PENDAHULUAN
Dengan adanya sistem ekonomi terbuka, perekonomian tidak hanya berada di dalam
lingkup nasional saja. Perekonomian kini merambah pada perekonomian empat sektor yang
melibatkan luar negeri dalam suatu negara yang bergerak menuju kesalingtergantungan
ekonomi antarbangsa. Hubungan aktivitas ekonomi suatu negara dengan negara lain ini akan
membentuk sistem ekonomi yang lebih besar, yaitu sistem ekonomi internasional.
Berlakunya sistem ekonomi internasional dalam setiap negara, suatu negara tentu
ingin memiliki keuangan yang tinggi di tengah semakin ketatnya persaingan di dalam dunia
bisnis dan perdagangan tingkat internasional. Hal ini terjadi karena dengan adanya persaingan
bisnis dan perdagangan tingkat internasional dapat mengakibatkan persaingan antara
penduduk negara satu dengan negara lain untuk menciptakan kelancaran aliran dana masuk
dari negara lain agar lebih tinggi jika dibandingkan dengan aliran dana keluar dari negaranya.
Neraca pembayaran dapat dijadikan ukuran untuk mengukur seberapa besar arus dana
internasional yang masuk dan keluar ke dan dari suatu negara. Hal tersebut menjadikan
semakin pentingnya neraca pembayaran bagi suatu negara, dimana dana yang masuk dan
keluar dapat dihitung dengan seimbang karena sifatnya yang sebagai monitor keuangan atau
kinerja keuangan yang dapat menggamarkan transaksi ekonomi penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain pada periode tertentu.
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi seputar perdagangan dan neraca
pembayaran serta bagaimana kondisinya di Indonesia.
3. Manfaat Praktis
4. Wawasan yang ada di dalam makalah ini dapat diterapkan dalam kehidupan nyata
serta dapat digunakan untuk membandingkan teori tentang neraca pembayaran yang
didapatkan di kampus dengan kondisi real neraca pembayaran di Indonesia seraca
garis besar.
BAB II
PEMBAHASAN
Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa antara dua atau lebih
negara di pasar dunia. Dewasa ini, hampir tidak ada negara yang mampu memenuhi semua
kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang/jasa dari negara lain. Begitu pula, suatu
negara yang memiliki surplus dapat mengekspor produknya ke luar negeri. Dalam sistem
perdagangan internasional, biasanya suatu negara yang melakukan impor barang ke luar
negeri tidak terorientasi kepada laba atau keuntungan, akan tetapi pemenuhan kebutuhan akan
barang terhadap masyarakat negara tersebut.
Neraca pembayaran atau yang sering disebut balance of payment (BOP) merupakan
suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) termasuk apa yang
ada di dalam transaksi perdagangan internasional suatu negara. Sedangkan menurut IMF
(1993), Neraca pembayaran adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang
seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan
moneter antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain untuk suatu periode
waktu tertentu.
Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari
individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi;
neraca transaksi berjalan; neraca lalu lintas modal dan finansial; dan item-item finansial.
Akan tetapi, yang termasuk dalam neraca pembayaran internasional hanyalah transaksi
ekonomi internasional saja, sedangkan transaksi bantuan militer tidak termasuk di dalamnya.
Setiap negara di penjuru dunia sudah tentu melakuakan ekspor-impor barang ke dan
dari negara lain sebagai bagian dari transaksi perdagangan internasional dalam negara
tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendorong adanya perdagangan internasional adalah
sebagai berikut:
c. Perbedaan Selera
Sekalipun kondisi produksi di semua negara adalah sama, namun setiap negara mungkin
akan melakukan perdagangan jika selera mereka berbeda.
Neraca barang disebut juga neraca transaksi berjalan (current account). Ekspor barang
merupakan transaksi kredit karena transaksi itu menimbulkan hak untuk menerima
pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran uang atau dana masuk ke dalam negeri). Impor
barang merupakan transaksi debet karena menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada negara lain (menyebabkan aliran dana atau uang ke luar negeri).
b. Neraca Jasa
Neraca jasa meliputi transaksi ekspor dan impor jasa. Ekspor jasa meliputi penjualan jasa
angkutan, turisme/pariwisata, asuransi, pendapatan investasi dan modal di luar negeri. Ekspor
jasa termasuk transaksi kredit. Impor jasa meliputi pembelian jasa dari penduduk negara lain,
termasuk pembayaran bunga, dividen atau keuntungan modal yang ditanam di dalam negeri
oleh penduduk negara lain.
Transaksi ekonomi dalam neraca pembayaran terbagi menjai dua, yakni transaksi
debit dan transaksi kredit. Berikut pemaparannya:
a. Transaksi debit
Transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang dari dalam negeri ke luar negeri.
Transaksi ini disebut transaksi negatif, yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya
posisi cadangan devisa, atau dengan kata lain transaksi tersebut mengakibatkan timbul dan
bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran
tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain. Transaksi debit yang
tercatat dalam neraca pembayaran di antaranya: impor barang dan jasa, pembayaran atau
hasil investasi, berkurangnya hutang, dan bertambahnya aset-aset keuangan.
b. Transaksi kredit
Transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang dari luar negeri ke dalam negeri.
Transaksi ini disebut juga transaksi positif, yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya
posisi cadangan devisa negara, atau dengan kata lain transaksi tersebut mengakibatkan timbul
dan bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran
internasional tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain. Transaksi kredit yang
tercatat dalam neraca pembayaran di antaranya: ekspor barang dan jasa, penerimaan dari hasil
investasi, bertambahnya hutang negara atau swasta, dan berkurangnya aset-aset keuangan.
Selain itu, transaksi ekonomi dalam neraca pembayaran juga dibedakan menjadi:
transaksi berjalan (current account) dan transaksi modal (capital account). Transaksi berjalan
adalah transaksi yang meliputi barang-barang dan jasa, dimana dalam transaksi ini terjadi
transaksi antar negara yang perubahan nilainya setiap saat atau setiap hari. Transaksi Modal
(capital account) yaitu transaksi yang menyangkut investasi modal dan emas.
Adapun istilah yang sering dipakai dalam transaksi di neraca pembayaran, yakni
surplus dan defisit neraca pembayaran. Neraca perdagangan dikatakan surplus bila nilai
ekspor barang lebih besar dari pada impornya. Kebijakan neraca pembayaran ditujukan untuk
lebih meningkatkan penerimaan devisa (uang) dari ekspor guna memenuhi kebutuhan
konsumsi dalam negeri. Kebijakan tersebut ditujukan pula untuk menghemat devisa melalui
substitusi impor dan memanfaatkan sumber-sumber dana dari luar negeri, baik berupa
pinjaman maupun penanaman modal asing, serta menunjang perluasan kesempatan kerja dan
pemerataan pembangunan. Begitu sebaliknya, suatu negara dikatakan defisit apabila nilai
impor lebih banyak dibandingkan nilai ekspornya.
1. Seringkali mengabaikan antara transaksi internasional yang satu dengan yang lain,
sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran diasosiasikan dengan satu
transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain.
Contoh: investasi di luar negeri dianggap menambah defisit neraca pembayaran,
karena menyebabkan terjadinya aliran modal keluar. Akan tetapi jika ditinjau lebih
lanjut, investasi ini nantinya akan menunjang kegiatan ekspor bahan mentah atau
lainnya. Demikian juga pemberian bantuan dari negara lain akan menambah defisit
neraca pembayaran, padahal kebanyakan bantuan (terutama dari negara maju) berupa
bantuan dalam bentuk uang yang dibelanjakan di dalam negeri ataupun bantuan
terikat yang artinya bantuan tersebut digunakan untuk membeli barang-barang yang
dihasilkan oleh negara pemberi bantuan.
2. Surplus dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya defisit
dianggap jelek. Anggapan semacam ini tidak selalu benar. Defisit ataupun surplus di
dalam transaksi yang sedang berjalan tidak perlu dikhawatirkan selama defisit atau
surplus tersebut diimbangi dengan aliran modal masuk atau keluar dalam jumlah yang
sama.
2.8. Studi Kasus: Kondisi Neraca Pembayaran pada Triwulan Pertama Tahun 2014
Pada triwulan pertama tahun 2014, kinerja transaksi Indonesia semakin membaik.
Defisit transaksi berjalan turun dari US$ 4,3 miliar pada triwulan IV tahun 2013 menjadi US$
4,2 miliar pada triwulan I tahun 2014. Sumber dari perbaikan ini adalah perbaikan penurunan
impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. Meskipun impor
nonmigas mengalami penurunan, surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan I tahun
2014 tercatat lebih rendah daripada surplus neraca perdangan nonmigas triwulan IV tahun
2013. Hal ini dipengaruhi penurunan kinerja ekspor nonmigas triwulan I tahun 2014 yang
tercermin dari pertumbuhan negatif ekspor ke Negara mitra utama seperti Cina, Jepang,
India, Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand, penurunan harga komoditas global, serta
pengaruh pelarangan ekspor komoditas mineral mentah.
Penurunan ekspor ke Cina terutama karena turunnya ekspor batubara dan karet alam
olahan, dengan total pangsa 38,8% dari keseluruhan ekspor ke Negara tersebut. Penurunan
ekspor ke Jepang dipengaruhi turunnya ekspor batubara dan logam tidak mulia yang
merupakan 30,2% total pangsa dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Berkurangnya
ekspor minyak nabati yang merupakan 32,2% pangsa pasar di India menjadi penyebab utama
penurunan ekspor ke Negara tersebut. Ekspor ke Malaysia ditekan oleh berkurangnya ekspor
batubara dan barang dari logam tidak mulia. Penurunan ekspor ke Korea Selatan disebabkan
turunnya ekspor barutabara dan barang dari logam tidak mulia yang merupakan 42,2% total
pangsa dari total ekspor ke Negara tersebut. Sedangkan ekspor ke Thailand yang juga ikut
menurun dipengaruhi turunnya ekspor mesin dan mekanik dengan pangsa 10,7% dari total
ekspor ke Negara tersebut.
Meskipun demikian, defisit neraca perdagangan migas juga meningkat, hal ini
disebabkan seiring turunnya produksi minyak dan pola konsumsi BBM yang lebih rendah di
awal tahun. Sementara itu berkurangnya pengeluaran jasa transportasi, terutama dipengaruhi
oleh berkurangnya pembayaran jasa freight seiring dengan berkurangnya impor dan
pengeluaran jasa travel yang mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia keluar negeri
setelah akhir musim haji dan liburan menyebabkan neraca jasa mengalami penurunan defisit.
Dalam satu periode yang sama neraca pendapatan mengalami penyusutan defisit sebagai
akibat dari berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri sesuai jadwalnya.
1) Adanya kecukupan cadangan devisa dalam memenuhi kewajiban luar negeri dalam
jangka pendek. Ditunjukan oleh membaiknya perbandingan posisi utang luar negeri
berjangka pendek yang lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2013.
2) Adanya prinsip yang mengatakan bahwa penurunan defisit merupakan indikasi awal
kemungkinan terjadinya apresiasi nilai mata uang, penurunan defisit ini juga
berdampak pada tren penguatan nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar
Amerika Serikat.
3) Jika memang apresiasi nilai mata uang rupiah itu terjadi, maka akan menghemat
anggaran pendapatan belanja pemerintah, menurunkan inflasi yang berasal dari luar
negeri atau imported inflation, serta keuntungan para importir dalam negeri karena
murahnya harga dari luar negeri.
Namun, ada kalanya penguatan nilai mata uang inilah yang nantinya akan
mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor. Impor akan mengalami kenaikan karena harga
barang-barang impor menjadi lebih murah, namun sebaliknya ekspor akan menurun karena
harga barang-barang lokal yang diekspor keluar negeri akan menjadi lebih mahal. Apalagi
bila mendapat persaingan dari negara lain yang harga barangnya lebih murah. Bila ekspor
terus menurun dan impor terus naik, maka pendapatan nasional akan menurun dan neraca
pembayaran akan mengalami defisit.
Hal tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia, agar perbaikan kinerja
neraca pembayaran saat ini tidak menjadi petaka di kemudian hari. Bila penguatan nilai mata
uang membuat para importir terlena sehingga melakukan impor yang berlebihan padahal
tidak diimbangi dengan ekspor, hal ini akan berakibat menurunnya pendapatan nasional dan
defisit neraca pembayaran akan semakin parah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki catatan dalam
neraca pembayaran adalah terkait dengan ekspor-impor, yakni dengan membatasi impor dan
memperbaiki produk lokal yang diekspor agar tetap dapat bersaing di perdagangan
internasional maupun harganya menjadi lebih mahal. Selain itu, masyarakat perlu
memperbaiki mindset-nya tentang mutu produk luar negeri yang lebih unggul dibandingkan
dengan produk dalam negeri agar impor terkurangi demi tercapainya keseimbangan neraca
pembayaran mengingat masalah neraca pembayaran di Indonesia sering tidak seimbang
akibat defisit dari nilai impor yang terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan
Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://tulisanpkfarida.blogspot.com/2010/10/neraca-pembayaran-perdagangan-
indonesia.html. Diakses pada 29 April 2015 pukul 15.06 WIB.