Anda di halaman 1dari 14

DEFENISI DAN MINERALOGI EMAS

Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas


Pengetahuan tentang mineralogy emas sangat diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan
emas. Keberhasilan atau kegagalan penerpan suatu teknologi pengolahan dapat dimengerti atau
dijelaskan oleh kondisi mineralogy batuan (bijih) emas yang sedang dikerjakan. Mineralogy dari
batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum menentukan teknologi pengolahan yang
akan diterapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah:
1. Mineral-mineral pembawa emas
2. Ukuran butiran mineral emas
3. Mineral-mineral induk
4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk

Mineral-mineral pembawa emas


Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam. Mineral emas yang
menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-mineral pembawa
emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa emas antara lain: Emas urai
(Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au,
Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit
(AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au,
Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4),
nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2), fisceserit
(Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak yang
bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh
karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda sampai keperak-perakan
sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai
15,6 bergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya
sebesr 9% dan bila beat jenisnya 16,9 kandungan peraknya 13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas 18%. Dengan
kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi dari kuning pucat sampai
warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila
kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila
perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.
Mineral induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada sulfida,
yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi denagn sulfida.
Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai
emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas
dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan
kalkopirit. Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi
(magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan krikil
(endapan plaser).
Ukuran butiran mineral emas
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau elektrum) berkisar dari
butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai partikel-partikel berukuran fraksi
(bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya
sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butran
yang halus.
Berikut mineral induk Emas berupa sulfida
pirit (FeS2), arsenopirit (FeAsS), kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit
(FeS2), Glen (PbS), Sfalerit (ZnS), armonit (Sb2S3)
Asosiasi mineral
Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih. Pertama,
emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara butiran-butiran mineral yang
sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau dibatasi antara dua butiran mineral
(pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran dua mineral yang
berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral
kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk
(misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).

Sifat Fisik Emas (Au)


Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5
– 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang
berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah
kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah
paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum
sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas
dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.

Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua.
http://ovan-indra.blogspot.com/2009/10/emas.html (diakses 23 Oktober 2011 )

PENGOLAHAN BIJIH EMAS

Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian dilanjutkan dengan proses
yang di sebut Metalurgy.

KOMINUSI
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung emas
dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas dari mineral-mineral lain yang
terkandung dalam batuan induk.
Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :
• Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk
• Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
• Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada bijih
emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan induk yang kemudian
terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan
perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran
mineral emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.

Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan diolah, dengan
menggunakan :

 Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 – 110 0C, biasanya sekitar 10
jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada batuan oksidis.

 Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan melalui
perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)

 Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai ukuran


slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#, misalnya
dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.

Seteleah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang selanjutnya di olah
di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses metallurgy ada banyak metode yang di
gunakan namun dalam pengolahan emas kali ini menitik beratkan pada metode Sianida dan
amalgamasi

Proses pemisahan Emas dari konsentrat


Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, Konsentrat ini wujudnya
seperti pasir.

Proses ini memakai 3 jenis furnace.


(1) Smelting Furnace,
(2) Slag cleaning Furnace,
(3) Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (diesbut anoda furnace) lalu dicetak
bentuknya batangan anoda Cu.
Proses pertama :
(1) Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah ditambahkan
flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan kompresor diatur oksigennya 60%).
Tujuannya untuk mengoksidasi unsur pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan
mulai kurangi sulfur dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2)

(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena Sulfur masih
banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari proses (1). disini pakai Electric arc
furnace, jadi matte yang lebih berat akan dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil
terus dipanaskan, disini metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan
Sulfur.

(3) Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur (CaCO3), tujuan
utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk menjaga komposisi slag (biar tidak
kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).

Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan lagi matte). lalu
dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu elektrowining untuk tahap
selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses pemurnian untuk dioksidasikan S sampai
“light”. Setelah dicetak jadi anoda, Cu anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag,
Pt, Co, Ni) masih ada dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat
+ Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan dengan perbedaan
sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu memakai voltase DC yang tepat,
biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda
(puritynya bisa mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia
(Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya membentuk endapan
(disebut slime), slime biasanya tidak ikut menempel di katoda (karena tidak larut). Selanjutnya
slime ini yang harus diolah lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk
ikat pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan antara pengotor
dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.

Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana tegangannya diatur untuk
memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur lagi untuk mendapatkan purity

sampai Au 99.99 %.
Proses Pengolahan Emas dengan Sianida

Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-Forrest) adalah teknik
metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah dengan mengubah emas ke kompleks
koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi
emas. Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan
perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang
digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida. Karena sifat yang
sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan penggunaannya dilarang di sejumlah
negara dan wilayah.

Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam larutan
mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida. Melalui karya Bagration
(1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan dua
sianida, yaitu stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas
sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh John
Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun 1896
Bodländer dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh MacArthur, dan
menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk sebagai perantara.
Reaksi kimia untuk pelepasan emas, “Persamaan Elsner”, berikut:

4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O → 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH

Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan dengan
transfer proton (H +) dari air.

(http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html) (diakses 23 Oktober 2011 )

Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida :


Cara Kerja

1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga menjadi
tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari bahan).
3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian tambahkan
Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 – 11) dengan (T = 85°C).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t= 48h),
kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m),
kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80°C – 90°C).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90°C – 100°C).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110°C – 120°C).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110°C –
120°C) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)

Proses Pemurnian (Dari Bullion)


Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian tambahkan garam
dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya
saring aja dan dibakar.

2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan
masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut,
maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga
(menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar),
lalu tinggal bakar aja masing – masing, jadi deh logam murni.

(http://knol.google.com/k) (diakses 24 oktober 2011)


Proses Perendaman

Ada pula proses pengolahan emas dengan perendaman, berikut caranya:


BAHAN
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton

Formula Kimia
1. NaCn = 40 kg
2. H2O2 = 5 liter
3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4. Ag NO3 =100 gram
5. Epox Cl = 1 liter
6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2O (air) = 20.000 liter

(http://knol.google.com/k) (diakses 24 oktober 2011)


Perendaman di Bak Kimia

1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7


2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12
3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH 11-12

Percobaan di Bak Lumpur

1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam
bak.
2. Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke Bak II
untuk merendam lumpur ore selama 48 jam.
3. Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24 jam, dijaga
pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda secukupnya.
4. Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan melalui
Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/
menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air kaya
5. Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir selama
5 – 10 hari
6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam
wadah untuk diperas dengan kain famatex
7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml H2SO4
dan 3 liter air panas
8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion

(http://tambangemasindonesia.com/) (diakses 24 Oktober 2011 )

Teknologi Amalgamasi

Mekanisme Amalgamasi

Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila terjadi kontak
antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks membasahi dan menenbus logam
untuk membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut
amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah,
cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam emas, yang
mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut ini yaitu
AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa bertambah dengan naiknya
temperature. Paad temperature kamar kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au,
sedangkan pada temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya
disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain terutama perak
dan tembaga.

Ukuran Butiran

Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat dalam amalgasi,
sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari yang kasa (bijih emas yang kaya)
sampai yang halus (bijih emas yang miskn). Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau
digerus sampai diperoleh butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun,
kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari 0,074 mmyang dapat
diolah dengan teknik amalgamasi.

Gangguan Amalgamasi

Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi mineralogy dari bijih yang
diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat yang halus dan air). Kondisis yang buruk
menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah menjadi
partikel-partikel halus, sehingga amlgamasi tidak dapat berlangsung secar baik.

Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan
mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas yang berasal dari bijih yang
teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh oksida besi. Emas kusam mengurangi

kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak bias
beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi
dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).

Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang untuk
menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat menghambat amalgamasi.
Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-ion timbaldan tembaga dapat menolong
untuk mengurangi gangguan ini. Penambahan bahan alkali yang kuat dapat mengurangi gangguan
ini.

Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat amalgamasi. Minyak
dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi. Keberadaannya dalam pulp harus duhindari
dengan penambahan kapur yang sedikit.

Penggerusan

Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume) media penggerus,
kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp, dan lamanya penggerusan.
Volume media penggerus dapat diatur sehingga media penggers mengisi barel/gelundung sedikit
diats setengah isi barel/gelundung. Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media
penggerus tidak bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi sewaktu
berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.

Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini seharusnya
memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang. Permukaan bergelombang
ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media penggerus sewaktu barel berputar dan untuk
mencegah selip diantara media penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktu-
waktu dapat dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu
batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci. Bergantung pada ukuran
barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x 24 inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki
(dikaitkan dengan ukuran gelundung yang biasa digunakan dalam tahap amalgasi).

Pengikatan Emas oleh Merkuri

Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 jenis cara
atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan pencampuran. Dari keemapt cara atau alat iniyang
akan dibahas adalah hanya amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya, selain telah
dikenal masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan sulit dmalgamasi, atau amat
halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih uyang menyebabkan merkuri tidak
bekerja baik.

Masyarakat menggunakan bael atau gelundung baik untuk penggerusan maupun amlgamasi.
Nmun kedua kegiatan ini (penggerusan dan amlgamasi) sebaiknya dipisahkan. Dengan kata lain
dua barel atau gelundung seharusnya dimiliki, yang satu memakai liner (untuk penggerusan) dn
satu lagi tanpa iner (untuk amlgamasi)

Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan dan perbedaannya adalah
bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan merkuri ke dalam pulp) media penggerus berjumlah 1
atau 2 batang yang berdiameter 4 atau 5 inci, atau sengh lusin bola bediameter 4 atau 5 inci.
Selanjutnya kecepatan putarannya rendah dan lamanya amalgamasi berkisar antara 1 jam sampai
beberapa jam. Pulp dan media penggerus mengisi barel atu gelundung dengan kisaran dari
sepertiga sampai setengah volume barel. Jika operasi penggerusan penting, operasi amlgamasi
memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja, operasi dengan 30-50% padatan. Jumlah merkuri
yang ditambahkan bergantung pada kadar emas dalam bijih dan jumlah merkuri ditambah apabila
kadar emasnya tinggi.

Perolehan Emas

Perolehan emas denag teknologi amlgamasi relative rendah (artinya apabila dibandingkan dengan
teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi amalgamasi (perolehan emas dan kehilangan
merkuri) dari tambang rakyat dapat dilakukan dengan penambahan baha kimia dan pengaturan
teknik (berat umpan, persentase padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi) perolehan emas
dapat mencapai 55%. Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)

Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas sebenarnya dalam batuan
(bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang digunakan yaitu metode gravimetric dan metode
dengan alat modern yaitu AAS.
(http://www.scribd.com/doc/33920112/Bahan-galian-Emas) (Diakses 23 Oktober 2011 )

PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang ada pada lapisan bumi
dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang berkompetensi dalam menghasilkan butiran emas
yang dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan asesoris, lapisan logam, filament dan sebagai
katalis untuk berbagai reaksi kimia.
Ekstraksi butiran emas dapat dapat dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan teknologi
sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kedua metode tersebut dapat
diandalkan untuk menghasilkan emas dalam kuantitas yang tinggi. sedangkan efek dari teknologi
pengolahan bijih emas dengan kedua metode tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang
bersifat toksik yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya.

Referens
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses
metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan
(placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:

1. Endapan primer / Deposit Primer


Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa
dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme/ vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal
atau adanya panas di dalam bumi. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal.

2. Endapan plaser / Deposit Sekunder


Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang
mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985) atau sebagai hasil dari pergerakan endapan primer. Dimana
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Seringkali ditemukan bersamaan dengan
mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya.

Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan
dari sifatnya yang lunak, berat jenis tinggi, dan seratnya yang keemasan. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan
perak.

Sifat fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun lapuk dan jarang bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktivitas
elektrik dan termalnya sangat baik, malleable (mudah dibentuk) dan juga bersifat ductile(Fleksible). Emas adalah logam yang
paling tinggi densitasnya.

Orang sering mengira penampakan pirit sebagai emas, karena kilapnya memang menyerupai emas.

Pirit (Pyrite) dengan rumus kimia FeS2, merupakan salah satu dari jenis
mineral sulfida yang umum dijumpai di alam, entah sebagai hasil
sampingan suatu endapan hidrotermal ataupun sebagai mineral asesoris
dalam beberapa jenis batuan. Tidak ada penciri mineralisasi tertentu jika
anda menjumpai pirit, apalagi dalam jumlah sedikit. Secara deskriptif, pirit
ini mempunyai warna kuning keemasan dengan kilap logam. Jadi, kalau
tidak terbiasa dengan mineral-mineral logam, orang sering menganggapnya
sebagai emas.

Secara struktur kristal, baik pirit dan emas sama-sama kubis, namun
memiliki sifat yang berbeda. Emas lebih mudah ditempa daripada pirit sedangkan pirit akan hancur berkeping-keping apabila
ditempa.

Cara yang cukup mudah untuk membedakan emas dengan pirit adalah dengan melihat asahan polesnya di bawah mikroskop.
Biasanya di bawah mikroskop pantul, emas tampak berbentuk tak beraturan dibandingkan pirit yang kadang bentuk kubisnya
masih tampak. Meskipun sama-sama isotropik, tetapi kecemerlangan emas tidak dapat ditandingi oleh pirit, begitu juga
bentuknya. Cara lain yang lebih canggih adalah dengan menganalisis kandungan kimianya, misalnya dengan microprobe atau
SEM plus EDX. Dengan cara ini anda bisa memastikan apakah yang anda sebut pirit itu emas atau pirit?

Apakah pirit mengandung emas? Mungkin saja emas terdapat di dalam pirit, sebagai yang dikenal dengan istilah refractory gold.
Emas ini ukurannya sangat kecil atau sering dikatakan sebagai invisible gold, karena ukurannya <0.1 μm, tidak sanggup dideteksi
dengan mikroskop elektron. Emas ini biasanya hadir bersama-sama arsen (arsenian pyrite atau arsenopyrite).

Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas (ekstraksi). Menurut Greenwood dkk (1989),
batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).
Metode penambangan emas sangat
dipengaruhi oleh karakteristik deposit
emas primer atau sekunder yang dapat
mempengaruhi cara pengelolaan
lingkungan untuk meminimalisir
dampak kegiatan penambangan
tersebut. Deposit emas primer dapat
ditambang secara tambang terbuka
(open pit) maupun tambang bawah
tanah ( underground minning ).
Sementara deposit emas sekunder
umumnya ditambang secara tambang
terbuka.

Terhadap batuan yang ditemukan,


dilakukan proses peremukan batuan
atau penggerusan, selanjutnya
dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi
atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik penambangan antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini
memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan
batuan samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat
erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang bawah tanah
(underground) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis tanpa persiapan-persiapan
penambangan (development works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya deposit bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang (stope) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran deposit bijih di tempat itu

Cara penambangan ini umumnya tanpa penyanggaan yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis.
Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di
Ciguha,Pongkor-Bogor; GunungPeti,Cisolok-Sukabumi; Gunung Subang,Tanggeung-Cianjur; Cikajang-Garut;
Cikidang,Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo; Selogiri-Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado;
BatuGelas,RataTotok-Minahasa; Bajuin-TanahLaut; Perenggean-PalangkaRaya; Ketenong-Lebong; dan lain-lain.

Kegunaan emas
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak
negara, diperdagangkan dalam bentuk koin, batangan
dan perhiasan.

Ada dua cara memurnikan (ekstraksi) emas:

Ekstraksi emas

Amalgamasi

Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (au – hg). Amalgam masih
merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar
tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).

Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen
yaitu air raksa dan bullion emas. (Perlu diingat Air Raksa amat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan) Amalgam dapat terurai
dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa
tersebut. Sementara au-ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.

Sianidasi

Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang
biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah nacn, kcn, ca(cn)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah nacn, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan au dan ag
adalah sebagai berikut:

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Au(CN)2- + 4OH-


4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Ag(CN)2- + 4OH-
pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk zn
(zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2 Zn + 2 NaAu(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O = 2 Au + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2


2 Zn + 2 NaAg(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O = 2 Ag + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2

Penggunaan serbuk zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk zn
yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret
clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu mg, al,
zn, cu, au, ag, hg, pb, fe, pt.

Setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi
sebenarnya tidak hanya zn yang dapat mendesak au dan ag, tetapi cu maupun al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih
mahal maka lebih baik menggunakan zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk zn ini
disebut “proses merill crowe”.

dibawah ini adalah teknik pengolahan emas dengan berbagai cara

Dengan cara sianida

Cara kerja

1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga


2. menjadi tepung (mesh + 200).
3. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan h2o (2/3 dari
4. bahan).
5. Tambahkan tohor (kapur) hingga ph mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
6. tambahkan nitrate (pbno3) 0,05 %.
7. Tambahkan sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga ph
8. larutan (10 – 11) dengan (t = 85 derajat).
9. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring.
10. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi bullion atau gunakan. (metode 1)
11. Metode merill crow (dengan penambahan zink anode / zink dass), saring lalu
12. dimurnikan / dibakar hingga menjadi bullion. (metode 2)
13. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan h2o
selama (t = 2j) pada (t = 80 – 90 derajat).
14. Lakukan proses pretreatment dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
15. (naoh) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (t = 90 – 100o).
16. Lakukan proses recycle elution dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
17. 3 % selama (t = 2.5 j) pada (t = 110 – 120 derajat).
18. Lakukan proses water elution dengan menggunakan larutan h2o pada (t = 110 –
19. 120o) selama (t = 1.45j).
20. Lakukan proses cooling.
21. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (v = 3) dan (a = 50) selama (t = 3.5j). (metode 3)

proses pemurnian (dari bullion) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

1. metode cepat
secara hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan hno3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan
perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan hno3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. metode lambat
secara hidrometallurgy plus electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan h2so4 dan masukkan plat tembaga dalam
larutan kemudian masukkan bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan
menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar),
lalu masing-masing dilebur kembali.

Proses pengolahan emas dengan sistem perendaman

bahan
ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
formula kimia
1. Nacn = 40 kg
2. H2o2 = 5 liter
3. Kostik soda/ soda api = 5 kg
4. Ag no3 =100 gram
5. Epox cl = 1 liter
6. Lead acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2o (air) = 20.000 liter

Proses perendaman
• perlakuan di bak i (bak kimia)
1. Nacn dilarutkan dalam h2o (air) ukur pada ph 7
2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan ph 11-12
3. Tambahkan h2o2, ag no3, epox cl diaduk hingga larut, dijaga pada ph 11-12

• perlakuan di bak ii (bak lumpur)

1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam bak
2. Larutan kimia dari bak i disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke bak ii untuk merendam lumpur ore
selama 48 jam
3. Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke bak i dan diamkan selama 24 jam, dijaga pada ph 11-12. Apabila ph
kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda secukupnya
4. Dipompa lagi ke bak ii, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke bak i dengan melalui bak penyadapan/ penangkapan
yang diisi dengan zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/ menangkap logam au dan ag (emas dan perak) dari larutan air
kaya
5. Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir selama 5 – 10 hari
6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah untuk diperas dengan kain
famatex
7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml h2so4 dan 3 liter air panas
8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion

Anda mungkin juga menyukai