STROKE NON-HEMORRAGIC
Disusun Oleh :
Anisah Noviariyanti 201730008
Dokter Pembimbing :
dr.Jo
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dapat dimodifikasi (contoh: obesitas, hipertensi, diabetes, dll). Identifikasi faktor
resiko sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di satu negara.
3
BAB II
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S
Umur : 47 tahun
Alamat : Kemayoran
Status : menikah
Agama : Islam
ALLO-ANAMNESIS
Keluhan Utama : sulit bicara, Lemah pada anggota tubuh kiri
4
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat sakit jantung (+)
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat DM disangkal
• Riwayat serangan stroke disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat untuk keluhan saat ini
STATUS GENERALIS
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,50C
Status Generalis
Kepala : Normochepal, hematoma dibagian belakang kepala (-)
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)..
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), lidah tremor
(-),
faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, perdarahan (-)
Telinga: Normotia, sekret (-)
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
5
Thorax
Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), splenomegali (-), hepatomegaly (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
STATUS NEUROLOGIK
Kesadaran : somnolen
GCS : Eafasia M5 V4
Rangsang Meningeal
Tidak dilakukan
Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)
Dextra Sinistra
Daya pembau Sulit dinilai Sulit dinilai
N.II (Optikus )
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Pengenalan warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan
Papil edema
6
Arteri:Vena
N.III (Okulomotorius)
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Medial + +
Atas
Bawah
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS ±3 mm
Refleks Cahaya
+ +
Langsung
Refleks Cahaya
+ +
Konsensual
Akomodasi Baik Baik
N.IV (Trokhlearis)
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah
N.V (Trigeminus)
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
+
Oftalmikus
Maksilaris +
Mandibularis +
Refleks kornea +
7
N.VI (ABDUSENS)
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
N.VII (FASIALIS)
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Tertinggal normal
N.VIII (Vestibulochoclearis)
Dextra Sinistra
Tes bisik + +
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach
N. XI (Aksesorius)
Dextra Sinistra
8
Memalingkan kepala Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
N.XII (Hipoglosus)
Motorik
Kekuatan Otot 3333 5555
4444 5555
Sensorik
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah
Refleks Fisiologi
9
Dextra Sinistra
Bisep Hiperefleksi +
Trisep Hiperefleksi +
Brachioradialis Hiperefleksi +
Patella Hiperefleksi +
Achilles Hiperefleksi +
Reflex Patologis
Dextra Sinistra
Babinski + -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : hemiparesis sinistra, paralisis nervus VII sentral
dan XII sentral
Diagnosis Etiologi : hipertensi
Diagnosis topis : intraventrikel lateral dan ketiga dextra
Diagnosis Patologis : perdarahan intraventrikel
10
PENATALAKSANAAN
Head up 30 derajat
Pasang IV Line
02 dengan nasal kanul 3Lpm
Infus
Medikasi (Pengobatan)
Citikolin 2x 500mg
Aspilet 1x1 tab
Ranitidin 2x1 tab
11
BAB III
ANALISIS MASALAH
12
Hemiparesis Sering Sering dari awal
dari awal
Gangguan bicara Bisa ada Sering
Likuor Berdarah Jernih
Parese N. III Tidak ada Tidak ada
13
2. Apa perbedaan lesi nervus VII sentran dan perifer?
Sentral
Pada lesi sentral, otot-otot wajah bagian bawah saja yang mengalami
kelumpuhan sedangkan otot wajah atas tidak lumpuh
Perifer
Pada lesi perifer, baik otot wajah atas maupun bawah mengalami
kelumpuhan
Terapi Akut
Pada fase akut stroke iskemik, usaha dokter terutama terarah untuk
membatasi kehilangan neuronal ireversibel di area iskemik, seluas
mungkin. Terapi bertujuan untuk menyelamatkan jaringan otak yang
14
menjadi disfungsional akibat iskemia, tetapi tetap intak secara struktural
(penumbra iskemik). Strategi penyelamatan adalah dengan
mengembalikan sirkulasi “normal” ke area iskemik secepat mungkin.
Rekanalisasi cepat pada pembuluh darah yang tersumbat. Jika pembuluh
darah tersumbat oleh embolus, misalnya embolus dapat diuraikan oleh
percepatan sistem fibronolitik tubuh (terapi trombolitik). Zat trombolitik,
baik recombinant tissue plasminogen activator (rtPA) atau urokinase dapat
diberikan baik secara intravena (sistemik) maupun intra-arterial.
Kemungkinan indikasi untuk terapi trombolitik sebaiknya
dipertimbangkan pada semua pasien dengan stroke akut. Namun, hanya 5-
7% pasien yang dapat menjadi kandidat terapi karena terapi trombolitik ini
hanya efektif bila diberikan sesuai dengan kriteria pemeriksaan yaitu
segera setelah onset tanda dan gejala neurologis dalam 3 jam untuk
trombolisis sistemik, dan dalam 6 jam untuk trombolisis lokal. Perdarahan
intrakranial harus disingkirkan dengan pemeriksaan CT Scan atau MRI
sebelum dilakukan trombolisis.
Pada semua pasien dengan stroke akut, secara umum tekanan perfusi yang
adekuat harus dipertahankan di area otak yang berisiko. Dengan demikian,
tekanan darah arterial harus dikontrol ketat, dan tidak diberikan terapi
antihipertensi kecuali tekanan darah sistolik > 180 mmHg.
Pada pasien dengan infark yang luas, tanda klinis peningkatan tekanan
intrakranial harus diperhatikan dan diterapi (sakit kepala, mual, muntah,
akhirnya penuruana kesadaran dan kemungkinan aniskoria). Tindakan
non-bedah mungkin cukup untuk menurunkan tekanan intrakranial hingga
mencapai tingkat aman sepanjang infark dan edema di sekitarnya tidak
terlalu besar, dengan cara elevasi bagian kepala tempat tidur hingga 30
derajat, hiperventilasi (jika ventilator), dan infus manitol.
Pada pasien lebih muda dengan infark yang sangta luas, hemikraniektomi
sebaiknya dipertimbangkan pada fase awal sebelum peningkatan tekanan
intrakranial semakin mengganggu perfusi serebral.
15
Pemberian obat neuroprotektif diketahui mempengaruhi ukuran infark
pada berbagai hewan percobaan dengan stroke, tetapi harapan bahwa obat
ini memberikan hasil yang sama pada pasien stroke akut sejauh ini belum
menunjukkan hasil penelitian klinis yang bermakna secara statistik.
Pencegahan sekunder
Tujuannnya adalah untuk mencegah stroke setelah setidaknya terjadi satu
episode iskemia serebri. Metode medis dan bedah digunakan sebagai
pencegahan sekunder. Pemberian aspirin dosis rendah (100 mg/hari)
menurunkan risiko stroke berulang hingga 25%. Tidak ada bukti bahwa
dosis tinggi memberikan hasil yang lebih baik. Penghambar agregasi
trombosit seperti ticlopidine dan clopidogrel memiliki efek protekfit yang
lebih jelas daripada aspirin tetapi keuntungannya ditutupi oleh harganya
yang lebih mahal dan beberapa efek samping yang serius. Antikoagulasi
terapeutik dengan warfarin sangat efektif untuk menurunkan risiko stroke
pada pasien dengan fibrilasi atrium dan denyut jantung yang ireguler,
penurunan risiko relatif 60-80% pada pasien ini.
16
Penelitian berskala besar menunjukkan terapi pembedahan pada stenosis
arteri karotis interna berderajat tinggi 70-80% menurunkan risiko stroke
pada periode follow up sekitar 50%. Metode baru untuk mengatasi stenosis
karotis adalah stenting dan dilatasi endoluminal.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Yatsu FM, Villar-Cordova C. Atherosclerosis. In: Stroke, Patopgysiology,
Diagnosis, and Management. 3rd ed. New York : Churchill Livingstone,
1998:29-36.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011. Guideline
STROKE.Jakarta : PERDOSSI
3. Guyton AC. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC 1997 : 327-373
4. Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan
Gejala. Jakarta. EGC
5. Sylvia A.Prince, Loraine M Willson.2005.Patofisiologi Volume 2.Jakarta:EGC.
6. http://medicallinkgo.wordpress.com/2012/04/24/stroke/
18