Aksosling Artikel 31
Aksosling Artikel 31
Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan: motif, perlakuan akuntansi, dan
bukti empiris
Tiga pemicu utama yang mendorong para pihak memberi perhatian luas pada isu CSER atau
CSR:
1. Pasca krisis ekonomi 1997 / 1998 yang menyebabkan banyak perusahaan bangkrut,
dan pemerintah mendorong dan mewajibkan perusahaan terbuka maupun perusahaan
tertutup untuk menerapkan tatakelola korporasi yang baik ( good corporate
governance / GGG ) dalam manajemen perusahaan. Pilar-pilar utama GGG yaitu
akuntabilitas, transparansi, kejujuran, pertanggungjawaban dan kemandirian.
2. Seiring dengan kian meluasnya dampak-dampak negatif dari krisis sosial (kemiskinan
dan pengangguran) dan krisis lingkungan (bencana alam dan pemanasan global)
dalam beberapa tahun terakhir, CSER / CSR menjadi isu kontemporer global.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan korporasi (CSER) secara umum dapat didefinisikan
sebagai komitmen berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk bertanggung jawab secara
ekonomik, legal, etis dan sukarela terhadap dampak dari tindakan ekonominya terhadap
komunitas masyarakat dan lingkungan serta proaktif melakukan upaya-upaya berkelanjutan
untuk mencegah potensi-potensi dampak negatif atau risiko aktivitas ekonomi korporasi
terhadap masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan yang
menjadi stakeholdernya.
1. Para pebisnis menghadapi tekanan stakeholder eksternal yang kian menguat agar
korporasi indonesia menginternalisasikan CSER dalam tindakan bisnis dan
mengungkapkan kinerjanya dalam pelaporan perusahaan.
Asal tekanan:
Tuntutan pelaku pasar internasional, terutama investor, kreditor, pemasok, dan
konsumen, agar perusahaan menghasilkan produk-produk atau jasa yang
ramah sosial dan lingkungan
Tekanan dari lembaga-lembaga keuangan nasional dan internasional yang
mensyaratkan dimasukkannya isu-isu sosial dan lingkungan dalam perjanjian
kontrak hutang / pinjaman
Tekanan legislatif (DPR) serta pemerintah yang kian responsif terhadap isu-
isu sosial dan lingkungan sehingga memunculkan produk-produk hukum
(aturan) yang memaksa perusahaan peduli pada isu-isu CSER
2. Perusahaan mulai menyadari bahwa dibalik pengorbanan sumberdaya ekonomik
perusahaan untuk melaksanakan program CSER yang bisa menguras laba dan
mengurangi jumlah dividen yang seharusnya diterima pemilik atau pemegang saham,
perusahaan bisa meraup manfaat berlipatganda apabila peduli dan melaksanakan
CSER secara berkelanjutan.
Dua motif yang paling menonjol dalam mendorong perusahaan melaksanakan CSER:
1. Motif untuk mencintai dan mengasihi sesama manusia dan lingkungan sekitarnya
sebaga implementasi dari nilai religi yang dianut oleh pemilik, manajemen, atau
perusahaan.
2. Motif untuk meningkatkan nilai penjualan dan nilai perusahaan serta kepentingan-
kepentingan lainnya.
PERLAKUAN AKUNTANSI
1. Biaya-biaya yang terkait secara langsung dengan penciptaan manfaat ekonomi atau
manfaat lainnya yang dapat diterima perusahaan pada periode yang akan datang
2. Biaya-biaya yang terkait secara langsung dengan penciptaan manfaat ekonomi atau
manfaat lainnya yang dapat diterima perusahaan pada periode sekarang
3. Biaya-biaya yang berhubungan secara tak langsung dengan manfaat periode sekarang.
Misalnya biaya administrasi dan umum untuk CSER, biaya audit sosial dan
lingkungan, biaya pelatihan dan pengembangan karyawan untuk meningkatkan
pengethauan dan ketrampilan praktik CSER.
4. Biaya-biaya yang dipandang sebagai cost atau losses periodik. Contohnya adalah
biaya yang tidak memiliki keterkaitan yang memadai dengan manfaat masa depan
sehingga tidak dapat dikapitalisasi atau dibebankan pada periode-periode berikutnya.
Perlakuan akuntansi terhadap biaya CSER: Sebagai pengeluaran investasi dan diamortisasi ke
periode-periode selanjutnya.
1. Para pengusaha atau perusahaan hendaknya secara sukarela peduli dan komitmen
melaksanakan CSR / CSER
2. Kebijakan pemerintah mewajibkan perseroan melaksanakan dan melaporkan
informasi kinerja CSER sudah tepat
3. Pemerintah, Ikatan Akuntan Indonesia dan para akuntan akademisi hendaknya segera
duduk bersama merumuskan langkah-langkah proaktif untuk mereformasi paradigma
akuntansi keuangan konvensional yang tidak memungkinkan pengakuan dan
pelaporan informasi CSER dalam pelaporan keuangan perusahaan
4. Perguruan tinggi hendaknya menjadikan isu CSER sebagai suatu subyek pendidikan /
pengajaran dan penelitian akademis secara berkelanjutan karena isu tersebut menjadi
agenda dan tantangan global dari dekade sekarang hingga beberapa abad ke depan