Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola hidup bersih dan sehat merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh sebagian besar orang. Banyak orang yang belum menyadari betapa
penting nya kesehatan. Sehat merupakan karunia tuhan yang perlu
disyukuri,salah satu cara mensyukuri nya adalah dengan menjalankan pola
hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan
pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan
seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat merupakan pengertian lain dari PHBS (Proverawati
dan Rahmawati, 2012).
Menurut The Tobacco Atlas 3rd edition, 2009 terkait persentase
penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57%
pada penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk eropa timur dan
pecahan Uni Soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat, 8%
penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan
sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di
negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), (Fillipina (16,62%), Vietnam
(14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%), Kamboja
(2,07%), Laos (1,23%), Singapura (0,93%), dan Brunei (0,04%). Menurut
WHO seperti yang dilaporkan oleh dw.com yang menyatakan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di
dunia bersanding dengan beberapa negara di kawasan Eropa Timur.
Program pembinaan pola hidup bersih dan sehat yang di canangkan
pemerintah sudah berjalan sekitar lebih dari 15 tahun, tetapi keberhasilan nya

1
2

masih jauh dari harapan. Dari hasil Riskesdas 2013 didapatkan data analisis
PHBS meliputi 294.959 RT (220.895 RT tanpa balita dan 74.064 RT
memiliki balita). Proporsi nasional RT dengan PHBS baik adalah 32,3 persen,
dengan proporsi tertinggi DKI Jakarta (56,8%) dan proporsi terendah Papua
(16,4%), proporsi Kalsel pada tahun 2013 juga dibawah 32,3 persen yang
merupakan proporsi nasional RT dengan PHBS baik.
Penerapan PHBS di rumah tangga seringkali diabaikan oleh masyarakat
sangat jarang sekali upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan memperaktekan pola hidup bersih dan sehat. Rumah tangga
yang ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 indikator di rumah
tangga yaitu: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI
ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap
hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah
(Proverawati & Rahmawati, 2012).
Berdasarkan data WHO(2012), sebanyak 67% dari semua pria di
Indonesia yang berusia lebih dari 15tahun merupakan perokok aktif. Dua dari
tiga pria di Indonesia memilikikebiasaan merokok. Sementara sekitar 3%
perempuan Indonesia juga perokok. Berdasarkan data Global Adults Tobacco
Survey (2011), Indonesiamemiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan
prevalensi perokok laki-laki sebesar 67% (57,6 juta) dan prevalensi perokok
wanita sebesar 2,7% (2,3juta). Angka kematian akibat penyakit tidak menular
yang berhubungandengan rokok diperkirakan terus meningkat. Sedikitnya 5
juta orangmeninggal di seluruh dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh
tembakausetiap tahunnya. Jumlah ini dikhawatirkan akan mencapai 10 juta
pertahunpada tahun 2030 dimana 70% kematian terjadi di negara-negara
berkembang(WHO, 2012). Data tersebut juga menyebutkan bahwa penyakit
yang terkaitmerokok membunuh paling sedikit 200.000 orang setiap tahun di
Indonesia.
3

Indonesia adalah negeri ketiga dengan jumlah perokok terbanyak di


dunia setelah india dan china, rokok relatif murah dan dapat dibeli oleh
siapapun dan dimanapun. Tidak demikian halnya dinegara-megara maju,
termasuk di Amerika Serikat, diaman regulasi tentang rokok dan merokok
semakin ketat membatasi peredaran rokok dan kebebasan para pecandunya.
Rokok termasuk barang mahal di amerika. Rokok hanya ada di convenience
store (toko kelontong), pharmacy (apotek), supermarket, atau toko-toko
khusus yang menjual produk tembakau, ruang bagi perokok pun sangat
dibatasi. ruang-ruag publik seperti bandara, restoran, stasiun bus, dan kereta
api, kendaraan umum dan perkantoran tak mengijinkan orang untuk merokok.
Kalaupun mengizinkan biasanya mereka menyediakan ruangan khusus untuk
merokok agar tidak bercampur dengan pengunjung lain. Di Amerika ada
beberapa tempat yang memiliki aturan “we card” yang mengharuskan toko
yang menjual rokok memeriksa kartu identitas orang yang akan membeli
rokok untuk memastikan bahwa dia sudah berusia lebih dari 18 tahun. Pada
tahun 2015 jumlah perokok di Amerika turun ke level terendah sepanjang
yang ditercatat sejarah. Sekarang jumlah perokok di negara itu sekitar 17,8%
dari populasi. (Kompas, 2015).
Pada tahun 2016, dari 16.326 jumlah rumah tangga pada Wilayah kerja
Puskesmas Sungai Jingah diambil sampel dengan masing-masing kelurahan
210 rumah dengan jumlah 630 rumah yang dipantau, terdapat 277 rumah
yang ber-PHBS (44%). Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak rumah
di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah yang belum ner-PHBS, paling
banyak dari indikator penilaian yang jatuh adalah masih banyaknya merokok
didalam rumah dan bayi tidak mendapatkan ASI Ekslusif (Puskesmas Sungai
Jingah. 2017).
Menurut Mubarak (2011) mengemukakan bahwa pembentukan perilaku
merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah perilaku
seseorang, dan diawali dari lingkungan keluarga, peran orang tua sangat
membantu untuk menjelaskan serta memberikan contoh mengenai apa yang
sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak.
4

Tidak merokok di dalam rumah adalah individu yang tidak mempunyai


kebiasaan merokok di dalam rumah pada saat ada anggota rumah tangga
lainnya serta memperhitungkan juga rumah tangga yang tidak ada anggota
rumah tangga yang merokok (Riskedas, 2013). Di harapkan semua orang agar
tidak merokok, terutama bila berdekatan dengan ibu hamil, bayi dan di tempat
umum. Belum ada orang meninggal saat merokok. Itulah prinsip bagi
perokok. Tapi, apakah orang di sekitar kita suka dengan asap rokok? Itu yang
tidak pernah dipikirkan. Bahaya merokok tidak dapat dilihat secara langsung
akan tetapi dalam kurun waktu yang cukup lama. Percayakah kita? Orang
selalu berpikir merokok atau tidak semua orang pasti meninggal. Tetapi
kandungan zat berbahaya dalam dalam rokok tersebut bisa membuat manusia
menyimpan penyakit yang akan berkembang selama hidup, hanya tinggal
menunggu kapan penyakit itu akan mulai bereaksi terhadap tubuh kita. Orang
yang merokok dipastikan mempunyai nafas yang lebih pendek, karena organ
tubuh saluran ke paru-parunya tertutupi oleh nikotin dan zat berbahaya di
dalam rokok (Proverawati dan Rahmawati, 2012).
Merokok adalah hal yang dapat menimbulkan berbagai penyakit
berbahaya health.detik.com memaparkan daftar 15 penyakit yang disebabkan
oleh rokok, seperti dikutip dari netdoctor.co.uk dan buzzle yaitu: Kanker paru
(diketahui sekitar 90 persen kasus kanker paru diakibatkan oleh rokok, kanker
kandung kemih (tejadi pada sekitar 40 persen perokok), kanker payudara
(perempuan yang merokok lebih berisiko mengembangkan kanker payudara),
kanker serviks (sekitar 30 persen kematian oleh kanker serviks disebabkan
oleh merokok), kanker pencernaan, kanker kerongkongan ( sekitar 80 persen
kasus kanker esofagus telah dikaitkan dengan meokok, kanker ginjal, kanker
mulut, kanker tenggorokan, serangan jantung, penyakit jantung koroner,
arteroskelrosis, penyakit paru obstruktif kronik, impotensi, gangguan medis
lainnya. Penelitian tentang Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan
Pembentukan Karakter Manusia, Nururrahmah (2014) Menemukan bahwa
Kebiasaan mengisap rokok dapat memberi pengaruh buruk bagi kesehatan
dan juga pembenukan karakter manusia karena salah satu efek utamanya
5

adalah bersifat adiktif yang menyebabkan ketergantungan dan menyebabkan


manusia menjadi lebih egois dengan membiarkan merokok didepan umum
dan merugikan kesehatan orang lain. Kebiasaan mengisap rokok juga dapat
ditanggulangi dengan cara menghentikan efek balik rokok dan memberikan
bekal khusus kepada perokok untuk menolak keinginan merokoknya.
Bahaya penyakit yang akan di derita oleh perokok pasif adalah
meningkatkan risiko kanker paru-paru dan penyakit jantung, masalah
pernafasan termasuk radang paru-paru dan bronchitis, bersin dan batuk-batuk,
sakit tenggorokan, sakit kepala. Bahaya asap rokok terhadap ibu hamil dan
janin yang dikandungnya adalah keguguran janin, pembesaran janin tercatat
30% lebih tinggi, kematian janin dalam kandungan, pedarahan dari uri
(abruption placenta), berat badan berkurang 20 hingga 30%. Bahaya asap
rokok terhadap bayi adalah masalah dan penyakit pernafasan, mengganggu
terhadap perkembangan kecerdasan, jangkitan telinga, leukimia, kanker otak
22%, cepat lelah, sindrom kematian secara mendadak (Wiarto, 2013).
Keluarga yang menghisap asap rokok tapi bukan sebagai perokok
disebut sebagai perokok pasif. Perokok pasif adalah seseorang yang tidak
merokok secara langsung namun menghirup asap rokok dari orang-orang
yang merokok di sekitarnya seperti dirumah maupun di lingkungan kerja.
Meski tidak secara langsung merokok,perokok pasif bisa turut terkena
dampak buruk nya juga. Pada orang dewasa senantiasa menghirup asap rokok
secara pasif dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang kanker
paru-paru sebanyak 25 persen, stroke, serangan jantung bahkan gagal jantung.
Pada wanita hamil menjadi perokok pasif dalam masa kehamilannya beresiko
lebih tinggi untuk mengalami komplikasi seperti keguguran, lahir mati, dan
bayi dengan berat badan dibawah rata-rata. Pada anak-anak yang menghirup
asap rokok lebih beresiko terserang kondisi seperti: asma, pilek, pneumonia,
bronkitis, alergi, meningitis, dan sindrom kematian bayi mendadak. Bukan
hanya kesehatan perokok pasif yang terganggu, kemampuan akadmik anak
juga lebih rendah dibandingkan anak yang tidak terpajan asap rokok (Wiarto,
2013).
6

Berdasarkan hasil observasi pada masyarakat diwilayah kerja


Puskesmas Sungai Jingah dari 10 rumah yang dilakukan observasi hanya 1
rumah (10%) yang didalmnya tidak ada satu pun yang merokok, sedangkan 9
rumah lainnya (90%) ada anggota keluarga yang merokok.
Hasil tanya jawab kepada pasien maupun keluarga pasien yang berobat
ke Puskesms Sungai jingah dari 15 orang yang dilakukan tanya jawab 4 orang
(27,6%) tidak ada keluarga yang merokok dirumah, sedangkan 11 orang
(72,4%) menjawab ada keluarga yang berprilaku merokok dirumah.
Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahi
tentang gambaran upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
tentang perilaku tidak merokok di rumah di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Jingah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahi tentang gambaran upaya menurunkan proporsi prilaku
merokok anggota rumah tangga khusus di dalam rumah di wilayah kerja
puskesmas sungai jingah
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi permasalahan yang ada pada kegiatan upaya
menurunkan proporsi prilaku merokok anggota rumah tangga khusus
di dalam rumah
b. Mengetahui alternatif pemecahan masalah dalam hal tentang
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) khususnya tentang perilaku tidak merokok di dalam
rumah.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini menambah wawasan peneliti dan pengalaman dalam
penelitian ilmiah serta sebagai bahan masukan untuk pengembangan
7

penelitian selanjutnya.
2. Bagi Instansi Magang
Dengan adanya hasil ini agar dapat dijadikan gambaran bagaimana
untuk tindak lanjut kedepan dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya
tentang perilaku tidak merokok didalam rumah.

Anda mungkin juga menyukai