A. Definisi
B. Etiologi
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna
bagian bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir),
infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar,
radang usus besar menahun oleh sebab penyakit autoimun (inflammatory
bowel disease).
SCBB
D. Pathway
Wasir (hemoroid)
Kelemahan fisik,
bedrest,
Gangguan perfusi Nyeri akut
Prolaps dan
jaringan
trombosis
Intoleransi aktifitas
E. PATOFISIOLOGI
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk
saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding
abdomen anterior untuk mengalirkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi
hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises).
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif.
Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan
arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan
menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme
ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat
pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium (pemeriksaan darah)
Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit.
Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
b. Pemeriksaan Penunjang
Anoskopi/Rektoskopi
Pada umumnya dapat segera, mengetahui sumber perdarahan
tersebut bila berasal dari perdarahan hemoroid interns atau adanya
tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan yang optimal.
Sigmoidoskopi
Perdarahan dari sigmoid (misalnya tumor sigmoid) masih mungkin
dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan ini dengan hanya persiapan
laksan enema (YAL) atau klisma, mengingat darah dalam lumen usus
itu sendiri sudah bersifat laksan.
Kolonoskopi
Pada, keadaan yang bersifat elektif dengan persiapan yang
optimal, pemeriksaan ini dapat dengan relatif mudah mengidentifikasi
sumber perdarahan di seluruh bagian kolon sampai ileum terminal.
Tetapi pada, keadaan perdarahan aktif, lumen usus penuh darah
(terutama bekuan darah), maka lapang pandang kolonoskop akan
terhambat. Diperlukan usaha yang berat untuk membersihkan lumen
kolon secara, kolonoskopi. Sering sekali lumen skop tersumbat total
sehingga pemeriksaan harus dihentikan. Tidak jarang hanya dapat
menyumbangkan informasi adanya demarkasi atau batas antara lumen
kolon yang bersih dari darah dan diambil kesimpulan bahwa letak
sumber perdarahan di distal demarkasi tersebut.
Push Enteroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan melalui SCBA dan melewati
ligamentum Treitz serta dapat mengidentifikasi perdarahan pada usus
kecil. Sarana ini masih sangat jarang di Indonesia.
Barium Enema (colon in loop)
Pada keadaan perdarahan akut dan emergensi, pemeriksaan ini
tidak mempunyai peran. Bahkan kontras yang ada akan memperlambat
rencana pemeriksaan kolonoskopi (kontras barium potensial dapat
menyumbat saluran pada skop) atau skintigrafi (kontras barium akan
mengacaukan interpretasi) bila diperlukan. Serta tidak ada tambahan
manfaat terapeutik. Tetapi pada keadaan yang efektif, pemeriksaan ini
mampu mengidentifikasi berbagai lesi yang dapat diprakirakan sebagai
sumber perdarahan (tidak dapat menentukan sumber perdarahan).
Angiografi/Arteriografi
Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkan melalui arteri
femoralis dan arteri mesenterika superior atau inferior, memungkinkan
visualisasi lokasi sumber perdarahan. Dengan teknik ini biasanya,
perdarahan arterial dapat terdeteksi bila lebih dari 0,5 ml per menit.
Arteriografi dapat dilanjutkan dengan embolisasi terapeutik pada,
pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan.
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
a. Encelofati
b. Asites
c. Sirosis Hepatis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnese
1) Identitas klien.
2) Riwayat keperawatan.
3) Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
4) Riwayat kesehatan masa lalu.
5) Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
6) Riwayat psikososial keluarga.
7) Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi
Perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
Pola istirahat dan istirahat
Terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
Pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
2. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake asupan yang tidak adekuat.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
d. Ansietas berhubungan dengan sakit kritis.
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan.
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebih
Tujuan dan Kriteria hasil :
- Mempertahankan volume cairan adekuat
- Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kemungkinan penyebab 1. Mengetahui penyebab untuk
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit menentukan intervensi penyelesaian
2. Monitor adanya kehilangan cairan dan 2. Mengetahui keadaan umum pasien
3. Mengurangi risiko kekurangan
elektrolit
3. Monitor adanya mual, muntah dan diare volume cairan semakin bertambah
4. Monitor intake dan output cairan 4. Mengetahui perkembangan
5. Monitor vital sign
kehilangan volume cairan
6. Monitor pemberian terapi IV
5. Mengetahui keadaan umum pasien
6. Rehidrasi pasien
Intervensi Rasional
1. Kaji lokasi, karakteristik, durasi dan 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
2. Untuk mengetahui tingkat ketidaknyama
frekuensi, kualitas intensitas terhadap nyeri
2. Observasi reaksi ketidaknyamanan secara dirasakan oleh pasien
3. Untuk mengalihkan perhatian pasien dar
nonverbal
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik rasa nyeri
untuk mengungkapkan pengalaman nyeri 4. Agar pasien mampu mengguanakan tekn
dan penerimaan terhadap respon nyeri nonfarmakologi dalam management nye
4. Ajarkan cara teknik relaksasi untuk
yang dirasakan
mengurangi nyeri 5. Pemberian analgetik dapat mengurangi
5. Kolaborasi pemberian analgetik
nyeri pasien
Intervensi Rasional
1. Mendengarkan penyebab kecemasan klien 1. Klien dapat mengungkapkan
dengan penuh perhatian penyebab kecemasannya
sehingga perawat dapat
2. Observasi tanda verbal dan non verbal menentukan tingkat kecemasan
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap
klien dan menetukan intervensi
mendampingi klien
untuk selanjutnya
2. Untuk mengetahui tingkat
4. Mengurangi atau menghilangkan
kecemasan yang klien alami
rangsangan yang menyebabkan kecemasan
3. Dukungan keluarga dapat
pada klien
memperkuat mekanisme koping
5. Menginstrusikan klien untuk menggunakan
klien sehingga tingkat
teknik relaksasi
ansietasnya berkurang
4. Dapat meningkatkan ketenangan
pada klien dan mengurangi
tingkat kecemasannya
5. Teknik relaksasi yang diberikan
pada klien dapat mengurangi
ansietas.
D. Evaluasi
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.