BAB I
PENDAHULUAN
Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan, secara
umum dapat dibedakan 2 type bendungan urugan, yaitu :
a. Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
batu”.
b. Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
tanah”.
Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran, yaitu
terdiri dari timbunan batu di bagian hilirnya yang berfungsi sebagai penyangga, sedang
bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang disamping berfungsi sebagai penyangga
tambahan, terutama berfungsi sebagai tirai kedap air.
Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh bendungan
untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan dapat
digolongkan dalam 3 type utama yaitu :
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type ini masih
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
- Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau “bendungan tirai” (front
core fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zone kedap air yang
membentuk lereng udik bendungan tersebut.
- Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau “bendungan inti
miring ” (inclined-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap
airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah
hilir.
- Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau “bendungan inti
tegak ” (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap
airnya terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan.
Bendungan Inti
Zone lulus
Zoneairlulus air bendungan terdiri dari bahan yang
Vertical
Zone lulus
Zone air airlulus
lulus air, tetapi dilengkapi dengan
inti kedap air yang berkedudukan
vertical.
Zone Zone
transisi
transisi
Namun dalam tugas ini hanya akan dibahas mengenai bendungan urugan zonal
dengan inti kedap air tegak atau “bendungan inti tegak” (central-core fill type dam.
Bendungan Homogen
o Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type homogen, apabila bahan
yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir
sejenis dan gradisinya (tersusun ukuran butirannya) hampir seragam.
o Tubuh bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai
bangunan penyangga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air.
Bendungan Zonal
o Bendungan urugan digolongkan dalam type-type zonal, apabila timbunan
yang membentuk tubuh bendungan terdiri batuan dengan gradasi (susunan
ukuran butiran) yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu.
o Berdasarkan letak kedudukannya bendungan dari zonal kedap air (zonal
impermeable) maka type ini dibedakan lagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tirai
(front core fill type dam) adalah bendungan zonal yang zone kedap air
membentuk lereng udik bendungan.
2. Bendungan urugan zonal dengan inti zonal kedap air miring atau
bendungan inti miring (inclined-core fill type dam) adalah bendungan
zonal yang zone kedap airnya terletak dalam tubuh bendungan dan
kedudukannya miring ke arah hilir. .
3. Bendungan urugan zonal dengan inti zonal kedap air tegak atau
bendungan inti tegak (central-core fill type dam) adalah bendungan zonal
1. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga yang harus didukung oleh
pondasi bendungan persatuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang harus
didukung oleh pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hydrostatis
dari air dalam waduk.
Karena hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun diatas batuan yang
sudah lapuk atau diatas alur sungai yang tersusun dari batuan sediment dengan
kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya dapat diperbaiki pada
tingkat yang dikehendaki.
2. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang
terdapat disekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton,
yang memerlukan bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan
harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan urugan
dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positif.
3. Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilaksanakan secara mekanis
dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya type-type
peralatan yag sudah diprodusir, maka dapat dipilihkan peralatan yang paling cocok
sesuai dengan sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan
pelaksanaannya.
4. Oleh karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah dan timbunan batu yang
berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut :
a. Longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh
bendungan.
b. Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam
bendungan.
c. Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan didalam tubuh bendungan, karena
konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh
bendungan tersebut.
d. Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh
iklim. Lebih-lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu
perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan
pemadatannya.
Tetapi sebaliknya apabila survey dan dan perancangannya kurang teliti dan
kurang mendalam, kadang-kadang pilihan yang semula (pada tingkat perancangan) jatuh
pada bendungan beton, dapat berubah menjadi bendungan urugan setelah tiba pada saat
pembuatan perencanaan-teknisnya, sehingga seluruh hasil survey dan perancangan
semula, terpaksa ditinjau kembali. Bahkan pada beberapa kasus kadang-kadang saat suatu
Dari hasil analisa-analisa teknis, maka akan dapat ditentukan dengan mantap hal-
hal sebagai berikut :
Beberapa aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan
pembangunan suatu bendungan adalah :
Topografi
Geologi Teknik
Pondasi
Hidrologi
Bahan Bendungan
Bangunan Pelimpah
Bangunan Penyadap
Lain-lain
(
Hf h hw atau he ) ha hi
2
Hf hw he ha hi
2
Dimana :
2 𝑄0 ℎ
∆ℎ = ×𝛼× ×
3 𝑄 1 + 𝐴×ℎ
𝑄×𝑇
Dimana :
Tinggi jangkauan hempasan ombak yang naik keatas permukaan lereng udik
bendungan (hw) dapat diperoleh dengan metode S.M.B. yang didasarkan pada
panjangnya lintasan ombak (F) dan kecepatan angin diatas permukaan air waduk.
Akan tetapi disamping tinggi ombak (R), jangkauan hempasan ombak yang naik
diatas permukaa lereng udik bendungan tersebut masih tergantung dari beberapa
factor lainnya, yang diantaranya adalah kemiringan serta kekasaran permukaan lereng
udik tersebut. Faktor kemiringan dan kekasaran permukaan lereng ini diselidiki oleh
Saville yang diadaptasikan pada metode S.M.B dan dapat dipergunakan untuk
menghitung tinggi jangkauan hempasan ombak yang naik diatas permukaan lereng
bendungan.
𝑒×𝜏
ℎ𝑒 = √𝑔 × ℎ0
𝜋
Dimana :
H = 1 . . H2 . T
2E
E = Po – Px = 1
eo – ex - mv
1 + eo
Dimana :
H : tinggi bendungan
Dimana :
b : lebar mercu
H : tinggi bendungan
BAB II
PERENCANAAN TEKNIK
1. Mempunyai daya dukung yang mampu menahan bahan dari tubuh bendungan
dalam berbagai kondisi.
2. Mempunyai kemampuan penghambat aliran filtrasi yang memadai, sesuai
dengan fungsinya sebagai penahan air.
3. Mempunyai ketahanan terhadap gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling)
yang disebabkan oleh aliran filtrasi yang melalui lapisan pondasi tersebut.
Sesuai dengan jenis batuan yang membentuk lapisan pondasi, maka secara umum
pondasi bendungan urugan dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Bendungan homogen
2. Bendungan zonal
3. Bendungan sekat
Penetapan suatu type bendungan yang paling cocok untuk suatu tempat
kedudukan, didasarkan pada berbagai factor utama yaitu :
Dalam tugas ini hanya akan dibahas type bendungan zonal yakni apabila selain
bahan-bahan lain yang semi-kedap air, lulus air, atau bahkan bahan-bahan campuran,
maka bendungan zonal mungkin akan merupakan alternatif yang paling ekonomis dengan
menggunakan lebih dari 2 jenis bahan. Berdasarkan letak dan posisi dari zone kedap
airnya maka bendungan zonal dapat dibedakan dalam 3 type :
1. Bendungan tirai
2. Bendungan inti miring
3. Bendungan inti tegak
Beberapa karakteristika terpenting dari bendungan zonal dengan inti vertical
adalah sebagai berikut :
- Berhubungan inti kedap air berposisi vertical, maka perpotongan garis lingkaran
suatu bidang luncur dengan inti tersebut akan lebih kecil dank arena inti kedap air
merupakan zone yang terlemah, maka kondisi tersebut akan menguntungkan
stabilitas tubuh bendungan, terutama untuk bendungan urugan yang tinggi
dengan demikian kedua lerengnya dapat dibuat lebih curam.
- Dapat menyesuaikan dengan gejala konsolidasi dan getaran-getaran sehingga
dapat dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh bendungan.
- Kebutuhan bahan inti kedap air relative lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan bahan yang sama pada bendungan tirai dan disamping itu penggalian-
penggalian pada tempat kedudukan inti tersebut akan berkurang dan volume
pekerjaaan sementasi akan berkurang pula.
- Gradien hydrolis garis depresi relatif lebih rendah, sehingga lebih aman terhadap
gejala sufosi, dengan demikian ketebalan inti kedap air dapat dipertipis.
Berat tubuh bendungan itu sendiri, yang membebani lapisan-lapisan yang lebih
bawah dari tubuh bendungan dan membebani pondasi.
Untuk mengetahui besarnya beban berat tubuh bendungan, maka diambil
beberapa kondisi-kondisi yang paling tidak menguntungkan yaitu :
irisan, biasanya beban hydrostatis yang bekerja pada lereng udik bendungan
dapat digambarkan dalam 3 (tiga) cara pembebanan, seperti yang tertera pada
Gambar 2 – 3. Pemilihan cara pembebanan yang paling cocok untuk suatu
perhitungan, harus disesuaikan dengan pola semua gaya-gaya yang bekerja pada
tubuh bendungan, yang akan diikut sertakan dalam perhitungan.
(U = Ww = Vw)
Tekanan air pori yang terkandung diantara butiran dari zone-zone tubuh
bendungan.
Kondisi-kondisi yang timbul dari tekanan air pori dianggap bekerja tegak lurus
terhadap lingkaran bidang luncur (Gambar 2 – 2 ).
Kondisi yang paling tidak mengantungkan dari gaya-gaya tersebut yang perlu
diikut sertakan dalam perhitungan stabilitas tubuh bendungan adalah :
- Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam kondisi tubuh bendungan
sedang dibangun.
- Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam keadaan waduk telah
terisi penuh dan permukaan air sedang menurun secara berangsur-angsur.
- Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam keadaan terjadinya
penurunan mendadak permukaan air waduk hingga mencapai permukaan
terendah, sehingga besarnya tekanan air pori dalam tubuh bendungan masih
dalam kondisi seperti waduk terisi penuh.
Dan gaya-gaya seismis yang menimbulkan beban-beban dinamika baik yang
bekerja pada tubuh bendungan maupun pondasinya.
Beban seismis (seismic force) akan timbul pada saat terjadinya gempa bumi, akan
tetapi berhubung banyaknya factor-faktor yang berpengaruh pada beban seismis
tersebut, maka sangatlah sukar memperoleh kapasitas beban seismis secara tepat
pada saat timbulnya gempa bumi.
(T + Te)
. A (sin + e.cos )
Dimana :
Fs : factor keamanan
N : beban komponen vertical yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur
( = . A cos )
T : beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur
( = . A sin )
U : tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne : komponen vertical beban seismis yang bekerja pada setiap bidang luncur
( = e . . A sin )
:sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang
luncur
C : angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur
1. Andaikan bidang luncur bundar dibagi menjadi beberapa irisan vertikal, biasanya
setiap irisan lebarnya dibuat sama. Disarankan agar setiap irisan bidang luncur
tersebut dapat melintasi perbatasan dari dua buah zone penimbunan atau supaya
memotong garis defresi aliran filtrasi.
2. Gaya-gaya yang bekerja pada bidang irisan dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Berat irisan (W), dihitung berdasarkan hasil perkalian antara luas irisan (A)
dengan berat isi bahan pembentuk irisan (), jadi W =A
b. Beban berat komponen vertikal yang bekerja pada dasar irisan (N) dapat
diperoleh dari hasil perkalian antara berat irisan (W) dengan cosinus sudut rata-
rata tumpuan () pada dasar irisan yang bersangkutan jadi: N = W. Cos .
c. Beban dari tekanan hydrostatis yang bekerja pada dasar irisan (U) dapat diperoleh
dengan tekanan air rata-rata (U/Cos ) pada dasar irisan tersebut, jadi : U = U .b /
Cos.
d. Beban berat komponen tangensial (T), diperoleh dari hasil per kalian antara berat
irisan (W) dengan sinus sudut rata-rata tumpuan dasar irisan tersebut jadi : T =
W . Sin .
e. Kekuatan tekanan kohesi terhadap gaya peluncuran (C), diperoleh dari hasil
perkalian antara angka kohesi bahan (c’) dengan panjang dasar irisan (b) dibagi
lagi dengan cos , jadi C = c’ . b/cos .
f. Kekuatan tahanan gesekan terhadap gejala peluncuran irisan adalah kekuatan
tahanan geser yang terjadi pada saat irisan akan meluncur meninggalkan
tumpuannya.
3. Dengan cara menjumlahkan semua kekuatan-kekuatan yang menahan (T) dan gaya
pendorong (S) dari setiap irisan bidang luncur, dimana (T) dan (S) dari masing-
masing irisan dapat dinyatakan berturut-turut sebagai berikut:
T = W sin dan S = C + (N – U) tan
4. Faktor keamanan dari bidang luncur yang bersangkutan adalah perbandingan antara
jumlah semua kekuatan pendorong dan jumlah semua kekuatan penahan yang berkeja
pada bidang luncur tersebut, seperti persamaan sebagai berikut ini:
Fs
S C (N U ) tan
T Sin
b. Metode irisan bidang luncur kombinasi
Pada metode ini, garis luncur tidak berbentuk lingkaran, tetapi terdiri dari garis
yang patah-patah. Metode ini dikembangkan oleh Wedge dan Fellenius dengan
masing-masing karakteristika sendiri, sehingga kedua jenis perhitungan tersebut,
diberi nama Metode Wedge dan Metode Fellenius.
yang lemah
1. Formasi garis defresi (seepage line formation) dalam tubuh bendungan dengan
elevasi tertentu permukaan air dalam waduk yang direncanakan.
2. Kapasitas air filtrasi yang mengalir melalui tubuh bendungan dan pondasinya.
3. Kemungkinan terjadinya gejala suposi (piping) yang disebabkan oleh gaya-gaya
hydrodinamika dalam aliran air filtrasi.
perbandingan antara sisi pendek dan sisi panjangnya mendekati harga yang
sama.
4. Pada bidang dibawah tekanan atmosfir, dimana aliran filtrasi tersembul
keluar, bukan merupakan trayektori aliran filtrasi dan bukan pula merupakan
garis equi-potensial karenanya tidak akan terbentuk bidang-bidang berbentuk
persegi panjang dan trayektori aliran filtrasi dengan permukaan tersebut tidak
akan berpotongan secara vertical.
5. Garis depresi yang berpotongan dengan bidang dibawah tekanan atmosfir
(titik tertinggi tersembulnya aliran filtrasi.
6. Titik perpotongan antar garis-garis equipotensial dengan garis depresi adalah
dengan interval (h) yang diperoleh dengan membagi tinggi tekanan air
(perbedaan antara elevasi permukaan air dalam waduk dan permukaan air
dibagian hilir bendungan) dengan suatu bidang integer (bilangan bulat).
Dimana:
Nf
Qf K .H .L
Np
Dimana:
K = koefisien filtrasi
BAB III
Rumus :
1
V105 .5. F100 F105 F100 .F105
3
V = 1 F1 . F2 .
3
F1 . F2 ……….. Teknik Bendungan (hal. 226)
Dimana :
x = Elevasi 2 – Elevasi 1
Dimana :
Rumus :
Dimana :
Dimana :
V 2 . F
hw1=Tinggi gelombang angin Cos A
K .d
Dimana :
perjam : 22.351
hw2
= Tinggi gelombang diatas angin 0.34 F 0.76 F
Dimana :
K. t
hc =Tinggi gelombang akibat gaya gempa bumi g . ho
2
Dimana :
H = ho + hw
Dimana:
H = Tinggi bendungan
hw = Tinggi jagaan
Dimana :
H = Tinggi bendungan
Dimana :
Dimana :
Dimana :
Y = Sumbu Vertikal
X = Sumbu Horizontal
L1 = m . H
Dimana :
M = Lereng dihulu (1 : 2 )
h1 = H – hw
Dimana :
Tg i = H ./ L1
Dimana :
Tg = Nilai tangen
H
AB =
sin .i
Dimana :
1
AB 2
R=
sin 2
Dimana :
peluncur (o).