Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Mereka
secara umum dibagi kedalam dua kelompok yaitu tulang dan jaringan lunak.
Sarkoma tulang tidak begitu umum yang hanya sekitar 0.2% dari semua jenis
tumor malignansi di amerika serikat. Kira-kira ada sekitar 2-100 kasus
terdiagnosa tiap tahunnya. Insiden tersebut lebih tinggi terjadi pada orang
kulit putih dan diantaranya pria. Radiasi dosis tinggi telah dikaitkan dengan
perkembangan kanker tulang, walaupun belum ada peningkatan insiden yang
tampak diantara orang-orang yang masih hidup karena terkena bom atom
dijepang. Ada beberapa bukti adanya kecenderungan keluarga pada kanker
tulang ini. Begitu juga, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget yang tampak mencetus individu pada kanker tulang.
Badan kesehatan dunia (World Health Oganization) menyebutkan setiap
tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan
terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan
jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita
kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta
jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004)
tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang
ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor
tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22%
dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium
lanjut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep pengertian dari Osteosarcoma?
2. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan dari Osteosarcoma?
3. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien Osteosarcoma?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagimanakah konsep pengertian dari osteosarcoma.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah konsep asuhan keperawatan dari
osteosarcoma.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien
Osteosarcoma.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Osteosarkoma


2.1.1 Pengertian Osteosarkoma
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarcoma adalah suatu
neoplasma ganas yang berasal dari sel primitive (poorly differentiated
cells) di daerah metafise tulang panjang. Disebut osteogenik oleh
karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesenkim
primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang
tersering setelah myeloma multiple. Osteosarkoma biasanya terdapat
pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya
(epiphyseal growth plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur,
proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis (Bielack,
2009).

2.1.2 Prevalensi Osteosarkoma


Menurut Riskesdas 2007, kanker merupakan penyebab kematian
nomor 7 di Indonesia, dengan presentasi sebesar 5,7%. Angka kejadian
kanker adalah 4,3% per 1000 penduduk, ini berarti setiap 1000 orang
ada sekitar 4 orang yang terkena kanker.
Data yang dihimpun RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam
periode 10 tahun terakhir, yaitu antara tahun 1995 sampai 2004,
terdapat 455 kasus kanker baru, 118 atau 36 persen adalah kanker pada
anak, 1,04 persen di antaranya kanker tulang.
Menurut Prof. Dr. Errol U. Hutagalung, pada Seminar Ilmiah
mengenai Kanker pada Anak di RS Kanker Dharmais, prevalensi
kanker tulang pada anak laki-laki dan perempuan berbeda. “Rasionya
1:2, dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki,” papar spesialis
ortopedi onkologi dari RSCM ini.” Fakta ini diperkuat dengan hasil
penelitian kasus kanker tulang di RSCM antara tahun 1995 hingga
2004. Dalam kurun waktu itu jumlah pasien anak laki-laki 79 atau 67%,

3
sedangkan anak perempuan 39 anak atau 33%. Angka kejadiannya
keseluruhan sebesar 0,97 per 100.000 anak.
Kanker telah menjadi masalah kesehatan global. Setiap tahun
terdapat 12 juta jiwa di seluruh dunia yang menderita kanker, dan 7,6
juta di antaranya meninggal dunia. Apabila tidak dilakukan tindakan
pengendalian yang memadai, maka diprediksi pada tahun 2030,
sebanyak 26 juta orang akan menderita kanker, dan 17 juta di antaranya
meninggal dunia.
2.1.3 Etiologi Osteosarkoma
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada
berbagai macam faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarkoma.
Osteosarkoma yang tidak diketahui penyebabnya merupakan
osteosarkoma primer, sedangkan osteosarkoma sebagai akibat keadaan
lainnya merupakan osteosarkoma sekunder. Osteosarkoma sekunder
misalnya terjadi pada penderita Paget disease, dysplasia fibrosa, radiasi
ionisasi eksternal atau adanya riwayat makan atau terpapar zat
radioaktif Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
osteosarkoma antara lain:
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa
tahun setelah terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak
dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur
akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan
osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarkoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang
diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarkoma.

4
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita
tuberkulosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi
osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan
osteosarkoma baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah
usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma
manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarkoma dalam kultur
jaringan.
5. Radiasi
Osteosarkoma dipercaya berasal dari sel stem mesenkim atau
sel osteoprogenitor yang mengalami gangguan dalam jalur
diferensiasi osteoblas. Beberapa studi membuktikan bahwa
osteosarkoma mempunyai cancer stem cells. Penyebab yang paling
diketahui berhubungan dengan penyakit ini ialah radiasi.
Osteosarkoma setelah terapi radiasi merupakan komplikasi yang
jarang dan biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian (antara 3-55
tahun).2 Sekitar 70% penyakit ini mempunyai abnormalitas genetik
seperti penyimpangan struktur kompleks dan jumlah kromosom.
2.1.4 Klasifikasi Osteosarkoma
Thoma, menggolongkan osteosarkoma ke dalam tiga subklas yaitu:
1. Osteolitik osteosarkoma
Jenis ini lebih sering pada orang dewasa, sifat regenerative dari
tulang lebih lemah dibandingkan pada usia muda. di sini terjadi
kerusakan tulang dan diganti dengan jaringan tumor yang terdiri dari
sel-sel yang tidak terbentuk sempurna, zat-zat intercelular dihasilkan
kemudian tulang rawan atau myxomatous atau jaringan fibrous atau
semua jaringan bergabung.

5
2. Osteoblastik osteosarkoma
Pada jenis ini produksi tulang meningkat. Lebih sering terjadi
pada anak-anak dan orang dewasa muda. Tampak pembentukan
periosteal yang tampak seperti tangkai-tangkai, spikula-spikula atau
lamellae yang membentang dalam arah vertikal dari tulang sampai
ke batas luar dari tumor. Dalam gambaran radiografi, tampak sebagai
gambaran seperti ”sun-ray effect”. Jenis osteoblastik bukan
merupakan tumor ganas pada mandibula seperti di tulang-tulang
yang lain.
3. Telangiektatik osteosarkoma
Menurut Ewing, tumor ini ditandai dengan adanya pelebaran
pembuluh darah dan sinus-sinus darah yang banyak digolongkan
sebagai teleangiektatik osteosarkoma. Berkembang dengan cepat,
menghancurkan tulang, mengakibatkan fraktur, periosteum perforasi
dengan cepat dan bercabang melalui otot dan jaringan lunak.
Kecepatan pertumbuhan tumor-tumor ini sangat bervariasi di
dalam rongga mulut. Tumor osteoblastik berkembang dengan baik dan
terlokalisir dimana bagian atas selaput mukosa tidak terlibat,dan
biasanya berkembang lambat dan tidak ganas.
Jenis vaskuler lembut dimana sulit untuk diketahui dan
menerobos tulang adalah sangat ganas, tumbuh lebih cepat, terutama
setelah masuk ke periosteum. Kekambuhan sering terjadi setelah
operasi. Pada keadaan ini kondisi umum pasien tidak begitu parah.
Metastases ke paru-paru sering terjadi. Limf nodes jarang terlibat dan
jarang terjadi metastases ke tulang. Pada tahap akhir terjadi anemia
yang serius dimana kulit tampak seperti kapur. Kematian biasanya
terjadi dalam dua atau tiga tahun.
Menurut Lily L. Loho (2014) terdapat beberapa jenis
osteosarkoma yang dikelompokkan menurut:
1. Tempat asal (intrameduler, intra-kortikal, atau pada permukaan)
2. Gradasi histologik (rendah, tinggi)

6
3. Primer (pada tulang biasa) atau sekunder terhadap kelainan tulang
(tumor jinak, penyakit Paget, infark tulang, radiasi)
4. Gambaran histologik (osteoblas, kondroblas, fibroblas,
teleangiektasi, sel kecil, sel datia)
2.1.5 Manifestasi Klinis Osteosarkoma
Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan
setelah timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik seperti
nyeri dengan atau tanpa teraba massa. Nyeri biasanya dilukiskan
sebagai nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan sebagai
peradangan.Pemeriksaan fisik mungkin terbatas pada massa nyeri,
keras, pergerakan terganggu, fungsi normal menurun, edema, panas
setempat, teleangiektasi, kulit diatas tumor hiperemi, hangat, edema,
dan pelebaran vena. Pembesaran tumor secara tiba-tiba umumnya
akibat sekunder dari perdarahan dalam lesi. Fraktur patologik terjadi
pada 5-10% kasus.
Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi umumnya
pada tulang panjang terutama distal femur, diikuti proksimal tibia dan
proksimal humerus dimana growth plate paling proliferatif. Pada tulang
panjang sering pada bagian metafisis (90%) kemudian diafisis (9%),
dan jarang pada epifisis.
Osteosarkoma bertumbuh cepat dengan ekspansi lokal, doubling
time sekitar 34 hari. Penyebaran hematogen paling sering terjadi pada
awal penyakit dan biasanya ke paru-paru dan tulang sedangkan
metastasis ke kelenjar limfe jarang. Penyebaran transartikuler juga
jarang dan dapat terjadi pada sendi dengan mobilitas rendah. Pada
stadium lanjut, berat badan umumnya menurun dan menjadi kaheksia.
Gejala yang ditemukan pada osteosarkoma berupa nyeri, massa,
edema pada anggota gerak serta penurunan berat badan. Gejala dan
tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala umumnya seperti adanya rasa sakit ketika
beraktifitas, nyeri pada tulangnya pada saat malam hari, sering jatuh,

7
bengkak (tergantung besar dan lokasi lesi). Gejala sistemiknya seperti
demam, berkeringat pada malam hari.

2.1.6 Patofisiologi Osteosarkoma

8
2.1.7 Penatalaksanaan Osteosarcoma
a. Penatalaksanaan Medis
Belakangan ini Osteosarkoma mempunyai prognosis yang
lebih baik, disebabkan oleh prosedur penegakkan diagnosis dan
staging dari tumor yang lebih baik, begitu juga dengan adanya
pengobatan yang lebih canggih. Dalam penanganan osteosarkoma
modalitas pengobatannya dapat dibagi atas dua bagian yaitu dengan
kemoterapi dan dengan operasi.
1. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada
osteosarkoma, terbukti dalam 30 tahun belakangan ini dengan
kemoterapi dapat mempermudah melakuan prosedur operasi
penyelamatan ekstremitas (limb salvage procedure) dan
meningkatkan survival rate dari penderita. Kemoterapi juga
mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada,
mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam
pengobatan osteosarkoma adalah kemoterapi preoperatif
(preoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan induction
chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperatif (postoperative chemotherapy) yang disebut juga
dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis
pada tumor primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu
akan memberikan pengobatan secara dini terhadap terjadinya
mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah
melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus
masih dapat mempertahankan ekstremitasnya. Pemberian
kemoterapi postoperatif paling baik dilakukan secepat mungkin
sebelum 3 minggu setelah operasi. Obat-obat kemoterapi yang
mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah:
doxorubicin (Adriamycin¨), cisplatin (Platinol¨), ifosfamide

9
(Ifex¨), mesna (Mesnex¨), dan methotrexate dosis tinggi
(Rheumatrex¨). Protokol standar yang digunakan adalah
doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis
tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant) atau terapi
adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide.
Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis
yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival
rate sampai 60-80%.
2. Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang
diharapkan dalam operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu
melakukan reseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya kembali
dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas
merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi.
Dengan memberikan kemoterapi preoperatif
(induction=neoadjuvant chemotherpy) melakukan operasi
mempertahankan ekstremitas (limb-sparing resection) dan
sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman dan mudah,
sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari
penderita osteosarcoma.
Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan survival
rate antara operasi amputasi dengan limb-sparing resection.
Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak
dapat atau tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah
melakukan reseksi tumor, terjadi kehilangan cukup banyak dari
tulang dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan kecakapan
untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas tersebut. Biasanya
untuk rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari methal.
Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga
penderita dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara
cepat, memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari
ekstremitas yang baik dan memuaskan. Begitu juga endoprostesis

10
methal meminimalisasi komplikasi postoperasinya dibanding
dengan menggunakan bone graft.
3. Follow-up Post-operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat
multiagent seperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian
kemoterapinya selesai maka dilakukan pengawasan terhadap
kekambuhan tumor secara lokal maupun adanya metastase, dan
komplikasi terhadap proses rekonstruksinya. Biasanya komplikasi
yang terjadi terhadap rekonstruksinya adalah: longgarnya
prostesis, infeksi, kegagalan mekanik.
Pemeriksaan fisik secara rutin pada tempat operasinya
maupun secara sistemik terhadap terjadinya kekambuhan maupun
adanya metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal
ekstremitasnya maupun pada paru-paru merupakan hal yang harus
dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3 bulan dalam 2
tahun pertama post opersinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun
berikutnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan
farmakologi (pemberian analgetika).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta
anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi
sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu
diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi

11
dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ).
5. Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
a. Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi,
pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik.
b. Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
c. Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d. Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan
indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat.
e. Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f. Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g. Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:
bimbingan imajinasi, nafas dalam.
h. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi
medik, contoh: edema, eritema.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Osteosarcoma
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
3. Pengkajian fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

12
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak
4. Hasil laboratorium/radiologi
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan
tulang baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang
dari kortek tulang.
c. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dan fisik
(proses patologik dan pembedahan)
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.
3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan
jaringan lunak.
2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan - Pain Level, Pain
dengan agen - Pain control, Management
cidera biologis - Comfort level 1. Catat dan kaji 1. Untuk
dan fisik Kriteria Hasil lokasi dan mengetahui
(proses - Mampu intensitas respon dan
patologik dan mengontrol nyeri (skala 0- sejauh mana
pembedahan) nyeri (tahu 10). Selidiki tingkat nyeri
penyebab nyeri, perubahan pasien.
mampu karakteristik
menggunakan nyeri.

13
teknik non 2. Berikan 2. Mencegah
farmakologi tindakan pergeseran
untuk kenyamanan tulang dan
mengurangi (contoh ubah penekanan
nyeri, mencari posisi sering, pada jaringan
bantuan) pijatan yang luka.
- Melaporkan lembut).
bahwa nyeri 3. Berikan 3. Peningkatan
berkurang sokongan vena return,
dengan (support) pada menurunkan
menggunakan ektremitas edema, dan
manajemen yang luka. mengurangi
nyeri nyeri.
- Mampu 4. Berikan 4. Agar pasien
mengenali nyeri lingkungan dapat
(skala, yang tenang. beristirahat
intensitas, dan mencegah
frekuensi dan timbulnya
tanda nyeri) stress
- Menyatakan 5. Kolaborasi 5. Untuk
rasa nyaman dengan dokter mengurangi
setelah nyeri tentang rasa
berkurang pemberian sakit/nyeri
analgetik, kaji
efektifitas dari
tindakan
penurunan
rasa nyeri.
2. Kerusakan NOC NIC
mobilitas fisik - Joint Movement Exercise
yang : Active therapy:
berhubungan - Mobility Level ambulation

14
dengan - Self Care : 1. Kaji tingkat 1. Pasien akan
kerusakan ADLs immobilisasi membatasi
muskuluskletal - Transfer yang gerak karena
, nyeri, dan performance disebabkan salah persepsi
amputasi. Kriteria Hasil : oleh edema (persepsi tidak
- Klien dan persepsi proporsional).
meningkat pasien tentang
dalam aktivitas immobilisasi
fisik tersebut.
- Mengerti tujuan 2. Dorong 2. Memberikan
dari partisipasi kesempatan
peningkatan dalam untuk
mobilitas aktivitas mengeluarkan
- Memverbalisasi rekreasi energi,
kan perasaan (menonton memusatkan
dalam TV, membaca perhatian,
meningkatkan koran dll ). meningkatkan
kekuatan dan perasaan
kemampuan mengontrol
berpindah diri pasien dan
- Memperagakan membantu
penggunaan alat dalam
bantu untuk mengurangi
mobilisasi isolasi sosial.
(walker) 3. Anjurkan 3. Meningkatkan
pasien untuk aliran darah ke
melakukan otot dan tulang
latihan pasif untuk
dan aktif pada meningkatkan
yang cedera tonus otot,
maupun yang mempertahank
tidak. an mobilitas

15
sendi,
mencegah
kontraktur /
atropi dan
reapsorbsi Ca
yang tidak
digunakan.
4. Bantu pasien 4. Meningkatkan
dalam kekuatan dan
perawatan diri. sirkulasi otot,
meningkatkan
pasien dalam
mengontrol
situasi,
meningkatkan
kemauan
pasien untuk
sembuh.
5. Berikan diit 5. Mempercepat
Tinggi protein proses
Tinggi kalori , penyembuhan,
vitamin , dan mencegah
mineral. penurunan
BB, karena
pada
immobilisasi
biasanya
terjadi
penurunan
BB.
6. Kolaborasi 6. Untuk
dengan bagian menentukan

16
fisioterapi. program
latihan.
3. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit - Tissue Integrity Pressure
atau jaringan : Skin and Management
berhubungan - Mucous 1. Kaji adanya 1. Memberikan
dengan Membranes perubahan informasi
penekanan - Hemodyalis warna kulit. tentang
pada daerah akses sirkulasi kulit.
tertentu dalam Kriteria Hasil : 2. Pertahankan 2. Untuk
waktu yang - Integritas kulit tempat tidur menurunkan
lama. yang baik bisa kering dan tekanan pada
dipertahankan bebas kerutan. area yang peka
(sensasi, resiko
elastisitas, kerusakan
temperatur, kulit lebih
hidrasi, lanjut.
pigmentasi) 3. Ubah posisi 3. Untuk
- Tidak ada dengan mengurangi
luka/lesi pada sesering tekanan
kulit mungkin. konstan pada
- Perfusi jaringan area yang
baik sama dan
- Menunjukan meminimalkan
pemahaman resiko
dalam proses kerusakan
perbaikan kulit kulit.
dan mencegah 4. Beri posisi 4. Posisi yang
terjadinya yang nyaman tidak tepat
cedera berulang kepada pasien. dapat
- Mampu menyebabkan
melindungi cedera kulit /

17
kulit dan kerusakan
mempertahanka kulit.
n kelembaban 5. Kolaborasi 5. Untuk
kulit dan dengan tim mengurangi
perawatan alami kesehatan dan terjadinya
pemberian zalf kerusakan
/ antibiotic. integritas
kulit.
4. Resiko NOC NIC
infeksi berhub - Immune Status Infection
ungan dengan - Knowledge : Control
fraktur terbuka Infection (Kontrol
kerusakan control Infeksi)
jaringan lunak. - Risk Control 1. Kaji keadaan 1. Untuk
Kriteria Hasil : luka mengetahui
- Klien bebas dari (kontinuitas tanda-tanda
tanda dan gejala dari kulit) infeksi.
infeksi terhadap
- Mendeskripsika adanya:
n proses edema, rubor,
penularan kalor, dolor,
penyakit, faktor fungsi laesa.
yang 2. Anjurkan 2. Meminimalka
mempengaruhi pasien untuk n terjadinya
penularan serta tidak kontaminasi.
penatalaksanaan memegang
ya, bagian yang
- Menunjukkan luka.
kemampuan 3. Rawat luka 3. Mencegah
untuk mencegah dengan kontaminasi
timbulnya menggunakan dan
infeksi tehnik aseptik kemungkinan

18
- Jumlah leukosit infeksi silang.
dalam batas 4. Mewaspadai 4. Merupakan
normal adanya indikasi
- Menunjukan keluhan nyeri adanya
perilaku sehat mendadak, osteomilitis.
keterbatasan
gerak, edema
lokal, eritema
pada daerah
luka.
5. Kolaborasi 5. Leukosit yang
pemeriksaan meningkat
darah : artinya sudah
Leukosit terjadi proses
infeksi.

2.2.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan
yang telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon klien dan
dokumentasikan.

2.2.5 Evaluasi
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Tidak terjadi hambatan mobilitas fisik
3. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
4. Tidak menujukkan tanda – tanda infeksi

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
An. BO 17 tahun merupakan anak yang aktif mengikuti ekstra kurikuler
di sekolahnya, kurang lebih 3 bulan yang lalu klien mengeluh ada benjolan di
tungkai kanannya, terasa panas dan nyeri. Kemudian klien ke RS dan
kemudian dilakukan biopsy pada benjolan di kaki kanannya. Dnegan hasil
T3N3M1. Dan sekaranga klien dirawat di ruang orthopedi dengan keluhan
tungkai bawah kanan yang mengalami pembengkakan. Klien mengatakan
nyeri pada kakinya dirasakan terus menerus, pada skala 9 (0-10). Klien
tampak menggigit sarung bantal dan sesekali menangis. Tampak massa
sebesar bola tenis ditungkai kanan, kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar
benjolan tampak merah, dibagian puncak benjolan tampak tampak luka
terbuka berukuran 2x3 cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau.
Klien mengatakan disentuh dan bergesekan kain saja akan menyebabkan
nyeri bertambah. Klien saat ini dipersiapkan untuk dilakukan tindakan
amputasi. Keluarga belum memberitahukan penyakit klien.
3.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Nama : An. BO
2) Usia : 17 tahun
3) Alamat : Malang
4) Jenis Kelamin : Laki-Laki
5) Pendidikan : Pelajar
6) Agama : Islam
7) Suku Bangsa : Jawa
8) Tanggal masuk dirawat : 12 Maret 2016
9) Diagnosa Medis : Osteosarcoma
2. Riwayat Kesehatan

20
a. Keluhan Utama
Nyeri pada tungkai kanan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kurang lebih 3 bulan lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai
kanannya, terasa panas dan nyeri dengan skala 9 pada rentan 0-10.
Nyeri bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain saja.
c. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Tanyakan apakah klien mempunyai riwayat terapi radiasi untuk
pengobatan kanker sebelumnya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: tampak massa sebesar bola tenis di tungkai kanan,
kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar benjolan tampak merah,
dibagian puncak benjolan tampak luka terbuka berukuran 2x3 cm
yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau
b. Palpasi: ada pembesaran lokal (benjol) dengan ukuran sebesar bola
tenis dan terasa panas. Kaji juga karakteristik benjolan serta lihat
apakah ada atropi pada otot atau spasme otot yang menunjukan
tingkat kemampuan aktivitas
c. Perkusi : -
d. Auskultasi :-
e. Tanda-tanda Vital
1) TD : 90/60 mm/Hg
2) HR : 62 x / menit
3) RR : 20 x / menit
4) Suhu: 37°C
4. Pemeriksaan Diagnostik
biopsy: T3N3M1 = stadium IV (stadium lanjut)
B. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: klien Mediator Kimia Permebilitas Kapiler Nyeri (akut/kronik) b.d
menyatakan invasi tumor secara
nyeri pada langsung pada jaringan

21
kakinya Bradikinin, Prostaglandin Shift cairan ke lunak ditandai dengan
dirasakan terus intrastisial klien mengatakan nyeri
menerus, klien pada kakinya dengan
tampak Nosiseptor Edema skala 9
menggigit
sarung bantal Medula Spinalis Tumor
dan sesekali
menangis Menekan saraf perifer Cortex Serebri
DO: skala nyeri
9 (0-10) Persepsi Nyeri

Nyeri
DS: - Peregangan Kulit Infeksi b.d invasi
DO: dibagian mikoorganisme ditandai
puncak benjolan Laserasi kulit dengan adanya luka di
tampak luka puncak benjolan yg
terbuka Timbul Luka terbuka mengeluarkan pus hijau
berukuran dan bau
2x3cm yg Port d’ entry >105 mikroorganisme
mengeluarkan
pus hijau dan Infeksi
bau
DS: klien Permebilitas Kapiler Hambatan mobilitas fisik
mengatakan b.d ukuran dan
nyeri bertambah Shift cairan ke intrastisial penyebaran tumor,
ketika disentuh kalemahan, dan efek
dan bergesekan Edema akhir penyakit _etastatic
dengan kain ditandai dengan klien
saja Tumor mengatakan nyeri ketika
DO: T3N3M1 bersentuhan dengan kain
(ada metastase) Menekan saraf perifer saja, T3N3M1, ada
tampak massa massa sebesar bola tenis
sebesar bola di kaki

22
tenis Hambatan mobilitas fisik
DS: keluarga Terapi radiasi, kemoterapi Kecemasan b.d
klien belum kehilangan kontrol dan
memberitahuka Keilangan kontrol dan kehilangan sistem kebutuhan sistem
n penyakit klien dukungan dukungan ditandai
DO: - dengan keluarga klien
Ansietas belum memberitahukan
penyakit klien.
DS: - Vasodilatasi Termoregulasi b.d
DO: Lessi peningkatan kalor
teraba hangat Vaskularisasi eritema ditandai dengan lessi
teraba hangat
Nutrisi+O2

Energi

Kalor

Termoregulasi
DS: pasien Metabolisme Risiko
mengatakan ketidakseimbangan
kurang nafsu Pertumbuhan jaringan abnormal nutrisi kurang dari
makan. kebutuhan tubuh b.d
DO: - Kebutuhan energi untuk jaringan abnormal penigkatan proses
metabolik sekunder
Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari terhadp kanker.
kebutuhan

23
DS: - Perubahan sel-sel tulang dan jaringan lunak Risiko gangguan citra
DO: - diri b.d hilangnya bagian
Nekrotik jaringan tubuh sekunder terhadap
tindakan amputasi
Disfungsi jaringan
-
Pencegahan metastase

Amputasi

Hilangnya sebagian tubuh

Gangguan Citra diri


DS: - Peregangan Kulit Resiko Integritas kulit
DO: - b.d laserasi kulit

Laserasi kulit

Timbul Luka terbuka

Resiko integritas kulit

Port d’ entry>105 mikroorganisme

Infeksi

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b.d NOC NIC
invasi tumor - Pain Level, Pain Management
secara langsung - Pain control, 1. Tentukan riwayat 1. Informasi
pada jaringan - Comfort level nyeri (lokasi, memberikan data
lunak ditandai Kriteria Hasil frekuensi, durasi, dasar untuk

24
dengan klien - Mampu intensitas, dan mengevaluasi
mengatakan nyeri mengontrol nyeri tindakan kebutuhan
pada kakinya (tahu penyebab penghilang) keefektifan
dengan skala 9 nyeri, mampu intervensi.
pada rentang 0-10 menggunakan 2. Jelaskan dan bantu 2. Pendekatan dengan
teknik non klien terkait dengan menggunakan
farmakologi tindakan pereda relaksasi dan
untuk mengurangi nyeri nonfarmakologi
nyeri, mencari nonfarmakologi dan lainnya dapat
bantuan) noninvasif menunjukkan
- Melaporkan keefektifan dalam
bahwa nyeri menurunkan nyeri.
berkurang dengan 3. Berikan tidakan 3. Meningkatkan
menggunakan kenyamanan dasar relaksasi dan
manajemen nyeri (misal reposisi dan membantu
- Mampu aktivitas hiburan). memfokuskan
mengenali nyeri kembali perhatian.
(skala, intensitas, 4. Ajarkan metode 4. Mengalihkan
frekuensi dan distraksi. Dorong perhatian klien
tanda nyeri) penggunaan terhadap nyeri ke hal-
- Menyatakan rasa keterampilan hal yang
nyaman setelah manajemen nyeri menyenangkan dan
nyeri berkurang (missal teknik memungkinkan klien
relaksasi visualisai, untuk berpartisipasi
tertawa, sentuhan aktif dan
therapeutic, dll) meningkatkan rasa
kontrol.
5. Immobilisasi bagian 5. Immobilisasi dapat
yang cedera mengurangi cedera.
6. Ajarkan klien untuk 6. Gerakan lembut dapat
mengganti posisi menurunkan spasme
dengan perlahan otot.

25
7. Kolaborasi dengan 7. Analgesik dapat
dokter untuk memblok lintasan
memberikan nyeri sehingga nyeri
analgetik akan berkurang.
(Brimptom’s
coxtail, morfin,
metadon)
2. Kerusakan NOC NIC
mobilitas fisik b.d - Joint Movement : Exercise therapy:
ukuran dan Active ambulation
penyebaran tumor, - Mobility Level 1. Kaji mobilitas yang 1. Mengetahui seberapa
kalemahan, dan - Self Care : ADLs ada dan observasi parah kerusakan dari
efek akhir - Transfer adanya peningkatan fungsi motorik klien.
penyakit performance kerusakan. Kaji
metastatic ditandai Kriteria Hasil : secara teratur fungsi
dengan klien - Klien meningkat motorik.
mengatakan nyeri dalam aktivitas 2. Bantu ADL sesuai 2. Mengetahui tingkat
ketika bersentuhan fisik kebutuhan. kemampuan klien
dengan kain saja, - Mengerti tujuan Anjurkan klien dalam melakukan
T3N3M1, ada dari peningkatan untuk beraktivitas tindakan.
massa sebesar bola mobilitas sesuai kemampuan.
tenis di kaki - Memverbalisasika 3. Rencanakan dan 3. Aktivitas progresif
n perasaan dalam implementasikan bertahap
meningkatkan aktivitas progresif. meningkatkan
kekuatan dan Berikan aktivitas kapasitas latihan oleh
kemampuan aktif dan pasif yang oleh kekuatan dan
berpindah cocok perbaikan fungsi
- Memperagakan jantung.
penggunaan alat 4. Ajarkan klien untuk 4. Gerak aktif
bantu untuk melakukan gerak memberikan massa,
mobilisasi aktif pada tonus, dan kekuatan
ekstremitas yang otot, serta

26
(walker) sehat memperbaiki fungsi
jantung dan
pernapasan.
5. Lakukan gerak pasif 5. Otot volunteer akan
pada ekstremitas kehilangan tonus dan
yang sakit. kekuatannya bila
tidak dilatih untuk
bergerak.
6. Bantu klien latihan 6. Mempertahankan
ROM dan fleksibilitas sendi
perawatan diri sesuai kemampuan.
sesuai toleransi
7. Kolaborasi dengan 7. Kemampuan
ahli fisioterapi mobilisasi
untuk melatih fisik ekstremitas dapat
klien ditingkatkan dengan
latihan fisik yang
diberikan oleh tim
fisioterapi.
3. Resiko Infeksi b.d NOC NIC
invasi - Immune Status Infection Control
mikoorganisme - Knowledge : (Kontrol Infeksi)
ditandai dengan Infection control 1. Lakukan perawatan 1. Perawatan luka
adanya luka di - Risk Control luka secara steril secara steril dapat
puncak benjolan Kriteria Hasil : mengurangi
yg mengeluarkan - Klien bebas dari kontaminasi kuman.
pus hijau dan bau tanda dan gejala 2. Observasi warna, 2. Warna kuning/hijau
infeksi bau, dan dana adanya bau
- Mendeskripsikan karakteristik pus. mengindikasikan
proses penularan Catat drainase, adanay infeksi.
penyakit, faktor kurangi faktor
yang infeksi nosokomial

27
mempengaruhi seperti mencuci
penularan serta tangan sebelum dan
penatalaksanaany sesudah melakukan
a, tindakan
- Menunjukkan keperawatan
kemampuan 3. Pantau / batasi 3. Mengurangi kontak
untuk mencegah kunjungan infeksi dari orang
timbulnya infeksi lain.
- Jumlah leukosit 4. Pertahankan hidrasi 4. Membantu
dalam batas dan nutrisi yang meningkatkan daya
normal adekuat. Berikan tahan tubuh
- Menunjukan cairan 2.500cc terhadap penyakit
perilaku sehat sesuai toleransi dan mengurangi
jantung. resiko infeksi akibat
sekresi yang statis.
5. Bantu perawatan 5. Menunjukkan
diri dan kemampuan secara
keterbatasan umum dan kekuatan
aktivitas sesuai otot serta
toleransi. Bantu merangsang
program latihan. pengembalian
sistem imun.
6. Berikan antibiotik 6. Satu atau beberapa
sesuai indikasi agen diberikan yang
bergantung pada
sifat patogen dan
infeksiyang terjadi.
4. Ansietas NOC NIC
berhubungan - Anxiety level Anxiety Reduction
dengan kehilangan - Sosial Anxiety (penurunan
kontrol dan level kecemasan)
kebutuhan sistem Kriteria Hasil : 1. Bantu klien 1. Mencegah dampak

28
dukungan, - Klien mampu mengekspresikan serangan jantung
ditandai dengan mengidentifikasi perasaan. Beri selanjutnya. Dapat
keluarga klien dan megungapkan kesempatan klien menghilangkan
belum gejala cemas mengungkapkan ketegangan terhadap
memberitahukan - Mengidentifikasi, ansietasnya. kekhawatiran yang
penyakit klien. mengungkapkan tidak diekspresikan.
dan menunjukkan 2. Kaji tanda verbal 2. Reaksi
teknik untuk dan nonverbal verbal/nonverbal
mengontrol ansietas, dampingi dapat menunjukkan
cemas klien, dan lakukan agitasi, marah, dan
- Vital sign dalam tindakan bila klien gelisah.
batas normal menunjukan
- Postur tubuh, perilaku merusak
ekspresi wajah, 3. Hindari konfrontasi 3. Konfrontasi dapat
bahasa tubuh dan meningkatkan rasa
tingkat aktivitas marah, menurunkan
menunjukkan kerja sama, dan
berkurangnnya mungkin
kecemasan memperlambat
penyembuhan.
4. Lakukan tindakan 4. Mengurangi
untuk mengurangi rangsangan eksternal
ansietas. Beri yang tidak perlu.
lingkungan yang
tenang dan suasan
yang penuh istirahat
5. Tingkatkan kontrol 5. Control sensasi klien
sensasi klien (dalam mengurangi
ketakutan) dengan
cara memberikan
informasi tentang
keadaan klien,

29
menekankan
penghargaan terhadap
sumber-sumber
koping yang positif,
membantu latihan
relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan,
serta memberikan
umpan balik yang
positif.
6. Orientasikan klien 6. Orientasi dapat
terhadap prosedur mengurangi ansietas.
rutin dan aktivitas
yang diharapkan
7. Berikan privasi 7. Memberikan waktu
kepada klien dan untuk
orang terdekat mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan
ansietas, dan perilaku
adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-
teman yang dipilih
klien untuk
melakukan aktivitas
dan pengalihan
perhatian akan
mengurangi perasaan
terisolasi.
5. Risiko NOC NIC
ketidakseimbanga - Nutritional Status Nutrition Monitoring
n nutrisi kurang : food and fluid 1. Catat asupan 1. Mengidentifikasi

30
dari kebutuhan intake makanan setiap hari kekuatan atau
tubuh b.d - Nutritional Status defisiensi nutrisi.
peningkatan : nutrient intake 2. Ukur tinggi, berat 2. Mengidentifikasi
proses metabolik - Weight control badan, ketebalan keadaan malnutrisi
sekunder terhadp Kriteria Hasil : kulit trisep setiap protein kalori
kanker. - Adanya hari khususnya bila berat
peningkatan berat badan dan
badan sesuai pengukuran
dengan tujuan antropometrik kurang
- Berat badan ideal dari normal.
sesuai dengan 3. Berikan diet TKTP 3. Memenuhi kebutuhan
tinggi badan dan asupan cairan metabolik jaringan.
- Mampu adekuat Asupan cairan
mengidentifikasi adekuat untuk
kebutuhan nutrisi menghilangkan
- Tidak ada tanda- produk sisa.
tanda malnutrisi 4. Pantau hasil 4. Membantu
- Menunjukkan pemeriksaan mengidentifikasi
peningkatan laboratorium sesuai derajat malnutrisi
fungsi indikasi
pengecapan dari
menelan
- Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berati
6. Resiko gangguan NOC NIC
integritas kulit - Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan Skin and 1. Inspeksi kulit setiap 1. Deteksi dini adanya
dengan laserasi - Mucous hari, pantau kulit dan gangguan sirkulasi,
kulit Membranes membran mukosa hilangnya sensasi,
- Hemodyalis akses untuk mengetahui resiko tinggi kerusakan
Kriteria Hasil : adanya iritasi, integritas kulit, dan

31
- Integritas kulit kemerahan atau lecet- kemungkinan
yang baik bisa lecet komplikasi
dipertahankan immobilisasi.
(sensasi, 2. Anjurkan klien untuk 2. Meningkatkan aliran
elastisitas, latihan ROM dan darah ke semua daerah.
temperatur, mobilisasi jika
hidrasi, mungkin
pigmentasi) 3. Ubah posisi setiap 2 3. Menghindari tekanan
- Tidak ada jam dan meningkatkan
luka/lesi pada aliran darah.
kulit 4. Gunakan bantal air 4. Menghindari kerusakan
- Perfusi jaringan atau pengganjal yang kapiler-kapiler.
baik lunak di bawah
- Menunjukan daerah-daerah yang
pemahaman menonjol.
dalam proses 5. Bersihkan dan 5. Meningkatkan
perbaikan kulit keringkan kulit. Jaga integritas kulit dan
dan mencegah tangan tetap kering mengurangi resiko
terjadinya cedera kelembapan kulit.
berulang 6. Observasi adanya 6. Hangat dan pelunakan
- Mampu eritema dan adalah tanda kerusakan
melindungi kulit kepucatan serta jaringan.
dan palpasi area sekitar
mempertahankan untuk mengetahui
kelembaban kulit adanya kehangatan
dan perawatan dan pelunakan
alami jaringan setiap
mengubah posisi
7. Jaga kebersihan kulit. 7. Mempertahankan
Seminimal mungkin keutuhan kulit
hindari trauma dan
panas pada kulit

32
7. Resiko gangguan NOC NIC
citra diri - Body Image Body image
berhubungan - Self Esteem enhacement
dengan hilangnya Kriteria Hasil : 1. Kaji perubahan 1. Menentukan bantuan
bagian tubuh - Body image persepsi dan individual dan
sekunder terhadap positif hubungannya dengan menyusun rencana
tindakan amputasi - Mampu derajat perawatan atau
mengidentifikasi ketidakmampuan pemilihan intervensi.
kekuatan personal 2. Berikan informasi 2. Membantu klien untuk
- Mendeskripsikan kepada klien tentang mempersiapkan
secara faktual tindakan amputasi dirinya.
perubahan fungsi yang akan dilakukan
tubuh 3. Anjurkan orang 3. Menghidupkan
- Mempertahankan terdekat untuk kembali perasaan
interaksi sosial mengizinkan klien kemandirian,
melakukan banyak membantu
hal untuk dirinya perkembangan harga
diri, dan
mempengaruhi proses
rehabilitasi.
4. Anjurkan klien 4. Menunjukkan
mengekspresikan penerimaan, membantu
perasaan termasuk klien untuk mengenal,
rasa bermusuhan dan mulai
dan kemarahan menyesuaikan dengan
perasaan tersebut.
5. Rujuk pada ahli 5. Memfasilitasi adanya
neuropsikologi dan perubahan peran yang
konseling bila ada penting untuk
indikasi perkembangan
perasaan.

33
D. Implementasi
4. Nyeri akut b.d invasi tumor secara langsung pada jaringan lunak
ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada kakinya dengan skala 9
pada rentang 0-10
a. Menentukan riwayat nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan
tindakan penghilang) pada klien.
b. Menjelaskan dan membantu klien terkait dengan tindakan pereda
nyeri nonfarmakologi dan noninvasif
c. Memberikan tindakan kenyamanan dasar (misal reposisi dan
aktivitas hiburan).
d. Mengajarkan metode distraksi. Dorong penggunaan keterampilan
manajemen nyeri (missal teknik relaksasi visualisai, tertawa,
sentuhan therapeutic, dll)
e. Mengajarkan klien untuk mengganti posisi dengan perlahan
f. Memberikan analgetik (Brimptom’s coxtail, morfin, metadon)
kolaborasi dengan dokter
5. Kerusakan mobilitas fisik b.d ukuran dan penyebaran tumor,
kalemahan, dan efek akhir penyakit metastatic ditandai dengan klien
mengatakan nyeri ketika bersentuhan dengan kain saja, T3N3M1, ada
massa sebesar bola tenis di kaki
a. Mengkaji mobilitas yang ada dan mengobservasi adanya
peningkatan kerusakan. Mengkaji fungsi motorik secara teratur.
b. Membantu ADL sesuai kebutuhan. Menganjurkan klien untuk
beraktivitas sesuai kemampuan.
c. Merencanakan dan mengimplementasikan aktivitas progresif.
Memberikan aktivitas aktif dan pasif yang cocok
d. Mengarjarkan klien untuk melakukan gerak aktif pada ekstremitas
yang sehat
e. Melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit.
f. Membantu klien latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi
g. Melatih fisik klien kolaborasi dengan ahli fisioterapi.

34
6. Infeksi b.d invasi mikoorganisme ditandai dengan adanya luka di
puncak benjolan yg mengeluarkan pus hijau dan bau
a. Melakukan perawatan luka secara steril
b. Mengobservasi warna, bau, dan karakteristik pus. Mencatat drainase,
kurangi faktor infeksi nosokomial seperti mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
c. Memantau / membatasi kunjungan
d. Mempertahankan hidrasi dan nutrisi yang adekuat. Memberikan
cairan 2.500cc sesuai toleransi jantung.
e. Membantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi.
Bantu program latihan.
f. Memberikan antibiotik sesuai indikasi kolaborasi dengan dokter
4. Ansietas berhubungan dengan kehilangan control dan kebutuhan sistem
dukungan, ditandai dengan keluarga klien belum memberitahukan
penyakit klien.
a. Membantu klien mengekspresikan perasaan. Memberi kesempatan
klien mengungkapkan ansietasnya.
b. Mengkaji tanda verbal dan nonverbal ansietas, dampingi klien, dan
melakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak
c. Melakukan tindakan untuk mengurangi ansietas. Memberi
lingkungan yang tenang dan suasana yang penuh istirahat.
5. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan proses metabolik sekunder terhadp kanker.
a. Mencatat asupan makanan setiap hari
b. Mengukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari
c. Memberikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat
d. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit
a. Memantau kulit dan membran mukosa untuk mengetahui adanya
iritasi, kemerahan atau lecet-lecet
b. Menganjurkan klien untuk latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin

35
c. Mengubah posisi klien setiap 2 jam dengan menggunakan bantal air
atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol.
7. Resiko gangguan citra diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
sekunder terhadap tindakan amputasi
a. Mengkaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat
ketidakmampuan
b. Memberikan informasi kepada klien tentang tindakan amputasi yang
akan dilakukan
c. Menganjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan
banyak hal untuk dirinya
d. Menganjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk rasa
bermusuhan dan kemarahan
e. Merujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi

E. Evaluasi
1. Klien mengatakan nyeri berkurang
2. Ada peningkatan mobilitas pada klien
3. Tidak terjadi resiko infeksi
4. Klien dan keluarga tidak terlihat cemas
5. Nutrisi klien tetap adekuat
6. Kilapan dan kemerahan pada kulit berkurang
7. Klien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
- Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarcoma adalah suatu neoplasma
ganas yang berasal dari sel primitive (poorly differentiated cells) di daerah
metafise tulang panjang.
- Beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarkoma
antara lain: trauma, ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia, virus, dan
radiasi
- Thoma, menggolongkan osteosarkoma ke dalam tiga subklas yaitu:
osteolitik osteosarkoma, osteoblastik osteosarkoma, dan telangiektatik
osteosarkoma.
- Gejala umum pada penderita osteosarkoma seperti adanya rasa sakit ketika
beraktifitas, nyeri pada tulangnya pada saat malam hari, sering jatuh,
bengkak (tergantung besar dan lokasi lesi). Gejala sistemiknya seperti
demam, berkeringat pada malam hari.
- Penatalaksanaan medis pada penderita osteosarkoma yaitu kemoterapi,
operasi dan follow-up post-operasi
- Penatalaksanaan keperawatan pada penderita osteosarkoma meliputi:
1. Manajemen nyeri.
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat.
4. Pendidikan kesehatan.
5. Jika diperlukan traksi.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini,
diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama
pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses
asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun

37
sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan
demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain
yang membutuhkannya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC:


Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ejournal.unsrat.ac.id, (Daring), (https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/
article/viewFile/6334/585), diakses 15 Februari 2018.
Inkemaris.com. 2017. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Osteosarkoma,
(Daring), (http://inkemaris.com/press-releases/direktorat-jenderal-pencegaha
n-dan-pengendalian-penyakit-p2p-kementerian-kesehatan-ri-pada-hari-
kanker-anak-2017/), diakses pada tanggal, 15 Februarui 2018.
Kemkes.go.id. PNPK Osteosarkoma, (Daring), (http://kanker.kemkes.go.id/
guidelines/PNPKOsteosarkoma.pdf), diakses pada tanggal, 15 Februarui
2018
Portalgaruda.org, (Daring), (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
13188&val=927http://erepo.), diakses pada tanggal, 15 Februarui 2018
Posyandu.org. Keseharan Kanker pada Anak, (Daring), (http://posyandu.org/kese
hatan/kanker-pada-anak/252-kanker-tulang-osteosarkoma.html), diakses
pada tanggal, 15 Februarui 2018
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba
medika: Jakarta
Repository.usu.ac.id. Chapter 2, (Daring), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
handle/123456789/67801/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y),
diakses pada tanggal, 15 Februarui 2018
Repository.usu.ac.id. Osteosarkoma Bab 2, (Daring), (http://repository.usu.ac.id/
bitstream/handle/123456789/33727/Chapter%20II.pdf;jsessionid=ABB74F4
DF382ED4D2D570A695559DCA1?sequence=3), diakses pada tanggal, 15
Februarui 2018
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Unud.ac.id, (Daring), (unud.ac.id/11247/3/c1b9bac423b76c3197869e05184535a6
.pdf), diakses pada tanggal, 15 Februarui 2018

39

Anda mungkin juga menyukai