Anda di halaman 1dari 35

ALWAN 105 81 1770 12

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu bendungan yang dibangun dengan cara menimbunkan bahan-bahan seperti


: batu, krakal, kerikil, pasir dan tanah pada komposisi tertentu dengan fungsi sebagai
pengempang atau pengangkat permukaan air yang terdapat di dalam waduk di udiknya
disebut bendungan type urugan atau “bendungan urugan”.

Suatu bendungan dapat di pandang dari beberapa segi yang masing-masing


menghasilkan tipe yang berbeda-beda pula. Maka pembagian tipe bendungan dapat
dipandang dari 7 keadaan, yaitu : berdasarkan ukurannya, tujuan pembangunannya,
penggunaannya, jalannya air, konstruksinya, fungsinya dan menurut ICOLD.

1.1 Pembagian Type Bendungan berdasarkan Ukuranya


 Berdasarkan Ukurannya terbagi 2 yaitu
Ada dua type, yaitu bendungan besar dan bendungan kecil :

 Bendungan besar (large dams), menurut ICOLD defenisi bendungan besar


adalah :
a. Bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari bagian
terbawah pondasi sampai ke puncak bendungan.
b. Bendungan yang tingginya antara 10 m dan 15 m dapat pula disebut
bendungan besar asal memenuhi salah satu lebih kriteria sebagai
berikut:
- Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m
- Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3.
- Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari 2000
m3/dtk.
- Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan khusus pada
pondasinya.
- Bendungan didesain tidak seperti biasanya (unusual desaign).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

 Bendungan kecil (small dams, weir, bendung) adalah semua bendungan


yang tidak memenuhi syarat sebagai bendungan besar disebut bendungan
kecil.

1.2 Pembagian Type Bendungan berdasarkan Tujuan Pembangunannya


Ada dua type, yaitu bendungan dengan tujuan tunggal dan bendungan
serbaguna.

 Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dams) adalah bendungan


yang di bangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya pembangkit
tenaga listrik atau irigasi (pengairan).
 Bendungan serbaguna (multipurpose dams) adalahbendungan yang
dibangun untuk beberapa tujuan misalnya : Pembangkit tenaga listrik dan
irigasi, pengendalian banjir, air minum dan industri, pariwisata dan lain-
lain.

1.3 Pembagian Type Bendungan berdasarkan Penggunaannya


 Bendungan untuk membentuk waduk (storage dams) adalah bendungan
yang dibangun untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu
kelebihan agar dapat dipakai pada waktu diperlukan.
 Bendungan penangkap/pembelok air (diversion dams) adalah bendungan
yang dibangun agar permukaan airnya lebih tinggi sehingga dapat mengalir
masuk ke dalam saluran air atau terowongan air.
 Bendungan untuk memperlambat jalannya air adalah bendungan yang
dibangun untuk memperlambat aliran air sehingga dapat mencegah
terjadinya banjir besar.

1.4 Pembagian Type Bendungan berdasarkan Jalannya Air


 Bendungan untuk dilewati air (overflow dams) adalah bendungan yang
dibangun untuk dilewati air misalnya pada bangunan pelimpah (spillway).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

 Bendungan untuk menahan air (diversion dams) adalah bendungan yang


sama sekali tidak boleh dilewati air.

1.5 Pembagian Type Bendungan berdasarkan Konstruksinya


1.5.1 .Bendungan Type Urugan
Suatu bendungan yang dibendung dengan cara menimbunkan bahan-bahan seperti:
batu, krikil, dan tanah pada komposisi tertentu dengan fungsi sebagai pengempang
atau pengangkat permukaan air yang terdapat di dalam waduk di udiknya disebut
bendungan type urugan atau “Bendungan Urugan”.

Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan, secara
umum dapat dibedakan 2 type bendungan urugan, yaitu :

a. Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
batu”.
b. Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
tanah”.
Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran, yaitu
terdiri dari timbunan batu di bagian hilirnya yang berfungsi sebagai penyangga, sedang
bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang disamping berfungsi sebagai penyangga
tambahan, terutama berfungsi sebagai tirai kedap air.

Di dalam kegiatan-kegiatan baik perencanaannya, maupun pelaksanaan


pembangunannya, kedua type bendungan tersebut mempunyai banyak persamaan-
persamaan yang cukup nyata.

1.5.2 Klasifikasi Bendungan Type Urugan


Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengempang air atau pengangkat
permukaan air di dalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh bendungan
merupakan penahan rembesan air ke arah hilir serta penyangga tondonan air tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh bendungan
untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan dapat
digolongkan dalam 3 type utama yaitu :

a. Bendungan urugan homogen (bendungan homogen)


Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type homogen, apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan
gradasinya (susunan ukuran butirnya) hampir seragam.Tubuh bendungan secara
keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan penyangga dan sekaligus
sebagai penahan rembesan air.

b. Bendungan urugan zonal (bendungan zonal)


Bendungan urugan digolongkan dalam type zonal, apabila timbunan yang
membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran
butiran) yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu. Pada bendungan
type ini sebagai penyangga terutama dibebankan kepada timbunan yang kedap air (zone
kedap air).

Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type ini masih
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

- Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau “bendungan tirai” (front
core fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zone kedap air yang
membentuk lereng udik bendungan tersebut.
- Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau “bendungan inti
miring ” (inclined-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap
airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah
hilir.
- Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau “bendungan inti
tegak ” (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap
airnya terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

c. Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat).


Bendungan urugan digolongkan dalam type sekat (facing), apabila di lereng udik
tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan kekedapan yang tinggi)
seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang, hamparan
plastic, susunan beton blok, dan lain-lain.

Type Skema Umum Keterangan

Zone kedap air


Bendungan
Zone lulus air
Apabila 80% dari seluruh bahan
Homogen pembentuk tubuh bendungan
terdiri dari bahan yang bergradasi
Drainage hampir sama.

Zone lulus air Apabila bahan pembentuk tubuh


Bendungan Tirai

Zone kedap air


bendungan terdiri dari bahan yang
lulus air, tetapi dilengkapi dengan
tirai kedap air di udiknya.
Zone transisi

Zone lulus air


Apabila bahan pembentuk tubuh
Bendungan Zonal

Bendungan Inti

Zone inti kedap air bendungan terdiri dari bahan yang


Zone lulus air
Miring

lulus air, tetapi dilengkapi dengan


inti kedap air yang berkedudukan

Zone transisi miring ke hilir.

Apabila bahan pembentuk tubuh


ZoneZone
inti kedap air air
inti kedap
Bendungan Inti

Zone lulus
Zoneairlulus air bendungan terdiri dari bahan yang
Vertical

Zone lulus
Zone air airlulus
lulus air, tetapi dilengkapi dengan
inti kedap air yang berkedudukan
vertical.
Zone Zone
transisi
transisi

Zone lulus air Zone lulus air

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Apabila bahan pembentuk tubuh

Bendungan bendungan terdiri dari bahan yang


Zone lulus air
Zone lulus air
lulus air, tetapi dilengkapi dengan
Sekat inti kedap air yang berkedudukan
vertical.

Gambar 1 - 1 Klasifikasi Umum Bendungan Urugan

Namun dalam tugas ini hanya akan dibahas mengenai bendungan urugan zonal
dengan inti kedap air tegak atau “bendungan inti tegak” (central-core fill type dam.

Adapun pengertian dari bendungan homogen dan bendungan zonal adalah


sebagai berikut:

 Bendungan Homogen
o Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type homogen, apabila bahan
yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir
sejenis dan gradisinya (tersusun ukuran butirannya) hampir seragam.
o Tubuh bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai
bangunan penyangga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air.
 Bendungan Zonal
o Bendungan urugan digolongkan dalam type-type zonal, apabila timbunan
yang membentuk tubuh bendungan terdiri batuan dengan gradasi (susunan
ukuran butiran) yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu.
o Berdasarkan letak kedudukannya bendungan dari zonal kedap air (zonal
impermeable) maka type ini dibedakan lagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tirai
(front core fill type dam) adalah bendungan zonal yang zone kedap air
membentuk lereng udik bendungan.
2. Bendungan urugan zonal dengan inti zonal kedap air miring atau
bendungan inti miring (inclined-core fill type dam) adalah bendungan
zonal yang zone kedap airnya terletak dalam tubuh bendungan dan
kedudukannya miring ke arah hilir. .
3. Bendungan urugan zonal dengan inti zonal kedap air tegak atau
bendungan inti tegak (central-core fill type dam) adalah bendungan zonal

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dengan


kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tegak dari
tubuh bendungan.

1.5.3 Karakteristik Bendungan Type Urugan


Dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, maka bendungan urugan mempunyai
keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut :

 Pembangunannya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi geologi dan


geografi yang dijumpai.
 Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat di sekitar
calon bendungan.
Akan tetapi type ini mempunyai kelemahan yang cukup berarti, yaitu tidak
mampu menahan limpasan di atas mercunya, dimana limpasan-limpasan yang terjadi
dapat menyebabkan longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat mengakibatkan
jebolnya bendungan tersebut. Beberapa karakteristik utama dari bendungan urugan,
adalah sebagai berikut :

1. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga yang harus didukung oleh
pondasi bendungan persatuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang harus
didukung oleh pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hydrostatis
dari air dalam waduk.
Karena hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun diatas batuan yang
sudah lapuk atau diatas alur sungai yang tersusun dari batuan sediment dengan
kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya dapat diperbaiki pada
tingkat yang dikehendaki.

2. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang
terdapat disekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton,
yang memerlukan bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan
harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan urugan
dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positif.
3. Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilaksanakan secara mekanis
dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya type-type

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

peralatan yag sudah diprodusir, maka dapat dipilihkan peralatan yang paling cocok
sesuai dengan sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan
pelaksanaannya.
4. Oleh karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah dan timbunan batu yang
berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut :
a. Longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh
bendungan.
b. Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam
bendungan.
c. Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan didalam tubuh bendungan, karena
konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh
bendungan tersebut.
d. Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh
iklim. Lebih-lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu
perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan
pemadatannya.

1.5.4 Perancangan Untuk Bendungan Type Urugan


Pada hakekatnya eksistensi suatu bendungan sudah dimulai sejak diadakannya
kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan sampai akhir dari umur efektif bendungan tersebut.

Semakin mendalam pelaksanaan survey dan perancangan dikerjakan, maka


semakin mudahlah pembuatan perencanaan-teknisnya dan semakin mudah pula
pelaksanaan pembangunannya, karena kemungkinan terjadinya modifikasi-modifikasi
konstruksi akan semakin kecil.

Tetapi sebaliknya apabila survey dan dan perancangannya kurang teliti dan
kurang mendalam, kadang-kadang pilihan yang semula (pada tingkat perancangan) jatuh
pada bendungan beton, dapat berubah menjadi bendungan urugan setelah tiba pada saat
pembuatan perencanaan-teknisnya, sehingga seluruh hasil survey dan perancangan
semula, terpaksa ditinjau kembali. Bahkan pada beberapa kasus kadang-kadang saat suatu

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

bendungan dalam proses pelaksanaan pembangunannya, akibat diketemukannya kondisi-


kondisi geologi yang kurang menguntungkan, terpaksa harus memindahkan sumbu
bendungan yang telah ditetapkan atau memperbaiki kemiringan-kemiringan lereng
bendungan, yang mengakibatkan bahwa volume urugan dapat berubah dengan sangat
menyolok.

Contoh – contoh kejadian tersebut, dapat mengakibatkan terlambatnya


pelaksanaan pembangunannya, dan kadang-kadang bahkan terpaksa harus ditinggalkan
begitu saja, karena timbulnya tambahan-tambahan pembiayaan yang melampaui batas
persyaratan ekonomis.

Berhubung hal tersebut, maka kemantapan perencanaan – teknis suatu bendungan


sangat ditentukan oleh ketelitian pada pelaksanaan survey dan investigasi, sehingga
mendapatkan data-data yang dapat dipercaya dan selanjutnya akan diperoleh anmalisa-
analisa yang jitu.

Dari hasil analisa-analisa teknis, maka akan dapat ditentukan dengan mantap hal-
hal sebagai berikut :

 Kedudukan bendungan yang paling baik


 Type bendungan yang paling cocok
 Metode pelaksanaan yang paling efektif

Berdasarkan data-data yang betul-betul lengkap serta dapat, mencerminkan


kondisi i sesungguhnya dari tempat kedudukan calon bendungan dan disertai dengan
analisa-analisa yang jitu dengan mengadakan sistem coba/banding dari berbagai
alternative secara berulang kali, barulah akan dapat diharapkan ketepatan dan kemantapan
dari ketiga unsur pokok tersebut diatas.

Beberapa aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan
pembangunan suatu bendungan adalah :

 Topografi
 Geologi Teknik
 Pondasi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

 Hidrologi
 Bahan Bendungan
 Bangunan Pelimpah
 Bangunan Penyadap
 Lain-lain

1.6 Desain Tubuh Bendungan


1.6.1 Tinggi Bendungan
Tinggi bendungan adalah perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan
elevasi mercu bendungan.Permukaan pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar
dari pada zone kedap air. Apabila pada bendungan tidak terdapat dinding kedap air atau
zone kedap air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara
bidang vertical yang melalui tepi udik mercu bendungan dengan permukaan pondasi atas
bendungan tersebut. Sedang mercu bendungan adalah bidang teratas dari suatu
bendungan yang tidak dilalui oleh luapan air dari waduk.Akan tetapi, apabila pada mercu
bendungan terdapat tembok penahan (parafet) untuk melindungi mercu bendungan
terhadap limpasan ombak, maka tinggi jagaan waduk bertambah setinggi tembok penahan
dan puncak tembok dapat dianggap sebagai mercu bendungan yang bersangkutan.

1.6.2 Tinggi Jagaan (free board)


Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi permukaan maximum-rencana air
dalam waduk dan elevasi mercu bendungan.Elevasi permukaan air maximum rencana
biasanya merupakan elevasi banjir rencana waduk. Kadang-kadang elevasi permukaan air
penuh normal atau elevasi permukaan banjir waduk lebih tinggi dari elevasi banjir
rencana dan dalam keadaan yang demikian yang disebut elevasi permukaan air
maksimum rencana adalah elevasi yang paling tinggi yang diperkirakan akan dicapai oleh
permukaan air waduk tersebut. Selain itu dalam hal-hal tertentu tambahan tinggi tembok
penahan ombak diatas mercu bendungan kadang-kadang diperhitungkan pula pada
penentuan tinggi jagaan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Tinggi jagaan (Hf) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(
Hf  h  hw atau he )  ha  hi
2

Hf  hw  he  ha  hi
2

Dimana :

 h : tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk yang terjadi akibat


timbulnya banjir obnormal.

hw : tinggi ombak akibat tiupan angin

he : tinggi ombak akibat gempa

ha : tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk, apabila terjadi


kemacetan-kemacetan pada pintu bangunan pelimpah

hi : tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi dari waduk

→ Tinggi kenaikan permukaan air yang disebabkan oleh banjir abnormal ( h )

2 𝑄0 ℎ
∆ℎ = ×𝛼× ×
3 𝑄 1 + 𝐴×ℎ
𝑄×𝑇

Dimana :

Qo : debit banjir rencana

Q : kapasitas rencana bangunan pelimpah untuk banjir abnormal

 : 0,2 untuk bangunan pelimpah terbuka

 : 0,2 untuk bangunan pelimpah tertutup

h : kedalaman pelimpah rencana

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

A : luas permukaan air waduk pada elevasi banjir rencana

T : durasi terjadinya banjir abnormal (biasanya antara 1 s/d 3 jam)

→ Tinggi jangkauan ombak yang disebabkan oleh angin

Tinggi jangkauan hempasan ombak yang naik keatas permukaan lereng udik
bendungan (hw) dapat diperoleh dengan metode S.M.B. yang didasarkan pada
panjangnya lintasan ombak (F) dan kecepatan angin diatas permukaan air waduk.
Akan tetapi disamping tinggi ombak (R), jangkauan hempasan ombak yang naik
diatas permukaa lereng udik bendungan tersebut masih tergantung dari beberapa
factor lainnya, yang diantaranya adalah kemiringan serta kekasaran permukaan lereng
udik tersebut. Faktor kemiringan dan kekasaran permukaan lereng ini diselidiki oleh
Saville yang diadaptasikan pada metode S.M.B dan dapat dipergunakan untuk
menghitung tinggi jangkauan hempasan ombak yang naik diatas permukaan lereng
bendungan.

→ Tinggi ombak akibat gempa ( he )

𝑒×𝜏
ℎ𝑒 = √𝑔 × ℎ0
𝜋

Dimana :

e : intensitas seismis horizontal

 : siklus seismis (biasanya sekitar satu detik)

Ho : kedalaman air di dalam waduk

→ Kenaikan permukaan air waduk yang disebabkan oleh ketidak-normalan operasi

pintu-pintu bangunan pelimpah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Ketidak-normalan operasi pintu-pintu dapat terjadi oleh berbagai sebab, antra


lain : keterlambatan pembukaan, kemacetan atau bahkan kerusakan-kerusakan
mekanisme pintu-pintu tersebut, yang mengakibatkan terjadinya kenaikan permukaan
air waduk (ha) melampaui batas maksimum rencana.

→ Angka tambahan tinggi jaghaan yang didasarkan pada type bendungan

Mengingat limpasan melalui mercu bendungan urugan akan sangat


berbahaya, maka untuk bendungan type ini angka tambahan tinggi jagaan (hi)
diambil sebesar 1,0 m (hi = 1,0 m).

→ Angka standar untuk tinggi jagaan pada bendungan urugan

Didasarkan pada tinggi bendungan yang direncanakan, maka angka standar


untuk tinggi jagaan pada bendungan urugan adalah sebagai berikut :

 Lebih rendah dari 50 m Hf 2,0 m


 Dengan tinggi antara 50 s/d 100 m Hf 3,0 m
 Lebih tinggi dari 100 m Hf 3,5 m

1.6.3 Panjang Bendungan


Panjang bendungan adalah seluruh panjang mercu bendungan yang bersangkutan,
termasuk bagian yang digali pada tebing-tebing sungai dikedua ujung mercu
tersebut.Apbila bangunan pelimpah atau bangunan penyadap terdapat pada ujung-ujung
mercu, maka lebar bangunan-bangunan pelimpah tersebut diperhitungkan pula dalam
menentukan panjang bendungan.

1.6.4 Volume Bendungan


Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka pembangunan
tubuh bendungan termasuk semua bangunan pelengkapnya dianggap sebagai volume
bendungan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

1.6.5 Kemiringan Lereng (slope gradient)


Kemiringan rata-rata lereng-lereng bendungan (lereng udik dan lereng hilir)
adalah perbandingan antarapanjang garis vetikal yang melalui puncak dan panjang
garis horizontal yang melalui tumit masing-masing lereng tersebut. Berm-lawan dan
drainage prisma biasanya dimasukkan dalam perhitungan penentuan kemiringan
lereng, akan tetapi alas kedap air biasanya diabaikan.

1.6.6 Penimbunan Extra (extra-banking)


Sehubungan dengan terjadinya gejela konsolidasi tubuh bendungan, yang
prosesnya berjalan lama sesudah pembangunan bendungan tersebut diadakan
penimbunan extra melebihi tinggi dan volume rencana dengan perhitungan agar
sesudah proses konsolidasinya berakhir, maka penurunan tinggi dan penyusutan
volume akan mandekati tinggi dan volume rencana bendungan.

H = 1 .  . H2 . T

2E

E = Po – Px = 1

eo – ex - mv

1 + eo

Dimana :

 : berat jenis bahan tubuh bendungan

H : tinggi bendungan

T : koefisien penurunan (antara 0,3 – 0,5), yang didasarkan pada type


bendungan

dan kecepatan pelaksanaan penimbunannya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Po : tegangan efektif permukaan (beban pendahuluan)

Px : tegangan efektif setelah penimbunan mencapai ketebalan x meter

eo : angka pori pada keadaan tegangan Po

ex : angka pori pada keadaan tegangan Px

mv: koefisin kompresi volume

1.6.7 Lebar Mercu Bendungan


Lebar mercu bendungan yang memadai diperlukan agar puncak bendungan
dapat bertahan terhadap hempasan ombak di atas permukaan lereng yang berdekatan
dengan mercu tersebut dan dapat bertahan terhadap aliran filtrasi yang melalui bagian
puncak tubuh bendungan yang bersangkutan.

Guna memperoleh lebar minimum mercu bendungan (b), digunakan rumus


sebagai berikut :

b = 3,6 H 1/3 – 3,0

Dimana :

b : lebar mercu

H : tinggi bendungan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

BAB II

PERENCANAAN TEKNIK

2.1 Perencanaan Teknis Pondasi


Pondasi suatu bendungan harus memenuhi 3 persyaratan terpenting yaitu :

1. Mempunyai daya dukung yang mampu menahan bahan dari tubuh bendungan
dalam berbagai kondisi.
2. Mempunyai kemampuan penghambat aliran filtrasi yang memadai, sesuai
dengan fungsinya sebagai penahan air.
3. Mempunyai ketahanan terhadap gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling)
yang disebabkan oleh aliran filtrasi yang melalui lapisan pondasi tersebut.
Sesuai dengan jenis batuan yang membentuk lapisan pondasi, maka secara umum
pondasi bendungan urugan dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :

1. Pondasi batuan (rock foundation)


2. Pondasi pasir atau kerikil
3. Pondasi tanah (soul foundation)
Beberapa problema umum yang selalu dihadapi dalam merencanakan pondasi suatu
bendungan adalah sbb:

- Pada pondasi batuan biasanya dihadapkan pada problema-problema adanya


pelapukan-pelapukan di bagian atas dari pondasi tersebut, ataupun akan
diketemukan banyak retakan-retakan dan patahan-patahan. Kadang-kadang
diketemukan patahan-patahan tektonis yang masih aktif.
- Pada pondasi pasir dan kerikil biasanya dihadapkan pada problema daya
dukungnya yang rendah disamping permeabilitasnya sangat tinggi.
- Pada pondasi tanah biasanya dihadapkan pada problema daya dukungnya yang
sangat lemah.
Walaupun demikian, apabila ditinjau dari berat tubuh bendungan sebagai beban yang
harus didukung oleh pondasi, maka untuk memperkecil beban pondasi per unit luasnya
dapat dilakukan dengan jalan memperkecil kemiringan dari kedua lereng bendung yang

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

bersangkutan.Selain daripada itu dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga besarnya


deformasim (penurunan) dari pondasi dapat diperkirakan sebelumnya.Karenanya dewasa
ini tidaklah berlebihan kiranya, apabila dikatakan bahwa bendungan urugan dapat
dibangun di setiap jenis pondasi, kecuali bendungan yang sangat tinggi.

2.2 Pemilihan Type Bendungan


Bendungan urugan secara umum dapat dibedakan atas 3 type yaitu :

1. Bendungan homogen
2. Bendungan zonal
3. Bendungan sekat
Penetapan suatu type bendungan yang paling cocok untuk suatu tempat
kedudukan, didasarkan pada berbagai factor utama yaitu :

 Kualitas serta kuantitas dari bahan-bahan tubuh bendungan yang terdapat di


daerah sekitar tempat kedudukan calon bendungan.
 Kondisi penggarapan/pengerjaan bahan tersebut (penggalian, pengolahan,
pengangkutan, penimbunan dan lain-lain).
 Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon bendungan.
 Kondisi alur sungai serta lereng kedua tebingnya dan hubungan dengan calon
bendungan beserta semua bangunan-bangunan pelengkapnya.
Yang terpenting dari keempat factor tersebut di atas adalah mengenai hal-hal
yang bersangkutan dengan usaha-usaha mendapatkan kualitas dan kuantitas yang
memadai untuk bahan tubuh bendung, terutama untuk bahan pada zone kedap air yang
berupa tirai atau inti kedap air. Mengingat bahan-bahan untuk zone kedap air
karakteristikanya sangat beraneka ragam, yang disebabkan oleh pengaruh kelembabannya
serta metode penimbunan yang akan digunakan, sehingga semua karakteristika dari bahan
tersebut sudah harus diketahui secara luas dan mendalam.

Dalam tugas ini hanya akan dibahas type bendungan zonal yakni apabila selain
bahan-bahan lain yang semi-kedap air, lulus air, atau bahkan bahan-bahan campuran,
maka bendungan zonal mungkin akan merupakan alternatif yang paling ekonomis dengan
menggunakan lebih dari 2 jenis bahan. Berdasarkan letak dan posisi dari zone kedap
airnya maka bendungan zonal dapat dibedakan dalam 3 type :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

1. Bendungan tirai
2. Bendungan inti miring
3. Bendungan inti tegak
Beberapa karakteristika terpenting dari bendungan zonal dengan inti vertical
adalah sebagai berikut :

- Berhubungan inti kedap air berposisi vertical, maka perpotongan garis lingkaran
suatu bidang luncur dengan inti tersebut akan lebih kecil dank arena inti kedap air
merupakan zone yang terlemah, maka kondisi tersebut akan menguntungkan
stabilitas tubuh bendungan, terutama untuk bendungan urugan yang tinggi
dengan demikian kedua lerengnya dapat dibuat lebih curam.
- Dapat menyesuaikan dengan gejala konsolidasi dan getaran-getaran sehingga
dapat dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh bendungan.
- Kebutuhan bahan inti kedap air relative lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan bahan yang sama pada bendungan tirai dan disamping itu penggalian-
penggalian pada tempat kedudukan inti tersebut akan berkurang dan volume
pekerjaaan sementasi akan berkurang pula.
- Gradien hydrolis garis depresi relatif lebih rendah, sehingga lebih aman terhadap
gejala sufosi, dengan demikian ketebalan inti kedap air dapat dipertipis.

2.3 Analisa Stabilitas Lereng Bendungan


Analisa dan perhitungan untuk stabilitas tubuh bendungan urugan, terdiri dari 3
(tiga) kegiatan utama, yaitu :

 Mengadakan analisa dan inventarisasi terhadap gaya-gaya yang akan bekerja


pada tubuh bendungan.
 Mengadakan analisa-analisa dan perhitungan-perhitungan pada stabilitas lereng-
lereng calon tubuh bendungan.
 Mengadakan analisa-analisa dan perhitungan-perhitungan pada stabilitas calon
tubuh bendungan terhadap gaya-gaya yang timbul oleh adanya aliran filtrasi di
dalam tubuh bendungan tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

1. Gaya-gaya atau beban-beban yang bekerja pada bendungan urugan


Gaya-gaya atau beban-beban utama yang bekerja pada bendungan urugan yang
akan mempengaruhi stabilitas tubuh bendungan dan pondasi dari bendungan tersebut
adalah :

 Berat tubuh bendungan itu sendiri, yang membebani lapisan-lapisan yang lebih
bawah dari tubuh bendungan dan membebani pondasi.
Untuk mengetahui besarnya beban berat tubuh bendungan, maka diambil
beberapa kondisi-kondisi yang paling tidak menguntungkan yaitu :

- Pada kondisi lembab segera sesudah tubuh bendungan selesai dibangun.


- Pada kondisi sesudah permukaan air waduk mencapai elevasi penuh, dimana
bagian bendungan yang terletak di sebelah atas garis depresi dalam kondisi
lembab, sedang bagian bendungan yang terletak di sebelah bawah garis
depresi dalam keadaan jenuh.
- Pada kondisi dimana terjadi gajala penurunan mendadak (rapid draw-down)
permukaan air waduk, sehingga semua bagian bendungan yang semula
terletak di sebelah bawah garis depresi tetap dianggap jenuh.

Berat dalam keadaan lembab Garis depresi pada


keadaan air waduk
penuh

Berat dalam keadaan jenuh

Gambar 2 – 1 Berat bahan yang terletak di bawah garis depresi

 Tekanan hydrostatis yang akan membebani tubuh bendungan dan pondasinya,


baik dari air yang terdapat di dalam waduk di udik bendungan maupun dari air di
dalam sungai di hilirnya.
Secara skematis gaya-gaya yang bekerja pada bendungan urugan dapat diperiksa
pada Gambar 2 – 2 . Pada perhitungan stabilitas tubuh bendungan dengan metode

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

irisan, biasanya beban hydrostatis yang bekerja pada lereng udik bendungan
dapat digambarkan dalam 3 (tiga) cara pembebanan, seperti yang tertera pada
Gambar 2 – 3. Pemilihan cara pembebanan yang paling cocok untuk suatu
perhitungan, harus disesuaikan dengan pola semua gaya-gaya yang bekerja pada
tubuh bendungan, yang akan diikut sertakan dalam perhitungan.

(U = Ww = Vw)

(a) (b) (c)

Gambar 2 – 3 Beberapa skema pembebanan oleh tekanan-tekanan

hydrostatis pada bidang luncur

 Tekanan air pori yang terkandung diantara butiran dari zone-zone tubuh
bendungan.
Kondisi-kondisi yang timbul dari tekanan air pori dianggap bekerja tegak lurus
terhadap lingkaran bidang luncur (Gambar 2 – 2 ).

Kondisi yang paling tidak mengantungkan dari gaya-gaya tersebut yang perlu
diikut sertakan dalam perhitungan stabilitas tubuh bendungan adalah :

- Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam kondisi tubuh bendungan
sedang dibangun.
- Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam keadaan waduk telah
terisi penuh dan permukaan air sedang menurun secara berangsur-angsur.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

- Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam keadaan terjadinya
penurunan mendadak permukaan air waduk hingga mencapai permukaan
terendah, sehingga besarnya tekanan air pori dalam tubuh bendungan masih
dalam kondisi seperti waduk terisi penuh.
 Dan gaya-gaya seismis yang menimbulkan beban-beban dinamika baik yang
bekerja pada tubuh bendungan maupun pondasinya.
Beban seismis (seismic force) akan timbul pada saat terjadinya gempa bumi, akan
tetapi berhubung banyaknya factor-faktor yang berpengaruh pada beban seismis
tersebut, maka sangatlah sukar memperoleh kapasitas beban seismis secara tepat
pada saat timbulnya gempa bumi.

Factor-faktor yang menentukan besarnya beban seismis pada sebuah bendungan


urugan adalah :

- Karakteristika, lamanya dan kekuatan gempa yang terjadi


- Karakteristik dari pondasi bendungan
- Karakteristik bahan pembentuk tubuh bendungan
- Type bendungan, dan lain-lain.

2. Stabilitas lereng bendungan urugan


Jebolnya suatu bendungan urugan biasanya dimulai dengan terjadinya suatu
jelajah kelongsoran baik pada lereng udik maupun lereng hilir bendungan tersebut
yang disebabkan kurang memadainya stabilitas kedua lereng tersebut.Karenanya
dalam pembangunan suatu bendungan urugan, stabilitas lereng-lerengnya merupakan
kunci dari stabilitas tubuh bendungan secara keseluruhan.

Dengan demikian dalam merencanakan suatu bendungan, maka factor-faktor


yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap stabilitas lereng-lereng bendungan
tersebut supaya diketahui semuanya demikian pula dimensinya, arahnya, serta
karakteristika lainnya dan dalam perhitungannya supaya diambil suatu kombinasi
pembebanan yang paling tidak menguntungkan. Biasanya konstruksi tubuh
bendungan urugan direncanakan pada tingkat stabilitas dengan factor keamanan 1,2
atau lebih, sebagai syarat untuk dapat diizinkan pembangunannya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Perhitungan stabilitas tubuh bendungan biasanya dilakukan dengan metode


irisan bidang luncur bundar (slice method on circular slip surface) dan metode irisan
bidang luncur kombinasi.

a. Metode irisan bidang luncur bundar


Andaikan bidang luncur bundar dibagi dalam beberapa irisan vertical, maka
faktor keamanan dari kemungkinan terjadinya longsoran dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus keseimbangan sebagai berikut :

Fs = C.l + (N – U – Ne) tan 

 (T + Te)

=  C.l +  . A (cos  - e.sin ) - V tan 

 . A (sin  + e.cos )

Dimana :

Fs : factor keamanan

N : beban komponen vertical yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur

( = . A cos )

T : beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur

( = . A sin )

U : tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur

Ne : komponen vertical beban seismis yang bekerja pada setiap bidang luncur

( = e .  . A sin )

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Te : komponen tangensial beban seismis yang bekerja pada setiap irisan


bidang luncurnya ( = e .  . A cos )

 :sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang

luncur

C : angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur

Z : lebar setiap irisan bidang luncur

e : intensitas seismis horizontal

 : berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur

A : luas dari setiap bahan membentuk irisan bidang luncur

 :sudut kemiringan rata-rata dasar setiap irisan bidang luncur

V : tekanan air pori

Prosedur perhitungan metode irisan bidang luncur bundar dilakukan dengan


urutan sebagai berikut:

1. Andaikan bidang luncur bundar dibagi menjadi beberapa irisan vertikal, biasanya
setiap irisan lebarnya dibuat sama. Disarankan agar setiap irisan bidang luncur
tersebut dapat melintasi perbatasan dari dua buah zone penimbunan atau supaya
memotong garis defresi aliran filtrasi.
2. Gaya-gaya yang bekerja pada bidang irisan dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Berat irisan (W), dihitung berdasarkan hasil perkalian antara luas irisan (A)
dengan berat isi bahan pembentuk irisan (), jadi W =A
b. Beban berat komponen vertikal yang bekerja pada dasar irisan (N) dapat
diperoleh dari hasil perkalian antara berat irisan (W) dengan cosinus sudut rata-
rata tumpuan () pada dasar irisan yang bersangkutan jadi: N = W. Cos .

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

c. Beban dari tekanan hydrostatis yang bekerja pada dasar irisan (U) dapat diperoleh
dengan tekanan air rata-rata (U/Cos ) pada dasar irisan tersebut, jadi : U = U .b /
Cos.
d. Beban berat komponen tangensial (T), diperoleh dari hasil per kalian antara berat
irisan (W) dengan sinus sudut rata-rata tumpuan dasar irisan tersebut jadi : T =
W . Sin .
e. Kekuatan tekanan kohesi terhadap gaya peluncuran (C), diperoleh dari hasil
perkalian antara angka kohesi bahan (c’) dengan panjang dasar irisan (b) dibagi
lagi dengan cos , jadi C = c’ . b/cos .
f. Kekuatan tahanan gesekan terhadap gejala peluncuran irisan adalah kekuatan
tahanan geser yang terjadi pada saat irisan akan meluncur meninggalkan
tumpuannya.
3. Dengan cara menjumlahkan semua kekuatan-kekuatan yang menahan (T) dan gaya
pendorong (S) dari setiap irisan bidang luncur, dimana (T) dan (S) dari masing-
masing irisan dapat dinyatakan berturut-turut sebagai berikut:
T = W sin dan S = C + (N – U) tan 

4. Faktor keamanan dari bidang luncur yang bersangkutan adalah perbandingan antara
jumlah semua kekuatan pendorong dan jumlah semua kekuatan penahan yang berkeja
pada bidang luncur tersebut, seperti persamaan sebagai berikut ini:

Fs 
 S   C  (N U ) tan 
T  Sin 
b. Metode irisan bidang luncur kombinasi
Pada metode ini, garis luncur tidak berbentuk lingkaran, tetapi terdiri dari garis
yang patah-patah. Metode ini dikembangkan oleh Wedge dan Fellenius dengan
masing-masing karakteristika sendiri, sehingga kedua jenis perhitungan tersebut,
diberi nama Metode Wedge dan Metode Fellenius.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Karakteristik rencana teknis untuk perhitungan stabilitas bendungan Metode


Wedge.

Karakteristika Berat Jenis Sudut geser dalam Angka Kohesi

Teknis (t/m3) () (C)

Zone kedap air 1,80 17 - 00’ 4,0

Zone transisi 1,95 20 - 00’ 3,0

Lapisan pondasi 1,80 0 4,0

yang lemah

Karakteristika rencana teknis untuk perhitungan stabilitas bendungan Metode


Fellenius.

Karakteristika Berat Jenis Sudut geser dalam Angka


Kohesi
Teknis (t/m) ()
(C)

Zone kedap air 1,80 17 - 00’ 4,0

Zone sembarangan 1,95 25 - 00’ 4,0

3. Stabilitas bendungan terhadap aliran filtrasi


Baik tubuh bendungan maupun pondasinya diharuskan mampu
mempertahankan diri dari gaya-gaya yang ditimbulkan oleh adanya aliran filtrasi
yang mengalir di celah-celah antara butiran-butiran tanah pembentuk tubuh
bendungan dan pondasi tersebut.

Untuk mengetahui kemampuan daya tahan tubuh bendung serta pondasinya


terhadap gaya-gaya tersebut di atas, maka diperlukan penelitian-penelitian pada hal-
hal sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

1. Formasi garis defresi (seepage line formation) dalam tubuh bendungan dengan
elevasi tertentu permukaan air dalam waduk yang direncanakan.
2. Kapasitas air filtrasi yang mengalir melalui tubuh bendungan dan pondasinya.
3. Kemungkinan terjadinya gejala suposi (piping) yang disebabkan oleh gaya-gaya
hydrodinamika dalam aliran air filtrasi.

a. Formasi garis depresi.


Formasi garis defresi pada zonal kedap air suatu bendungan dapat diperoleh
dengan metode Casagrade. Apabila angka permeabilitas vertikal (kV) berbeda
dengan angka permeabilitas horizontal (kh), maka akan terjadi deformasi garis

depresi dengan mengurangi koordinat horizontal sebesar. k v / k h kali.

b. Pembuatan jaringan trayektori aliran filtrasi (seepage flow-net)


Berbagai metode telah dikembangkan untuk membuat jaringan trayektori filtrasi
bendungan urugan dengan metode yang paling sesuai dan sederhana adalah
metode garis yang diperkenalkan oleh Forchheimer (forcehheimer’s
diagrammatical solution). Akan tetapi metode ini mempunyai kelemahan yang
cukup menonjol, dimana penggunaannya akan mencapai hasil yang baik, hanya
oleh tangan ahli cukup berpengalaman.

Untuk menggambar jaringan trayektori aliran filtrasi melaui sebuah bendungan


supaya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Trayektori aliran filtrasi dengan garis equi-potensial berpotongan secara


tegak lurus, sehingga akan membentuk bidang-bidang yang mendekati
bentuk-bentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
2. Jadi apabila diperhatikan bentuk bidang ABCD hanya mendekati bentuk
bujur sangkar, akan tetapi apabila dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih
kecil, maka bentuk bujur sangkarnya akan semakin nyata.
3. Biasanya bidang-bidang yang terbentuk oleh pertolongan trayektori aliran
filtrasi dengan garis-garis equi-potensial tersebut diatas lebih mendekati
bentuk-bentuk persegi panjang dan pada semua persegi panjang yang terjadi,

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

perbandingan antara sisi pendek dan sisi panjangnya mendekati harga yang
sama.
4. Pada bidang dibawah tekanan atmosfir, dimana aliran filtrasi tersembul
keluar, bukan merupakan trayektori aliran filtrasi dan bukan pula merupakan
garis equi-potensial karenanya tidak akan terbentuk bidang-bidang berbentuk
persegi panjang dan trayektori aliran filtrasi dengan permukaan tersebut tidak
akan berpotongan secara vertical.
5. Garis depresi yang berpotongan dengan bidang dibawah tekanan atmosfir
(titik tertinggi tersembulnya aliran filtrasi.
6. Titik perpotongan antar garis-garis equipotensial dengan garis depresi adalah
dengan interval (h) yang diperoleh dengan membagi tinggi tekanan air
(perbedaan antara elevasi permukaan air dalam waduk dan permukaan air
dibagian hilir bendungan) dengan suatu bidang integer (bilangan bulat).

c. Kapasitas aliran filtrasi.


Kapasitas aliran filtrasi adalah kapasitas rembesan air yang mengalir ke hilir
melalui tubuh dan pondasi bendungan.Kapasitas filtrasi suatu bendungan
mempunyai batas-batas tertentu yang mana apabila kapasitas filtrasi melampaui
batas tersebut, maka kehilangan air yang terjadi cukup besar, disamping itu
kapasitas filtrasi yang besar dapat menimbulkan gejala suposi (piping) dan gejala
sembulan (boiling) yang sangat membahayakan kestabilan tubuh bendungan.

Untuk memperkirakan besarnya kapasitas filtrasi suatu bendungan (baik yang


melalui tubuh bendungan mampu yang melalui lapisan pondasi) dapat dilakukan
dengan menggunakan jaringan trayektori aliran filtrasi atau dengan menggunakan
rumus-rumus empiris.

Apabila bahan pembentuk tubuh dan pondasi bendungan mempunyai harga kv


dan kh yang berbeda, maka untuk menghitung kapasitas aliran filtrasi dilakukan

dengan harga k yang telah dimidifisir ( k )

Harga k dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Dimana:

k = Koefisien Filterasi yang dimodifir

kh = Koefisien filtrasi horizontal

kv= Koefisien filtarsi vertical

Memperkirakan besarnya kapasitas yang mengalir melalui tubuh dan pondasi


bendungan didasarkan pada jaringan trayektori aliran filtrasi, dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Nf
Qf  K .H .L
Np

Dimana:

Qf = kapasitas aliran filtrasi (Kapasitas rembesan)

Nf = Angka pembagi dari garis trayektori aliran filtrasi.

NP = Angka pembagi dari garis equi-potensial

K = koefisien filtrasi

H = Tinggi tekanan air total

L = Panjang profil melintang tubuh bendungan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

BAB III

ANALISA PERHITUNGAN PERENCANAAN BENDUNGAN


ZONAL

DENGAN INTI VERTIKAL

 Perhitungan Tampungan Waduk


a) Perhitungan volume genangan
Berdasarkan peta topografi yang ada pada soal dengan skala 1 : 100, ada
beberapa cara menghitung luas genangan yaitu :

1. Dengan menggunakan planimeter


2. Dengan menggunakan program Auto Cad
3. Menghitung secara manual
Untuk menghitung luas genangan tersebut maka kami mengambil cara
menghitung dengan manual.Volume tampungan yang dibatasi oleh 2 garis kontur

Rumus :

1

V105  .5. F100  F105  F100 .F105
3


V = 1  F1 . F2 . 
3
F1 . F2  ……….. Teknik Bendungan (hal. 226)
Dimana :

V = Volume tampungan (m2)

x = Beda tinggi kontur (m)

F1 = Luas yang dibatasi kontur 1 (km2)

F2 = Luas yang dibatasi kontur 2 (km2)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Untuk mencari beda tinggi kontur pada perhitungan volume tampungan


bendungan maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

x = Elevasi 2 – Elevasi 1

 Desain Hidrolis Bendungan


b) Tinggi Muka Air
a. Tinggi muka air banjir (ho)
Rumus :

ho = El. MAB – El. Ds

Dimana :

ho = Tinggi muka air banjir (m)

El. MAB = Elevasi muka air banjir (m)

El. Ds = Elevasi dasar kontur (m)

b. Tinggi muka air normal (h)


Tinggi muka air normal ditentukan berdasarkan pada kapasitas tampungan
waduk dan debit banjir sungai. Maka untuk menghitung muka air normal
terlebih dahulu kita harus mendapatkan debit banjir maximum (Q500) dan
elevasi, kemudian untuk menghitung nilai elevasi Muka Air Normal (MAN)
kita gunakan rumus interpolasi, adapun rumus interpolasi adalah sebagai
berikut :

Rumus :

h1 = El. MAN – El. Ds

Dimana :

h1 = Tinggi Muka Air Normal (m)

El. MAN= Elevasi Muka air normal; Dimana diambil dengan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

menggunakan rumus Interpolasi dari elevasi kontur F4

dengan F5. (m)

El. Ds= Elevasi dasar kontur (m)

 Dimensi Hidrolis Bendungan


a. Type bendungan
Bendungan zonal dengan inti vertikal

b. Dalam mendimensi hidrolis bendungan terlebih dahulu kita harus


menghitung tinggi jagaan, adapun rumus untuk menghitung tinggi jagaan
pada bendungan adalah sebagai berikut :
Hw = hw1 + hw2 + hw3 + hc + hi + ha

Dimana :

hw=Tinggi jagaan (m)

V 2 . F 
hw1=Tinggi gelombang angin  Cos A
 K .d 

Dimana :

V = Kecepatan angin diatas air : 50 Mpa : 80.465 Km/

perjam : 22.351

F = Jarak normal dari waduk kehulu tubuh bendung : 2.556 m

K = Angka koefisien gempa bumi : 62

D = Dalamnya waduk rata-rata 10 m

hw2 
= Tinggi gelombang diatas angin 0.34 F  0.76 F 

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Dimana :

F = Jarak normal dari waduk kehulu tubuh bendung : 2.556 m

hw3 =Tinggi gelombang yang merambat kehulu : 0.65 m

K. t
hc =Tinggi gelombang akibat gaya gempa bumi g . ho
2

Dimana :

K = Koefisien gempa bumi : 0.20

T = Waktu terjadinya gelombang gempa bumi : 1 dtk

ho = Dalamnya waduk rata-rata : 10 m

g = Gaya grafitasi bumi : 9.81 m/dtk

hi = Tinggi keamanan sebagai akibat type bendungan: 0.50 m

ha = Tinggi keamanan terhadap macatnya pembukaan pintu air pada bangunan


pelimpah : 0.50 m

Didasarkan pada tinggi bendungan yang direncanakan, maka angka standar


tinggi jagaan pada bendungan urugan adalah sebagai berikut:

 Lebar rendah dari Hf≥2.00 m


 Tinggi antara 50 – 100 = > 3.00 m
 Lebih Tinggi dari 100 m Hf = > 3.50 m
Sedangkan untuk menghitung tinggi bendungan maka digunakan rumus
adalah sebagai berikut :

H = ho + hw

Dimana:

H = Tinggi bendungan

ho = Tinggi muka air banjir

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

hw = Tinggi jagaan

Untuk menghitung lebar puncak bendungan digunakan rumus


sebagai berikut :

b = 3.6 x H1/3 – 3.0 ……………..Teknik Bendungan (hal. 174)

Dimana :

b =Lebar puncak bendungan

H = Tinggi bendungan

Untuk perhitungan garis depresi digunakan rumus :

d = 0.3 L1 + L2 ………………….Teknik Bendungan (hal. 158)

Dimana :

d = Jarak horizontal antara titik B2 dan A

L1 = Jarak horizontal antara titik B dan E

L2 = Jarak horizontal antara B dan A

Yo = h2  d 2  d ……………..Teknik Bendungan (hal. 157)

Dimana :

Yo = Jarak antara titik A dan perpotongan garis depresi dengan

garis A yang arahnya vertikal.

h = Jarak vertikal antara titik A dan B

d = Jarak horizontal antara titik B2 dan A

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

Y= 2. y0 . X  y02 ……………..Teknik Bendungan (hal. 157)

Dimana :

Y = Sumbu Vertikal

h0 = Jarak antara titik A dan perpotongan garis depresi dengan

garis A yang arahnya vertikal.

X = Sumbu Horizontal

Untuk menghitung perhitungan stabilitas lereng bendungan saat selesai


dibangun dengan maka kita menggunakan rumus dibawah ini:

L1 = m . H

Dimana :

M = Lereng dihulu (1 : 2 )

H = Tinggi bendungan (m)

Sedangkan untuk perhitungan stabilitas lereng bendungan pada saat


muka air banjir maka kita menggunakan rumus dibawah ini :

h1 = H – hw

Dimana :

H = Tinggi bendungan (m)

hw = Tinggi jagaan (m)

Tg i = H ./ L1

Dimana :

Tg = Nilai tangen

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ALWAN 105 81 1770 12

H
AB =
sin .i

Dimana :

AB = Jarak miring antara titik E dan B

i = Sudut yang terbentuk di titik E

1
AB 2
R=
sin  2

Dimana :

R = Radius lengkungan saluran (m)

 = Sudut inklinasi permukaan air pada daerah lengkung saluran

peluncur (o).

Untuk perhitungan stabilitas lereng bendungan pada saat muka air


banjir, maka Rumus yang kita gunakan sama halnya seperti diatas yang
membedakan hanya Nilai h2 . Dimana Nilai h2 = H – Tinggi MAB.

 Metode Perhitungan Stabilitas Tubuh Bendungan


Perhitungan stabilitas tubuh bendungan biasanya dilakukan dengan metode
irisan bidang luncur bundar. Akan tetapi jika garis lingkaran suatu bidang luncur
berpapasan dengan bagian yang paling lemah baik pada tubuh bendungan maupun
pada pondasinya maka supaya digunakan bidang luncur kombinasi. Apabila lereng
udik maupun lereng hilir suatu bendungan urugan ditutup oleh lapisan bahan –
bahan yang tidak bersifat kohesif. Andaikan bidang luncur dibagi beberapa irisan
vertikal maka faktor keamanan dari kemungkinan terjadinya longsoran dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus dan prosedur perhitungan yang telah
disajikan pada BAB II.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai