Anda di halaman 1dari 10

PERAN MIKROBIOLOGI

1. Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk mencegah berbagai penyakit terhadap tubuh yang berasal
dari mikroorganisme. Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun
yang diambil dari mikroorganisme. Caranya adalah dengan memasukkan mikroorganisme
yang dilemahkan ke dalam tubuh manusia untuk memberikan kekebalan terhadap
mikroorganisme berbahaya disebut vaksinasi. Salah satu kelemahan vaksin yang dibuat
dengan cara tersebut adalah munculnya rasa sakit setelah diberi suntikan vaksin, seperti
timbulnya demam. Vaksin dimasukkan secara injeksi atau oral ke dalam tubuh manusia agar
sistem kekebalan tubuh manusia aktif melawan mikroorganisme.
Produksi vaksin meliputi pengulturan mikroorganisme yang memiliki properti
antigenik, dan diperlukan untuk menghasilkan respon imun. Perkembangan bidang
bioteknologi memungkinkan produksi seluruh vaksin baru. Beberapa vaksin baru ditujukan
bagi target baru, lebih efektif dan memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan vaksin
tradisional. Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, strain
virus ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam berembrio. Contohnya vaksin rabies
tradisional. Vaksin ini digantikan oleh produksi vaksin melalui kultur jaringan fibroblas
manusia yang memiliki efek samping lebih sedikit. Produksi vaksin terhadap yang efektif
dalam mencegah infeksi oleh bakteri, fungi, dan protozoa melibatkan pertumbuhan strain
mikroorganisme pada media artifisial yang meminimalkan gangguan berupa respon alergi.
Vaksin dapat berasal dari sumber-sumber berikut:
a. Mikroorganisme yang telah mati
Menggunakan mikroorganisme yang telah mati antara lain digunakan untuk
menghasilkan vaksin batuk rejan dari bakteri penyebab batuk rejan. Bakteri
tersebut dimatikan dengan pemanasan atau penggunaan senyawa kimia untuk
mendenaturasi enzimnya.
b. Mikroorganisme yang telah dilemahkan
Vaksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang sudah dilemahkan disebut
atermsi. Vaksin yang melawan aktivitas bakteri secara cepat merupakan vaksin
atenuasi. Contoh vaksin dengan menggunakan sumber tersebut adalah vaksin
difteri dan tetanus dari substansi tokisn bakteri yang sudah tidak berbahaya.
Toksoid bertujuan untuk merangsang produksi toksin, namun mengurangi risiko
terinfeksi oleh bakteri dari jenis tertentu.
Dengan bioteknologi mulai dibuat vaksin yang tidak menyebabkan rasa sakit jika
disuntikkan ke tubuh orang sehat. Contoh pembuatan vaksin melalui bioteknologi modern
adalah vaksin Hepatitis B. Pelemahan kuman dilakukan dengan pemanasan atau pemberian
bahan kimia. Dengan bioteknologi dapat dilakukan fusi atau transplantasi gen. Pembuatan
vaksin ini adalah sebagai berikut: bakteri atau virus penyebab penyakit umumnya memiliki
permukaan protein yang khusus. Dengan penyisipan gen dihasilkan salinan dari permukaan
tersebut. Salinan tersebut kemudian digunakan untuk vaksinasi. Contoh vaksin aman telah
dihasilkan hepatitis B, Clamydia, dan malaria.
Hal yang mulai dikembangkan untuk pembuatan vaksin adalah memanfaatkan efek
radiasi. Suatu materi hidup seperti sel, bila terkena sinar gamma akan mengalami kerusakan
secara langsung atau tidak langsung, Efek langsung adalah terjadinya pemutusan ikatan
senyawa penyusun sel. Efek tidak langsung terjadi karena materi sel terbanyak adalah air
yang apabila terkena sinar gamma akan mengalami hidrolisis dan menghasilkan radikal bebas
yang dapat menyebabkan kerusakan materi sel. Target utama bagian sel adalah DNA yang
merupakan sumber informasi genetik sel. Perubahan genetik sel berakibat pada terganggunya
kinerja atau kematian sel. DNA yang terkena radiasi akan mengalami pemutusan rantai dan
dapat kembali menyusun ulang urutan basa nitrogennya. Penyusunan ulang yang berbeda
dapat mengakibatkan kematian sel, mutasi, atau transformasi. Efek yang ditimbulkan sinar
gamma dapat digunakan untuk mengiradiasi agen penyakit yang berasal dari virus, bakteri,
protozoa, dan cacing.
Vaksin yang menngunakan iradiasi dibagi menjadi dua macam, yaitu vaksin aktif dan
vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin dengan bahan dasar organisme hidup yang telah
dilemahkan dengan proses iradiasi. Sedangkan vaksin inaktif adalah vaksin dengan bahan
dasar organisme mati hasil iradiasi. Vaksin inaktif dibagi menjadi dua, yaitu vaksin aktif
rekombinan dan nonrekombinan. Vaksin inaktif rekombonan diperoleh dengan cara
melemahkan organisme terlebih dahulu melalui teknik rekombinan kemudian diinaktivasi
dengan iradiasi. Vaksin inaktif nonrekombinan adalah pemakaian iradias untuk inaktivasi
organisme patogen secara langsung. Vaksin aktif yang telah dilemahkan biasanya digunakan
untuk parasit yang bersifat intraselular yang berasal dari protozoa dan cacing. Vaksin yang
saat ini dikembangkan pada manusia dan hewan menggunakan teknik nuklir untuk
melemahkan organisme patogen, seperti untuk protozoa dan cacing.
Keuntungan vaksin jenis ini adalah dapat mengaktifkan seluruh fase sistem imun,
meningkatkan respon imun terhadap seluruh antigen (proses inaktivasi dapat menyebabkan
perubahan antigenisitas), durasi imunitas lebih panjang, biaya lebih murah, lebih cepat
menimbulkan respon imunitas, mudah dibawa ke lapangan, dapat mengurangi wild type.
Vaksin jensi ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu kurang baik digunakan di daerah tropis
dan pada penderita penyakit defisiensi imun, serta kemungkinan adanya mutasi balik yang
menyebabkan daya virulensi menjadi tinggi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa booster
yang diberikan akan bermanfaat apabila diberikan pada saat tingkat produksi/titer antibodi
menjelang puncaknya, sehingga akan meningkatkan daya kekebalan pada hewan yang
bersangkutan. Selain itu, pertambahan bobot badan hewan tidak terganggu karena parasit
penantang yang diberikan tidak bisa berkembang dan tidak efektif lagi. Contoh vaksin aktif
Protozoa adalah malaria pada stadium sporozoit dengan dosis iradiasi berkisar 150-200 Gy.
Vaksin inaktif contohnya Leishmania, yaitu penyakit Kalaazar yang disebabkan oleh
Protozoa. Keuntungan vaksin ini adalah memberikan imunitas humoral yang tinggi bila
diberikan booster, tidak menyebabkan mutasi atau reversi, dapat digunakan untuk pasien
defisiensi imun, cocok digunakan di daerah tropis. Vaksin inaktif rekombinan contohnya
untuk penyakit yang disebabkan bakteri Brucella abortus, yaitu penyakit yang menyebabkan
keguguran pada ternak ruminansia maupun manusia. Rekombinasi dilakukan untuk
melemahkan bakteri dengan cara menginsersikan gen plasmid bakteri Escherichia coli
sehingga B. abortus memiliki karakteristik membran yang sama dengan E. Coli. Selanjutnya
mutan diinaktivasi dengan iradiasi sinar gamma dengan dosis 300 Gy. Selama melakukan
pengembangan vaksin, laju dosis akan mempengaruhi proses kualitas vaksin yang
diinaktivasi atau dilemahkan.
Vaksin Virus Polio
Dalam proses imunisasi polio, ada dua macam vaksin yang digunakan, yaitu IPV
(inactivated poliovirus vaccine) dan OPV (oral poliovirus vaccine). Kedua jenis vaksin ini
berasal dari virus polio yang dikulturkan pada sel Vero, yang berasal dari Monkey kidney
yang mengandung vaksin virus polio serotype 1, 2, dan 3. Perbedaan vaksin ini adalah: IPV
merupakan virus yang sudah dinonaktifkan dengan formaldehyde, sehingga sifat virusnya
hilang termasuk sifat perkembangbiakannya. Sedangkan OPV adalah virus yang masih hidup.
Pada IPV, yang berfungsi sebagai vaksin (antigen) adalah protein dari virus tersebut,
terutama protein kapsid yang mengandung gugusan epitop antigen. Berlawanan dengan IPV,
OPV adalah virus yang masih hidup dan mempunyai kemampuan untuk berkembang biak,
tetapi hampir tidak bersifat patogen karena sifat patogennya sudah dilemahkan. Oleh karena
itu, OPV juga dinamakan live-attenuated poliovirus vaccine. Pada OPV yang berfungsi
sebagai antigen adalah virus itu sendiri. Karena OPV mampu berkembang biak, setelah
vaksinasi, virus akan berkembang biak di usus penerima vaksin (resipien) dan menyebar ke
seluruh tubuh melalui saliran darah. Oleh karena itu, OPV akan membuat daya imun yang
lama dan bisa untuk seumur hidup. Selain itu, virus yang terekresi oleh resepien akan
terinfeksi kepada orang yang berhubungan dengan resepien, dan berkembang biak memberi
daya imun terhadap orang tersebut.
2. Pembuatan Antibiotika
Antibiotik adalah bahan bersumber hayati berkadar rendah yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga dalam perkembangannya dapat digunakan untuk
mengobati suatu penyakit. Antibitika diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan
cara tertentu. Penemuan penisilin dari Penicillium notatum dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri yang resisten terhadap penisilin dapat dibunuh
dengan sefalospurin C dari jamur jenis Cephalospurium. Penicillium chrysogenum digunakan
untuk memperbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi secara iradiasi ultra violet dari
sinar X. Beberapa mikroorganisme yang digunakan sebagai antibiotik antara lain
Cephalosporium penghasil sefalospurin C dan Streptomyces penghasil streptomisin.
Mikroorganisme yang mampu membuat zat antibiotik adalah kortison dan testosteron.
Penggunaan mikroorganisme untuk mengganti proses kimiawi dikenal dengan istilah
biokonversi. Jamur Rhizopus arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid
koteksolon untuk membentuk hidrokortison dengan mengintroduksi dengan posisi nomor 11.
Bentuk transformasi lain dari inti steroid dilakukan oleh mikroorganisme melalui proses
hidrogenasi, dihidrogenasi, epoksidasi, penambahan, serta penghilangan rantai samping.
Contoh lain adalah hormon insulin yang dihasilkan dengan bantuan Escherechia coli.
Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel beta kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin adalah hormon yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam
darah. Hormon ini sangat diperlukan oleh penderita diabetes mellitus karena kelenjar
pankreas penderita tidak dapat menghasilkan hormon tersebut. Hormon insulin mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen. Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh disebut
insulin endogen. Ketika kelenjar pankreas mengalami gangguan sekresi untuk memproduksi
hormon insulin, tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat
buatan, dikenal sebagai insulin eksogen. Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit
seperti diabetes mellitus tergantung insulin (Diabetes Tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam
amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan
ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdir dari 30 asam amino.
Insulin pertama kali diekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921.
Kemudian diproduksi dengan tingkat kemurnian yang baik yang digunakan sebagai obat pada
manusia. Pada tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Saat ini ada alternatif lain pengganti insulin seperti Humulin. Humulin merupakan produk
insulin manusia pertama yang dipasarkan perusahaan farmasi Amerika Serikat pada tahun
1982. Teknologi rekayasa genetika banyak berperan dalam produksi insulin, di mana bakteri
direkayasa sedemikian rupa sehingga mampu memproduksi insulin. Dengan demikian insulin
yang beredar pada dunia pengobatan merupakan gabungan dari insulin babi dan insulin dari
bakteri.
Insulin hewan untuk penggunaan pada manusia dapat menimbulkan dua masalah.
Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya yang dapat menimbulkan
efek samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan
cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara sempurna. Pada tahun
1981 telah terjadi perbaikan cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang
diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui
teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroorganisme yang tidak
patogen. Insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang rendah
dibandingkan dengan insulin dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi
serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.
3. Proses Pembuatan Insulin
Produk hormon insulin manusia dapat dihasilkan dari teknik rekayasa genetika
dengan teknologi plasmid. Produksi insulin dapat dilakukan dengan mentrasnsplantasikan
gen pengendali hormon ke plasmid baketri. Cara memindahkan gen insulin manusia ke dalam
bakteri adalah melalui bakteri yang tumbuh dengan metode fermentasi. Teknik plasmid
bertujuan untuk membuat hormon dan antibodi. Gen/DNA digunting dengan enzim
Endonuklease Restriksi Gen, selanjutnya DNA disambung dengan enzim Ligase.
Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
1. Cara membuat bakteri penghasil insulin adalah dengan mengisolasi plasmid pada
bakteri yang akan direkayasa. Plasmid adalah materi genetik berupa DNA yang
terdapat pada bakteria namun tidak tergantung pada kromosom.
2. Plasmid tersebut dipotong menggunakan enzim di tempat tertentu sebagai calon
tempat gen baru yang nantinya dapat membuat insulin.
3. Gen yang dapat mengatur sekresi insulin diambil dari kromosom yang berasal dari sel
manusia.
4. Gen yang telah dipotong dari kromosom sel manusia itu kemudian “direkatkan” di
plasmid tepatnya di tempat yang tersedia setelah dipotong.
5. Plasmid yang sudah disisipi gen manusia kemudian dimasukkan kembali ke dalam
bakteria.
6. Bakteria yang telah mengandung gen manusia akan berkembang biak dan
menghasilkan insulin.
Produksi insulin pertama kali dikenal sebagai Humulin pada tahun 1982. DNA
manusia yang mengkode insulin dipotong dan disisipkan ke dalam vektor yang akan
ditransformasi ke dalam sel Escherichia coli sebagai inang. Sel inang tumbuh dan
berproduksi secara normal. Karena terdapat DNA manusia yang disisipkan, sel inang akan
menghasilkan insulin manusia. Proses yang serupa dilakukan pada produksi interferon,
hormon pertumbuhan manusia (tumour necrosis factor, TNF) dan interleukin-2.
4. Produksi Vitamin dan Asam Amino
Beberapa vitamin dapat diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme yang
digunakan sebagai suplemen makanan. Contoh vitamin B12 dapat diproduksi sebagai produk
samping pada fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamin B12 juga diperoleh dari
fermentasi Propionibacteriaum shermonii atau Paracoccus denitrificans. Riboflavin dapat
dihasilkan dari fermentasi berbagai macam mikroorganisme, misalnya bakteri Clostridium
dan fungi Eremothecium ashbyi atau Ashbya gossypii.
Masalah utama produksi asam amino melalui fermentasi mikroorganisme adalah
adanya pembatasan mekanisme alam kontrol pengaturan mikroorganisme jumlah asam amino
yang dihasilkan dan dilepaskan dari sel. Masalah ini dapat diatasi dengan rekayasa strain
mikroorganisme secara genetis, sehingga tidak memiliki mekanisme kontrol seperti strain asli
(wild type). Beberapa contoh produksi asam amino yaitu:
a. Lisin diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, sehingga dapat digunakan
sebagai suplemen makanan dan bahan tambahan pada sereal.
b. Metionin diproduksi melalui sintesis kimia dan digunakan sebagai suplemen
makanan. Produksi lisin dari karbohidrat menggunakan Corynebactrerium
glutamicum, suatu auksotrof yang memerlukan homoserin. Cane molasses
umunya digunakan sebagai substrat. pH dijaga agar tetap netral dengan
menambahkan amonia atau urea. Saat gula dimetabolisme, lisin akan tetap
terakumulasi pada media dan sintesis homoserin dihambat pada tahap homoserin
dihidrogenase.
c. Asam glutamat dimanfaatkan sebagai monosodium glutamat (MSG), bahan
penyedap rasa makanan. Asam L-glutamat dan MSG diproduksi melalui
fermentasi strain Brevibacterium, Arthobacter dan Corynebacterium. Kultur
Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium flavum digunakan untuk
memproduksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi memerlukan media
glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea secara periodik sebagai
sumber nitrogen selama proses fermentasi. Nilai pH dijaga berkisar 6-8 dan
temperatur 30°C.
5. Produksi Asam Organik
Asam organik digunakan dalam industri makanan, contohnya sebagai pengawet
makanan. Beberapa asam organik seperti asam asetat, agam glikonat, asam sitrat, asam
giberelat, dan asam laktat dihasilkan melalui fermentasi mikroorganisme.
a. Asam glukonat diproduksi oleh berbagai bakteri termasuk spesies Acetobacter
Aspergillus dan beberapa fungi seperti Penisilium dan Aspergillus. Aspergillus niger
mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dalam reaksi enzimatik tunggal glukosa
oksidase. Asam glukonat memiliki berbagai kegunaan, antara lain:
1. Kalsium glukonat digunakan sebagai produk farmasi untuk menyuplai kalsium
dalam tubuh.
2. Ferrous glukonate digunakan sebagai asupan besi untuk mengobati anemia.
3. Asam glukonat pada detergen pencuci piring mencegah noda pada permukaan kaca
akibat presipitasi garam kalsium dan magnesium.
b. Asam sitrat diproduksi oleh Aspergillus niger dengan molases sebagai substrat
fermentasinya. Asam sitrat digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan, terutama
minuman ringan. Transformasi asam sitrat oleh Aspergillus terreus dapat digunakan untuk
memproduksi asam itokonat yaitu dengan mengubah asam sitrat menjadi asam cis-akonitat
melalui proses hidroksilasi dan karboksilasi asam cis-akonitat menjadi asam itakonat. Proses
fermentasi memerlukan pH berkisar pada 2,2. Pada kisaran pH lebih tinggi, A. terreus akan
mendegradasi asam itokonat.
c. Asam giberelat diproduksi oleh fungi Gibberella fujikuroi. Proses fermentasinya
memerlukan media glukosa-garam mineral, temperatur inkubasi pada 25°C dengan pH asam.
Asam giberelat dan hormon tanaman giberelin lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian, yaitu sebagai substansi pendukung pertumbuhan tanaman,
perbungaan dan germinasi biji, serta untuk menginduksi pembentukan buah tanpa biji.
d. Asam laktat diproduksi oleh lactobasillus delbrueckii, streptococcus, dan
leuconustoc. Asam laktat digunakan untuk mengawetkan makanan pada industri penyamakan
kulit dan industri tekstil. Media yang digunakan dalam fermentasi asam laktat memerlukan
glukosa 10-15%, kalsium karbonat 10% untuk menetralisasi asam laktat yang dihasilkan,
amonium fosfat, dan sedikit sumber netrogen. Gula jagung, pati kentang dan gandum sering
digunakan sebagai sumber karbohidrat. Temperatur inkubasi berkisar pada 45-50°C dengan
pH berkisar antara 5,5-6,5. Setelah proses fermentasi selama 5-7 hari, kurang lebih 90% gula
diubah menjadi asam laktat, kalsium karbonat selanjutnya ditambahkan untuk menaikkan pH
hngga 10, kemudian media fermentasi dipanaskan dan disaring. Cara ini akan membunuh
bakteri, mengkoagulasi protein, menghilangkan sisa kalsium karbonat, dan mendokoposisi
residu karbohidrat.
6. Produsi Enzim
Enzim dapat diperoleh dari sel hidup dan dapat bekerja baik untuk reaksi yang terjadi
di dalam maupun di luar sel. Pemanfaatan enzim utnuk reaksi di luar sel banyak diaplikasikan
dalam dunia industri seperti industri makanan, detergen, penyamakan kulit, ksometik, dan
lain-lain. Pemanfaatan enzim dapat dilakukan secara langsung menggunakan enzim hasil
isolasi atau dengan pemanfaatan mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim yang
diinginkan.
Aplikasi isolasi Mikroorganisme dalam Proses Pembuatan Enzim
Enzim yang diisolasi dari mikroorganisme dapat diaplikasikan pada berbagai macam
industri, misalnya enzim protease yang diisolasi dari Bacillus licheneformis, detergen sebagai
bahan pembersih. Protease merusak dan melarutkan protein yang mengotori pakaian. Enzim
yang dihasilkan untuk proses industri meliputi protease, amilase, glukosa oksidase, glukosa
isomerase, renin, pektinase, dan lipase. Empat macam enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme adalah protease, glukamilase, 𝛼-smilase dan glukosa isomerase.
Enzim mikroorganisme juga digunakan dalam produksi polimer sintetik. Misalnya,
industri plastik saat ini menggunakan metode kimia untuk memproduksi alkene oxide dari
mikroorganisme melibatkan tiga enzim yaitu piranose-2-oksidase dan fungi Oudmansiela
mucida, enzim haloperoksidase dari fungi Caldariomyces sp dan enzim epoxidase dari
Falvobacterium sp.
Pada produksi enzim yang stabil terhadap panas, DNA polimerase berperan dalam
proses amplifikasi DNA. Reaksi polimerase (polymerase chain reaction, PCR) sangat penting
bagi diagnosis kesehatan, forensik dan penelitian biologi molecular. Kultur Thermos
aquaticus dan mikroorganisme termofilik lainnya digunakan untuk memproduksi DNA
polimerase. Strain Escherichia coli yang direkayasa mengandung gen untuk taq DNA
polymerase dari thermus aquaticus, digunakan untuk membuat DNA polimerase rekombinan
yang stabil terhadap panas yang disebut amplitaq (Pratiwi, 2008).
Enzim merupakan salah satu produk yang banyak digunakan untuk keperluan industri
seperti industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, dan sebagainya. Dalam industri
makanan atau minuman, enzim banyak digunakan untuk menghasilkan atau meningkatkan
kualitas dan keanekaragaman produk. Beberapa contoh produk yang memanfaatkan enzim
seperti keju, yogurt, dan sebagainya (Philips, 2009).
Beberapa contoh jenis enzim yang umum digunakan dalam industri makanan dan
minuman antara lain:
1. Rennet
Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju yang terbuat
dari bahan dasar susu. Rennet merupakan kelompok enzim protease yang
ditambahkan pada susu pada proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk
menghidrolisis kasein terutama pada kasein yang berfungsi mempertahankan susu
dari pembekuan. Enzim yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin
dapat diisolasi dari beberapa jenis binatang, mikroorganisme atau sayuran. Renin
merupakan enzim penggumpal susu yang mengkatalis koagulasi susu dalam
indutri pembuatan keju. Enzim ini diproduksi oleh Mucor pussilus.
2. Laktase
Laktase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi memecah laktosa menjadi
gula penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Laktase digunakan untuk
menyiapkan produk-produk beba laktosa, seperti susu, yang dapat digunakan
untuk membuat krim dan rasa produk yang lebih manis. Laktase biasanya diisolasi
dari yeast (Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus sp.)
3. Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi atau sumber micobial,
digunakan untuk mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan molekul oksigen.
Enzim ini digunakan secara terbaats pada proses produksi keju.
4. Lipase
Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan
memberikan flavour keju yang khas. Flavour dihasilkan karena adanya asam
lemak bebas yang diproduksi ketika lemak susu dihidrolisis.
5. Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa
protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino).
Contoh protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin dan papain sebagai
bahan pengempuk daging. Strain rekombinan Bacillus sp. GX6644 mensekresikan
alkanin protease yang sangat aktif terhadap protein kasein susu, dengan aktivitas
tertinggi pada pH 11.
7. Produksi Alkaloid
Beberapa alkaloid dapat dimafaatkan dalam terapi yang diperoleh dari tanaman.
Alkaloid ergot dihasilkan dari fungi. Alkaloid ergot pertama kali diperoleh dari sklerotium
Ascomycetes, yaitu Claviceps purpurae. Alkaloid ergot dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan atas kandungan asam lisergat dan clavin. Alkaloid asam glisergat hanya
diproduksi oleh genus Claviceps, sedangkan alkaloid clavin ditemukan pada genus
Aspergillus, penicillium, dan Rhizobium. Alkaloid ergot digunakan untuk menstimulasi
sistem saraf simpatik. Beberapa alkaloid lisergat seperti ergotamin dan ergobasin digunakan
pada terapi kandungan yaitu mengkontraksi uterus postpartus pada proses melahirkan.

Pustaka: S. Harti, Agnes. 2015. Mikrobiologi Kesehatan: Peran Mikrobiologi dalam Bidang
Kesehatan. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

Anda mungkin juga menyukai