh kasus: seseorang yang sejak kecil diasingkan memiliki kepribadian
yang berbeda dengan orang lain, meskipun tampilan fisiknya sama, orang lain
disini doartikan sebagai orang yang tumbuh dengan interaksi sosial yang
dianggap baik, pertumbuhannya normal namun perkembangannya terganggu.
Kehidupan terasing juga dapat terjadi karena cacat pada inderanya, orang
cacat cenderung menjadi rendah diri karena untuk mengembangkan
kepribadiannya seolah-olah terhalang dan tertutup sama sekali. Kehidupan
terasing juga dapat disebabkan karena perbedaan rasa tau kebudayaan uang
menimbulkan prasangka yang berbeda. Kehidupan terasing pun dapat terjadi
karena perbedaan agama apabila suatu penganut agama memeluk suatu agama
tertentu dengan kuatnya maka orang dengan agama yang berbeda akan
tersingkir.
Pada masyarakat berkasta mungkin terjadi biasanya terjadi pada masyarakat
kasta yang tertinggi pada masyarakat kasta yang tertinggi terhadap masyarakat
kasta rendah banyak karena perbedaan strata sosial dapat membuat terhambatnya
interaksi sosial.
Pada suku bangsa mungkin terjadi, beberapa suku Indonesia yang tertutup
dan terasing pada dunia luar akan sulit interaksi sosial, hal ini sering terjadi
karena adanya prasangka buruk rakyat sekitar yang takut akan adanya budaya
lain yang akan merusakan norma-norma tradisional hal ini akan mengganggu
adanya interaksi sosial.
b. Faktor-faktor penyebab Kehidupan yang Terasing
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kehidupan yang Terasing
adalah:

a. Sikap rendah diri.

Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini
menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang
laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap
minder. Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru
dirinya sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri
disebabkan antara lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah
pendidikannya, dan karena kesalahan perbuatannya.

b. Keterasingan karena cacat fisik

Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak
Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa
malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari
pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.

c. Keterasingan karena sosial-ekonomi

Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh
membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan
ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang
yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya
orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.

d. Keterasingan karena rendah pendidikan

Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya
dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan
banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan
kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa
sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut
jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan tetapi,
orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan
akhirnya menjadi bahan tertawaan.

e. Keterasingan karena perbuatannya

Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia


rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari
perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak
perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.Contoh :

Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di
wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan
dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi
milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul.
Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup
dalam keterasingan.

f. Takut kehilangan hak.

Contoh : Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang


orang dan mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak
kenal istilah musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan
menjauhinya, sehingga ia terasing dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang
hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong
yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain,
sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.

g. Kerinduan.

Kadang-kadang keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang


begitu hebat baik terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu
tempat. Adalah satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari
keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya.
Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan
merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi
kebutuhannya.

D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

1. Proses Asosiatif (Processes of Association)


a. Kerja Sama (Cooperation)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama
merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama
untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar
bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja
sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama.
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok
manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa
kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok
kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat
digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa
tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada
iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa yang akan
diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya dapat
terleksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya
(in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group-nya). Kerja sama mungkin akan
bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-
tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau
institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau
segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam
jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak
puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena
adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama,
yaitu:
1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barabg-
barabg dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi,
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilisasi organisasi yang bersangkutan.
4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua ornagisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu
dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya alaha kooperatif.
5) Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman,
perhotelan, dll.

b. Akomodasi (Accomodation)
1) Pengertian

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada
suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang
menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium)
dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di
dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi
(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada
suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam
sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula
saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan
situasi yang dihadapinya, yaitu:
a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara
kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-
kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor
sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem kasta.
d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah.

2) Bentuk-bentuk akomodasi
a) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan
bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan
yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.
b) Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun
psikologis (tidak langsung).
c) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat
melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia
untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu
pula sebaliknya.
d) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya
sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh
kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih
tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
e) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation
diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang
ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu
penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah
sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi
keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
f) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada
coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
g) Toleration, juga sering disebut sebagai tolerant-participation. Ini
merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan
tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya watak orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat
mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
h) Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti
pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini
disebabkan oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada
kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
i) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

3) Hasil-hasil akomodasi
a) Akomodasi, dan integrasi masyarakat, telah berbuat banyak untuk
menghindari masyarakat dari benih-benih perentangan latent yang
akan melahirkan pertentangan baru.
b) Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi
keuntungan suatu kelompok tertentu demi kerugian pihak lain.
c) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.
d) Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan
keadaan baru atau keadaan yang berubah.
e) Perubahan-perubahan dalam kedudukan.
f) Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap
yang sama, walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai
kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan
tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada:
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
adalah:
1) Toleransi
2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6) Perkawinan campur (amalgamation)
7) Adanya musuh bersama di luar.

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi


adalah:
1) Terisolasi kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok
tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok
lainnya.
5) Perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah.
6) In-group feeling yang kuat.
7) Golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari
golongan yang berkuasa.
8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis halnya
dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk
dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan system social masyarakat
bersangkutan.
Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu bentuk oposisi,
atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsure-unsur
kebudayaan terutama yang menyangkut system nilai, struktur masayarakat dan
system sosialnya. Factor yang paling menentukan adalah system nilai masyarakat
tersebut.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawanseseoran atau
sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan,
tempat tinggal serta lain-lain factor telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama
dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk
tetap hidup (struggle for existence). Perlu dijelaskan bahwa pengertian struggle
for existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan di mana
manusia yang satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya, keadaan
mana menimbulkan kerja sama untuk dapat tetap hidup. Perjuangan ini mengarah
pada paling sedikit tiga hal yaitu perjuangan manusia melawan sesame,
perjuangan manusia melawan makhluk-makhluk jenis lain serta perjuangan
manusia melawan alam.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-proses
yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan (competition)
b. Kontravensi (contravention)
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

a. Persaingan (competition)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama
merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama
untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar
bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja
sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama.
Suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya :
1) Persaingan ekonomi. Timbul karena terbatasnya persediaan apabila
dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2) Persaingan kebudayaan. Menyangkut persaingan kebudayaan,
keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan
sebagainya.
3) Persaingan kedudukan dan peranan. Di dalam diri seseorang maupun
di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai
orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan
yang terpandang.
4) Persaingan ras. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit,
bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya
merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-
perbedaan dalam kebudayaan.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki beberapa fungsi, antara
lain :
1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu ata u kelompok yang
bersifat kompetitif
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang
pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik
oleh mereka yang bersaing.
3) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial
4) Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang
akhirnya akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif.
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai factor, antara lain :
1) Kepribadian seseorang
2) Kemajuan masyarakat
3) Solidaritas kelompok
4) Disorganisasi

b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
1) Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard
Becker, ada 5, yaitu :
a) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan
mengacaukan rencana pihak lain.
b) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di
depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain, dan sebagainya.
c) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus,
mengecewakan pihak lain, dsb.
d) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan
khianat, dll.
e) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol
dalam pemilihan umum.

2) Tipe-tipe kontravensi
Menurut von Wiese dan Becker terdapat tiga tipe umum kontravensi yaitu
kontravensi generasi masyarakat 9 bentokan antara generasi muda dengan tua
karena perbedaan latar belakang pendidikan, usia dan pengalaman), kontravensi
yang menyangkut seks (hubungan suami dengan istri dalam keluarga) dan
kontravensi parlementer (hubungan antara golongan mayoritas dengan minoritas
dalam masyarakat baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga-
lembaga legislative, keagamaan, pendidikan, dan seterusnya).
Selain tipe-tipe umum tersebut ada ada pula beberapa kontravensi yang
sebenarnya terletak di antara kontravensi dan pertentangan atau pertikaian,yang
dimasukkan ke dalam kategori kontravensi, yaitu :
a) Kontravensi antar masyarakat
b) Antagonism keagamaan
c) Kontravensi intelektual
d) Oposisis moral
Kontravensi, apabila dibandingkan dengan persaingan dan pertentangan
bersifat agak tertutup atau rahasia.

c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)


Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di mana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
dengan ancaman atau kekerasan.
Peyebab terjadinya pertentangan, yaitu :
1) Perbedaan individu-individu
2) Perbedaan kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan
4) Perbedaan sosial
Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau
kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan social di
dalam srtuktur sosial tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat
positif.
Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan
benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-
valve institutions yang menyediaka objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan
perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain. Bentuk-bentuk pertentangan
antara lain :
1) Pertentengan pribadi
2) Pertentangan rasial
3) Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya disebabkan oleh
karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4) Pertentangan politik
5) Pertentangan yang bersifat internasional.
Akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
1) Bertambahnya solidaritas “in-group” atau malah seba liknya yaitu
terjadi goyah dan retaknya persatuan kelompok
2) Perubahan kepribadian
3) Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Lib.ui.ac.id/file=pdf/metadata-20256913.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSILOGOI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf
https://repository.unikom.ac.id/34308/1/Proses%20sosial%20dan%20Interaksi
%20sosial.pdf
http://www.e-
journal/iainjambi.ac.id/index.php/mediaakademika/article/download/218/199
https://www.google.co.id/url?sa=t%source-
=web&rct=j&url=https://ikaribajuwanitasosiologi.files.wordpress.com/2011/04/interak
si-sosial-dan-dinamika-
sosial.pdf&ved=2ahUKEwiT37kk5KHZAhULu7wKHc3LCI8QFjACegQIERAB&usg
=A0vVaw1j-3kU7Ewpl77qcqcXy8HG

Anda mungkin juga menyukai