Anda di halaman 1dari 9

DILEMA DALAM PRAKTEK HARMONISASI AKUNTANSI

INTERNASIONAL DI INDONESIA

SASKYA CLARISA 15061104081


JENNIFER SITANELEY 15061104141
RIBKA M. R. SUPARNO 15061104066

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


AKUNTANSI
MANADO
PENDAHULUAN

Harmonisasi standar akuntansi internasional pertama kali dikenalkan oleh European


Commision (EC). Pada tahun 1995 EC mengadopsi pendekatan baru bagi harmonisasi
akuntansi yang memperbolehkan penggunaan standar akuntansi internasional untuk
perusahaan yang terdaftar di pasar modal internasional. Lembaga-lembaga yang aktif dalam
usaha harmonisasi standar akuntansi internasional antara lain adalah IASC (International
Accountig Standard Commitee) dan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Beberapa pihak
yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi tersebut adalah perusahaan-perusahaan
multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta International
Organization of Securities Commissions (IOSCO) (Arja Sadjiarto, 1999). Harmonisasi
standar akuntansi internasional berarti proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi
melalui penyusunan batasan berbagai macam perbedaan (Choi, et al., 1999).
Harmonisasi merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik
akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-prkatik tersebut dapat
beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan
komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara. Upaya
untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan
Komite Standar Akuntansi Internasional pada tahun 1973. Harmonisasi akuntansi
internasional merupakan salah satu isu terpenting yang dihadapi oleh pembuat standar
akuntansi, badan pengatur pasar modal, bursa efek, dan mereka yang menyusun atau
menggunakan laporan keuangan.

Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi :

1. Standar akuntansi yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan.

2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan – perusahaan publik terkait dengan


penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek.

3. Standar audit.
Dengan demikian harmonisasi dapat mengakomodasi perbedaan nasional dan meningkatkan
komparabilitas informasi keuangan dari berbagai negara. Harmonisasi membuat standar
akuntansi keuangan sejalan dengan standar akuntansi internasional.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International
Accounting Standards/IAS)disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional
Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar
akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan
standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan
(Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)

B. Konvergensi IFRS di Indonesia


Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan
IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal. Dewan Pengurus
Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan
tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada
IFRS.

Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program konverjensi
tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal. Sehingga, dalam
perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan penyusunan standar akuntansi
internasional yang dilakukan oleh International Accounting Standards Board (IASB). Standar
akuntansi keuangan nasional saat ini sedang dalam proses secara bertahap menuju
konverjensi secara penuh dengan International Financial Reporting Standards yang
dikeluarkan oleh IASB.
Dan untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia,
terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin
berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air.
Landasan konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam
bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini
diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi
usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan
dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan
konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi syariah akan dimulai
dari nomor 101 sampai dengan 200.

Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional (International Accounting


Standard/IAS) untukmemudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini
atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara
mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal.

C. Harmonisasi IFRS di Indonesia


Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption)
standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard(IFRS).
Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated
Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi
IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum
menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu
sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara,
atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan
agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah
dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier,
investor, dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain
nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiaptiap
negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional
yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk
merubah prinsip akuntansi.
Berikut berbagai PRO dan KONTRA terhadap Harmonisasi akuntansi internasional yang
kemungkinan menjadi pertimbangan bagi Indonesia untuk dapat mempraktekkannya.
Keuntungan harmonisasi akuntansi internasional:

1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara
konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.

2. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan lebih
beragam dan risiko keuangan berkurang.

3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam


bidang merger dan akuisisi.

4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam
mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Disamping memiliki beberapa keuntungan, standar akuntansi internasional ini menuai kritik,
ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan standar yang berlebihan.
Perusahaan harus merespons terhadap susunan tekanan nasional, social, politik, dan ekonomi
yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional
tambahan yang rumit dan berbiaya besar.

D. Tanggungjawab Sosial Akuntan


Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan pertanggungjawaban organisasi
(perusahaan) diluar batas-batas akuntansi keuangan tradisional (konvensional), yaitu
menyediakan laporan keuangan yang tidak hanya diperuntukkan kepada pemilik modal
khususnya pemegang saham saja. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan
memiliki tanggung jawab yang lebih luas dan tidak sekedar mencari uang untuk para
pemegang saham saja, namun juga bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders.
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pun telah
mengakomodasi tentang akuntansi pertanggungjawaban sosial, yaitu dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraph ke-9 :
”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri
dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting”.
Hubungan IFRS dan Tanggungjawab Sosial Akuntan di Indonesia
Isu IFRS telah lama mempengaruhi berbagai aspek ekonomi di dunia. Tidak hanya aspek
ekonomi, sejak direncanakan perubahan PSAK dan dilakukan konvergensi PSAK ke IRFS,
berbagai aspek ekonomi, sosial dan politik mengalami perubahan yang semakin
kompleks. Penyusunan standar keuangan baru dipengaruhi berbagai unsur politik, sosial,
ekonomi, dsb yang saling terkait satu sama lain dan tentunya juga berpengaruh pada
fenomena yang akan terjadi setelah standar-standar keuangan tersebut diaplikasikan pada
praktek akuntansi.
Dalam aspek ekonomi, standar Akuntansi yang disusun oleh para akuntan cenderung
mengarah pada dunia bisnis atau perekonomian dunia. Begitu juga IFRS yang disusun oleh
IASB masih terfokus pada dunia bisnis dan perekonomian dunia. Bagaimana tidak, pada
IFRS Chapter 2, mengenai presentation of financial statements, dijelaskan bahwa setiap
investor membutuhkan informasi entitas yang dapat membantu investor dan pengguna-
pengguna laporan keuangan lainnya dalam membuat keputusan ekonomi. Artinya dalam
penyajian laporan keuangan hanya ditujukan untuk keputusan ekonomi dan mengatasi
permasalahan-permasalahan ekonomi tanpa melihat aspek-aspek lainnya yang akan
dipengaruhi oleh IFRS itu sendiri.
Dengan kata lain, IFRS disusun dan diadopsi lebih tertuju pada para investor atau pemegang
saham. Karena selain manajer perusahaan yang mengambil keputusan ekonomi, pemegang
saham merupakan salah satu stakeholder yang paling membutuhkan data informasi keuangan
yang relevan dengan keadaan ekonomi yang setiap saat mengalami perubahan.
Konvergensi IFRS yang terjadi di Indonesia pun juga demikian. Hingga saat ini, harmonisasi
yang dilakukan oleh DSAK tentunya mengadopsi IFRS yang tertuju pada para pemegang
saham. Para pemegang saham akan lebih diuntungkan daripada stakeholder-
stakeholder lainnya. Karena salah satu tujuan dari IFRS disusun dan diadopsi adalah untuk
melindungi para pemegang saham dari informasi pelaporan keuangan yang terdistorsi atau
kurang relevan.
Dengan informasi yang relevan dan wajar, maka para pemegang saham dapat dipastikan
mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam kondisi ekonomi tertentu. Karena
informasi yang relevan dengan keadaan pasar atau dengan keadaan ekonomi masa kini
tentunya akan memberikan keuntungan besar bagi investor, dimana investor/pemegang
saham dapat memperbesar kapitalisme di negara Indonesia.
IFRS yang diadopsi ke PSAK ini juga mengarah pada kepentingan manajemen. Beberapa
aturan yang terdapat dalam PSAK mengatur segala operasi perusahaan secara detail. Sebagai
contoh, kapitalisasi beban untuk perusahaan pertambangan pada ED PSAK nomor 33,
dimana dijelaskan bahwa perusahaan dapat mengkapitalisasi biaya eksplorasi tanpa ada
perkecualian. Sehingga memudahkan bagi perusahaan untuk menyusun laporan keuangan dan
mengklasifikasikan biaya dalam akun-akun. Selain itu, hal ini juga menguntungkan bagi
perusahaan dalam mengakapitalisasi, dimana dengan kapitalisasi ini perusahaan mempunyai
Aset yang lebih besar dalam laporan keuangan.
Pengadopsian IFRS yang dilakukan DSAK ini juga kurang mendapatkan perhatian dari
pemerintah.Penyusunan PSAK baru didominasi oleh para akuntan yang memiliki sudut
pandang bisnis dan perekonomian. Permasalahan politik yang terjadi hingga saat ini sangat
kurang diperhatikan dan pemerintah hanya mendapatkan informasi mengenai laporan
keuangan saja tanpa memperhatikan unsur politik.
PENUTUP

Tanggung Jawab seorang akuntan di masa mendatang memang dirasa cukup dilema
karena dengan segala kemudahan-kemudahan yang didapat, maka akan menguntungkan
pihak kapitalisme yang semakin lama semakin menguasai perekonomian dunia. Dengan
adanya konvergensi IFRS ini, para akuntan lebih fokus pada kepentingan perusahaan atau
investor. Dengan aturan-aturan yang terfokus pada investor dan perusahaan, tanggung jawab
seorang akuntan hanya sebatas kepada perusahaan dan investor. Hingga saat ini pun, akuntan
lebih memprioritaskan fee dari pekerjaan akuntansi, dimana pemberi fee adalah pihak
manajemen/perusahaan atau investor itu sendiri. Sehingga bisa dimungkinkan terjadinya
subjektivitas terhadap perusahaan atau investor dan akuntan bekerja tidak mengutamakan
independensi tetapi mengutamakan gaji/fee.

Penginformasian mengenai pentingnya konvergensi IFRS perlu dipublikasikan


kepada berbagai kalangan yang akan menerima dampak saat proses konvergensi dan setelah
konvergensi selesai. Indonesia belum siap menghadapi apdopsi IFRS secara penuh tanpa
tindakan-tindakan yang cepat, termasuk publikasi kepada semua kalangan. Penginformasian
disertai pengkajian IFRS terus menerus memang perlu dilakukan oleh para akuntan-akuntan,
agar Indonesia dapat berkompeten di kancah internasional. Sehingga Indonesia mampu
menjalankan roda perekonomian dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://succesed.wordpress.com/2016/05/04/harmonisasi-akuntansi-internasional/

https://accountingreview07.wordpress.com/2011/07/17/dilema-penerapan-ifrs-dalam-dunia-
pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai