Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM

Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti
"timbul dari kebiasaan" adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Etika mempunyai beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa
yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain.
Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi
kehidupan yang baik secara moral.

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga
pengertian juga. Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika
sebagai ilmu tentang baik dan buruk.

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan
isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal
dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. At-tijaratun
walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir). Dalam penggunaannya
kata tijarah pada ayat-ayat di atas terdapat dua macam pemahaman. Pertama, dipahami dengan
perdagangan yaitu pada surat Al-Baqarah ; 282. Kedua, dipahami dengan perniagaan dalam
pengertian umum.

Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa term bisnis dalam Al-Qur’an dari tijarah pada
hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan material
semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi dan mengutamakan
hal yang bersifat immaterial dan kualitas. Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata-mata
antara manusia dengan manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah swt, bahwa
bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi dan perjanjian-
perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan, dan kebohongan hanya demi
memperoleh keuntungan.

Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian perdagangan, dari dua sudut pandang
yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih:

1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan keuntungan.

2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta dengan harta secara
suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan adanya penggantian.
3. Menurut cara yang diperbolehkan penjelasan dari pengertian diatas :
 Perdagangan adalah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara
seorang dengan orang lain.

 Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang diwujudkan
dalam bentuk ijab dan qabul.

 Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk mencari


keuntungan.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat prinsip moral
yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah, sedangkan bisnis adalah suatu serangkaian
peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis, maka etika diperlukan dalam bisnis. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa, Etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh bisnis,
baik sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam interaksi bisnisnya dengan
“stakeholders”nya.

Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita
tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha
yang kita sebut bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan
kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan istilah baik dan
benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-implikasi terhadap
dunia bisnis. Etika dan Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis secara umum dan menjelaskan
orientasi umum terhadap bisnis, dan mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika
bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis
dalam bisnis.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. untuk
mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesamanya. Islam
merupakan agama yang diridhoi Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam alqur’an dalam surah
al imran ayat 19 :

‫ٱۡل إس َٰلم ٱّللِ ِعند ٱلدِين إِن‬


ِ‫إ‬
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imrân: 19).

Ayat ini menjelaskan kedudukan Islam sebagai agama samawi yang diturunkan oleh Allah
kepada manusia. Namun ketika Allah menjelaskan “sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah
Islam” berarti bahwa agama lain, yang pernah diturunkan oleh Allah tidak diakui setelah
diturunkannya Islam.

Dengan demikian, bisnis dalam islam memposisikan pengertian bisnis yang pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak bertujuan
jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi matematika,
tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial
dihadap masyarakat, Negara dan Allah swt.

Etika Bisnis Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang
benar dan salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk,
pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan.
Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum dan standar untuk perilaku
moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung jawab dan bermoral. Artinya, etika bisnis islami
merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu
perusahaan.

Dalam membicarakan etika bisnis islami adaah menyangkut “Bussines Form” dan atau
“Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi. Berbisnis berarti suatu usaha yang
menguntungkan. Jadi etika bisnis islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan
usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS DALAM ISLAM

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku etis dalam islam, antara lain:

1. Interprestasi hukum dalam masyarakat sekuler


Interprestasi hukum didasarkan pada nilai-nilai dan standar kontemporer yang seringkali
berbeda-beda. Sementara dalam masyarakat islam, nilai-nilai dan standar ini dituntun oleh
ajaran syari’ah.

2. Faktor-faktor organisasional
Organisasi juga dapat memberikan pengaruh terhadap cara berperilaku anggotanya. Salah
satu aspek kunci pengaruh organisasional adalah tingkat komitmen pemimpin organisasi
terhadap nilai-nilai etis.

3. Faktor-faktor individu
Setiap individu masuk ke dunia kerja dengan membawa nilai-nilai yang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis seseorang adalah:

 Tahap perkembangan moral

Rasulullah Saw menyatakan bahwa setiap orang setidaknya menjalani dua tahap
perkembangan moral: tahap moral atau pra-pubertas dan tahap kedewasaan. Dalam
hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, menyatakan bahwa : Rasulullah Saw)
berkata: “ Terdapat tiga orang yang tindakannya tidak akan dicatat: seseorang yang
tertidur sampai ia bangun, seorang bodoh sampai ia dapat berpikir, dan seorang
anak sampai ia mencapai kedewasaan”.

Dari hadits di atas, dua fakta dapat diambil. Pertama, beberapa orang tertentu tidak
bertanggung jawab atas perilaku mereka: orang yang tertidur, orang gila, anak-anak
sampai mencapai taraf kedewasaan. Kedua, seorang individu tidak bertanggung
jawab atas tindakannya sampai ia mencapai taraf mampu berfikir.

 Rujukan nilai dan moral pribadi


Nilai-nilai dan moralitas individu juga akan mempengaruhi standar etika seseorang.
Seseorang yang menekankan sifat jujur akan berperilaku sangat berbeda dari orang
yang tidak menghargai hak milik orang lain.

 Tahap pengaruh keluarga


Individu mulai membentuk nilai-nilai etis ketika masih kanak-kanak. Rasulullah
Saw menekankan pentingnya peranan pengasuhan keluarga ketika ia berkata:
“Suruhlah anakmu untuk melakukan shalat ketika ia menginjak usia tujuh tahun,
dan wajibkan ia untuk melakukan shalat ketika menginjak usia sepuluh tahun, dan
aturlah tempat tidur mereka secara terpisah”. Jadi implikasinya bahwa jika anda
ingin anak anda tumbuh sebagai seorang yang Muslim yang baik, maka anda harus
mulai membentuknya semenjak usia belia. Anak-anak cenderung untuk
mengembangkan standar etis yang tinggi jika mereka melihat anggota keluarga
lainnya secara konsisten berusaha menerapkan standar etis yang tinggi pula.

 Pengaruh teman sebaya


Ketika anak-anak bertumbuh dan mulai masuk sekolah, mereka dipengaruhi oleh
teman-teman sebaya yang menjadi teman bermainnya setiap hari. Maka dari itu jika
teman-teman seorang anak terlibat dalam tindakan buruk, maka anak itu mungkin
akan meniru mereka. Dan jika teman sebaya seorang anak menghindari perilaku
tersebut, maka anak itu juga akan cenderung berperilaku demikian.

 Pengalaman hidup
Baik positif atau negatif, peristiwa-peristiwa penting akan mempengaruhi
kehidupan seseorang individu serta membentuk keyakinan dan perilaku etisnya.
Sistem Etika Bisnis Islam

Sistem Etika Bisnis Islam merupakan gabungan dari empat kata yaitu sistem, etika, bisnis dan juga
Islam. Sistem dapat diartikan sebagai perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas. Etika ialah bidang normative yang menegaskan secara tegas
batas wilayah antara apa yang seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya dilakukan
seseorang.Sedangkan bisnis ialah aktivitas guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa. Jadi
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem etika bisnis Islam adalah
seperangkat pedoman yang digunakan umat Islam berdasarkan al-qur’an dan hadits untuk
berprilaku dalam segala aspek kehidupan termasuk bisnis.

Etika bisnis Islam datang untuk mengatasi keprihatinan ekonomi yang kini sering terjadi baik di
dunia Barat maupun di Timur, Islam sebagai agama fitrah dan rahmatan lil’alamin memberikan
solusi terbaik yang bisa mengatasi manusia dari keterburukan. Islam menawarkan konsep bisnis
yang bersih dari berbagai perbuatan kotor dan tercela yang jauh dari keadilan, juga sebuah konsep
yang memiliki visi yang jauh ke depan. Namun demikian yang dikejar dalam Islam tidak hanya
keuntungan duniawi semata, tetapi keuntungan materi yang halal yang penuh barakah yang akan
membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Secara umum etika adalah ilmu normatif penuntun hidup manusia, yang memberi perintah apa
yang seharusnya kita kerjakan. Begitupun dalam Islam, etika memiliki tempat yang tertinggi,
karena pada dasarnya Islam diturunkan sebagai kode prilaku moral dan etika bagi kehidupan
manusia. Menurut pandangan Islam, etika merupakan pedoman untuk berprilaku dalam segala
bidang kehidupan. Dalam ekonomi Islam, etika tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan kegiatan
ekonomi.

Etika bisnis Islami merupakan nilai-nilai etika Islam dalam aktivitas bisnis yang telah telah
disajikan dari perspektif Al-Qur’an dan Hadits, yang bertumpu pada beberapa prinsip seperti, unity
(kesatuan), equilibruium (keseimbangan), freewill (kebebasan berkehendak), responsibility
(tanggung jawab) dan benevolence (kebenaran). Etika bisnis dianggap penting untuk
mengembalikan moralitas spiritualitas kedalam dunia bisnis.

Etika Islam beserta Prisipnya yang menunjukkan bahwa Islam memang agama yang syamil,
lengkap dan sempurna. Aturannya jelas dan aplikatif. Tidak ada satu halpun yang luput dari aturan
Islam, termasuk juga dalam berbisnis. Meski banya perusahaan yang berusaha menerapkan etika
dalam bisnisnya, akan tetapi faktanya masih banyak praktik bisnis yang dinilai masih mengabaikan
etika, rasa keadilan serta sering kali diwarnai praktik-praktik tidak terpuji (moral hazard).
Munculnya wacana integrasi etika etika kedalam bisnis, sesungguhnya berawal dari carut-
marutnya bisnis modern yang menegasikan moralitas dan spiritualita. Kompetisi dalam bisnis
modern hanya berpusat pada kekuatan modal saja. Pelaku bisnis dengan modal besar berusaha
memperbesar jangkauan bisnisnya, sehingga pengusaha kecil makin terseret dan terpinggirkan.
Adanya praktik monopoli dan korupsi justru memperparah kondisi tersebut.
Manusia sebagi pelakunya atau standart etika sebagai aturannya. Apabila dalam keseharian,
aktivitas dan keseharian kita dituntut beretika, maka sama halnya dengan berbisnis yang justru
melibatkan banyak pihak dan kepentingan di dalamnya. Maka, perlu standart etika bisnis yang
komrehensif, ideal serta aplikatif. Etika bisnis Islam mungkin bias menjadi solusinya. Sudah
saatnya, bisnis diwarnai denagn nilai-nilai yang membawa mashlahat bagi setiap manusia. oleh
karean itu, perlu dilakukan pengembangan dan implementasi etika bisnis yang selaras dengan
prinsip syariah Islam sebagai pedoman dalam setiap aktivitas bisnis.

Sumber Etika Bisnis Islam

Unifikasi antara aspek-aspek yang bersifat humanis (ekonomi dan bisnis) dan transendental (etika
agama) dalam ekonomi Islam mengimplementasikan dua hal penting: pertama, persoalan ekonomi
bisnis dalam ekonomi Islam bersumber dari agama (Islam). Sehingga Islam tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan Allah (ibadah). Kedua, Islam juga memberikan semangat kesadaran
nilai yang menjiwai seluruh aktivitas muamalah manusia.

Islam sebagai ajaran yang transendental juga memberikan perhatian pada aspek kemanusiaan.
Manusia diberi otonomi untuk menetukan pilihan dalam kehidupannya dalam batas-batas yang
jelas, sesuai aturan Tuhan untuk tujuan dan kepentingan manusia sendiri. Dengan tunduk dan patuh
pada aturan dan perintah Tuhan manusia akan merasakan kedamaian dalam jiwanya. Bahkan
dalam hal yang meyangkut urusan –urusan dunia seperti halnya bisnis, manusia diberi otonomi
untuk membuat keputusan yang memihak pada kesejahteraan manusia sebagai khalifah Allah
dimuka bumi.

Dari paparan diatas dapat dipahami bahwa nilai-nilai etika dalam praktik ekonomi dan bisnis
memberikan ruang kepada manusia untuk memformulasikan nilai-nilai bersama yang menjiwai
kepentingan dan kesejahteraan manusia secara material dan spiritual.

Dalam implikasinya etika bisnis Islam memiliki dua sumber, yakni: nilai Ilahiyat dan nilai
Insaniyat. Nilai Ilahiyat adalah nilai yang dititahkan Allah kepada RasulNya, yang berbentuk
takwa, iman, ihsan, adil dan sebagainya yang diabadikan dalam wahyu Ilahi. Agama (religion)
merupakan referensi utama nilai moral dan etika. Tuhan sebagai sumber utama ajaran agama telah
menetapkan kebenaran dan kesalahan. Tuhan adalah pemilik otoritas penuh dalam menentukan
nilai baik dan buruk (etika). Sedankan nilai insaniyat ialah kebalikan dari nilai Ilahiyat, yaitu nilai
yang bersumber dari kreativitas pemikiran manusia demi kepentingan dan kebaikan manusia
sendiri. Nilai ini bersifat dinamis keberlakuan dan kebenarannya bersifat nisbi. Walaupun kedua
nilai tersebut memiliki sumber yang berbeda, namun keduanya memiliki hubungan resiprokal satu
sama lain.

Nilai yang bersumber dari Ilahi dengan nilai yang bersumber dari Insani memiliki relasi yang
demikian erat. Nilai insani yang karena sifatnya yang relatif dan nisbi, memungkinkannya untuk
tunduk pada nilai Ilahi yang mutlak dan permanen. Dengan hirarkies yang demikian, maka segala
intensi, pikiran, tindakan dan prilaku manusia tidak dipisahkan dari nilai-nilai Ilahi.
Ketergantungan manusia pada nilai Ilahi tidak berarti mengurangi harkat dan martabatnya sebagai
makhluk merdeka, melainkan membawa manusia pada posisi yang lebih manusiawi, ta’nis al ilah
dan ilah al ta’nis, memanusiakan manusia dan mengangkatnya ke derajat yang lebih tinggi hingga
menjadi sempurna.

PERKEMBANGAN IKLIM ETIS DALAM ORGANISASI

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik -buruk. Dalam
kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika
perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan
lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu
kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat),
etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur
hubungan antar karyawan.

Perilaku etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling percaya antara
perusahaan dan stakeholders, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan keuntungan jangka
panjang. Perilaku etis akan mencegah pelanggan, pegawai dan pemasok bertindak oportunis, serta
tumbuhnya saling percaya.

Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis,
karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan
karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku, dan sebaliknya dapat pula mendorong
terciptanya perilaku yang tidak etis.

Kebijakan perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan
memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan. Kebijakan
perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of Conduct).
Di tengah iklim keterbukaan dan globalisasi yang membawa keragaman budaya, code of conduct
memiliki peran yang semakin penting, sebagai buffer dalam interaksi intensif beragam ras,
pemikiran, pendidikan dan agama.

Sebagai persemaian untuk menumbuhkan perilaku etis, perlu dibentuk iklim etika dalam
perusahaan. Iklim etika tercipta, jika dalam suatu perusahaan terdapat kumpulan pengertian
tentang perilaku apa yang dianggap benar dan tersedia mekanisme yang memungkinkan
permasalahan mengenai etika dapat diatasi.

Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan,
1. Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
2. Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based
organization).
3. Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management).

Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu faktor
kepentingan diri sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi dan kepentingan
kelompok.

Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu, biaya dan ketekunan
manajemen. Dalam iklim etika, kepentingan stakeholders terakomodasi secara baik karena
dilandasi rasa saling percaya
MAKALAH ETIKA BISNIS
ETIKA DALAM BISNIS ISLAM
Dosen Mata Kuliah: Prof. Dr. Unti Ludigdo, S.E., M.Si., Ak.

Disusun oleh:

Adrianus Prawin Lyman (155020300111008)

Amararenggana (155020307111038)

Cynthia Maharani (155020307111054)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Anda mungkin juga menyukai