Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE SYOK SYNDROM (DSS)

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer :2010).
Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue
disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan.Dengue Syok
Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD).

B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik
yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)
maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2009).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang
pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari.(Soedarto, 2009).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 2009).

C. KLASIFIKASI
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 2008 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan
darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > – 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah.Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia.Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa
lemah dapat menyetainya.(Soedarto, 2009).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesisPerdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita .(Soederta, 2009).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.(Soedarto, 1995).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dan gejala lain adalah :
 Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
 Asites.
 Cairan dalam rongga pleura (kanan).
 Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrium, muntah – muntah, diare maupun
obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium
 Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 – 7
 Hematokrit meningkat 20% atau lebih
 Albumin cenderung menurun
 SGOT, SGPT sedikit meningkat
 Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg, HCO3
menurun.
 Dengue blatIgM positif IgG positif pada hari ke 6.
 NS 1 positif
2. Foto rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi Pleura
3. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :
 Asites dan Efusi pleura
 Hepatomegali

G. PENATALAKSAAN MEDIS
Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 2008 ;
203 – 206 adalah :
1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
“surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan pada :
- Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari.
- Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari.
- Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari.
- Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
2. Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10
kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya.
3. Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak
– banyaknya dan Sesering mungkin.
4. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
- 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
- 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
- 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
- 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
5. Obat-obatan lain :
- Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain.
- Antipiretik untuk anti panas.
- Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas :
Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena
DB)
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas,
muntah, epistaksis, pendarahan gusi.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit) : kapan mulai panas?
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien)
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic
atau tidak)
e) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang?
f) Riwayat imunisasi
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang
badan, usia)
b) Pemeriksaan per system
1) System persepsi sensori :
- Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal
- Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak lembab/kering
2) System persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
3) System pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping
hidung, odem pulmo, krakles
4) System kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba,
kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer,
nyeri dada
5) System gastrointestinal :
- Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi
- Perut : turgor?, kembung/meteorismus, distensi, nyeri, asites,
lingkar perut?
- Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena
6) System integument : RL test (+)?, petekie, ekimosis, kulit
kering/lembab, pendarahan bekas tempat injeksi?
7) System perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
Gejala klinis didapatkan :

 Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas,


manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah
memar, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
 Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai perdarahan
spontan dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari
tempat lain.
 Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan
terdapat kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau hipotensi,
disertai kulit dingin dan sembab atau gelisah.
 Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak
teraba.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue (viremia)


2. Kekurangan volume cairan b/d perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake in
adekuat
4. Resiko syok hipovolemik b/d permeabilitas membran meningkat
5. Resiko cedera (perdarahan) b/d trombisitopenia
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi Virus Dengue (Viremia)
a) Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan
perawatan.
b) Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 °c, membran mukosa basah,
nadi dalam batas normal (80 – 100 x/mnt), Nyeri otot hilang.
c) Intervensi :
1) Berikan kompres (air biasa / kran).
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan
tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
2) Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500 – 2000 cc/hari
(sesuai toleransi).
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat
evaporasi.
3) Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat pada klien.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
4) Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah)
tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
5) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
antipiretik sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Perpindahan Cairan Dari
Intravaskuler Ke Ekstravaskuler
a) Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok
hipovolemik.
b) Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal
(TD 100/70 mmHg, N: 80 – 120 x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral
hangat, Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.
c) Intervensi :
1) Observasi vital sign tiap 3 jam / lebih sering.
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan
intravaskuler
2) Observasi capillary Refill.
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
3) Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ
urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ
diduga dehidrasi.
4) Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi).
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
5) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah.
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk
mencegah terjadinya hipovolemic syok.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Intake In Adekuat
a) Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi.
b) Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan
berat badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan
mampu dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang.
c) Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3) Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan).
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas
intervensi.
4) Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering
dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
5) Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral.
6) Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung
gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
7) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan
bagi proses penyembuhan.
8) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
9) Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.
10) Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.
11) Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.
4. Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan Permeabilitas Membran
Meningkat
a) Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
b) Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal.
c) Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien.
Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan
terutama saat terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-
tanda presyok / syok.
2) Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih.
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk
memastikan tidak terjadi presyok / shock.
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan.
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
4) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
5) Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
5. Resiko Cedera (Perdarahan) berhubungan dengan Trombisitopenia
a) Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan.
b) Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80 – 100 x/menit reguler, pulsasi kuat,
tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena),
trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
c) Intervensi :
1) Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring (bedrest).
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
2) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang
dapat timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk
segera melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi,
hidung(epistaksis), berak darah (melena), atau muntah darah
(hematemesis).
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk
penaganan dini bila terjadi perdarahan.
3) Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai
ambil darah dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
4) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah
lengkap).
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.
5) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda
klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-
tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
6) Monitor trombosit setiap hari.
7) Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Salemba Medika
: Jakarta
Hockenberry, Wilson.2007. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children Eighth Edition.
Mosby Elsevter : Canada.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius : Jakarta.

Nadesul, Handrawan.2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Kompas : Jakarta.

Soedarmo SSP,dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Jakarta.

Soedarto.2009 Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga :Surabaya.

Sutaryo.2004. Dengue. Medika Fak.Kedokteran UGM : Yogyakarta.

Tatty ES.2004. Pengelolaan Syok Pada Demam Berdarah Dengue Anak Dalam
Sutaryo.Tatalaksana Syok Dan Perdarahan Pada Demam Berdarah Dengue. Medika FK
UGM : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai