Anda di halaman 1dari 53

PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM KESEHATAN

Leave a comment
A. Pendahuluan
Laboratorium Kesehatan (Labkes) adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal
dari untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk
keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta
pengambilan keputusan lainnya.

B. Pemantapan Mutu
Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji analisa laboratorium.
Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut dapat
memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti precision and accuracy
atau ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai dan data tersebut harus terdokumentasi
dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi maka
seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai dari perencanaan,
pengambilan contoh uji, penanganan, pengujian sampai pemberian laporan hasil uji laboratorium
ke pelanggan. Mutu suatu produk atau jasa bukan hanya penting bagi pemakai namun juga bagi
pemasok. Pada pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya mutu hasil pemeriksaan pada
akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan pengerjaan ulang dan klaim dari
jasa pelanggan. Untuk menanggulangi biaya kompensasi yang berasal dari rendahnya mutu hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut diperlukan suatu usaha peningkatan mutu.

C. Mutu di Laboratorium
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat dan tepat waktu,
menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting dalam semua tahap proses, mulai
dari penerimaan sampel hingga pelaporan hasl uji.
Pemantapan mutu merupakan suatu upaya untuk meminimalkan atau pencegahan kesalahan
semaksimal mungkin mulai dari kesalahan pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes,
1997)

D. Manajemen Mutu (Good Laboratory Practise)


Mutu suatu output laboratorium bergantung dari beberapa faktor. Yang paling mendasar adalah
pelaksanaan dan pemeliharaan sistem Manajemen Mutu didalam suatu laboratorium. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa sistem Manajemen Mutu yang terdapat dalam suatu laboratorium
disebut sebagai Praktek Laboratorium yang Benar (GLP = Good Laboratory Practise).
GLP adalah ungkapan yang diberikan kepada sistem mutu laboratorium yang mencakup proses
organisasi dan kondisi-kondisi laboratorium guna menjamin agar tugas-tugas analisis
direncanakan, dilakukan, dimonitor, direkam, disimpan dan dilaporkan dengan benar.
E. Mempertahankan Mutu
Hal-hal yang perlu dilakukan agar mutu suatu laboratorium tetap baik dengan cara
mempertahankan mutu itu agar tidak bergeser atau berubah. Untuk itu maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengerjakan proses / prosedur sesuai standar yang telah ditentukan
2. Melaksanakan dan mengevaluasi program QC
3. Preventive maintenance dilakukan secara konsisten dan terjadwal
4. Kalibrasi alat / analyzer mengacu pada standar internasional

F. Pemantapan Mutu di Laboratorium


Pemantapan mutu laboratorium adalah segala usaha yang dituangkan dalam suatu prosedur yang
dirancang untuk memantau penampilan suatu laboratorium. Adanya banyak faktor yang perlu
diamati atau diawasi karena kemungkinan terjadi penyimpangan, menuntut digunakannya
bermacam-macam teknik pengontrolan supaya didapat suatu sistem yang efektif.
Suatu sistem pengontrolan tidak mungkin sepenuhnya sesuai untuk seluruh laboratorium. Oleh
karena itu masing-masing laboratorium harus memilih dan menetapkan sistem pengontrolan
yang sesuai untuk masing-masing laboratoriumnya.
Secara umum pemantapan mutu terbagi atas, yaitu :
1. Pemantapan Mutu Internal
Suatu sistem pengontrolan yang dilaksanakan oleh laboratorium sendiri untuk memantau dan
mengendalikan mutu hasil pemeriksaan setiap hari.
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Suatu sistem pengontrolan yang dilaksanakan oleh pihak lain yang umumnya adalah pihak
pengawas pemerintah atau profesi.

G. Pemantapan Mutu Internal


Pemantapan mutu internal adalah suatu sistem dalam arti luas yang mencakup tanggung jawab
dalam memantapkan semua kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan untuk mencegah dan
mendeteksi adanya suatu kesalahan serta memperbaikinya.
Pengertian pemeriksaan laboratorium mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai
sebelum proses pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai dari tahap pra analitik yang
mencakup persiapan pasien, pemberian identitas spesimen, pengambilan dan penampungan
spesimen, pengolahan dan penyimpanan spesimen serta transport spesimen, hingga kegiatan
pada tahap analitik dan kegiatan pada tahap pasca analitik.
Kesalahan pada pemeriksaan dapat berupa :
1. Kesalahan teknik
Sifat kesalahan disini sudah melekat, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan seakan-akan tidak
mungkin dapat dihindarkan. Usaha perbaikan jenis kesalahan ini hanya dapat memperkecil
kesalahan tetapi tidak mungkin menghilangkannya sama sekali. Kesalahan teknik ini ada 2
macam yaitu :

a. Kesalahan acak (Random error)


Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketelitian (presisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan
tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada spesimen yang sama dan hasilnya
bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya.
b. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini
menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya.
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan yang terjadi di luar tahap analitik pemeriksaan. Kesalahan jenis ini dijumpai pada
tahap pra analitik atau pasca analitik. Kesalahan ini terbagi atas :
a. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error)
– Persiapan pasien
– Pemberian identitas spesimen
– Pengambilan dan penampungan spesimen
– Pengolahan dan penyimpanan spesimen
– Transport spesimen
b. Kesalahan penghitungan dan penulisan (Clerical error)
Pencatatan hasil
Pada waktu bekerja di laboratorium yang harus diperhatikan adalah ketelitian (presisi) dan
ketepatan (akurasi) dari suatu pemeriksaan. Ketelitian diartikan kesesuaian hasil pemeriksaan
laboratorium yang diperoleh apabila pemeriksaan dilakukan berulang. Ketepatan diartikan
kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai yang seharusnya.
1. Ketelitian
Suatu pemeriksaan umumnya lebih mudah dilihat ketidaktelitian (impresisi) daripada ketelitian
(presisi). Impresisi dapat dinyatakan dengan besarnya SD (Standard Deviasi) atau CV (Koefisien
variasi). Makin besar SD dan CV makin tidak teliti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
ketelitian yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume/kadar bahan yang diperiksa, waktu
pengulangan dan tenaga pemeriksa.
2. Ketepatan
Pada suatu pemeriksaan umumnya dinyatakan ketidaktepatan (inakurasi) daripada ketepatan
(akurasi). Inakurasi adalah perbedaan antara nilai yang diperoleh dengan nilai sebenarnya (true
value). Ketepatan pemeriksaan terutama dipengaruhi oleh spesifisitas metode pemeriksaan dan
kualitas larutan standar. Agar pemeriksaan hasilnya tepat, maka harus dipilih metode
pemeriksaan yang memiliki spesifisitas analitis yang tinggi.
3. Uji Ketelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan
meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam
arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau unassayed.
Kegiatan yang harus dilakukan adalam pengujian ini adalah :
a. Periode pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk pemeriksaan
selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi,
imunoserologi maupun kimia lingkungan. Cara :
1). Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau pada
hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.
2). Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir periode pendahuluan
pada kolom x.
3). Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean), standar deviasi (SD).
Koefisien variasi (CV), batas peringatan (mean ± 2 SD) dan batas kontrol (mean ± 3 SD).
4). Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean ± 3 SD. Bila ada, maka nilai
tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean ± 2 SD dan mean ± 3 SD.
5). Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan Periode kontrol.
b. Periode kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada
periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi dan kimia lingkungan cara dalah sebagai berikut :
1). Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa.
2). Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
3). Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar Deviasi Index)
dengan rumus :
Xi – mean
Satuan SD = —————
SD
4). Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X dalam grafik kontrol
menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan S.
c. Evaluasi hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila
hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x ± 3 S.
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan
antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah
-2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol
berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan
ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.

4. Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya
(assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di luar
rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam rentang
nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih tepat sehingga dapat
dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai
kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan
terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

5. Aturan Wesgard Rule Systems.


Menurut Kit Human Humatrol aturan Westgard Multirule System adalah sebagai berikut :
1 – 2 S Satu kontrol diluar nilai mean +/- 2 SD (tidak melampaui +/- 3 SD), merupakan
“ketentuan peringatan.”
1 – 3 S Satu kontrol diluar nilai mean +/- 3 SD, merupakan “ketentuan penolakan” yang
mencerminkan adanya kesalahan acak.
2 – 2 S Dua kontrol berturut-turut diluar nilai mean +/- 2 SD, atau dua kontrol (berbeda level)
berada diluar nilai mean +/- 2 SD merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya
kesalahan sistematik.
R – 4 S Satu kontrol diluar nilai mean + 2 SD dan satu kontrol lain diluar nilai mean – 2 SD atau
dua kontrol berturut-turut + 2 SD kemudian – 2 SD, merupakan “ketentuan penolakan” yang
mencerminkan kesalahan acak.
4 – 1 S Empat kontrol berturut diluar nilai mean + 1 SD atau mean – 1 SD, merupakan
“ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak dan sistematik.

10 (x) Sepuluh kontrol berturut pada 1 sisi diatas atau dibawah nilai mean, merupakan
“ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan sistematik.

H. Pemantapan Mutu Eksternal


Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan periodik yang dilaksanakan oleh pihak luar untuk
dapat menilai ketepatan hasil pemeriksaan suatu laboratorium dan membandingkan dengan
laboratorium lain yang mempunyai metode pemeriksaan yang sama maupun berbeda.
Pemantapan mutu eksternal merupakan suatu cara untuk memantau ketepatan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh suatu laboratorium dengan cara membandingkan terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium lain atau terhadap nilai target laboratorium rujukan.

I. Pemantapan Mutu Eksternal


Kegiatan PME yang dilakukan oleh Pusat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dalam dua siklus pelaksanaan setiap tahunnya. Bidang yang diikuti hanya
PME Hematologi dan Kimia Klinik. Parameter Hematologi yang diikuti meliputi : Hemoglobin,
Leukosit dan Thrombosit. Parameter Kimia Klinik yang diikuti meliputi : Glukosa, Cholesterol,
Trigliserida, Asam Urat, Ureum, Creatinine, AST, ALT, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, Total
Protein dan Albumin. Setiap selesai siklus pemeriksaan serum kontrol ketepatan dari program
PME, kemudian dilakukan feed back oleh pihak penyelenggara berupa hasil pemeriksaan yang
telah dilaporkan terhadap nilai target atau nilai laboratorium rujukan dengan kriteria baik, sedang
dan buruk dan disertai dengan pemberian sertifikat telah mengikuti PME dari Pusat
Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

https://arieinfoinworld.wordpress.com/2012/10/22/pemantapan-mutu-laboratorium-kesehatan/
PEMANTAPAN MUTU

I. PENDAHULUAN

Mutu di bidang pendidikan manajemen laboratorium meliputi input, proses, output, dan outcome.
Pendidikan pada manajemen laboratorium dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan
manajemen laboratorium dinyatakan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAIKEM
(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan). Output pendidikan manajemen laboratorium
dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan non akademik siswa tinggi.
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium mempunyai arti keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan. Agar diperoleh
sistem manajemen yang baik yang di latar belakangi oleh sumber daya manusia yang professional dan
bertanggung jawab. Kegiatan mutu meliputi kegiatan pemantapan mutu internal dan kegiatan
pemantapan mutu eksternal.

II. PEMBAHASAN
A. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
masing-masing laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Program pengendalian dan pemantapan mutu internal meliputi semua upaya yang dilakukan secara
mandiri untuk menjamin agar mutu hasil pemeriksaan yang dikeluarkan dapat dipercaya dan
diandalkan.
Upaya yang dilakukan untuk menjamin agar mutu hasil pemeriksaan dapat dipercaya antara lain:

1) Mutu reagent dan alat yang digunakan.


Upaya yang dilakukan meliputi pembuktian terhadap reagensia, pengecekan alat/instrumen dan
pemeliharaan alat/instrumen secara terjadwal untuk meyakinkan bahwa reagent dan alat/instrumen
digunakan memenuhi syarat.
2) Ketelitian dan ketepatan pemeriksaan
Upaya yang dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan terhadap bahan kontrol normal dan patologis pada
setiap hari / setiap kali ada jadwal kerja pemeriksaan. Apabila analisis menemukan kesalahan-kesalahan
pada saat pengerjaan bahan kontrol tersebut, maka sampel pasien tidak boleh dikerjakan sebelum
analisis menemukan penyebab kesalahan dan memperbaikinya.
3) Mutu antar cabang Prodia
Jenis peralatan yang digunakan oleh setiap cabang prodia berbeda-beda, tetapi mutu hasil yang
dikeluarkan adalah sama. Semua cabang prodia mengerjakan bahan kontrol bersama-sama dengan
pengerjaan untuk sampel pasien, kemudian melaporkan hasilnya kembali ke bagian Technical Quality
Assurance (TQC) prodia pusat.

Manajemen pengendalian mutu internal meliputi 3 tahap, yaitu:


1. Tahap pra-analitik
2. Tahap analitik; dan
3. Tahap pasca-analitik
Tujuan dari tahap manajemen pengendalian mutu adalah:
- Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan.
- Mempertinggi kesiapan tenaga.
- Memastikan semua proses yang akan dilaksanakan telah dilakukan dengan benar.
- Mendeteksi kesalahan dan mengakui sumbernya.
- Membantu perbaikan pelayanan melalui peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium.
Pengendalian mutu pra-analitik mencakup semua tahapan sebelum pemeriksaan laboratorium
dilakukan, yaitu: persiapan pasien dan pengambilan atau penanganan specimen (bahan pemeriksaan).

Jenis kegiatan pemantapan mutu internal adalah:


1. Penyediaan prosedur tetap tertulis
Sebelum kegiatan dilaksanakan, persiapan pasien harus disiapkan terlebih dahulu dengan baik sesuai
persyaratan pengambilan specimen.
2. Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan sesuai dengan spesifikasinya.
Proses kalibrasi internal dapat dilakukan, jika mempunyai peralatan standar yang mempunyai tingkat
accuracy yang lebih tinggi dari alat yang akan dikalibrasi dan juga harus “Calibrated”. Kalibrasi dapat
dilakukan secara internal, caranya dapat dilakukan sesuai dengan buku manual alat yang akan
dikalibrasi.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah peralatannya. Oleh
karena itu, alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.

Adapun peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah:


a. Lemari es (Refrigenerator); mencatat suhu dengan menggunakan termometer
b. Oven, dengan mencatat suhu menggunakan termometer.
c. PH meter, dengan menggunakan PH simulator dan larutan buffer standar.
d. Pipet.
e. Pemanas air; dengan mencatat suhu pada refrigenerator / oven
f. Spektrofotometer; dengan ketepatan pengukuran absorban dan ketepatan panjang gelombang.
g. Stray light (stray energi) dengan standar sodium, gelas corning vicor dan standar filter bersertifikat.
h. Timbangan analitik (analytical balance) dengan menggunakan anak timbangan standar.
i. Timbangan elektrik (electrical balance) dengan menggunakan anak timbangan standar.
j. Termometer.

Adapun cara untuk menghitung kalibrasi adalah:


Contoh: pipet volume 25 ml. Volume = g/Bj (berat jenis)
Data (massa) Data (massa) Data (V) Data (V)
1. 9,87 g 11. 9,88 g 1. 9,899 ml 11. 9,909 ml
2. 9,70 g 12. 9,85 g 2. 9,729 ml 12. 9,879 ml
3. 9,88 g 13. 9,86 g 3. 9,909 ml 13. 9,889 ml
4. 9,84 g 14. 9,88 g 4. 9,869 ml 14. 9,909 ml
5. 9,90 g 15. 9,91 g 5. 9,929 ml 15. 9,939 ml
6. 9,80 g 16. 9,88 g 6. 9,829 ml 16. 9,909 ml
7. 9,90 g 17. 9,86 g 7. 9,929 ml 17. 9,889 ml
8. 9,87 g 18. 9,85 g 8. 9,899 ml 18. 9,879 ml
9. 9,85 g 19. 9,90 g 9. 9,879 ml 19. 9,929 ml
10. 9,86 g 20. 9,88 g 10. 9,889 ml 20. 9,909 ml

Mean ( X ) = 197,8 = 9,86 V


20
SD SD
[ X-X ] [ X-X ]
9x10-3 0,019
0,161 0,011
0,019 1x10-3
0,021 0,019
0,039 0,049
0,061 0,019
0,039 1x10-3
9x10-3 0,011
0,011 0,039
1x10-3 0,019

Data yang dicurigai 9,939 g – 9,86 ml = 0,087 ml


0,558
Jadi, V = g/bj air
= 0,087 g / 0,99 ml/g
= 0,088 ml

3. Uji kualitas reagen yang digunakan di laboratorium


Uji kualitas ini dilakukan untuk mengecek pemeliharaan reagen yang akan digunakan apakah memenuhi
syarat atau tidak.
4. Uji ketelitian pemeriksaan dan uji ketepatan pemeriksaan dilakukan berkala.
Uji ketelitian ini dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan kontrol normal dan patologis setiap
hari/pada jadwal kerja pemeriksaan. Tujuannya, apabila analisis menemukan kesalahan pada saat
pengerjaan kontrol, maka sampel pasien tidak boleh dikerjakan sebelum analisis menemukan penyebab
kesalahan dan memperbaikinya.

B. Pemantapan Mutu Eksternal

Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak luar untuk memantau
ketepatan hasil pemeriksaan. Contohnya laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan narkotika harus
mengikuti program nasional Pemantapan Mutu Eksternal Toksiologi Obat (PNPMETO) dan PME khusus
HIV yang diselenggarakan oleh pemeriksaan/organisasi profesi yang diakui oleh pemerintah.
Program pengendalian dan pemantapan mutu eksternal penyelenggaraannya hampir sama dengan
program internal. Hanya dalam hal ini pihak penyelenggaraannya bukan prodia tetapi badan / lembaga
pemantapan mutu resmi yang ada dalam negeri (Nasional) dan dari luar negeri (Internasional).

Lima faktor yang mempengaruhi mutu eksternal hasil pemeriksaan menurut manajemen prodia, yaitu:
1. Peralatan yang baik
2. Metode pemeriksaan yang memenuhi kriteria diagnosa dini.
3. Reagensia /bahan kimia untuk menganalisa yang bermutu.
4. Analisis yang professional dan bertanggung jawab; dan
5. Manajemen laboratorium yang berorientasi pada mutu hasil pemeriksaan
Pemilihan peralatan, metode pemeriksaan dan reagensia dilakukan oleh bagian pengembang
pemeriksaan (PPM) prodia melalui suatu uji evaluasi. Oleh karena itu, mutu reagensia yang digunakan
sebagai bahan dasar pemeriksaan sangat berpengaruh pada mutu hasil pemeriksaan,

Untuk proses kalibrasi eksternal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:
- Sistem manajemen mutu laboratorium kalibrasi, bisa dilihat dari perolehan sertifikat akreditasi
laboratorium. Apakah laboratorium tersebut sudah terakreditasi atau belum.
- Scope dan kemampuan laboratorium kalibrasi itu sendiri, apakah mampu mengkalibrasi alat ukur yang
akan dikalibrasi.
- Selanjutnya mengenai cost and delivery.

Komponen Analisis Eksternal ada 4, yaitu:


1. Scanning, yaitu usaha untuk mempelajari segmen dalam lingkungan umum. Tujuannya untuk
mengidentifikasi petunjuk awal dari perubahan dan kecenderungan pihak luar.
2. Monitoring, yaitu terjadi saat analisis mengamati perubahan lingkungan untuk melihat apakah
sebenarnya suatu kecenderungan sedang berkembang. Tujuannya untuk mendeteksi arti melalui
observasi terus menerus atas perubahan dan kecenderungan pihak Luar.
3. forecasting, yaitu terjadi saat analisis mengembangkan proyeksi tentang apa yang akan terjadi dan
seberapa cepat sebagai hasil dari perubahan dan kecenderungan yang dideteksi melalui scanning dan
monitoring. Tujuannya untuk mengembangkan proyeksi atau hasil yang diantisipasi berdasarkan
perubahan dan kecenderungan yang di monitoring.
4. Assesing, yaitu untuk menentukan saat dan pengaruh perubahan oleh pihak luar serta kecenderungan
manajemen strategi dalam suatu prodia. Tujuannya menentukan waktu dan pentingnya perubahan
serta kecenderungan pihak luar untuk strategi prodia dan manajemennya.

III. KESIMPULAN

Pengawasan untuk peningkatan mutu merupakan konsep mutu dari teknik dan kegiatan operasional
yang digunakan untuk memenuhi persyaratan pemantapan mutu. Penjaminan mutu sebelum diproses,
sedang diproses dan setelah diproses merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan
dalam system manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan
mutu. Jadi, Quality assurance (QA) secara konsisten menghasilkan produk sesuai standar khusus atau
mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan benar sejak awal hingga akhir.

IV. PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna tercapainya
kesempurnaan.

http://ariffadholi.blogspot.co.id/2009/10/pemantapan-mutu-laboratorium.html
PEMANTAPAN MUTU

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini

terdiri atas empat komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan

mutu eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang

dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan

yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska

analitik.

Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita,

pengambilan dan penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen,

uji kualitas media, uji kualitas antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan

ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh

pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan

suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh

pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua laboratorium, baik milik

pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta

perizinan laboratorium kesehatan swasta.


PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh

petugas yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa

digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang

sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk

mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk

peningkatan mutu pemeriksaan.

3. Verifikasi

Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam

melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra-analitik, analitik sampai dengan pasca-

analitik. Setiap tahapan tersebut harus dipastikan selalu berpedoman pada mutu sesuai dengan

bakuan mutu yang ditetapkan.

4. Validasi hasil

Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil

pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan.

Validasi dapat mencegah keragu-raguan atas hasil laboratorium yang dikeluarkan.

5. Audit

Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan

yang dilaksanakan di laboratorium. Audit ada dua macam, yaitu audit internal dan audit

eksternal.

Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior. Penilaian yang

dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan laboratorium, misalnya

kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan laboratorium dan mengidentifikasi

titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang menyebabkan kesalahan sering terjadi.
Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain di luar laboratorium

atau pemakai jasa laboratorium terhadap pelayanan dan mutu laboratorium. Pertemuan antara

kepala-kepala laboratorium untuk membahas dan membandingkan berbagai metode, prosedur

kerja, biaya dan lain-lain merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal.

6. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan bagi tanaga laboratorium sangat penting untuk meningkatkan

mutu pelayanan laboratorium melalui pendidikan formal, pelatihan teknis, seminar, workshop,

simposium, dsb. Kegiatan ini harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan dipantau

pelaksanaannya.

PERHATIAN PADA MUTU

Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan

pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi

klinik, atologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan

perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 364/MENKES/SK/III/2003).

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi

terpenting dalam diagnostik invitro. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan

didapatkan data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang

diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien.

Indikasi permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam kedokteran

laboratorium. Informasi laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal yang dibuat

berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Analisis laboratorium juga merupakan

bagian integral dari penapisan kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.


Prof. dr. Hardjoeno, SpPK-K dalam bukunya : Interpretasi Hasil Tes Laboratorium

Diagnostik, Bagian dari Standar Pelayanan Medik, mengemukakan tujuan dilakukannya

pemeriksaan laboratorium adalah :

1. Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu misalnya dengan

urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti ikterus, maka tes selanjutnya

adalah untuk melihat gangguan faal hati.

2. Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya anemia, malaria, tbc, DM.

3. Memastikan diagnosis dari diagnosis dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B, HIV.

4. Memasukkan/mengeluarkan dari diagnosis diferensial misalnya pasien dengan panas; tifoid,

malaria, dengue hemorrhagic fever (DHF).

5. Menentukan beratnya penyakit, misalnya hepatitis, infeksi saluran kemih

6. Menentukan tahap penyakit, misalnya penyakit kronis: tbc paru, sirosis hati.

7. Menyaring penyakit dalam seleksi calon donor darah.

8. Membantu menentukan rawat inap, misalnya observasi tifoid, observasi leukemia.

9. Membantu dalam menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian penyakit, misalnya

leukemia, diabetes.

10. Membantu ketepatan terapi, misalnya tes kepekaan kuman.

11. Memonitor terapi, misalnya tes HbA1c pada diabetes, widal pada tifoid.

12. Menghindari kesalahan terapi dan pemborosan obat setelah ditemukan diagnosis.

13. Membantu mengikuti perjalanan penyakit, misalnya diabetes, hepatitis.


14. Memprediksi atau menentukan ramalan (prognosis) penyakit, misalnya dislipidemia dengan

penyakit jantung, kanker dengan kematian.

15. Membantu menentukan pemulangan pasien rawat inap, misalnya bila hasil pemeriksaan

laboratorium kembali normal.

16. Membantu dalam bidang kedokteran kehakiman, misalnya tes untuk membuktikan perkosaan.

17. Mengetahui status kesehatan umum (general check up)

Oleh karena itu laboratorium klinik menempati kedudukan sentral dalam pelayanan

kesehatan. Karena kedudukan yang penting itulah maka tanggung jawab laboratorium klinik

bertambah besar, baik tanggung jawab professional (professional responsibility), tanggung

jawab teknis (technical responsibility) maupun tanggung jawab pengelolaan (management

responsibility).

Dinamika Globalisasi

Usaha pelayanan kesehatan saat ini baru dalam keadaan transformasi yang cepat untuk

memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat terus menerus. Selain

pentingnya peran dan kedudukan laboratorium klinik dalam upaya pelayanan kesehatan,

terdapat faktor lain yang mengharuskan setiap laboratorium berkomitmen terhadap penjaminan

mutu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran

laboratorium serta pesatnya arus informasi, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju,

dan adanya peraturan perundang-undangan dan hukum kesehatan telah mendorong tingginya

tuntutan akan mutu pelayanan laboratorium klinik.

Mutu Pemeriksaan Laboratorium Klinik


Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang terbaik adalah apabila tes tersebut teliti,

akurat, sensitif, spesifik, cepat, tidak mahal dan dapat membedakan orang normal dari

abnormal.

Teliti atau presisi adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada

pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode yang sama. Namun teliti belum tentu akurat.

Tepat atau akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang sama atau

mendekati nilai biologis yang sebenarnya (true value), tetapi untuk dapat mencapainya mungkin

membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal.

Sensitif adalah kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil yang diperiksa.

Secara teoritis tes dengan sensitifitas tinggi sangat dipilih namun karena nilai normalnya sangat

rendah misalnya enzim dan hormon, atau tinggi misalnya darah samar, dalam klinik lebih dipilih

tes yang dapat menentukan nilai abnormal.

Contoh :

 Guaiac tes untuk menentukan darah samar dalam feses lebih dipilih daripada benzidin atau

orthotoluidin tes yang lebih sensitive. Dalam keadaan normal kedua tes terakhir dapat positif

karena + 3cc darah samar terdapat dalam faeses, sedangkan tes pertama positif dalam

keadaan abnormal saja.

 Tes KED dan CRP sensitive untuk perubahan abnormal tetapi tidak spesifik untuk penyakit

tertentu.

Spesifik adalah kemampuan mendeteksi substansi pada penyakit yang diperiksa dan

tidak dipengaruhi oleh substansi yang lain dalam sampel tersebut, misalnya TPHA (Treponema

Palidum Haemaglutination Test). Secara teoritis spesifisitas sebaiknya 100% hingga tidak ada

positif palsu (false positive).


Contoh :

Pewarnaan Ziehl Nelson sputum, biakan Lowenstein Jensen dan PCR untuk tbc paru

spesitifitasnya 100% tetapi sensitifitasnya misalnya berturut-turut adalah 70%, 100% dan 98%.

Tes yang baik adalah bila sensitivitas dan spesitifitasnya 100% atau mendekati 100%.

Cepat berarti tidak memerlukan waktu yang lama dan lekas diketahui oleh dokter yang

merawat.

Tidak mahal dan tidak sulit, artinya dapat dimanfaatkan oleh banyak laboratorium dan

penderita/orang yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.

Pada umumnya untuk tes saring diperlukan tes yang sensitif, cepat dan tidak mahal,

sedangkan untuk diagnosis pasti diperlukan tes spesifik yang biasanya lebih mahal. Ketepatan

dalam pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat serta

jaminan kualitas hasil pemeriksan laboratorium akan menghemat pembiayaan, baik untuk

diagnosis, terapi maupun lama rawat inap.

Nilai normal harus ditetapkan oleh masing-masing laboratorium dan dilaporkan

bersama-sama dengan hasil pemeriksan. Biasanya praktisi laboratorium melaporkan rentang

normal berdasarkan umur dan jenis kelamin, dan dokter menginterpretasi hasil tersebut lebih

jauh dengan melihat faktor spesifik lain (mis. diet, aktivitas fisik, kehamilan, dan pengobatan)

Hasil pemeriksan laboratorium dapat mengalami variasi dan bila variasi ini besar (lebih

dari 2 SD), maka dianggap menyimpang. Penyebab variasi hasil pemeriksaan laboratorium

secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Pengambilan spesimen, seperti : antikoagulan, variasi fisiologis pasien (puasa dan tidak puasa,

umur, jenis kelamin, latihan fisik, pengobatan, kehamilan, konsumsi tembakau, dsb), cara

pengambilan, kontaminasi, dsb.


2. Perubahan spesimen, seperti : suhu, pH, lisis, bekuan darah lama tidak dipisahkan dari serum,

dsb. Perubahan bisa terjadi di dalam laboratorium atau selama pengiriman ke laboratorium.

3. Personel. Faktor personel yang dapat menimbulkan variasi yang besar pada hasil laboratorium

misalnya :

o Kesalahan administrasi, tertukar dengan pasien lain, kesalahan menyalin pada formulir hasil

o Kesalahan pembacan, kesalahan penghitungan

o Kesalahan teknis dalam prosedur pemeriksaan

4. Prasarana dan sarana laboratorium, misalnya :

o Gangguan aliran listrik, air bersih.

o Suhu tidak sesuai dengan suhu yang dianjurkan untuk penentuan tes.

o Air suling dengan pH yang tidak netral.

o Reagensia yang tidak baik, tidak murni, rusak atau kadaluwarsa. Bahan standard kurang baik

atau tidak ada.

o Peralatan (fotometer, pipet, dsb) tidak akurat.

5. Kesalahan sistematis (systematic error), yaitu berkaitan dengan metode pemeriksan (alat,

reagensia, dsb)

6. Kesalahan acak (random error). Variasi hasil yang tidak dapat dihindarkan apabila dilakukan

pemeriksaan berturut-turut pada sampel yang sama walaupun prosedur pemeriksaan dilakukan

dengan cermat.

Manajemen Mutu
Laboratorium klinik bagaikan sebuah industri, dimana sampel yang diterima merupakan

bahan bakunya, sedangkan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan merupakan produk yang

dihasilkan. Hasil pemeriksaan yang dikeluarkan harus dapat dijamin mutunya. Untuk

meningkatkan dan mempertahankan mutu pemeriksaan, maka perlu penataan faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

o SDM yang kompeten, handal, profesional

o Penerapan Continuing Education, Profesional Development Program untuk meningkatkan mutu

SDMb. Manajemen dan kepemimpinan, pembiayaan dan komunikasi berkesinambungan

bertumpu pada Total Quality Management (TQM) dan Continous Quality Improvement (CQI)

2. Sarana-prasarana dan alat (SPA)

o Penyediaan sumber energi dan air bersih

o Pengadan peralatan dan reagensia yang berkualitas

3. Sistem, prosedur & mekanisme kerja (SPM)

o Penetapan dan penerapan Standard Operating Procedure (SOP)

o Penerapan quality control (QC), baik intralab maupun ekstralab.

Program kontrol dalam laboratorium (intralab) atau Pemantapan Mutu Internal (PMI) ialah

program pemantapan mutu, pengecekan dengan nilai baku, penggunaan metode, alat, reagen

dan prosedur yang benar untuk melihat ketelitian, keakuratan, sensitifitas dan spesitifitas

pemeriksaan hingga menghasilkan hasil yang secara klinis dapat dipercaya.


Program kontrol kualitas ekstralab atau Pemantapan Mutu Eksternal (PME) ialah program

pemantapan mutu yang dikoordinasikan oleh Depkes atau perkumpulan profesi misalnya PDS-

PATKLIN sehingga hasil-hasil laboratorium tersebut dapat dipercaya kebenarannya.

Hasil yang baik juga menunjukkan mutu laboratorium tersebut baik, termasuk semua yang

berkaitan dengan tes yaitu dokter, teknisi, metode, reagensia, peralatan dan sarana lainnya. Di

pihak lain, mutu laboratorium klinik yang baik menunjukkan kepercayaan dokter terhadap hasil

tes laboratorium tersebut.

o Penerapan manajemen mutu pelayanan laboratorium, seperti akreditasi, ISO 9001 (Quality

Management System), ISO 15189 yang merupakan perpaduan ISO 9001 dengan ISO/IEC

17025 (International Electrotechnical Commission)

o Implementasi TQM, CQI, service satisfaction, customer satisfaction, dsb.

o Penerapan Standar Keselamatan Kerja

Upaya mencapai tujuan laboratorium klinik yakni tercapainya pemeriksaan yang

bermutu diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu yang didasari Quality

Management Science (QMS) dengan suatu model Five–Q, yaitu :

1. Quality Planning (QP)

Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di laboratorium,

perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen, bahan, alat, sumber daya manusia dan

kemampuan yang dimiliki laboratorium.

2. Quality Laboratory Practice (QLP)


Membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan

laboratorium. Standar acuan ini digunakan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya

variasi yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.

3. Quality Control (QC)

Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen. QC lebih berfungsi untuk

identifikasi ketika sebuah kesalahan terjadi

4. Quality Assurance (QA)

Mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca

analitik. Jadi, QA merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome, dan

menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA

adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih

berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).

Indikator kinerja QA adalah :

o Manajemen sampel : phlebotomy, preparasi spesimen

o Manajemen proses : turn around time (waktu tunggu), STAT atau cyto, pelaporan hasil,

pemeliharaan alat

o Manajemen SDM : kompetensi, Continuing Education, Profesional Development Programm.

o Keselamatan kerja : kecelakaan jarum suntik (needle stick injury), kimiawi & biologis.

5. Quality Improvement (QI)

Dengan melakukan QI, penyimpangan yang mungkin terjadi akan dapat dicegah dan diperbaiki

selama proses pemeriksaan berlangsung.


Langkah-langkah Five Q merupakan implementasi manajemen mutu laboratorium yang

berujung pada Continous Quality Improvement (CQI), menjamin pelayanan berstandar tinggi

dan terwujudnya kepuasan pelanggan. Hal ini membutuhkan komitmen pimpinan (Top

Management).

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting

dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan

laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor


pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat

memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu

tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam

pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada

urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total

kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.

Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan

pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan

spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan

spesimen.

PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium

bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus

dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan

atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai

dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien

akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil

laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil

laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang

merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.


Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang

dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat

diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan

fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol,

rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi,

pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap

beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien

harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.

PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

 Volume mencukupi

 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,

steril (untuk kultur kuman)

 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat

 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

 Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien

harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai
diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai

dengan pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan

juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila

pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi,

dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.

1. Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 bersih, kering

 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

 sekali pakai buang (disposable)

 steril (terutama untuk kultur kuman)

 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume

spesimen

2. Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.

Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang

diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.


3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan,

seperti :

 Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena

basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka,

hematoma, oedema, canula, fistula

 Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis

(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

 Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi

atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk

pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis

atau pucat.

 Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang

mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan

Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.

 Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)

 Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik

 Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir

 Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam

 Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam


 Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur

 Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa

10-12 jam

PENGAMBILAN SPESIMEN

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai

dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel

pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen

tumpah.

o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :

 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

 Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.

 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan

dengan cara aseptik

 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.
 Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan.

Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.

o Menampung spesimen urin

 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka,

mudah ditutup, dan bermulut lebar

 Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum

mengumpulkan urine untuk diperiksa.

 Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :

 Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.

 Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya

pada waktu kencing.

 Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya

memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.

 Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan

tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.

o Menampung spesimen tinja

 Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga

dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.

 Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun,

dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.
o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau

sekret hidung.

 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka,

mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang

mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan

asam dan dapat menyulitkan penafsiran.

 Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi

terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.

 Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak

 Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan

dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.

 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke

mulut.

 Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen

dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )

 Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke

laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :

o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat

o pH menurun, hemokonsentrasi
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi

darah

2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH

menurun

3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :

o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang

o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat

4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :

o natrium meningkat pada infus saline

o kalium meningkat pada infus KCl

o glukosa meningkat pada infus dextrose

o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.

o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua

jenis infus

5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan

homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase

asam total

IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan

karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir

permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya

harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau

nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat

merugikan.

Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada

label dan formulir permintaan laboratorium.

PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi

persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.

2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa

identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke

laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen.


Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi

sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :

o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.

o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik

o PPT / APTT memanjang.

o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.

o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.

o Perkembangbiakan bakteri

o Penundaan pengiriman sampel urine :

 Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel

dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.

 Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan

mikroskopik atas unsur-unsur lain.

 Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.

 Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan

bakteriologis dan pH.

 Jamur akan berkembang biak

 Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila

akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam

refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.


5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas

khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah

dibawa.

PENANGANAN SPESIMEN

 Identifikasi dan registrasi spesimen

 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius

 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label

 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN

 Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke

laboratorium lain

 Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya

 Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

 Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut

sempurna. Hindari terjadinya busa.

 Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

 Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC

atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.


 Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau

serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

 Memberi bahan pengawet pada spesimen

 Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

 Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator

 Imunologi : 1 minggu dalam referigerator

 Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

 Koagulasi : 1 hari dalam referigerator

 Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator

 Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?

Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter,

paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka

semua berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami

pentingnya tahap pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan

konsekuensi mereka untuk hasil pemeriksaan.

Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan

dokter laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau

media lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP

mengenai pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut
harus ditinjau ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan

prosedur untuk penanganan spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan

atau penolakan spesimen).

MUTU PELAYANAN LABORATORIUM KLINIK RUMAH SAKIT

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat

dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah pada

spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat lajunya pembangunan, semakin besar pula

tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat,

tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak

pelayanan Rumah Sakit yang memadV ai, baik di bidang diagnostik maupun pengobatan

semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh

laboratorium klinik Rumah Sakit sangat perlu untuk menerapkan sebuah standar mutu untuk

menjamin kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk

pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-undang

tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK

006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di

dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit.
Berkaitan dengan pengukuran mutu pelayanan kesehatan tersebut, menurut

Donabedian ada 3 variabel yang dapat digunakan untuk mengukur mutu, yaitu :

1. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan

kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan , bahan, teknologi, organisasi, informasi

dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu

pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan

pelayanan kesehatan.

2. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien /

masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.

3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada

konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan, laboratorium klinik yang terdapat dalam seluruh

Rumah Sakit perlu dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang tepat. Salah

satu pendekatan mutu yang digunakan adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality

Magement, TQM).

Menurut Sulistiyani & Rosidah (2003) konsep TQM pada mulanya dipelopori oleh W.

Edward Deming, seorang doktor di bidang statistik yang diilhami oleh manajemen Jepang yang

selalu konsisten terhadap kualitas terhadap produk-produk dan layananannya. TQM adalah

suatu pendekatan yang seharusnya dilakukan oleh organisasi masa kini untuk memperbaiki

otputnya, menekan biaya produksi serta meningkatkan produksi. Total mempunyai konotasi

seluruh sistem, yaitu seluruh proses, seluruh pegawai, termasuk pemakai produk dan jasa juga

supplier. Quality berarti karakteristik yang memenuhi kebutuhan pemakai, sedangkan

management berarti proses komunikasi vertikal dan horizontal, top-down dan bottom-up, guna

mencapai mutu dan produktivitas.


Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu dalam pelayanan laboratorium menurut Sianipar

(1997) adalah menggunakan konsep dari Creech, yaitu suatu pendekatan manajemen yang

merupakan suatu sistem yang mempunyai struktur yang mampu menciptakan partisipasi

menyeluruh dari seluruh jajaran organisasi dalam merencanakan dan menerapkan proses

peningkatan yang berkesinambungan untuk memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan.

Terdapat lima pilar Manajemen Mutu Terpadu, yaitu kepemimpinan, proses, organisasi,

komitmen, produk dan service. Manajemen mutu terpadu berfokus pada peningkatan proses.

Proses adalah transformasi dari input, dengan menggunakan mesin peralatan, perlengkapan

metoda dan SDM untuk menghasilkan produk atau jasa bagi pelanggan.

PENINGKATAN MUTU PELAYANAN LABORATORIUM KLINIK

Menurut Pusorowati (2004), mutu pada hakekatnya adalah tingkat kesempurnaan suatu

produk atau jasa. Sedangkan mutu pelayanan laboratorium klinik Rumah Sakit diartikan

sebagai derajat kesempurnaan pelayanan laboratorium klinik untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan dengan menggunakan potensi sumber daya

yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan

sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan

dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.

Upaya peningkatan mutu pelayanan laboratorium klinik merupakan serangkaian

kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut struktur, proses dan outcome

secara obyektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kewajaran

pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan maslah-masalah yang terungkapkan sehingga

pelayanan laboratorium yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna.

Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di rumah sakit adalah :

meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien, dokter dan pemakai jasa laboratorium lainnya),
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi penggunaan

sumber daya yang dimiliki.

Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis laboratorium dan

kegiatan-kegiatan yang bersifat administrasi, serta manajemen laboratorium. Kegiatan teknis

laboratorium meliputi seluruh kegiatan pra-analitik, analitik dan pasca-analitik. Kegiatan yang

berkaitan dengan administrasi meliputi pendaftaran pasien / spesimen, pelayanan administrasi

keuangan, dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial

meliputi pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk di dalamnya adalah penatalaksanaan

logistic dan pemberdayaan SDM.

Pendekatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di

Instalasi Patologi Klinik adalah :

1. Pendekatan tidak langsung

o Program menjaga mutu (quality assurance/quality improvement), seperti pemeriksaan kontrol

kualitas (quality control), Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

o Quality Assesment, seperti akreditasi, ISO 9001:2000

o Total Quality Managemen (TQM)

o Pengembangan standar profesi, seperti seminar / kursus / workshop / pelatihan, pendidikan

berkelanjutan. Program ini dilakukan baik untuk Pranata Laboratorium maupun tenaga

administrasi.

o Risk management, misalnya penanganan komplain dari pelanggan.

o Program-program khusus, misalnya mengukur kepuasan pelanggan melalui pemberian

kuesioner.
2. Pendekatan pemecahan masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang berkesinambungan.

Langkah pertama dalam siklus ini adalah identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan

bagian sangat penting dari seluruh proses siklus karena akan menentukan kegiatan-kegiatan

selanjutnya dari pendekatan masalah. Masalah akan timbul apabila :

o Terdapat penyimpangan antara hasil yang dicapai (output) dengan standar yang adab.

o Terdapat ketidakpuasan akan penyimpangan tersebut.

Pendekatan pemecahan masalah ini dapat dilakukan melalui kegiatan Gugus Kendali

Mutu (GKM) atau dengan program Problem Solving for a Better Hospital (PSBH) yang tengah

digalakkan oleh Manajemen Rumah Sakit. Pendekatan kegiatan PSBH mirip dengan GKM.

http://herdianaakhyar.blogspot.co.id/2012/10/pemantapan-mutu_5523.html
PRA INSTRUMENTASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Diposkan oleh Wawan dwi lukman kriswanto di 21.6.10

PRA INSTRUMENTASI
Dr.Petrus Hendra Gunadi SpPK
RSUD Pasar Rebo Jakarta timur

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat
mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sampel
3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan

Pra instrumentasi :
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Hal ini
karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu / mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sampel
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi

1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir

Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke
dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting,
membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien.
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat / ruangan,
umur, jenis kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan
pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun
dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan
jangka panjang.

2. Persiapan penderita

2.1. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume
plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume
plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel /
ul darah.
2.2. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe,
vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang
adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah
tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil
pemeriksaan hemostasis.

2.3. Waktu pengambilan


Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien rawat
inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga
lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas
perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan
tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito.
Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan
variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih
tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah
eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah
malam sampai pagi.

2.4. Posisi pengambilan


Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula sebaliknya.

Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang
akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya
tidak merasa asing atau menjadi obyek.

3. Persiapan alat

Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga
tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.

3.1. Pengambilan darah


Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket) semprit
sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung
dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta
oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung
antikoagulan.

3.2. Penampungan urin


Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat
dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2
liter dengan memakai pengawet urin.

3.3. Penampung khusus


Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang
penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir
termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

4. Cara pengambilan sampel

Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien
atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu
tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil
bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena
vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah
adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi
pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat
pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak
di daerah infus yang terpasang / sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah
lipat paha (arteri femoralis ) atau daerah pergelangan tangan ( arteri radialis ). Untuk kapiler
umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak
daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.

4.1. Cara pengambilan darah kapiler :


- dilakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 %, biarkan kering
- lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari
- tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering
- selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan tabung kapiler.

4.2. Cara pengambilan darah vena :


- lakukan pembendungan dengan torniket
- dilakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % dengan arah putaran melebar menjauhi titik
tengah, biarkan kering
- ambil semprit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas
- arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30°
- bila sudah terkena venanya, isap pelan2 darah supaya tidak terjadi hemolisis - cabut jarum
dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah tusukan
- jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui dinding penampung
pelahan-lahan sehingga tidak hemolisis
- bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah dengan mengocok tabung
seperti angka 8.

Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan Na2EDTA / K2EDTA, sedang


untuk hemostasis digunakan Na sitrat 0.109 M.
Jangan melakukan pembendungan terlalu lama karena akan terjadi perubahan komposisi plasma
karena terjadi hemokonsentrasi, selain itu pada darah kapiler jangan menekan-nekan ujung jari
karena akan terbawa cairan jaringan.

4.3. Cara pengambilan darah arteri :


- siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin steril
- tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada
vena
- bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 %
- dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut
- kemudian lakukan tusukan / pungsi tegak lurus ( karena letaknya dalam )sampai terkena arteri
tersebut
- bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke
dalam semprit yang telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus
sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak
membeku.
- tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama
dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri.
- Segera kirim ke laboratorium ( sito )

Perbedaan darah arteri dan vena :


1. Lokasi tusukan lebih dalam
2. Teraba denyutan yang tidak ada pada vena
3. Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena
4. Darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit.

5. Penanganan awal sampel & transportasi

Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini.
Yang harus dilakukan :
- Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya
memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya ( lunas )
- Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
- Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
- Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
- Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah,
harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis.
Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium.
Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,
peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang
ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan
terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan
waktu.
Tabel berikut menggambarkan batasan waktu maksimum yang diijinkan :

- Kadar hemoglobin stabil


- Jumlah leukosit < 2 jam
- Jumlah eritrosit < 6 jam
- Nilai hematokrit < 6 jam
- Laju endap darah < 2 jam
- Jumlah trombosit < 1 jam
- Retikulosit < 6 jam
- Sediaan apus darah tepi < 1 jam

Untuk itu sebagai pegangan selalu berprinsip bahan laboratorium harus selalu segar < 1 jam
harus sudah tiba di laboratorium

http://laboratoriumbpn.blogspot.co.id/2010/06/pra-instrumentasi-pemeriksaan.html
PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Posted by Riswanto on Sunday, July 11, 2010

Labels: Pemantapan Mutu, Pengumpulan Spesimen

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis
invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu :
skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit.
Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra
analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu
hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan
proses pra analitik kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra
laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman
spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.

PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien.
Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang
akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi
pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan
menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau
paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan
akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila
keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat
mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf
laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek
posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis
kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel
tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya
hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

 Volume mencukupi

 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,
steril (untuk kultur kuman)

 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat

 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

 Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis
dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan
klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil
spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai
obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus
disertakan pada lembar hasil laboratorium.

1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 bersih, kering

 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

 sekali pakai buang (disposable)

 steril (terutama untuk kultur kuman)

 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen
2. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume
darah yang ditambahkan juga harus tepat.

3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :

 Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic).
Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma,
oedema, canula, fistula

 Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis
(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

 Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau
pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk
pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau
pucat.

 Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi,
kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan
Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.

 Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)

 Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik

 Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir

 Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam

 Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam

 Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur

 Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12
jam
PENGAMBILAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai
dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang
menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah
spesimen tumpah.
o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut
:
 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
 Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak
terjadi hemolisis.
 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam
media dilakukan dengan cara aseptik
 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.
 Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut
perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.
o Menampung spesimen urin
 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun,
mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar
 Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar
sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.
 Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih
sempurna :
 Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya
sampai bersih.
 Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu
harus merenggangkannya pada waktu kencing.
 Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret
vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.
 Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat
dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.
o Menampung spesimen tinja
 Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan,
sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.
 Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi
oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan
bermulut lebar.
o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan
ludah atau sekret hidung.
 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun,
mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA,
jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini
dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan
penafsiran.
 Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila
mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas
dulu.
 Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak
 Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan
nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak
keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.
 Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak
kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )
 Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan
secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :


o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
o pH menurun, hemokonsentrasi
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam
sirkulasi darah
2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH
menurun
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
o natrium meningkat pada infus saline
o kalium meningkat pada infus KCl
o glukosa meningkat pada infus dextrose
o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada
semua jenis infus
5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan
homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase
asam total

IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan
hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian
identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal
pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir
permintaan laboratorium.

PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM


Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi


persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa
identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke
laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen.
Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi
sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
o PPT / APTT memanjang.
o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
o Perkembangbiakan bakteri
o Penundaan pengiriman sampel urine :
 Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit,
lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
 Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan
pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
 Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar
matahari.
 Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya
pemeriksaan bakteriologis dan pH.
 Jamur akan berkembang biak
 Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat
menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama
spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling
lama 8 jam.
5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas
khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah
dibawa.

PENANGANAN SPESIMEN
 Identifikasi dan registrasi spesimen

 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius

 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label

 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN

 Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain

 Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya

 Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

 Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa.

 Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

 Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -
120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

 Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau
serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

 Memberi bahan pengawet pada spesimen

 Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

 Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator

 Imunologi : 1 minggu dalam referigerator

 Hematologi : 2 hari pada suhu kamar


 Koagulasi : 1 hari dalam referigerator

 Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator

 Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?


Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter,
paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka semua
berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami pentingnya tahap pra-
analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konsekuensi mereka untuk hasil
pemeriksaan.

Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter
laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau media lainnya.
Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP mengenai pengumpulan
spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut harus ditinjau ulang oleh supervisor
laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan prosedur untuk penanganan spesimen dan prosedur
untuk manajemen spesimen (penerimaan atau penolakan spesimen).

http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/07/pemantapan-mutu-pra-analitik.html
BIDANG IMUNOSEROLOGI
1. Tes Mantoux / PPD 5 TU
2. Tes Kehamilan (PPT)
3. Widal Slide
4. TPHA
5. DHF Ig.G
6. DHF Ig.M
7. HbsAg Stik
8. HbsAg Elisa
9. Anti HBs Rapid SD
10. Anti HCV Rapid
11. Anti HCV Elisa
12. Anti HIV Rapid
13. Anti HIV Elisa
14. VDRL
15. Anti TB
16. NS 1 (Uji Ag DHF)
17. TSH
18. FT3
19. FT4
20. T3
21. T4

Anda mungkin juga menyukai