Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA


DENGAN
KUALITAS HIDUP LANSIA

TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pelayanan Profesi Kesehatan

oleh :
Ekawati Sutikno
S520809003

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ekawati Sutikno

NIM : S520809003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul HUBUNGAN FUNGSI

KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA adalah betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011


Yang membuat pernyataan,

Ekawati Sutikno

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini

dengan judul “ Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia “

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan Profesi

Kesehatan di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan hati yang tulus, kami

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor UNS, yang telah memberikan

kesempatan pada kami mengikuti pendidikan.

2. Prof. Suranto, Drs. Msc, PhD, selaku Direktur Program Studi Pasca

Sarjana UNS, yang telah memberikan kesempatan pada kami mengikuti

pendidikan

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM, Mkes, PAK, selaku Ketua Program

Studi Magister Kedokteran Keluarga dan Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi bagi kami untuk segera

menyelesaikan tesis ini.

4. Balgis, dr. MSc, CM-FM, selaku Ketua Minat Pelayanan Profesi

kesehatan dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing, memberi semangat dan nasehat bagi kami hingga selesainya

tesis ini.

5. Seluruh dosen dan staf di Program Pasca Sarjana Magister Kedokteran


commitkami
Keluarga, yang telah membantu to user
selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta

doanya.

7. Suamiku terkasih Adi janto dan ketiga anakku tersayang Shelly, Sheila

dan Thomas atas pengertiannya dan senantiasa memberi motivasi,

dukungan dan kasih sayang kepada kami selama ini.

8. Ketua Yayasan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan

dan dukungan bagi kami untuk mengikuti pendidikan.

9. Teman – teman seangkatan di PLPK yang telah membantu dan memberi

semangat pada kami selama ini.

10. Teman – teman di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang

telah mendukung kami.

11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memotivasi kami hingga terselesainya tesis ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan tesis ini, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

perbaikan tesis ini. Harapan kami tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Surakarta, April 2011

Ekawati Sutikno

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… …….. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. …….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………….. iii
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi
ABSTRAK …………………………………………………………………… xii
ABSTRACT ………………………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 3
D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga ……………………………………………………. 5
B. Lanjut Usia ………………………………………………… 17
C. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia.. 26
D. Kerangka Berpikir …………………………………………. 27
E. Hipotesis …………………………………………………… 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian …………………………………………... 29
B. Tempat dan Waktu penelitian ……………………………… 29
C. Populasi Penelitian ………………………………………… 29
D. Desain Sampel ……………………………………………… 29
E. Variabel Penelitian ………………………………………… 30
F. Definisi Operasional ………………………………………. 30
G. Rancangan Penelitian ……………………………………… 32
H. Desain Analisiscommit to user
Data ……………………………………… 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data ……………………………………………. 34
B. Hasil Analisis Data ……………………………………… 36
C. Pembahasan ……………………………………………… 38
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………….. 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………… 44
B. Implikasi ………………………………………………… 44
C. Saran ……………………………………………………. 44
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 46
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………………………………….. 27

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ………………………………. 32

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia… 34

Tabel 4.2 Karakteristik Subjel Berdasarkan Kelompok Umur .….... 34

Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Berdasarkan Pekerjaan .………….. 35

Tabel 4.4 Karakteristik Subjek Berdasarkan Bentuk Keluarga .…... 35

Tabel 4.5 Karakteristik Subjek berdasarkan Pendidikan ………….. 36

Tabel 4.6 Perbandingan kualitas Hidup Berdasarkan APGAR..…. 36

Tabel 4.7 Hasil Analisa Regresi Logistik tentang Hubungan Fungsi

Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia………………. 37

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian

Lampiran 4 Uji Analisis Data penelitian

Lampiran 5 Ijin Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ekawati Sutikno, S520809003. 2011.Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas


Hidup Lansia. Tesis : Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang : Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Masalah
kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota
keluarga lainnya. Secara teoritis jika terdapat gangguan fungsi keluarga maka
akan terjadi masalah kesehatan anggota keluarga. Meningkatnya jumlah lansia
menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara fungsi keluarga dengan
kualitas hidup lansia.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan
pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 41 lansia berusia 60 tahun ke atas
dipilih dari Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri. Variabel dependen
yang diteliti kualitas hidup lansia. Variabel independen yang diteliti fungsi
keluarga. Faktor perancu yang dikontrol meliputi umur, jenis kelamin, bentuk
keluarga dan status pekerjaan.Variabel diukur dengan kuesioner yang telah
dilakukan tes validitas dan reliabilitas. Data dianalisis dengan uji chi kuadrat dan
model regresi logistik ganda, dengan menggunakan SPSS 17.0.
Hasil : Hasil analisis regresi logistik ganda menemukan, lansia yang berasal dari
keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas
hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat
(OR = 24.9, p = 0.040 ; CI 95% 1.16 hingga 533.04).
Kesimpulan : Ada hubungan positif yang sangat kuat antara fungsi keluarga dan
kualitas hidup lansia. Dokter keluarga disarankan untuk memberikan informasi
dan edukasi kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga.

Kata kunci : Fungsi keluarga, kualitas hidup, lansia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Ekawati Sutikno, S520809003. 2011. Association Betweeen Family Function and


Quality of Life Among Elderly. A Thesis submitted for the Masters Program in
Family Medicine, Postgraduate Program, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Background:Family is the smallest unit of a society. Health status of family


member is inter-related with various problem faced by other family members. In
theory, family function disorder may cause health problem of the family members.
The current increasing number of the elderly leads to problem in the health and
function in the elderly. This study aimed to examine the association between
family function and the quality of life of the elderly.
Method:This was an analitic-observasional cross sectional study. A sample of 41
old people aged 60 years or older was selected from Kelompok Jantung Sehat
Surya Group Kediri. The dependent variable under study was quality of life of the
elderly. The independent variable under study was family function. The
confounding factor to control for included age, sex, type of family, and
employment status. The variables were pre-tested for its validity and reliability.
The data were analyzed by use of chi square and multiple logistic regresion, on
SPSS 17.0.
Results: Results of the multiple logistic regression showed that elderly who came
from a well-functioning family had 25 times higher probalility to have better
quality of life than those who did not come from well-functioning family (OR =
24.9, p = 0.040 ; CI 95% 1.2 to 533.0).
Kesimpulan :Family function has strong positive association with quality of life
of the elderly. Family doctors are recommended to provide information and
education to families in order to increase family function.

Key words: family function, quality of life, elderly.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara demografi berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 jumlah

penduduk usia 60 tahun keatas adalah 11,3 juta atau 6,4 % dan pada tahun

2000 penduduk usia 60 tahun keatas adalah 7,4 % atau sekitar 15,3 juta.

Proyeksi oleh Biro pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun

2005 – 2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu

sekitar 19 juta jiwa atau 8,5 % dari seluruh jumlah penduduk. Berdasarkan

laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh

Bureau of the Cencus USA (1993), jumlah penduduk lansia Indonesia

pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan

mengalami kenaikan sebesar 414 % dan hal ini merupakan prosentase

kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada

periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa negara sebagai berikut :

Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%,

Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes RI, 2003).

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa ditahun 2050

jumlah warga lansia akan mencapai sekitar 60 juta jiwa, yang

menyebabkan Indonesia berada pada peringkat ke 4 penduduk lansia

terbanyak setelah China, India dan Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah

lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan

kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental dan

sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka.

(Notoatmodjo, 2007)

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat

penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau

memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Masalah

kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah

anggota keluarga lainnya, jika ada satu anggota keluarga yang bermasalah

kesehatannya pasti akan mempengaruhi pelaksanaan dari fungsi-fungsi

keluarga tersebut. (Azwar, 2007)

Sesungguhnya bentuk, siklus dan fungsi keluarga secara

keseluruhan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan

setiap anggota keluarga, baik kesehatan fisik maupun mental. Sebaliknya

keadaan kesehatan juga berpengaruh terhadap bentuk, siklus dan fungsi

keluarga.

Untuk memahami dengan lengkap tentang keluarga perlu

mengetahui siklus kehidupan keluarga sehingga akan mempermudah

penyelesaian masalah kesehatan yang ditemukan pada para anggota

keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai tugas-tugas tertentu agar

setiap tahap dari siklus keluarga dapat berlangsung dengan baik. Pada

tahap keluarga jompo dimana suami istri sudah berusia lanjut masalah

yang biasa terjadi adalah kesedihan , kesepian / hidup sendiri, beradaptasi

dengan masa pensiunnya, mempersiapkan diri menghadapi pelbagai

penyakit dan atau kelainan degeneratif (Whinney, 1989)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara,

dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai

kualitas hidup lansia yang optimal (Optimum Aging). Kualitas hidup

lansia yang optimal bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada

pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka

bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan,

berguna dan berkualitas. (Depsos, 2007).

Bila fungsi keluarga menurun dapat menyebabkan kualitas hidup

lansia menurun pula dan akhirnya akan mengakibatkan angka kesakitan

pada lansia meningkat dan angka kematiannya meningkat juga.

Sehubungan dengan hal tersebut maka kami ingin meneliti lebih jauh

tentang hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia yang

diharapkan bisa sebagai satu landasan atau dasar untuk sasaran program

promosi kesehatan tentang kualitas hidup lansia

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup

lansia?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas

hidup lansia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Tujuan Khusus

Untuk menganalisa adakah hubungan antara fungsi keluarga yang

diukur APGARnya (adaptation, partnership, growth, affection,

resolve) dengan kualitas hidup lansia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan peneliti mengenai hubungan fungsi

keluarga dengan kualitas hidup lansia

2. Manfaat Praktis

a. Bagi anggota keluarga

Meningkatan pemberdayaan anggota keluarga agar memahami

tentang kesehatan dan fungsi keluarga sehingga dapat mendukung

anggota keluarga yang lansia agar bisa menikmati masa tuanya

dengan kualitas hidup yang optimal.

b. Bagi dokter keluarga

Dapat menggunakan penilaian fungsi keluarga dalam menangani

masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup lansia

c. Bagi lansia

Dapat mencari solusi untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut UU no. 10 tahun 1992 yang disebut dengan keluarga adalah

unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami

istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

2. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga banyak macamnya. Goldenberg (1980) membedakan

bentuk keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga Inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri serta

anak kandung.

b. Keluarga Besar (extended family)

Keluarga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami,

istri dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara

lainnya, baik menurut garis vertikal ( ibu, bapak, kakek, nenek,

mantu, cucu, cicit ) ataupun menurut garis horizontal ( kakak, adik,

ipar ) yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Keluarga Campuran (blended family)

Keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri,

anak-anak kandung serta anak-anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (common law family)

Keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari

pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan syah serta

anak-anak mereka yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria

dan wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati

atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka

tinggal bersama.

f. Keluarga Hidup Bersama (commune family)

Keluarga hidup bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria,

wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan

tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

g. Keluarga Serial (serial family)

Keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita

yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi

kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya

menganggap sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (composite family)

Keluarga gabungan adalah keluarga yang terdiri dari suami dengan

beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan

beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.

i. Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family)

Keluarga tinggal bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria dan

wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

3. Fungsi Keluarga

Para anggota yang terdapat dalam satu keluarga bersepakat untuk

saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang

terdapat dalam keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien.

Kemampuan untuk mengatur dan atau melaksanakan pembagian tugas

tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang menentukan

baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga.

Fungsi keluarga di Indonesia banyak macamnya, menurut Peraturan

pemerintah No. 21 tahun 1994 dibedakan menjadi :

a. Fungsi keagamaan

Fungsi keagamaan adalah fungi keluarga sebagai wahana

persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa

kepada tuhan Yang Maha Esa.

b. Fungsi Budaya

Fungsi budaya adalah fungsi keluarga dalam memberikan

kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk

mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam

dalam satu kesatuan.

c. Fungsi Cinta Kasih

Fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam memberikan

landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami

dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, serta hubungan

kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wahana

utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan

batin.

d. Fungsi Melindungi

Fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk menumbuhkan

rasa aman dan kehangatan bagi segenap anggota keluarga.

e. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang merupakan

mekanisme untuk melanjutkan keturunannya yang direncanakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat manusia

didunia yang penuh iman dan taqwa

f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi keluarga yang

memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar

bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa

depan.

g. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai unsur pendukung

kemandirian dan ketahanan keluarga.

h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Fungsi pembinaan lingkungan adalah fungsi keluarga yang

memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dapat

menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai

dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara

dinamis.

Apabila fungsi keluarga ini dapat terlaksana dengan baik, dapatlah

diharapkan terwujudnya keluarga yang sejahtera, yaitu keluarga yang

dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

seimbang antar anggota dan antar keluara dengan masyarakat dan

lingkungan, seperti yang tercantum dalam UU no. 10 tahun 1992.

Terwujudnya keluarga sejahtera adalah cita-cita semua pihak, karena

apabila keluarga sejahtera tersebut berhasil diwujudkan maka berarti

telah terwujud pula keluarga yang sehat (healthy family).

4. Alat Pengukur Fungsi Keluarga

Untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga dikembangkan

suatu metode penilaian antara lain yaitu : APGAR Keluarga (Family

APGAR) dan SCREEM.

a. APGAR

Dengan metode APGAR ini dapat dilakukan penilaian atau

screening fungsi keluarga secara cepat dan dalam waktu yang singkat.

Alat ini digunakan untuk mengukur level kepuasan hubungan dalam

keluarga.

ah yPada metode ini dilakukan penilaian terhadap lima fungsi pokok

keluarga, yaitu :

1) Adaptasi (Adaptation)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga dalam

menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga

lainnya.

2) Kemitraan (Partnership)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

berkomunikasi, musyawarah dalam mengambil suatu keputusan dan

atau menyelesaikan suatu masalang sedang dihadapi dengan

anggota keluarga lainnya.

3) Pertumbuhan (Growth)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan

pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

4) Kasih Sayang (Affection)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam

keluarga.

5) Kebersamaan (Resolve)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar

anggota keluarga. (Balgis, 2009)

Untuk memudahkan penilaian, APGAR keluarga ini dapat dituangkan

dalam satu formulir isian sebagai berikut :

NO PERNYATAAN SERING/ KADANG- JARANG

SELALU KADANG /TIDAK

1. Saya puas bahwa saya dapat

kembali kepada keluarga saya,

bila saya menghadapi masalah.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Saya puas dengan cara-cara

keluarga saya membahas serta

membagi masalah dengan saya.

3. Saya puas bahwa keluarga saya

menerima dan mendukung

keinginan saya melaksanakan

kegiatan dan ataupun arah hidup

yang baru

4. Saya puas dengan cara-cara

keluarga saya menyatakan rasa

kasih sayang dan menanggapi

emosi

5. Saya puas dengan cara keluarga

saya membagi waktu bersama

Untuk setiap jawaban sering / selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-kadang

diberi nilai 1, sedangkan jawaban jarang/tidak pernah diberikan nilai 0, kemudian

lima nilai tersebut dijumlah, selanjutnya di nilai sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) 7 – 10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling

mendukung satu sama lain.

2) 4 – 6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota

keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.

3) 0 – 3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak

perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga.

(Azwar, 1997)

b. SCREEM

Alat ukur SCREEM ini penting untuk menilai kapasitas/kemampuan

untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis.

(Balgis, 2009)

Faktor dibawah ini dapat dipertimbangkan sebagai sumber atau kelainan /

patologi.

SUMBER PATOLOGI KETERANGAN

SOCIAL / SOSIAL
Interaksi sosial yang baik antar Terisolasi dari
anggota keluarga. Anggota lingkungan diluar
keluarga mempunyai hubungan keluarga
baik dengan lingkungan sosial Problem melebihi
disekitarnya seperti teman, tanggung jawab
menjadi anggota organisasi atau
kelompok-kelompok yang ada
dalam masyarakat

CULTURAL / BUDAYA
Kepuasan atau commitEtnis
kebanggaan to user
minoritas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terhadap budayanya

RELIGIOUS / AGAMA
Agama akan memberikan Dogma yang kaku /
pengalaman spiritual yang baik ritual – ritual

ECONOMY / EKONOMI
Kemantapan / stabilitas ekonomi Kesulitan ekonomi /
yang cukup untuk memberi rencana ekonomi
kepuasan yang layak terhadap yang
status keuangan dan kemampuan tidak benar
untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan / tuntutan ekonomi

EDUCATION / PENDIDIKAN
Pendidikan anggota keluarga
yang memadai sehingga mampu Keterbatasan untuk
memecahkan atau memahami mengerti / memahami
sebagian besar dari masalah-
masalah yang ada dalam
keluarga

MEDICAL / KESEHATAN
Memiliki jaminan pelayanan Tidak memiliki
kesehatan atau asuransi jaminan pelayanan
kesehatan kesehatan atau
asuransi kesehatan

Setiap faktor dinilai positif bila ada masalah dan negatif bila tidak ada

masalah kemudian dihitung berapa yang positif .

Bila jumlah positifnya : commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5 – 6 berarti fungsi keluarga tidak sehat

3 – 4 berarti fungsi keluarga kurang sehat

0 – 2 berarti fungsi keluarga sehat

5. Siklus Kehidupan Keluarga

Siklus kehidupan keluarga (oleh Duvall. 1977 ) terdiri dari 8 tahap yaitu:

a. Tahap awal perkawinan (newly married)

Pada tahap ini pasangan baru saja menikah dan belum mempunyai anak,

tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 2 tahun. Tugas

pengembangan keluarga yang dihadapi biasanya adalah penyesuaian diri

dengan kehidupan keluarga yang baru dibentuk, mempersiapkan diri untuk

kehamilan dan menjadi orang tua.

b. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)

Pada tahap ini keluarga telah mempunyai bayi (sampai dengan usia 30

bulan) dapat satu atau dua orang, biasanya tahap ini berlangsung rata-rata

2,5 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah

mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan bayinya,

menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran untuk merawat bayinya,

menyediakan rumah yang nyaman untuk orang tua dan bayinya.

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (family with preschool

children)

Pada tahap ini keluarga telah mempunyai anak dengan usia prasekolah

commit6 to
(usia 30 bulan sampai dengan user biasanya tahap ini berlangsung
tahun),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rata-rata 3,5 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah

menyesuaikan diri dengan penghasilan dan pengeluaran untuk keperluan

anaknya, menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in

school)

Pada tahap ini keluarga telah memiliki anak dengan usia sekolah ( usia 6 –

13 tahun ), biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun. Tugas

pengembangan keluarga yang dihadapi adalah menyiapkan diri menjadi

orang tua yang baik, menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran

tambahan membesarkan anak usia sekolah, pengaturan pengembangan

fisik, sosial, emosional, serta kecerdasan dan pendidikan anak usia

sekolah.

e. Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers)

Pada tahap ini keluarga telah memiliki anak usia remaja (13 – 20 tahun),

tahap ini berlangsung rata-rata 7 tahun. Tugas pengembangan keluarga

yang dihadapi adalah menjadi orang tua yang baik, menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab dan emansipasi pada anak remajanya,

memelihara keharmonisan keluarga untuk perkembangan mental,

emosional dan kecerdasan anak remaja.

f. Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga

(family as launching centre)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada tahap ini satu persatu anak meninggalkan keluarga. Dimulai dari

anak tertua dan diakhiri oleh anak terkecil, biasanya berlangsung rata-rata

8 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah

mempersiapkan diri untuk ditinggal anak-anak, mempersiapkan diri untuk

berkomunikasi dengan anak-anak sebagai orang dewasa, lebih

meningkatkan hubungan suami istri dan mempersiapkan diri untuk

menjadi mertua, kakek, nenek yang baik.

g. Tahap orang tua usia menengah (parent alone in middle years)

Pada tahap ini semua anak telah meninggalkan keluarga, yang tinggal

hanya suami istri dengan usia menengah ( usia sampai dengan masa

pensiun ), rata-rata berlangsung selama 15 tahun. Tugas pengembangan

keluarga yang harus dilaksanakan adalah mempersiapkan diri untuk

memasuki usia pensiun, mempersiapkan diri untuk menjadi mertua, kakek,

nenek yang baik, membangun kembali hubungan suami istri.

h. Tahap keluarga usia jompo (aging family members)

Pada tahap ini suami istri telah berusia lanjut sampai meninggal dunia (

sudah memasuki masa pensiun ), berlangsung rata-rata selama 10 tahun

sampai dengan 15 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang harus

dilaksanakan adalah mempersiapkan diri untuk hidup sendiri, mengisi

masa pensiun dengan kegiatan yang bermanfaat, mengatur pengeluaran

sesuai dengan uang pensiun, mempersiapkan diri untuk kehilangan

pasangan dan menghadapi penyakit dan kelainan generatif.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk dapat berlangsungnya setiap tahap dari siklus kehidupan keluarga yang

baik, tiap keluarga mempunyai tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakannya.

(Whinney, 1989)

B. Lansia

1. Definisi

Lansia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang

mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.

Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut

WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang

tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara

biologis, sosial dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak

saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa

(Depkes RI, 1999).

Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang no.13 tahun 1998

adalah 60 tahun.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut

Depkes membuat pengelompokan sebagai berikut :

a. Kelompok pertengahan umur (45-54 tahun)

b. Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun)

c. Kelompok usia lanjut ( 65 tahun keatas)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi ( berusia 70 tahun

keatas atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil,

menderita penyakit berat atau cacat)

Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), kelopok usia 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut (elderly), kelompok usia 60 – 70 tahun

c. Usia lanjut tua (old), kelompok usia antara 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun

(Notoatmodjo, 2007)

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan-perubahan fisik

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya

b) Lebih besar ukurannya

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraselular

d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan

hati

e) Jumlah sel otak menurun

f) Terganggu mekanisme perbaikan sel

commit
g) Otak menjadi atrofi,toberatnya
user berkurang 5 – 10 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Sistem persarafan

a) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya

dengan stres

b) Mengecilnya saraf panca indra

c) Kurang sensitif terhadap sentuhan

3) Sistem pendengaran

a) Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti

kata-kata

b) Membrana timpani menjadi atrofi

c) Terjadinya pengumpulan serumen (dapat mengeras)

d) Pendengaran makin menurun pada lanjut usia yang

mengalami stress

4) Sistem penglihatan

a) Sklerosis pada sphingter pupil dan hilangnya respon sinar

b) Kornea lebih berbentuk spheris

c) Lensa lebih suram

d) Hilangnya daya akomodasi

e) Menurunnya lapangan pandang

5) Sistem kardiovaskuler

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katub jantung menebal dan kaku

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun,

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e) Tekanan darah meningkat karena meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer

6) Sistem pengaturan temperatur tubuh

a) Temperatur tubuh menurun

b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

rendahnya aktifitas otot

7) Sistem respirasi

a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi

kaku

b) Menurunnya aktifitas silia

c) Paru-paru kehilangan elastisitas

d) Alveoli ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang

e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

f) CO2 pada arteri tidak berganti

g) Kemampuan untuk batuk berkurang

8) Sistem gastrointestinal

a) Kehilangan gigi

b) Indra pengecap menurun, atrofi indra pengecap

c) Oesophagus melebar

d) Sensitifitas lapar menurun, waktu mengosongkan menurun

e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

f) Fungsi absorpsi melemah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g) Hepar makin mengecil

h) Ovarium dan uterus mengecil

i) Atrofi payudara

j) Sekresi lendir vagina berkurang, sifatnya jadi alkali, terjadi

perubahan warna

k) Testis masih diproduksi oleh laki-laki tetapi berangsur-

angsur menurun

9) Sistem genitourinaria

a) Aliran darah keginjal menurun, BJ urin menurun,

proteinuria (biasanya +1), BUN meningkat, nilai ambang

glukosa meningkat

b) Otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun,

frekwensi meningkat, resiko retensi urin meningkat

c) Pembesaran prostat

d) Atrofi vulva

10) Sistem endokrin

a) Produksi hormon menurun

b) Aktifitas thyroid menurun

c) Sekresi hormon estrogen, progesteron dan testosteron

menurun

11) Sistem kulit

a) Kulit mengerut / keriput akibat kehilangan jaringan lemak

b) Permukaan kulit kasar dan bersisik

c) Menurunnya respon terhadap trauma


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Elastisitas berkurang

e) Kuku menjadi keras, rapuh

f) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya

g) Kuku jadi pudar dan tidak bercahaya

h) Rambut menipis dan berwarna kelabu

12) Sistem muskuloskeletal

a) Tulang kehilangas densitas, makin rapuh

b) Kifosis

c) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek

d) Persendian membesar dan kaku

e) Atrofi serabut otot

f) Tendon mengerut dan sklerosis

b. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama

adalah perubahan fisik, kemudian kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan.

Perubahan mental yang terjadi adalah :

1) Kenangan (memory)

2) IQ (intellgentia Quantion)

Informasi matematika dan perkataan verbal tidak berubah,

penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang

c. Perubahan-perubahan psikososial

Pada umumnya setelah orang setelah memasuki lansia akan

mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,

perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku

lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik

meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak

seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia

menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi

tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang

berkaitan dengan kepribadian lansia. (Kuntjoro, 2002)

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia adalah :

1) Pensiun, akan kehilangan finansial, status, teman / kenalan,

pekerjaan / kegiatan

2) Merasakan atau sadar akan kematian

3) Perubahan dalam cara hidup

4) Perubahan ekonomi (economic deprivation)

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

6) Kehilangan teman, famili, relasi

7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri (Nugroho, 2002)

d. Perkembangan Spiritual

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya

2) Makin matur dalam kehidupan beragama, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak sehari-hari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Perkembangan spiritual menjadi universalizing, perkembangan

yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak

dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

(Nugroho,2002)

3. Kualitas hidup lansia

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional

lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga

memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh

makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Setidaknya ada

beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa

berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan

menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya

penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia

tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta

memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya

media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan

kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang diberikan akan memiliki

fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki

oleh lansia.

Aktivitas fisik misalnya olah – raga yang dilakukan secara rutin

dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan menjaga

kemampuan psikomotorik lansia. Aktivitas-aktivitas kognitif seperti

membaca, berdiskusi, mengajar, akan sangat bermanfaat bagi lansia


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak yang sering

dilatih dan dirangsang maka akan semakin berfungsi baik, berbeda

jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat

lansia mengalami masa dimensi dini. Aktivitas-aktivitas spiritualitas

dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk

menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan banyak

berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi

lebih tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa

direduksi. Dengan aktif dalam aktivitas sosial, seperti tergabung

dalam paguyuban lansia atau karang werdha akan menjadi ajang bagi

mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling

memberikan perhatian, kegiatan ini akan sangat membantu para lansia

untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal. (Depsos,2007)

Pada tahun1991 bagian kesehatan mental WHO memulai

proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL). Tujuan dari

proyek ini adalah untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian

kualitas hidup yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar

budaya. Instrumen WHOQOL – BREF ini telah dikembangkan secara

kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia. Instrumen ini terdiri dari 26

item dan 4 domain. 4 domain tersebut adalah :

a. Kesehatan Fisik

Penyakit, kegelisahan tidur dan beristirahat, energi dan kelelahan,

mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan

bantuan medis, kapasitas pekerjaan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Psikologis :

Perasaan positif, berfikir, belajar, mengingat dan konsentrasi, self

esteem, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif,

kepercayaan individu

c. Hubungan sosial :

Hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual

d. Lingkungan :

Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah,

sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk

memperoleh ketrampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan

peluang untuk berekreasi, aktivitas dilingkungan, transportasi.

(WHO, 2004).

Instrumen WHOQOL-BREF ini merupakan suatu instrumen

yang sesuai untuk mengukur kualitas hidup dari segi kesehatan

terhadap lansia dengan jumlah responden yang kecil, mendekati

distribusi normal, dan mudah untuk penggunaannya. (Hwang,

2003)

C. Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia

Peranan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

setiap anggota keluarga serta dalam menjamin keberhasilan pelayanan

keluarga amat penting sekali, karena keluarga memang punya arti dan

kedudukan tersendiri dalam masalah kesehatan. (Azwar, 2007)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks

dimana mencakup tentang usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan,

kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik,

pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial.

Di Indonesia para lansia biasanya tinggal bersama anaknya terutama lansia

yang sudah tidak mendapatkan penghasilan sendiri. (Nawi,2010)

Fungsi keluarga yang sehat akan menyebabkan kualitas hidup

anggota keluarganya menjadi baik. Penilaian dari kualitas hidup dapat

dinilai dari 4 bidang yaitu fisik, psikis, sosial dan lingkungan. Bila fungsi

keluarga tidak sehat maka akan dapat meningkatkan angka kesakitan dan

angka kematian yang akhirnya akan menurunkan kualitas hidup..

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kualitas hidup lansia

ditemukan rendah pada keadaan pendidikan yang rendah, sosio ekonomi

rendah, tidak menikah atau sudah hidup sendiri (pasangannya meninggal

atau bercerai) dan kesehatannya terganggu, (Nawi, 2010)

D. KERANGKA BERPIKIR
Adaptation (adaptasi)
Keluarga : Partnership
Bentuk Keluarga
Fungsi keluarga Growth
Siklus kehidupan
keluarga Affection (kasih
Resolve

Pelaksanaan fungsi
keluarga :
· Sehat

commit to user
Kualitas hidup :
· Kesehatan fisik
· Psikologis
· Hubungan social
· Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis
Ada hubungan antara fungsi keluarga (APGAR) dengan kualitas hidup
lansia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara

fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kota Kediri pada Kelompok Jantung Sehat

Surya Group di Kediri. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November

2010 – Desember 2010

C. Populasi Penelitian

Populasi umum dalam penelitian adalah anggota Kelompok Jantung Sehat

Surya Group di kota Kediri. Anggota dari Surya group adalah 134 orang,

terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia antara 38 tahun hingga 90

tahun, dan mayoritas berusia 60 tahun keatas. Sedangkan populasi

sasarannya adalah anggota kelompok jantung sehat Surya Group yang

berusia 60 tahun keatas.

D. Desain Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kriteria inklusi :

· Usia lebih dari 60 tahun

· Merupakan anggota dari klub jantung sehat Surya grup

· Bersedia menjadi responden

· Pendidikan minimal SMP atau sederajat

Didalam penelitian ini penulis mengambil sampel semua lansia yang

memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Ada 41 sampel yang

memenuhi kriteria, sehingga besar sampel dalam penelitian ini sebanyak

41 sampel.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Fungsi keluarga

2. Variabel Terikat : Kualitas hidup lansia

3. Variabel Perancu : Jenis kelamin, usia, bentuk keluarga dan status

pekerjaan

F. Definisi Operasional

1. Fungsi keluarga

Kesepakatan para anggota keluarga yang terdapat dalam satu keluarga

untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas

yang terdapat dalam keluarga dapat diselenggarakan secara efektif dan

efisien.

(Azwar, 1997)

APGAR Merupakan salah satu alat ukur fungsi keluarga. Instrumen

APGAR (adaptation, commit


partnership,
to usergrowth, affection, resolve) terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dari 5 pertanyaan, dapat digunakan untuk screening secara cepat dan

dalam waktu yang singkat. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur

tingkat kepuasan hubungan dalam keluarga. (Balgis, 2009)

Hasil Pengukuran APGAR :

7 - 10 : Fungsi keluarga sehat

4 – 6 : Fungsi keluarga kurang sehat

0 – 3 : Fungsi keluarga tidak sehat

Skala pengukuran : kategorikal

Dalam penelitian ini hasil pengukuran APGAR ditulis sebagai berikut :

0 : Bila fungsi keluarga kurang sehat atau tidak sehat

1 : Bila fungsi keluarga sehat

2. Kualitas hidup lansia

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia

berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan

mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna,

membahagiakan, berguna dan berkualitas. (www.depsos.go.id)

Alat ukur :

a). WHOQOL – BREF

Merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur kualitas hidup, secara

umum kualitas hidup dipengaruhi oleh empat aspek yaitu: kesehatan

fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. (WHO, 2004)

Indeks WHOQOL yang diperoleh dari pertanyaan yang menilai pikiran

dari responden tentang kehidupannya dan situasi kehidupannya,

kepuasan dirinya sendiri dan kesehatannya, kemampuan melaksanakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

aktivitas sehari-hari, hubungan dengan orang lain, kondisi

kehidupannya dan seluruh kehidupannya. Jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut adalah berasal dari pikiran responden tentang

segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian pada empat

minggu terakhir. Jawaban kuesioner tersebut menggunakan skala

Likert kemudian dilakukan scoring pada tiap domain, lalu skor tersebut

dijumlahkan, setelah itu ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0 –

100, nilai 0 untuk kualitas hidup terburuk dan nilai 100 untuk kualitas

hidup terbaik.

Skala pengukuran : kategorikal

G. Rancangan Penelitian

Populasi
Purposive
sampling Memenuhi kriteria

Sampel lansia

Kuesioner

Hasil

Fungsi keluarga Fungsi keluarga tidak


sehat sehat

Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas


Hidup baik Hidup Hidup baik Hidup

Analisa data

Kesimpulan
commit to user
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

H. Desain Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara fungsi

keluarga dengan kualitas hidup lansia adalah uji statistik chi kuadrat (untuk

melihat adanya hubungan) dan dengan model analisa regresi logistik untuk

mencari besarnya hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup. Untuk

mempermudah perhitungan digunakan SPSS 17.0, dengan langkah-langkah

dilakukan uji chi kuadrat lebih dahulu dan kemudian uji signifikansi model regresi

logistik. Model analisa regresi logistik ini digunakan karena data yang diperoleh

berskala kategorikal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan fungsi keluarga dengan

kualitas hidup lansia di kelompok jantung sehat Surya Group Kediri dimana

jumlah seluruh anggota adalah 134 orang, yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan

92 orang perempuan sedangkan yang memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak

41 orang dan semuanya menjadi sampel, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Deskripsi Data

Karakteristik subjek penelitian mencakup jenis kelamin, kelompok umur,

pekerjaan dan bentuk keluarga.

1. Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin lansia

Tabel 4.1 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Cakupan (orang)


Persentase
Laki-laki 15 36.59%
Perempuan 26 63.41%
Total 41 100.00%
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak berjenis

kelamin perempuan yaitu 26 orang (63.41%) dibandingkan yang

berjenis kelamin laki-laki.

2. Karakteristik subjek berdasarkan kelompok umur


commit to user
Tabel 4.2 Distribusi subjek berdasarkan kelompok umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kelompok Umur Cakupan (orang) Persentase

60 – 70 tahun 27 65.85%
>70 tahun 14 34.15%
Total 41 100.00%
Sumber : Data Primer

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak pada

usia antara 60 – 70 tahun yaitu 27 orang (65.85%), dibandingkan yang

berusia 70 tahun lebih.

3. Karakteristik subjek berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi subjek berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Cakupan (orang) Persentase

Tidak Bekerja 15 36.59%


Bekerja 26 63.41%
Total 41 100.00%
Sumber : Data Primer

Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak yang

bekerja yaitu 26 orang (63.41%), dibandingkan yang tidak bekerja.

4. Karakteristik subjek berdasarkan bentuk keluarga

Table 4.4 Distribusi Subjek Berdasarkan Bentuk Keluarga

Bentuk Keluarga Cakupan (orang) Persentase

Nuclear Family 26 63.41%


Extended Family 15 36.59%
Total 41 100.00%
Sumber : Data Primer commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak yang

berasal dari bentuk keluarga nuclear family yaitu 26 orang (63.41%),

dibandingkan dengan yang berasal dari bentuk keluarga extended

family.

5. Karakteristik subjek berdasarkan pendidikan

Table 4.5 Distribusi Subjek Berdasarkan pendidikan

Pendidikan Cakupan (orang) Persentase

SMP 16 39.02%
SMA / Perguruan Tinggi 25 60.98%
Total 41 100.00%
Sumber : Data Primer

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak yang

berpendidikan SMA / Perguruan tinggi yaitu 25 orang (60.98%),

dibandingkan dengan yang berpendidikan SMP.

B. Hasil Analisis Data

Deskripsi diatas hanya menggambarkan gambaran umum tentang

data pada karakteristik umum, oleh karena itu perlu dilakukan uji bivariat

dengan menggunakan

Uji Chi kuadrat untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan

kualitas hidup pada lansia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada

tidaknya hubungan antara 2 variabel, dengan p = 0.001.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6 Perbandingan Kualitas Hidup Berdasarkan Apgar

Variabel Kualitas Hidup X² P

Baik (%) Buruk (%) Total (%)

Fungsi Keluarga (APGAR)


Sehat 28 (90.3%) 3 (9.7%) 31 (100%) 11.18 0.001
Tidak Sehat 4 (40%) 6 (60%) 10 (100%)
Total 41 (100%)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada hubungan antara fungsi keluarga

dengan kualitas hidup lansia dan secara statistik signifikan.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga

dengan kualitas hidup lansia maka dilakukan analisis regresi logistik

sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Hubungan Fungsi

Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia

Variabel OR P CI 95%
Batas bawah Batas atas

Apgar Baik 24.85 0.040 1.16 533.04


Usia > 70 tahun 0.03 0.040 0.01 0.85
Perempuan 2.05 0.599 0.14 29.96
Extended Family 1.72 0.719 0.09 32.47
Bekerja 0.71 0.826 0.03 15.11
N observasi = 41
-2 log likelihood = 19.4
Nagelkerke R² = 59.5 %

Dari tabel diatas didapatkan hasil sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat

memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar

daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat dan terdapat hubungan

yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada lansia

(OR = 24.85 ; P = 0.040 ; CI 95% 1.16 hingga 533.04)

Hubungan tersebut sudah mengendalikan pengaruh faktor perancu

yaitu usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, pekerjaan.

Lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan untuk

berkualitas hidup lebih baik daripada lansia dengan usia 70 tahun lebih dan

terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kualitas hidup pada

lansia (OR = 0.03 ; p = 0.040 ; CI 95% 0.01 hingga 0.85) Sedangkan jenis

kelamin, bentuk keluarga dan pekerjaan tidak menunjukkan hubungan

yang secara statistik signifikan.

C. PEMBAHASAN

Penelitian ini mengikutsertakan 41 subyek lanjut usia pada

Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri, dan didapatkan data-data

yang telah disajikan diatas. Data penelitian berasal dari data primer berupa

kuesioner dan data sekunder dari catatan administrasi kelompok tersebut.

Dari hasil uji chi kuadrat dapat diketahui bahwa ada hubungan yang

signifikan antara fungsi keluarga (APGAR) dengan kualitas hidup lansia,

dan dari model analisa regresi logistik didapatkan hasil lansia yang berasal

dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk

berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keluarga tidak sehat. Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa

tuanya, yakni kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala

perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan

perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut. (Kuntjoro, 2002).

Sedangkan jenis kelamin, bentuk keluarga dan pekerjaan tidak ada

hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia.

APGAR keluarga menilai tingkat kepuasan anggota keluarga lansia

meliputi adaptation dalam hal menerima bantuan yang diperlukannya dari

anggota keluarga lainnya, partnership terhadap komunikasi, musyawarah

dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah

yang sedang dihadapi, growth dalam hal kebebasan yang diberikan

keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap

anggota keluarga, affection dalam hal kasih sayang serta interaksi

emosional yang berlangsung dalam keluarga, resolve dalam hal

kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar keluarga.

Hasil APGAR yang tinggi dimana setiap anggota keluarga saling

mendukung menunjukkan bahwa fungsi keluarga tersebut sehat.

Dukungan dari keluarga dan lingkungan keluarga yang sehat sangat

berhubungan dengan kualitas hidup lansia.

Faktor usia mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas

hidup, Lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan untuk

berkualitas hidup baik lebih besar daripada lansia dengan usia 70 tahun

lebih , dimana nilai p < 0.05. Semakin tua umur berarti kualitas hidupnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

semakin buruk. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur

terdapat penurunan fisik, perubahan mental (penampilan, persepsi dan

ketrampilan psikomotor berkurang), perubahan psikososial antara lain :

Pensiun, akan kehilangan finansial, status, teman / kenalan, pekerjaan /

kegiatan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara

hidup seperti kesepian, hidup sendiri, perubahan ekonomi (economic

deprivation), penyakit kronis dan ketidakmampuan, hilangnya kekuatan

dan ketegapan fisik (Nugroho, 2002)

Terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara

jenis kelamin dengan kualitas hidup pada lansia. Peneliti seperti Ng.Nawi

pada penelitiannya di Purworejo Jawa Tengah menyebutkan bahwa lansia

berjenis kelamin perempuan cenderung mempunyai kualitas hidup yang

lebih buruk dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa dikarenakan perbedaan

status sosial dan ekonomi antara populasi di Purworejo yang pekerjaannya

mayoritas petani dan ekonominya menengah kebawah, sedangkan pada

kelompok jantung sehat Surya Group ini mayoritas masih bekerja mandiri

dan dari segi ekonomi tergolong cukup mampu, sehingga mungkin

menyebabkan tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup.

Berdasarkan data dari Meneg Pemberdayaan perempuan tampak bahwa

usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki

sehingga permasalahan lanjut usia secara umum di Indonesia sebenarnya

adalah permasalahan yang lebih didominasi oleh perempuan. Perempuan

lansia di Indonesia berpotensi mengalami diskriminasi ganda, karena

statusnya sebagai perempuan dan sebagai penduduk lansia. Sebagai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perempuan diskriminasi disebabkan oleh struktur sosial dan budaya

masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak usia muda. Hal ini sebagai

akibat dari perbedaan yang sifatnya kodrati maupun sebagai akibat dari

perbedaan gender. Karena perbedaan gender ini menyebabkan perempuan

terbiasa mengurus dirinya sendiri.

Hasil penelitian tentang hubungan bentuk keluarga dengan kualitas

hidup lansia hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan. Sosiobudaya di

masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa orang tua (lansia)

cenderung tinggal bersama dengan anaknya, dan anaknya akan merawat

orang tuanya tersebut khususnya bila orang tuanya sudah tidak produktif.

(Nawi, 2010). Tetapi sekarang terdapat perubahan karakteristik keluarga

dari keluarga besar (extended family) menjadi keluarga inti (nuclear

family) mulai tampak dan jelas terjadi di Indonesia, dimana extended

family jumlahnya mulai menurun dan nuclear family meningkat. Hal ini

dipengaruhi oleh empat hal, antara lain :

Pertama, keberhasilan program Keluarga Berencana, yang

disebabkan saat ini pemerintah sedang menggalakkan perlunya

merencanakan dan mengatur kehamilan dan kelahiran pada pasangan usia

subur dan masyarakat semakin sadar perlunya mengatur kehamilan dan

kelahiran demi terwujudnya keluarga yang sehat dan sejahtera.

Kedua, kemajuan industrialisasi yang menyebabkan keluarga

menjadi lebih bersifat mobile, keluarga tidak lagi terikat oleh sebidang

tanah untuk penghidupannya, melainkan mereka akan berpindah ketempat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dimana ada pekerjaan, sehingga dapat memperlemah hubungan ikatan

kekerabatan dalam keluarga besar.

Ketiga, keberhasilan emansipasi perempuan, dimana perempuan

mendapatkan kesempatan untuk bekerja di luar rumah sehingga

perempuan perlu mengatur kehamilan dan jumlah anaknya, karena dengan

kehamilan dan banyak anak dapat mengganggu pekerjaannya.

Keempat, berubahnya corak kehidupan ekonomi dalam masyarakat

dari corak agraris ke corak industri. Dalam masyarakat agraris semua

anggota keluarga, anak-anak, wanita dan lansia dapat turut serta dalam

proses produksi pertanian, sehingga seluruh keluarga besar anggotanya

akan memberikan keuntungan ekonomi, sedangkan dalam masyarakat

industri anak-anak dan lansia tidak dapat turut serta dalam proses produksi

di pabrik sehingga mereka secara otomatis akan menjadi beban keluarga,

akibatnya keluarga akan cenderung memisahkan diri dari anggota keluarga

yang nonproduktif untuk mengurangi beban hidup. Selain itu juga ada

kecenderungan anak-anak pindah kekota besar untuk mendapatkan karir

yang lebih baik. Meskipun demikian pada hasil penelitian ini tidak ada

hubungan yang signifikan antara bentuk keluarga dengan kualitas hidup

hal ini dapat dikarenakan para lansia ini masih mempunyai pekerjaan

sendiri dan beberapa aktivitas yang menyenangkan dengan kelompoknya

sehingga meskipun mereka tidak hidup dengan anaknya tetapi mereka

tidak merasa kesepian.

Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang tidak

signifikan secara statistik antara pekerjaan dengan kualitas hidup pada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lansia, sedangkan pada beberapa penelitian dinyatakan bahwa pekerjaan

berhubungan dengan sosioekonomi dan hal ini dapat mempengaruhi

kualitas hidup, sosioekonomi yang rendah berhubungan dengan kualitas

hidup yang rendah dan status kesehatan yang rendah. Hal ini bisa

disebabkan karena dengan sosio ekonomi yang rendah akan lebih sulit

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal, kesempatan

rekreasi, mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungannya, dan cenderung

menjadi tidak percaya diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ng. Nawi dkk di Purworejo Jawa

Tengah pada tahun 2010, mendapatkan hasil bahwa perempuan, usia yang

lebih tua, tidak menikah / janda / duda, pendidikan rendah dan ekonomi

rendah berhubungan kualitas hidup dan status kesehatan yang rendah pada

lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Brajkovic mendapatkan hasil bahwa

kualitas hidup pada lansia yang tinggal dirumahnya sendirian mempunyai

kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan lansia yang tinggal

didalam rumah perawatan. Hal ini dikarenakan di rumah perawatan

terdapat pelayanan kesehatan 24 jam, mempunyai interaksi interpersonal

yang baik dan kehidupan sosial yang baik.

Pada umumnya di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa, kualitas

hidup lansia sangat dipengaruhi oleh fungsi keluarga karena kultur budaya

di Jawa biasanya orang tua / lansia tinggal bersama dengan anaknya dan

setelah mereka tidak produktif lagi. Keluarga sebagai unit terkecil dari

masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti interaksi

keluarga tersebut dengan tetangga-tetangganya, keaktifan keluarga


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat. Keluarga sangat dipengaruhi

oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut oleh keluarga tersebut dan

ketaatannya terhadap agama itu. Pendidikan juga mempengaruhi fungsi

keluarga, pada beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa pendidikan

yang rendah, fungsi keluarga tersebut cenderung rendah karena

pengetahuannya rendah dan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik.

Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh ekonomi, bila ekonomi

rendah maka fungsi keluarga juga tidak akan sehat, karena anggota

keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat,

makanan yang bergizi, pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan

yang maksimal yang akan mengakibatkan kualitas hidup anggota

keluarganya tidak baik. Kesehatan sangat mempengaruhi fungsi keluarga,

bila terdapat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

memadai maka fungsi keluarga akan menjadi tidak sehat karena anggota

keluarganya tidak sehat akan menyebabkan angka kesakitan pada keluarga

tersebut meningkat dan mengakibatkan kualitas hidupnya buruk.

Pengukuran kualitas hidup dari lansia itu sendiri terdiri dari 4

domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, kehidupan sosial dan

lingkungannya yang sangat berhubungan dengan fungsi keluarga, dan

dipengaruhi juga oleh SCREEM (social, culture, religious, education,

economic, medical)

Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia

untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan

diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia

tersebut,

D. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian disebabkan oleh obyek penelitiannya

adalah manusia yang mempunyai karakteristik dan kepentingan yang

beragam dan penelitian ini hanya mengunakan satu variabel bebas yaitu

fungsi keluarga dan satu variabel terikat yaitu kualitas hidup manusia.

Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin,

bentuk keluarga dan pekerjaan dengan kualitas hidup pada lansia. Dengan

demikian perlu penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih

besar untuk meningkatkan kuasa statistik (statistical power) .

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang lansia yang menjadi

anggota Kelompok Jantung sehat Surya Group Kediri dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan

kualitas hidup lansia, dan lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi

keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali

lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat.

B. Implikasi

Pelayanan dokter keluarga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup

lansia dengan lebih meningkatkan perhatian secara menyeluruh dari fungsi

keluarga. Peran dokter keluarga diharapkan dapat memberikan upaya

diagnosis yang holistik, komprehensif, dengan memperhatikan peran dan

fungsi keluarga. Dokter dapat memberikan informasi dan edukasi

(promotif dan preventif) kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi

keluarga sehingga kualitas hidup lansia menjadi lebih baik.

C. Saran

1. Pemerintah dan pusat layanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan

tingkat primer hendaknya meningkatkan pelayanan kesehatannya

berdasarkan Family Oriented Medical Education (FOME) pada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keluarga-keluarga dengan berorientasi pada fungsi keluarga dan

memberi perhatian lebih untuk pelayanan kesehatan kepada lansia

secara holistik dan komprehensif

2. Kepada keluarga lansia diharapkan dapat meningkatkan fungsi

keluarganya, sehingga dapat selalu mendukung para lansia untuk

meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Kepada para lansia hendaknya lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di

masyarakat, selalu bersosialisasi di masyarakat dan tetap produktif.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai