Anda di halaman 1dari 23

BAB I

TINJAUAN UMUM ZAT AKTIF DAN SEDIAAN TAMBAHAN

I.1 Deskripsi Umum

1) Cetirizine HCl
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih (British
Pharmacopoeia, 2009)
Nama lain (sinonim) :Cetirizine dihidrochloride (British
Pharmacopoeia, 2009)
Nama kimia : (RS)-2-[2-[4-[(4-Chlorophenyl) phenyl
methyl] piperazin-1-yl] ethoxyl] acetic acid
dihydrochloride (British Pharmacopoeia, 2009)
Struktur kimia
:

(British Pharmacopoeia, 2009)

Rumus Molekul : C21H25ClN2O3. 2HCl (British Pharmacopoeia,


2009)
Bobot Molekul : 461,8 (British Pharmacopoeia, 2009)
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam aseton dan methylene chloride (British
Pharmacopoeia, 2009)

1
pH larutan dan pH stabilitas : 1,2-1,8 (British
Pharmacopoeia, 2009) / 4-5 (USP, 2010)
Titik didih dan titik leleh : 542,1oC / - (British Pharmacopoeia, 2009)
Stabilitas : stabil pada pH 4-5 (USP, 2010)
Inkompatibilitas :basa dan oksidator kuat (British
Pharmacopoeia, 2009)
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya (British Pharmacopoeia, 2009)
Sifat khusus :-
Koefisien partisi :-

I.2 Alasan pemilihan

Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada

a. Sifat- sifat kimia zat aktif yang digunakan, yaitu kelarutan, ukuran partikel,
sifat higroskopis, reaksi kimia dan lain- lain.
b. Efek kerja obat yang diinginkan
Jika diinginkan bekerja secara local (setempat) maka dipilih sediaan salep,
krim, lotion, serbuk tabur. Untuk kerja sistemik (diedarkan keseluruh tubuh
oleh darah) dipilih sediaan tablet, kapsul, pulveres/puyer dan cairan
c. Umur pemakai
Untuk bayi dan anak- anak lebih disukai bentuk pulveres, obat tetes dan sirup.
Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul.

Pemilihan bahan tambahan obat

Fungsi bahan tambahan dalam formula adalah

2
a. Untuk mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan (bentuk tablet, larutan)
dan lain-lain.
b. Untuk menjaga kestabilan sediaan obat.
c. Untuk memperbaiki disolusi obat.

Disamping pemilihan bentuk sediaan dan pemilihan bahan tambahan perlu


diperhatikan kenyamanan penggunaan obat karena akan berpengaruh kepada
kepatuhan dalam pemakaian obat. Jika obat berasa tidak enak maka akan enggan
untuk mengkonsumsinya.

Untuk pemakaian oral bahan obat diusahakan bebas dari rasa dan aroma tidak enak,
untuk sediaan topical seperti, salep, lotion hendaknya memenuhi persyaratan yaitu:
halus, mudah dioleskan, tidak terlalu lengket.

Kestabilan obat juga harus dijaga. Selama penyimpanan sediaan obat harus stabil
tidak terjadi kerusakan seperti perubahan warna, bau dan rasa.

Zat aktif yang tidak stabil dalam media air, maka tidak perlu diformulasi dalam
pelarut air. Untuk zat tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi khasiat zat
aktifnya.

I.3 Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/ Menkes/ Per/ VI/2000 tentang penggolongan obat dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Penggolongan obat ini terdiri dari : Obat bebas, obat bebas terbatas,obat wajib apotek,
obat keras, psikotropika dan narkotika. Obat yang dibuat termasuk dalam golongan
obat keras. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan
obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah
obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :

3
Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh sipembuat disebutkan bahwa obat itu
hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. Semua obat yang dibungkus sedemikian
rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara parenteral. Semua obat baru,
terkecuali apabila Departemen Kesehatan telah menyatakan secara tertulis bahwa
obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. Contoh : Adrenalinum,
Antibiotika, Antihistaminika dll. Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras
Daftar G adalah “ Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi seperti terlihat pada gambar berikut :

I.4 Nomor Register dan Nomor batch

Nomor Registrasi (dengan uraian / penjelasan penomoran) dan no. batch

Nomor registrasi cetirizine tablet adalah : GKL 1308020017A1

G = Obat dengan nama generik

K = Golongan obat keras

L = Produksi dalam negeri ( local )

13 = Tahun penanda obat jadi

080 = Nomor urut pabrik di Indonesia

4
200 = Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik

17 = Nomor urut sediaan

A = Kekuatan obat jadi

1 = Kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut

Sediaan tablet cetirizin dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik ( CPOB ).

Nomor batch sediaan adalah EAL235

Keterangan :

Digit 1 : untuk tahun pengemasan

Digit 2 & 3 : kode produksi

Digit 4,5 dan 6: Urutan produk

5
BAB II

URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

II. 1 Nama obat ( Sinonim )

Cetirizine diHCL
Nama lain (sinonim) : Cetirizine dihidrochloride (British Pharmacopoeia,
2009)

II.2 Bentuk Senyawa

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih,bau khas lemah, rasa sedikit
pahit, berbentuk hablur. (British Pharmacopoeia, 2009)

:Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam aseton dan
methylene chloride (British Pharmacopoeia,
2009)
pH larutan dan pH stabilitas : 1,2-1,8 (British
Pharmacopoeia, 2009) / 4-5 (USP, 20

II.3 Efek Farmakologi dan Mekanisme Kerja Dalam Tubuh

Cetirizin diHCl mempunyai efek kerja sebagai antihistamin selektif reseptor H₁


dengan efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan juga mempunyai sifat sebagai
anti alergi. Cetirzin diHCl bekerja dengan cara menghambat pelepasan histamin pada
fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.

6
II. 4 Nasib Obat Dalam Tubuh

Absorbsi : cetirizine diabsorbsi dengan cepat dengan waktu mencapai konsentrasi


maksimum dalam plasma ( T maksi ) rata- rata 1 jam melalui pemberian tablet atau
sirup pada orang dewasa. Jika relawan sehat diberikan multi cetirizin ( 10 mg sehari
selam 10 hari ), kensentrasi puncak plasma rata- rata (C maks ) adalah 311mg/ml,
dalam penelitian tidak ditemukan akumulasi. Farmakokinetik cetirizin linier pada
dosis oral berkisat antara 5- 60 mg. Makanan tidak menimbulkan efek pada daerah
bawah kurva (AUC) cetirizin ,tetapi T maks menurun hingga 23% karena adanya
makanan

Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizin adalah 93%, tidak tergantung
pada konsentrasi dengan kisaran antara 25- 1000 mg/ml,yaitu termasuk level
terapeutik plasma yang diobservasi.

Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10% melalui feses.
Cetirizin mengalami metabolism lintas pertama (first-pass metabolism) yang rendah.
Cetirzin dimetabolisme secara terbatas melalui dedikilasi oksidatif menjadi sebuah
metabolit dengan aktivitas antihistamin yang tidak berarti.

Eliminasi : Waktu paruh eliminasi pada 146 relawan melalui beragam studi
farmakokinetik adalah 8,3 jam dan bersihan tubuh total dari cetirizin adalah kira- kira
53 ml/ menit.

II.5 Indikasi dan Kontra Indikasi

Cetirizin diHCl tablet diindikasikan untuk : pengobatan perennial rhinitis, alergi


rhinitis yang bersifat musiman, urtikaria idiopatik kronis.

7
II.6 Dosis

Dosis : Dewasa dan anak diatas 12 tahun : sehari 1 tablet.

II.7 Efek Samping

Rasa kantuk, sakit kepala,pusing, agitasi, mulut kering, dan rasa tidak enak pada
lambung. Dapat terjadi rekasi hipersensisifitas pada beberapa orang seperti ruam kulit
dan angioderma.

II.8 Interaksi Obat

a. Jangan diberikan bersamaan dengan alcohol karena dapat menyebabkan


potensiasi cetirizin diHCl pada kadar alcohol 0,8%.
b. Konsentrasi cetirizin diHCl plasma tidak terpengaruh dengan pemberian
bersamaan dengan simetidin.
c. Tidak terjadi interaksi pada percobaan setelah pemberian cetirizine diHCl
bersama dengan diazepam.

II.9 Peringatan, Perhatian

a. Karena cetirizin diHCl dapat diekskresikan melalui air susu ibu maka
penggunaan pada wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan.
b. Hindari mengendarai kendaraan bermotor dan mengoperasikan mesin setelah
minum obat ini.
c. Pada keadaan over dosis dapat terjadi agitasi pada anak-anak dan rasa kantuk
timbul pada pemakaian dosis tunggal 50 mg
d. Hati- hati penggunaan pada anak-anak dibawah usia 12 tahun.

II.10 Penyimpanan Simpan pada suhu dibawah 30°C

8
BAB III

ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN

III.1 Pendekatan Formulasi

Cetirizin diHCl adalah salah satu obat yang diberikan dalam pengobatan
alergi. Obat ini termasuk generasi kedua dan mempunyai keunggulan dari yang
sebelumnya. Cetirzin ini terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak
menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak menganggu aktivitas pasien. Generasi
kedua ini memiliki efek ngantuk yang rendah pada dosis anjuran , tidak menimbulkan
rasa bedebar- debar dan penggunaannya cukup sehari sekali.

Cetirzin dibuat dalam bentuk tablet supaya lebih mudah dibawa keman-mana
karena merupakan sediaan oral yang lebih ringan dan harganya ekonomis. Selain itu
cetirizin cukup satu kali pemakain. Sehingga pengguna tidak perlu minum obat
berulangkali.

III.2 Formulasi Asli

R/ Tablet cetirzin

III.3 Pengembangan Formula

3.1 RANCANGAN FORMULA

Cetirizin 10 mg

Corn starch 11%

Aq qs

Avicel 102 20%

Lactosa qs

9
Avicel 102 10%

Talc 2%

Mag. Stearate 0,8%

3.2 MASTER FORMULA

.
Jenis zat Nama zat Formula pertablet
Zat aktif Cetirizin 10 mg
Pengikat Corn starch sol 11 %
Aqua Qs
Penghancur Avicel ph 102 20 %
Pengisi Lactosa Qs
Penghancur luar Avicel ph 102 10 %
Talk 2%
Glidan /anti adheren
Magnesium stearat 0,8 %

3.3 Alasan Penambahan Bahan

a. Corn starch ( Amylum maydis )


Merupakan 2 polysaccharida yaitu amylose dan amylopectin, masing- masing
polysaccharide terdiri dari 27% polimer linier dan 73% polimer bercabang
monomernya adalah glucose.
Amylum mirip selulose, kecuali struktur konfigurasi sterokimianya dan sambungan
unit glukosa. Kedua komponen berasosiasi inetrmolekul dalam suatu kristal laktis
sehingga amylum tidak larut dalam air.

10
Sebagai pengisi didapatkannya saluran- saluran kapiler, menyebabkan struktur tablet
lebih terbuka sehingga penetrasi cairan kedalam tubuh tablet lebih cepat. Daya
kompresi dan sifat alirnya kurang baik dan sebagian bahan pengikat kekuatan dan
daya ikatnta sedang .
b. Avicel
Avicel dapat digunakan sebagai penghancur dalam pembuatan tablet. Karena bahan ini
merupakan
tipe ikatan hidragen dimana ikatan tersebut segera lepas dengan adanya air. ( Andayana
2011).

c. Talk
Menurut Excipient: 551
Talk secara umum digunakan pada sediaan padat oral sebagai pelicin, pelincir dan
pengisi.
Menurut R.voight: 205
Talk mempunyai tiga keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur
aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil cetakan. Talk terdiri dari kristal
berbentuk papan datar, yang sangat mudah meluncur pada saat terjadinya gesekan,
dimana masih terjadi lagi distribusi berbentuk datar lainnya.
Menurut Lachman: 703
Sebagian besar bahan-bahan sebagai bahan pelincir juga berfungsi anti lekat, kecuali
bahan pelincir yang larut dalam air. Talk, magnesium stearat dan kanji beserta
derivat. Derivat kanji mempunyai sifat-sifat anti lengket.
d. Laktosa
Menurut Excipient: 387 Laktosa secara umum digunakan dalam sediaan farmasi
sebagai sebuah pengisi kapsul oral dan sediaan tablet.
Menurut R.Voight: 202Bahan pengisi pada tablet yang umum digunakan adalah jenis
amilum dan laktosa.

11
Menurut Lachman: 690 Laktosa juga merupakan bahan pengsisi yang paling banyak
dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik digunakan
dalam bentuk hidrat atau anhidrat.
e. Magnesium stearat
Menurut Rowe,dkk: 404 Magnesium stearat dapat digunakan sebagai pelincir tablet
dengan karakteristik sangat halus, berwarna putih cerah, butir-butir kasar serbuk tidak
tidak.
Menurut Agoes: 209
Magnesium stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan digunakan secara
luas.
Menurut Swarbich: 3655
Magnesium stearat memperpanjang penghancuran dan waktu disolusi
3.4 Uraian Bahan

2) Cetirizine HCl
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih (British
Pharmacopoeia, 2009)
Nama lain (sinonim) : Cetirizine dihidrochloride (British
Pharmacopoeia, 2009)
Nama kimia : (RS)-2-[2-[4-[(4-Chlorophenyl) phenyl
methyl] piperazin- 1-yl] ethoxyl] acetic acid
dihydrochloride (British
Pharmacopoeia, 2009)
Struktur kimia
:

12
(British Pharmacopoeia, 2009)

Rumus Molekul : C21H25ClN2O3. 2HCl (British Pharmacopoeia,


2009)
Bobot Molekul : 461,8 (British Pharmacopoeia, 2009)
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam aseton dan methylene chloride
(British Pharmacopoeia, 2009)
pH larutan dan pH stabilitas : 1,2-1,8 (British
Pharmacopoeia, 2009) / 4-5 (USP, 2010)
Stabilitas : stabil pada pH 4-5 (USP, 2010)
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya (British Pharmacopoeia, 2009)

1. Corn Starch
Pemerian : Serbuk sangat halus dan putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dengan air dan etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus
cahaya.
2. Lactosa
Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak
manis.
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian
air mendidih,sukar larut dalam etanol(95%),
praktis tidak larut dalam kloroform p dan
dalam eter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

13
3. Avicel ph 102
Pemerian : Bagian selulosa yang terdepolimerasi
berbentuk putih, besih berupa serbuk.
Kelarutan : Sukar latut dalam 5% w/v larutan sodium
hidroksida, praktis tidak larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. Talk
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih/ putih
kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat/ baik

5. Magnesium stearate
Pemerian : Serbuk halus,putih, licin dan mudah melekat
pada kulit bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
95%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

III.4 Perhitungan dan Penimbangan

Kadar cetirizine = 10 mg

Bobot tablet 150 mg

14
Nama zat Formula Formula per tablet Formula per batch
(10mg x 1000) + 5% =10500
Cetirizin 10 mg 10 mg mg
= 10,5 gr
16,5 mg x 1000 = 16500 mg
Corn starch 11% 11/100 X 150 mg = 16,5 mg
= 16,5 gr
Aqua qs Qs Qs
30 mg x 1000 = 30000 mg
Avicel ph 102 20% 20/100 x 150 mg = 30 mg
= 30 gr
150 mg – (10 mg + 16,5 mg +
30 mg + 15 mg + 3 mg + 1,2 74,3 mg x 1000 = 74300 mg
Lactosa qs
mg) = =74,3 gr
74,3 mg
15 mg x 1000 = 15000 mg
Avicel ph 102 10% 10/100 x 150 mg = 15 mg
= 15 gr
3 mg x 1000 = 3000 mg
Talc 2% 2/100 x 150 mg = 3 mg
= 3 gr
1,2 mg x 1000 = 1200 mg
Mag. stearate 0,80 % 0,8/100 x 150 = 1,2 mg
= 1,2 gr

III.5 Proses Pembuatan Sediaan

Metode yang digunakan adalah granulasi basah, karena granulasi basah akan
memperbaiki disolusi tablet sehingga penyerapan tabletnya lebih cepat dan lebih baik.

15
1. Pembuatan larutan pengikat
a. Dituang air dalam wadah gelas,sambil diaduk suspensikan kedalamnya
bahan pengikat.
b. Ditambahkan air mendidih(95°C), diteruskan pengadukan hingga
diperoleh cairan jernih.
2. Granulasi basah
a. Zat aktif (cetirzin), bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur
diayak menggunakan ayakan mesh no 30.
b. Dituang zat aktif, bahan pengisi dan penghancur dalam wadah.
c. Diaduk homogen selam 5 menit.
d. Ditambahkan larutan pengikat (suhu 60°C/hangat) diaduk hingga menjadi
massa yang kompak.
e. Diayak dengan ayakan mesh no.8 atau mesh no 12 hingga terbentuk
granul yang baik.
f. Dikeringkan granul dalam lemari pengering yang telah dialasi kain batis
pada suhu 40-50°C semalaman.
g. Diuji kadar air granul dengan alat moisture balance( kadar air granul kuran
dari 5%).
3. Pencampuran akhir
a.Diayak granul yang telah kering dengan ayakan mesh no12 atau mesh no 16
b.Dimasukkan granul dalam kantung plastik
c. Ditambahkan kedalamnya bahan glidan dan anti adheren yang telah diayak
dengan ayakan mesh no 30
d. Granul dikempa menjadi tablet.
e. Masukkan talet kedalam wadah dan beri etiket obat.
f. Dimasukkan brosur dan etiket kedalam wadah.

5.1 Evaluasi tablet.

16
Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Famakope)
atau non resmi (non Farmakope) atau tidak. Evaluasi tablet meliputi :
a) Pemeriksaan penampilan
Meliputi pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakan, dari kontaminasi
bahan baku atau proses pembuatan.
b) Keseragaman ukuran ..
Ambil 20 tablet secara acak , setiap tablet diukur diameter dan tebalnya
dengan jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 tablet tebalnya.
c) Keseragaman bobot.
Timbang 20 tablet satu persatu, dihitung bobot rata- rata tablet. Jika
ditimbang satu persatu ,tidak boleh tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing- masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang
ditetapkan dalam kolom B (FI ed III hal 7).
d) Kekerasan tablet.
Ambil 20 tablet secara acak ,kemudian diukur kekerasannya dengan alat
Stokes Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet
terukur pada alat dengan satuan kg/ cm². Kekerasan yang ideal 10 kg/cm².
e) Friabilitas
1. Bersihkan 20 tablet dari demu kemudian ditimbang (W₀) . Masukkan
tablet kedalam alat, kemudian jalankan selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm.
2. Setelah 4 menit hentikan alat, tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari
debu dan timbang (w₁).
3. Indeks friabilitas (f)=( W₀ ₋ w₁)/ W₀ x 100%
f) Friksibilitas

17
Ambil 20 tablet , bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (W₀),
kemudian dimasukkan dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selam 4
menit, kemudian tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang (W₁).
g) Uji Disolusi
a. Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat
dipasang dan biarkan media hingga mencapai suhu 37ᵒ C + 0,5ᵒC ,
masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari
permukaan sediaan, dan jalankan alat pada laju kecepatan seperti
tercantum dalam monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan ,
ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara media disolusi dan
bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding
wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.

18
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Ansell, C Howard, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI press: Jakarta 1989.

Agoes, Goeswin. Pengembangan Sediaan Farmasi. Penerbit ITB: Bandung 2008.

Farmakope Indonesia Edisi IV DepKes RI 1995

Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada:


Yogyakarta 1995

https://www. farmasiana.com diakses tgl 20 maret 2018 jam 21.59

halo farmasi: blogspot.com diakses tgl 22 maret jam 15.30

ilmu kefarmasian. blogspot.com diakses tgl 22 maret jam 19.30

https://www.scribd. com diakses tgl 24 maret jam 12.30

suljawahirahs.blogspot.com diakses tgl 29 maret jam 15.30

19
TUGAS

1. Kenapa dibuat granul terlebih dahulu sebelum dicetak menjadi tablet ?


Jawab.
a. Supaya sifat alirannnya baik (free flowing)
Granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah yang
sama kedalam mesin cetak tablet.
b. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan
dengan bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama.
c. Agar pada saat dicetak tidak mudah melekat pada steampel (punch) dan
mudah lepas dari matriks (die).
2. Mengapa dipilih granulasi basah basah dalam proses pembuatan granulasi
tablet ?
Jawab
Untuk meningkatakan aliran campuran dan atau kemampuan kempa.
3. Apa fungsi lubrikan dalam formulasi sediaan tablet ?
Jawab
Untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet
dengan dinding die selam proses pengempaan dan penarikan tablet.
4. Sebutkan tahapan- tahapan granulasi basah !
Jawab
a. Mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur sampai
homogen
Lalu dibasahi dengan zat pengikat.
b. Kemudian diayak menjadi granul, dikeringkan dalam lemari pengering
pada suhu 40- 50ᵒC.
c. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul yang diinginkan.
d. Tambahkan zat pelicin/ lubrikan dan siap untuk dicetak.
5. Apa kriteria uji disolusi ?

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai