Anda di halaman 1dari 17

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku Amoxicillin

Maura Syafa Islami

260110150163

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,


Sumedang

Abstrak

Telah dilakukan analisis terhadap bahan baku Amoxicillin secara kualitatif dan
kuantitatif. Uji kualitatif yang dilakukan meliputi uji organoleptik, reaksi
pembakaran, uji warna, serta uji kelarutan. Pada pengujian kuantitatif dengan
metode iodometri, diketahui kadar bahan baku Amoxicillin rata-rata adalah
5,2067% (5,9762% terhadap anhidrat), yang di mana hasil tersebut tidak sesuai
dengan standar bahan baku Amoxicillin dalam Farmakope Indonesia.

Kata kunci: Amoxicillin, iodometri, reaksi warna, reaksi pembakaran, uji


kelarutan, uji organoleptik

Qualitative and Quantitative Analysis of Raw Materials


Amoxicillin

Abstract

Qualitative and quantitative analysis of Amoxicillin raw material have been done.
The qualitative tests were organoleptic tests, combustion reaction, color test, and
solubility test. In quantitative analysis by using iodometric method, average
concentration of Amoxicillin raw material was 5.2067% (5.9762% as anhydrous).
on the anhydrous substance.

Keyword: Amoxicillin, iodometric, color test, combustion reaction, solubility test,


organoleptic test
PENDAHULUAN Banyak dan tipe degradasi produk
dari beta-laktam ditentukan
Amoxicillin merupakan antibiotik
(antibiotik) sering kali bergantung
berspektrum luas dan merupakan
pada beberapa faktor yang berbeda
turunan dari Penicillin semi sintetik
(solven, konsentrasi dari substitusi
(Wishart, et.al, 2006). Obat ini
dan ion hidrogen, suhu, dll), yang
merupakan drug of choice di kelasnya
menyebabkan terpengaruhnya
karena dapat dengan mudah
stabilitas beta-laktam di dalam larutan
terabsorbsi pada saluran pencernaan
(Cielecka, et.al, 2013).
dan stabil di dalam suasana lambung
(Siswandono, 2000). Amoxicillin Salah satu metode tercepat dan
dapat berpenetrasi lebih jauh daripada termudah untuk pengukuran
Ampicillin dan golongan Penicillin integritas cincin beta laktam dari
lainnya terhadap dinding sel dan lebih kelompok antibiotik ini adalah
efektif melawan bakteri gram negatif berdasarkan reduksi iodin oleh
(Florey, 1978). substrat yang terhidrolisis (Salois,
et.al, 2015). Reduksi didefinisikan
Amoxicillin berbentuk serbuk
sebagai proses penerimaan elektron,
hablur, putih, praktis tidak berbau;
sedangkan oksidasi merupakan
sukar larut dalam air dan metanol.
proses pelepasan elektron (Sunarya,
Mengandung tidak kurang dari 900
2012).
µg dan tidak lebih dari 1050 µg per
mg, C16H19N3O5S.3H2O, dihitung Adapun prinsip-prinsip untuk
terhadap zat anhidrat (Depkes RI, melakukan analisis kualtatif
1995). Amoxicillin adalah (1) Kompleksasi,
ialah proses pembentukan kompleks
Mengetahui kadar antibiotik pada
yang biasanya terjadi antara logam
suatu sediaan termasuk dalam faktor-
dengan ligan (Gaillard, 2017); (2)
faktor yang harus dipertimbangkan
Fluoresensi yaitu suatu bentuk dari
pada penggunaan antibiotik (BPOM
fotoluminesensi, seperti fotoresensi
RI, 2011).
(Day dan Underwood, 2002); (3) Like
dissolve like, di mana senyawa polar Uji organoleptik dilakukan
akan terlarut pada senyawa polar lain, dengan mengamati bentuk, bau
namun tidak terlalu baik di senyawa warna, dan rasa dari Amoxicillin
non polar, begitu pun sebaliknya kemudian hasil tersebut dibandingkan
(Smith, 2016). dengan pemerian pada Farmakope.
Uji warna yang dilakukan
meliputi uji warna dengan FeCl3 3%
METODE dan dengan H2SO4 yang

a. Alat difluoresensi. Pertama, Amoxicillin


diletakkan ke atas plat tetes
Alat yang digunakan dalam
secukupnya, kemudian diteteskan
praktikum antara lain beaker glass,
larutan FeCl3 3% dan diamati
buret, erlenmeyer, gelas ukur, kertas
perubahan warna yang terjadi.
saring, neraca analitik, perkamen,
Sedangkan untuk uji warna dengan
pipet, plat tetes, spatel, dan spirtus.
menggunakan asam sulfat, plat tetes
b. Bahan difluoresensi dengan sinar ultraviolet
setelah ditetesi dengan reagen
Bahan-bahan yang digunakan
tersebut. Adapun perubahan warna
adalah Amoxicillin, aquades, amilum
positif pada FeCl3 adalah biru, hijau,
1%, iodin 0,1N, kalium dikromat
merah, ungu tua, atau hitam;
(K2Cr2O7) 0,1N, natrium hidroksida
sedangkan untuk H2SO4, sampel akan
(NaOH) 1N, kalium iodida (KI) 10%,
berwarna kuning kehijauan di bawah
natrium tiosulfat (Na2S2O3),
sinar ultraviolet.
hidroklorida (HCl) 1N, metanol,
Reaksi pembakaran
FeCl3 3%, asam, dan asam sulfat
Amoxicillin dilakukan dengan
(H2SO4).
memasukkan sedikit sampel
c. Prosedur Amoxicillin ke dalam tabung reaksi,
Untuk analisis secara
kemudian dipanaskan/dibakar dengan
kualitatif, dilakukan beberapa metode
spirtus. Diamati perubahan bau yang
seperti organoleptik, uji warna, reaksi
terjadi.
pembakaran, serta uji kelarutan.
Uji kelarutan Amoxicillin hingga larutan dalam erlenmeyer
dilakukan dengan melarutkan 100mg berubah warna menjadi putih susu.
sampel dengan 10mL aquades dalam Titrasi dihentikan dan volume
beaker glass yang dimana akan natrium tiosulfat yang digunakan
ditambahkan sedikit demi sedikit dihitung totalnya.
hingga sampel larut sepenuhnya. Selain titrasi sampel uji,
Kemudian volume aquades yang dilakukan pula titrasi blanko.
digunakan untuk melarutkan sampel Prosedur untuk titrasi ini adalah 5mL
Amoxicillin dijumlahkan. Hal yang larutan Amoxicillin yang sama
sama dilakukan juga pada uji dengan (dengan titrasi iodometri)
metanol. ditambahkan dengan 1mL larutan
Kadar Amoxicillin ditentukan iodin 0,1N, kemudian didiamkan
dengan menggunakan titrasi selama 20 menit dalam keadaan
iodometri. Prosedur yang dilakukan terlindung dari cahaya. Larutan
adalah 50mg Amoxicillin dilarutkan tersebut kemudian dititrasi dengan
dengan 100mL aquades kemudian menggunakan baku natrium tiosulfat
5mL larutan tersebut ditambahkan 0,01N hingga coklat tua berubah
1mL NaOH 1N di dalam erlenmeyer. menjadi kuning kehijauan. Amilum
Campuran larutan Amoxicillin dan 1% ditambahkan sebanyak 3 (tiga)
NaOH didiamkan selama 20 menit, tetes hingga sampel berwarna biru tua
lalu ditambahkan 1mL HCl 1N dn dan titrasi dilanjutkan kembali hingga
1mL iodin 0,1N. Larutan uji tersebut larutan berwarna putih susu. Setelah
kembali didiamkan selama 20 menit itu volume natrium tiosulfat dihitung.
dan terlindung dari cahaya. Sampel Untuk menunjang metode
kemudian dititrasi dengan larutan titrasi iodometri di atas, maka dibuat
baku natrium tiosulfat 0,01N hingga beberapa reagen. Larutan NaOH 1N
terjadi perubahan warna coklat tua dibuat dengan menlarutkan 800mg
menjadi kuning kehijauan. Larutan pelet NaOH dengan 20mL aquades.
amilum 1% ditambahkan sebanyak 3 Larutan HCl 1N didapatkan dengan
(tiga) tetes hingga larutan menjadi melarutkan 730mg HCl ke dalam
biru tua. Titrasi dilanjutkan kembali 20mL aquades. Pembuatan larutan KI
10% dilakukan dengan melarutkan Ada pun natrium tiosulfat
10gram kalium iodida dengan perlu dibakukan sebelum digunakan
100mL; dan pembuatan larutan untuk titrasi. Prosedur yang dilakukan
iodium 0,1N dilakukan dengan adalah 10mL larutan kalium dikromat
melarutkan 12,69gram I2 ke dalam 0,1N di dalam erlenmeyer
larutan KI yang telah dibuat, ditambahkan dengan 5mL HCl dan
kemudian diencerkan dngan aquades 5mL larutan KI 10%. Larutan
hingga 1000mL. Larutan kalium campuran tersebut didiamkan selama
dikromat 0,1N dibuat dengan 1-2 menit dalam keadaan tertutup
melarutkan padatannya sebanyak rapat. Setelah itu, dialakukan titrasi
0,4908 dengan 100mL aquades. dengan menggunakan larutan natrium
Indikator amilum 1% dapat dibuat tiosulfat hingga sampel berwarna
dengan melarutkan 100mg amilum kuning, kemudian ditambahkan
dalam 10mL aquades, kemudian amilum 1% sebanyak 3 tetes dan
dipanaskan dan disaring dengan dititrasi hingga sampel berwarna biru.
kertas saring. Volume natrium tiosulfat dicatat dan
ditotalkan.

HASIL

a. Uji kualitatif

No. Perlakuan Hasil Gambar


1. Organoleptis
- Sampel diamati dengan Serbuk berwarna putih
panca indra. kekuningan, berbau
khas, rasa pahit.
2. Reaksi Warna
1. Reaksi FeCl3
- Sample dimasukkan
ke dalam plat tetes
kemudian diteteskan Saat ditambahkan
FeCl3. FeCl3, sampel berubah
2. Reaksi H2SO4 warna menjadi hitam.
- Sample dimasukkan
ke dalam plat tetes
kemudian diteteskan Saat ditambahkan
H2SO4 10%. H2SO4, sampel berubah
- Dilakukan fluoresensi warna menjadi kuning
dengan sinar UV dan berfluoresensi
dengan sinar UV

3. Reaksi Pembakaran
- Amoksisilin - Sampel di dalam
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
tabung reaksi. - Sampel
- Sampel di bakar di atas mengeluarkan bau
spirtus. seperti karet.

4. Uji Kelarutan
1. Kelarutan dalam air
- Sebanyak 100 mg Dibutuhkan 136 ml
amoksisilin dilarutkan aquades (kelarutan:
dalam aquades. 1gram dalam 1360mL)
2. Kelarutan dalam
metanol
- Sebanyak 100 mg Dibutuhkan 180 ml
amoksisilin dilarutkan metanol (kelarutan:
dalam metanol. 1gram dalam 1800mL)

b. Uji kuantitatif

No. Perlakuan Hasil Gambar


1. Pembakuan Natrium
Tiosulfat
- Dipipet 5 ml kalium - Larutan kalium
dikromat 0,1 N, dikromat dalam
dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
erlenmeyer.
- Ditambahkan 2,5 ml - Suasana menjadi
HCl 1 N. asam.
- Ditambahkan 2,5 ml
KI 10%, didiamkan
dan ditutup.
- Dititrasi secara duplo - Analit menjadi
dengan natrium berwarna kuning
tiosulfat hingga jerami.
menjadi kuning.
- Ditambahkan indikator
amilum. - Analit menjadi
- Dititrasi lanjut hingga berwarna biru.
berwarna biru. - V1 = 5 ml, V2 = 5,2
ml, Vrata-rata = 5,1 ml.

2. Titrasi Iodometri
- Ditimbang 50 mg
amoksisilin dan
dilarutkan dalam 100 - Amoksisilin 0,05 mg
ml aquades. dalam 100 ml
- Dipipet 3x5 ml larutan aquades.
amoksisilin dan
ditambahkan 3x1 ml - Cincin β-laktam
NaOH, lalu didiamkan terhidrolisis.
selama 20 menit.
- Ditambahkan 3x1 ml
HCl 1 N dan 3x1 ml
iodin 0,1 N, lalu - Suasana menjadi
didiamkan selama 20 asam dan terjadi
menit dalam keadaan reaksi redoks.
terlindung dari cahaya.
- Dititrasi dengan
natrium tiosulfat 0,1 N.
- Analit ditotolkan pada - Warna analit menjadi
amilum yang sudah kuning jerami.
berada di plat tetes. - Totolan berwarna
- Titrasi dilanjutkan biru/ungu.
hingga analit bening.
- Dihitung kadar - Analit menjadi
amoksisilin. bening.
- V1 = 0,4 ml, V2 = 0,6
ml, V3 = 0,6 ml.
Vrata-rata = 0,53 ml

3. Tirtasi Blanko
- Dipipet 3x5 ml larutan - Tidak terjadi reaksi
amoksisilin yang sudah apapun.
dibuat, ditambahkan
3x1 ml larutan iodin
0,1 N lalu didiamkan
selama 20 menit
dengan kondisi
terlindung dari cahaya. - Analit berwarna
- Dititrasi dengan kuning jerami.
natrium tiosulfat 0,1. - Totolan berwarna
- Analit ditotolkan ke biru/ungu.
amilum yang sudah
berada di plat tetes. - Analit menjadi
- Titrasi dilanjutkan bening.
hingga analit menjadi
- V1 = 1,5 ml, V2 = 0,7
bening
ml, V3 = 0,5 ml
- Dihitung kadar
Vrata-rata = 0,9 ml
amoksisilin.

Pembuatan Reagen

No. Perlakuan Hasil Gambar


1. NaOH
- Ditimbang 800 mg Larutan reagen NaOH
NaOH.
- Dilarutkan ke dalam 20
ml aquades.
2. HCl
- Ditimbang 730 mg HCl. Larutan reagen HCl
- Dilarutkan ke dalam 20
ml aquades.
3. KI 10%
Larutan reagen KI 10%
- Ditimbang 10 g kalium
iodida.
- Dilarutkan dalam 100
ml aquades, diaduk
hingga homogen.
4. Larutan Iodium 0,1 N
- Ditimbang 12,69 g I2. Larutan reagen I2 0,1 N
- Dilarutkan dalam KI
yang telah dibuat.
- Diencerkan dengan
aquades hingga 1000
ml.
5. Kalium dikromat 0,1 N
- Ditimbang 0,49 g Larutan reagen kalium
kalium dikromat kering. dikromat 0,1 N
- Dilarutkan dalam 100
ml aquades dalam labu
ukur 100 ml, dikocok
hingga homogen.
6. Amilum 1%
- Ditimbang 100 mg Larutan reagen amilum
amilum. 1%
- Dilarutkan dalam 10 ml
aquades.
- Larutan dipanaskan
diatas penangas air.
c. Perhitungan = 7,1 %
 Pembakuan Natrium Tiosulfat %kadarII = ((0,9-
Na2S2O3 = K2Cr2O3 0,6)×79×0,098)/54,5×100%
V1 . N1 = V2 . N2 = 4,26 %
5,1 . N1 = 0,1 . 5 %kadarIII =((0,9-
N1 = 0,5/5,1 0,6)×79×0,098)/54,5×100%
= 0,098 N = 4,26 %
% kadar rata-rata =
 Kadar Amoksisilin (7,1+4,26+4,26)/3
% kadar I = ((0,9- = 5,2 %
0,4)×79×0,098)/54,5×100%

PEMBAHASAN warna, reaksi pembakaran, serta


uji kelarutan.
Telah dilakukan analisis
terhadap bahan baku Amoxicillin Pada uji organoleptik terdapat
secara kualitatif dan kuantitatif. perbedaan antara warna sampel
dengan yang tertera di Farmakope
Pengujian secara kualitatif
Indonesia, di mana sampel yang
dimaksudkan untuk memastikan
diuji berupa serbuk berwarna
identitas bahan baku, dilihat dari
kuning sedangkan seharusnya
kesesuaian sampel uji dengan
adalah berwarna putih. Hal ini
monografi dalam farmakope dan
mungkin saja terjadi karena bahan
karakteristik lainnya dalam
baku sudah terkontaminasi atau
literatur lain. Sedangkan uji
sudah disimpan terlalu lama,
kuantitatif umumnya bertujuan
sehingga terjadi degradasi pada
untuk mengetahui kadar persen
struktur kimianya.
analit di dalam cuplikan.
Pembakaran Amoxicillin
Uji kualitatif yang dilakukan
menghasilkan bau seperti karet
adalah uji organoleptik, reaksi
terbakar yang sangat kuat, hal ini
mungkin terjadi karena
Amoxicillin melepas senyawa- 100mg sampel Amoxicillin dan
senyawa gas yang terdiri dari 180mL metanol. Jika dikonversikan
atom karbon, nitrogen, dan ke dalam 1gram/mL, maka diketahui
hidrogen yang menimbulkan bau kelarutan sampel adalah 1g/1360mL
khas tersebut. dalam aquades dan 1g/1800mL dalam
metanol. Dalam rentang kelarutan
Amoxicillin dapat bereaksi
Farmakope Indonesia, sampel berati
menghasilkan warna kehitaman
memiliki sifat sangat sukar larut
dengan reagen FeCl3 dikarenakan
(1000-10000 bagian), sedangkan
reagen ini dapat mendeteksi
kelarutan Amoxicillin yang
adanya gugus hidroksi yang
seharusnya adalah (100-1000 bagian
terikat pada inti aromatik, salah
atau sukar larut). Hal ini dapat terjadi
satunya gugus fenol yang terdapat
akibat banyaknya kontaminan atau
dalam Amoxicillin. Reaksi FeCl3
pengotor di dalam sampel yang dapat
dengan gugus fenol umumnya
menurunkan kelarutan.
menghasilkan warna merah
intens, biru, ungu, atau hijau Uji kuantitatif Amoxicillin
karena terbentuknya kompleks dilakukan dengan metode titrasi
fenol degan ion Fe. iodometri, yang didasari oleh prinsip
reduksi oksidasi. Menurut Gandjar
dan Rohman (2012), titrasi iodometri
atau titrasi tidak langsung dilakukan
ketika senyawa sampel memiliki
potensial oksidasi yang lebih besar
dari sistem iodium-iodida atau
Gambar 1. Struktur Amoxicillin
senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator. Sehingga pada iodometri,
sampel yang bersifat oksidator akan
direduksi dengan kalium iodida
Gambar 2. Reaksi Fenol dengan ion Fe
berlebih dan akan menghasilkan
Dibutuhkan 136mL aquades iodium yang selanjutnya dititrasi
untuk melarutkan secara sempurna dengan natrium tiosulfat sebagai
titran. Banyaknya volume natrium praktikum kali ini senyawa yang
tiosulfat yang digunakan sebagai digunakan adalah NaOH karena bisa
titran setara dengan banyaknya didapat dengan mudah dan tersedia di
iodium yang dihasilkan dan setara laboratorium.
dengan banyaknya sampel.
Larutan sampel kemudian
Sampel dengan cincin beta- didiamkan beberapa saat agar dapat
laktam yang utuh tidak dapat bereaksi terhidrolisis sempurna. Penambahan
dengan iodium. Senyawa basa (OH-) HCl dilakukan setelahnya untuk
dapat menghidrolisis cincin beta menetralkan kembali suasana basa
laktam sehingga terbuka dan yang terbentuk dengan penambahan
menghasilkan asam penisiloat. Pada NaOH tadi.

Gambar 4. Reaksi antara beta-laktam dengan


iodium

Gambar 3. Reaksi hidrolisis cincin beta-


Ketika semua I2 sudah
laktam
bereaksi dengan Amoxicillin, maka
Menurut Salois (2015), setiap larutan yang memiliki I2 berlebih
satu mol cincin beta-laktam yang akan bereaksi dengan natrium
terbuka akan bereaksi dengan 8 tiosulfat sesuai dengan reaksi:
ekuivalen iodium seperti gambar di
2S2O32- + I2  S4O62- + I-
bawah:
(Gandjar dan Rohman, 2012).

Sehingga untuk mengetahui jumlah


iodium yang bereaksi dengan analit
diperlukan titrasi blanko. Selisih adalah 5,2067%, atau jika
volume larutan baku tiosulfat blanko dikonversikan sebagai anhidrat
dengan volume tiosulfat awal setara adalah 5,9762% (Mr Amoxicillin
dengan jumlah iodium yang bereaksi anhidrat/ Mr Amoxicillin x persen
dengan Amoxicillin. hasil). Hasil ini cukup jauh dari hasil
yang seharusnya, yaitu 900 µg dan
Selanjutnya, perubahan warna
tidak lebih dari 1050 µg per mg,
biru terjadi dengan penambahan
Amoxicillin, dihitung terhadap zat
amilum sebanyak 3 tetes. Amilum 1%
anhidrat, atau sekitar 90-105%. Hal
merupakan indikator yang digunakan
ini dapat terjadi karena adanya
untuk menentukan titik akhir titrasi
pengotor di dalam bahan baku (dapat
pada titrasi iodometri. Hal ini
dikorelasikan dengan kelarutannya
disebabkan iodium dapat mengubah
yang menurun saat pengujian),
bentuk rantai molekul amilosa pada
ataupun terdegradasinya bahan baku
amilum yang pada mulanya terdiri
tersebut akibat masa penyimpanan
dari untaian tunggal molekul glukosa,
yang terlalu lama.
menjadi beta-amilosa dan
menyebabkan iodine terjebak di
antara kumparan amilosa kemudian
KESIMPULAN
menghasilkan transfer muatan antara
iodine dengan amilum. Akibatnya, Analisis kualitatif dan

terjadi perubahan susunan elektron kuantitatif bahan baku Amoxicillin

dan jarak tingkat energi. Perubahan dapat dilakukan. Dari hasil

ini dapat menyerap sinar tampak yang percobaan, sampel memiliki bentuk

berbeda sehingga menghasilkan serbuk, berwarna kekuningan, berbau

warna biru tua. Amilum yang khas dan sedikit pahit. Uji warna

digunakan sebagai indikator harus dengan FeCl3 menghasilkan warna

dibuat segar karena amilum mudah kehitaman, dan dengan H2SO4 di

terurai oleh bakteri. bawah sinar UV menghasilkan


fluoresensi kuning kehijauan. Reaksi
Hasil konsentrasi Amoxicillin
pembakaran memberikan bau khas
yang didapat dari titrasi tersebut
Amoxicillin, yaitu seperti karet
terbakar, serta pada uji kelarutan
menunjukkan hasil bahan baku
bersifat sangat sukar larut (1000-
10000 bagian) dalam air dan metanol.
Uji kualitatif dengan metode titrasi
iodometri atau titrasi tidak langsung,
memberikan hasil 5,2067% terhadap
kadar Amoxicillin sampel.
DAFTAR PUSTAKA Gandjar, I.G., dan A. Rohman. 2012.
Kimia Farmasi Analisis.
Cielecka-Piontek, J., Paczkowska,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
M., Lewandowska, K., Barszcz,
B., Zalewski, P. and Garbacki, Salois, A., I. Perez, E. Palma, E.
P. (2013) SolidState Stability Goolish, Y. Griko. 2015.
Study of Meropenem-Solutions Evaluation of the Chemical
Based on Spectrophotometric Integrity of Beta-Lactam
Analysis. Chemistry Central Antibiotics by Iodine-Based
Journal, 7, 98. Assay. Journal od biosciences
and Medicines, 91-99.
Day, R. A., dan A. L. Underwood.
2002. Analisis Kimia Siswandono. 2000. Kimia Medisinal.
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Surabaya: UNAIR Press.

Depkes RI. 2014. Farmakope Smith, M. B. 2016. Organic


Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Chemistry: An Acid-Base
Depkes RI Approach. 2nd Ed. US. CRC
Press
Depkes RI. 2014. Farmakope
Indonesia. Edisi V. Jakarta: Sunarya, Y. Kimia Dasar 2. Bandung:
Depkes RI Yrama Widya

Florey, K. 1978. Analytical Profile of Wishart, D. S., et.a.. 2006. Drug


Drugs Substances. Vol 7. Bank: A Comprehensive
California: Academic Press. Resource for in Silico Drug
Discovery and Exploration.
Gaillard, J. F. 2017. Complexation
Database issue: D668-
Reactions. Tersedia online di
72.16381955.
http://www.civil.northwestern.e
du/EHE/COURSES/CE-
367/Chapters/Chap5.pdf
[diakses pada]

Anda mungkin juga menyukai