B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik
yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)
maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2009).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang
pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari.(Soedarto, 2009).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 2009).
C. KLASIFIKASI
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 2008 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan
darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > – 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah.Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia.Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa
lemah dapat menyetainya.(Soedarto, 2009).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesisPerdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita .(Soederta, 2009).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.(Soedarto, 1995).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dan gejala lain adalah :
Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
Asites.
Cairan dalam rongga pleura (kanan).
Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrium, muntah – muntah, diare maupun
obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium
Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 – 7
Hematokrit meningkat 20% atau lebih
Albumin cenderung menurun
SGOT, SGPT sedikit meningkat
Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg, HCO3
menurun.
Dengue blatIgM positif IgG positif pada hari ke 6.
NS 1 positif
2. Foto rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi Pleura
3. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :
Asites dan Efusi pleura
Hepatomegali
G. PENATALAKSAAN MEDIS
Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 2008 ;
203 – 206 adalah :
1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
“surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan pada :
- Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari.
- Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari.
- Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari.
- Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
2. Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10
kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya.
3. Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak
– banyaknya dan Sesering mungkin.
4. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
- 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
- 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
- 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
- 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
5. Obat-obatan lain :
- Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain.
- Antipiretik untuk anti panas.
- Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas :
Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena
DB)
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas,
muntah, epistaksis, pendarahan gusi.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit) : kapan mulai panas?
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien)
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic
atau tidak)
e) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang?
f) Riwayat imunisasi
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang
badan, usia)
b) Pemeriksaan per system
1) System persepsi sensori :
- Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal
- Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak lembab/kering
2) System persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
3) System pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping
hidung, odem pulmo, krakles
4) System kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba,
kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer,
nyeri dada
5) System gastrointestinal :
- Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi
- Perut : turgor?, kembung/meteorismus, distensi, nyeri, asites,
lingkar perut?
- Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena
6) System integument : RL test (+)?, petekie, ekimosis, kulit
kering/lembab, pendarahan bekas tempat injeksi?
7) System perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
Gejala klinis didapatkan :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hidayat, A. Azis Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Salemba Medika
: Jakarta
Hockenberry, Wilson.2007. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children Eighth Edition.
Mosby Elsevter : Canada.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius : Jakarta.
Soedarmo SSP,dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Jakarta.
Tatty ES.2004. Pengelolaan Syok Pada Demam Berdarah Dengue Anak Dalam
Sutaryo.Tatalaksana Syok Dan Perdarahan Pada Demam Berdarah Dengue. Medika FK
UGM : Yogyakarta.