Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di
dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yanglainnya.
Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan daristruktur sosial
yangmerupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.Perkembangan inilah
yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang
berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan
dalam proses hubungan sosial.
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-
perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem
serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan sebagainya.
Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian
nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkatmenjadi
semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,melainkan
merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentangmaksud dan
tujuan masing - masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya, saling berbicara
komunikasi, bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah,atau mungkin
pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada
aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu, antara individu dengan
individu,individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Guru
mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok.
Interaksi sosialmemerlukan syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak
sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi
sosial dapat secaralangsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung
apabila tanpamelalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk
contoh Interaksi sosialsecara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B
dan B meneruskankembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi,
sugesti,identifikasi, simpati dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari
olehfaktor meniru orang lain. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh
adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke
muridatau bisa juga dipengaruhi karena iklan. Indentifikasi adalah interaksi sosial
yangdidasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menjadi sama)
dengan pihak yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial ?
2. Apa syarat - syarat terjadinya interaksi sosial ?
3. Apa yang dimaksud kehidupan yang terasing ?
4. Apa saja bentuk- bentuk interaksi sosial ; proses Asosiatif, proses Disosiatif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang proses sosial dan interaksi sosial dalam pembelajaran
mata kuliah sosiologi.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan
sosial
b) Mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
c) Mengetahui arti dari kehidupan yang terasing
d) Menegtahui bentuk bentuk interaksi sosial ; proses Asosiatif, proses
Disosiatif
D. Sistematika Penulisan
Makalah dengan bahasan utama mengenai proses sosial dan interaksi sosial
terdiri dari tiga sub-bab secara garis besar yang terdiri atas bab pertama yang
membahas mengenai pendahuluan, bab kedua membahas mengenai tinjauan teori,
dan bab terakhir sebagai penutup.
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang membahas
mengenai proses sosial dan interaksi sosial secara garis besar dan secara perlahan
bahasan dipersempit dan dipaparkan pada Rumusan Masalah dengan memberikan
pertanyaan seputar rumusan permasalahan sesuai dengan RPS. Dilanjutkan dengan
tujuan pembahasan yang memaparkan pembahasan lebih spesifik.
Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori yang berisi
bahasan secara mendetail mengenai proses sosial dan interaksi sosial dengan sub
pembahasan tentang interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial,
kehidupan yang terasing, bentuk - bentuk interaksi sosial.
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas mengenai
kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai proses sosial dan interaksi sosial,
dan dilanjutkan dengan saran sebagai pembangun dalam pembuatan makalah di
kemudian hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang
lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-
perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat
diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan
untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran
terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum mislanya, dapat ditafsirkan
sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan
sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi
memungkinkan kerja sama antara perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi
disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yang terjadi karena
salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat
diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan terasing
yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi
sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing dapat disebabkan karena
secara badaniah seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-
orang lainnya. Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentukan oleh
pergaulannya dengan orang lain.
Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salah
satu alat indranya. Dari beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian
seseorang mengalami banyak penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena
cacat indera itu. Orang-orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah
diri, karena kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya seolah
terhalang dan bahkan seringkali tertutup sama sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi,
terasingnya sseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila
berada dikalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.
Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini
menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang
laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap
minder. Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru
dirinya sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri
disebabkan antara lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah
pendidikannya, dan karena kesalahan perbuatannya.
Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak
Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa
malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari
pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh
membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan
ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang
yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya
orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya
dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan
banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan
kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa
sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut
jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan tetapi,
orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan
akhirnya menjadi bahan tertawaan.
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di
wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan
dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi
milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul.
Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup
dalam keterasingan.
g. Kerinduan.
b. Akomodasi (Accomodation)
1) Pengertian
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada
suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang
menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium)
dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di
dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi
(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada
suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam
sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula
saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan
situasi yang dihadapinya, yaitu:
a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara
kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-
kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor
sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem kasta.
d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah.
2) Bentuk-bentuk akomodasi
a) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan
bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan
yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.
b) Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun
psikologis (tidak langsung).
c) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat
melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia
untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu
pula sebaliknya.
d) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya
sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh
kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih
tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
e) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation
diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang
ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu
penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah
sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi
keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
f) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada
coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
g) Toleration, juga sering disebut sebagai tolerant-participation. Ini
merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan
tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya watak orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat
mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
h) Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti
pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini
disebabkan oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada
kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
i) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
3) Hasil-hasil akomodasi
a) Akomodasi, dan integrasi masyarakat, telah berbuat banyak untuk
menghindari masyarakat dari benih-benih perentangan latent yang
akan melahirkan pertentangan baru.
b) Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi
keuntungan suatu kelompok tertentu demi kerugian pihak lain.
c) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.
d) Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan
keadaan baru atau keadaan yang berubah.
e) Perubahan-perubahan dalam kedudukan.
f) Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap
yang sama, walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai
kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan
tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada:
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
adalah:
1) Toleransi
2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6) Perkawinan campur (amalgamation)
7) Adanya musuh bersama di luar.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis halnya
dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk
dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan system social masyarakat
bersangkutan.
Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu bentuk oposisi,
atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsure-unsur
kebudayaan terutama yang menyangkut system nilai, struktur masayarakat dan
system sosialnya. Factor yang paling menentukan adalah system nilai masyarakat
tersebut.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawanseseoran atau
sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan,
tempat tinggal serta lain-lain factor telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama
dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk
tetap hidup (struggle for existence). Perlu dijelaskan bahwa pengertian struggle
for existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan di mana
manusia yang satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya, keadaan
mana menimbulkan kerja sama untuk dapat tetap hidup. Perjuangan ini mengarah
pada paling sedikit tiga hal yaitu perjuangan manusia melawan sesame,
perjuangan manusia melawan makhluk-makhluk jenis lain serta perjuangan
manusia melawan alam.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-proses
yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan (competition)
b. Kontravensi (contravention)
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
a. Persaingan (competition)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama
merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama
untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar
bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja
sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama.
Suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya :
1) Persaingan ekonomi. Timbul karena terbatasnya persediaan apabila
dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2) Persaingan kebudayaan. Menyangkut persaingan kebudayaan,
keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan
sebagainya.
3) Persaingan kedudukan dan peranan. Di dalam diri seseorang maupun
di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai
orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan
yang terpandang.
4) Persaingan ras. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit,
bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya
merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-
perbedaan dalam kebudayaan.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki beberapa fungsi, antara
lain :
1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu ata u kelompok yang
bersifat kompetitif
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang
pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik
oleh mereka yang bersaing.
3) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial
4) Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang
akhirnya akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif.
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai factor, antara lain :
1) Kepribadian seseorang
2) Kemajuan masyarakat
3) Solidaritas kelompok
4) Disorganisasi
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
1) Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard
Becker, ada 5, yaitu :
a) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan
mengacaukan rencana pihak lain.
b) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di
depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain, dan sebagainya.
c) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus,
mengecewakan pihak lain, dsb.
d) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan
khianat, dll.
e) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol
dalam pemilihan umum.
2) Tipe-tipe kontravensi
Menurut von Wiese dan Becker terdapat tiga tipe umum kontravensi yaitu
kontravensi generasi masyarakat 9 bentokan antara generasi muda dengan tua
karena perbedaan latar belakang pendidikan, usia dan pengalaman), kontravensi
yang menyangkut seks (hubungan suami dengan istri dalam keluarga) dan
kontravensi parlementer (hubungan antara golongan mayoritas dengan minoritas
dalam masyarakat baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga-
lembaga legislative, keagamaan, pendidikan, dan seterusnya).
Selain tipe-tipe umum tersebut ada ada pula beberapa kontravensi yang
sebenarnya terletak di antara kontravensi dan pertentangan atau pertikaian,yang
dimasukkan ke dalam kategori kontravensi, yaitu :
a) Kontravensi antar masyarakat
b) Antagonism keagamaan
c) Kontravensi intelektual
d) Oposisis moral
Kontravensi, apabila dibandingkan dengan persaingan dan pertentangan
bersifat agak tertutup atau rahasia.
DAFTAR PUSTAKA
Lib.ui.ac.id/file=pdf/metadata-20256913.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSILOGOI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf
https://repository.unikom.ac.id/34308/1/Proses%20sosial%20dan%20Interaksi
%20sosial.pdf
http://www.e-
journal/iainjambi.ac.id/index.php/mediaakademika/article/download/218/199
https://www.google.co.id/url?sa=t%source-
=web&rct=j&url=https://ikaribajuwanitasosiologi.files.wordpress.com/2011/04/interak
si-sosial-dan-dinamika-
sosial.pdf&ved=2ahUKEwiT37kk5KHZAhULu7wKHc3LCI8QFjACegQIERAB&usg
=A0vVaw1j-3kU7Ewpl77qcqcXy8HG