Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA

PADA MATA KULIAH TEORI BILANGAN TERHADAP PRESTASI


BELAJAR
Urip Tisngati 1 ) , Nely Indra Meifiani 2 )
Dosen Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Pacitan
1)
ifedeoer@gmail.com
2)
indrameifiani@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat ex-post facto. instrumen
yang digunakan untuk Pengumpulan data terdiri dari kuesioner dan tes prestasi belajar
matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak terdapat pengaruh secara
bersama-sama kepercayaan diri dan pola asuh orang tua pada mata kuliah teori
bilangan terhadap prestasi belajar Matematika; 2) Terdapat pengaruh kepercayaan diri
pada mata kuliah teori bilangan terhadap prestasi belajar Matematika.

Kata Kunci: kepercayaan diri, pola asuh orang tua, prestasi belajar matematika

1. PENDAHULUAN menuntut peran pendidik untuk


Matematika memiliki peranan yang mendorong, membimbing dan memberi
sangat penting bagi peserta didik supaya fasilitas belajar bagi peserta didik dengan
punya bekal pengetahuan dan untuk tetap memperhatikan karakteristik yang
pembentukan sikap serta pola pikirnya dimiliki tiap peserta didik.
sehingga kelak dapat hidup layak, Hal ini penting dipahami bagi
akhirnya dapat berkontribusi pada pendidik bahwa kemampuan setiap peserta
kemajuan bangsa dan negaranya Menurut didik berbeda-beda. Tiap peserta didik
Waluya (2012: 2-3). Melalui pembelajaran akan mencapai prestasi belajarnya dengan
matematika, sebagai alat, pola pikir dan kecepatan, dan cara-cara yang berbeda.
ilmu atau pengetahuan. siswa diharapkan Adanya faktor-faktor yang dapat
dapat menumbuhkan kemampuan berfikir mempengaruhi keberhasilan dalam proses
kritis, logis, efektif dan efisien dalam pembelajaran menjadi variabel yang harus
memecahkan masalah. diperhatikan oleh pendidik. Menurut
Pencapaian tujuan pembelajaran Slameto, (2010: 54), faktor-faktor yang
matematika tersebut salah satunya dapat mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
dinilai dari keberhasilan peserta didik tetapi dapat digolongkan menjadi dua
dalam memahami matematika dan golongan, yaitu faktor intern dan faktor
memanfaatkan pemahaman tersebut untuk ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
menyelesaikan persoalan-persoalan ada dalam diri individu yang sedang
matematika. Dalam hal ini proses belajar belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
mengajar pada pembelajaran matematika faktor yang ada di luar individu. Faktor

8
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18

internal antara lain terkait dengan mental atau psikologis diri seseorang yang
kemampuan intelektual, emosional, dan memberi keyakinan kuat pada dirinya
psikomotorik. Sedangkan faktor eksternal untuk berbuat atau melakukan sesuatu
seperti lingkungan, guru, dan sebagainya. tindakan. Orang yang tidak percaya diri
Kemampuan afektif peserta didik yang memiliki konsep diri negatif, kurang
menjadi penting untuk diperhatikan adalah percaya pada kemampuannya, karena itu
kepercayaan diri peserta didik. Sedangkan sering menutup diri.
faktor di luar peserta didik yang dapat Rendahnya pencapaian prestasi belajar
mempengaruhi keberhasilan belajar bagi matematika, khususnya dalam hal ini
peserta didik adalah orang tua. adalah prestasi belajar mahasiswa
Menurut Bandura (Sudardjo dan pendidikan matematika pada materi teori
Purnamaningsih, 2003: 68), kepercayaan bilangan selain disebabkan oleh materi
diri merupakan suatu keyakinan yang yang terbilang sulit dan mungkin pengaruh
dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu dari penerapan metode pembelajaran, atau
berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk akibat kurangnya rasa percaya diri, juga
memperoleh hasil seperti yang diharapkan. disebabkan oleh hal-hal lain misalnya
Sementara itu Taylor dkk (Sudardjo dan kondisi lingkungan belajarpeserta didik.
Purnamaningsih, 2003: 69) menyatakan Kondisi lingkungan tersebut misalnya
bahwa orang yang percaya diri memiliki lingkungan yang tidak nyaman dan
sikap positif terhadap diri sendiri. Secara pergaulan remaja yang bebas sehingga
logis, kepercayaan diri tinggi dapat dapat mengganggu konsentrasi belajar
menimbulkan rasa optimis sehingga siswa.
peserta didik merasa benar dalam Lingkungan keluarga menurut
menyelesaikan soal matematika, meskipun Rahman (2002: 38) adalah:
konsep yang digunakan salah. Sedangkan “lingkungan yang dialami anak dalam
kepercayaan diri sedang dan rendah dapat berinteraksi dengan anggota keluarga,
menimbulkan rasa pesimis sehingga baik interaksi secara langsung maupun
peserta didik merasa kurang yakin dalam tidak langsung. Suasana keluarga akan
menyelesaikan soal matematika. Kondisi berpengaruh bagi perkembangan
ini memberikan asumsi bahwa kepribadian anak. Peserta didik yang
kepercayaan diri dapat menghambat dalam belajar akan menerima pengaruh dari
menyelesaikan soal matematika.Menurut keluarga berupa cara orang tua
Thantaway dalam Kamus istilah mendidik, relasi antar anggota keluarga,
Bimbingan dan Konseling suasana rumah, dan keadaan ekonomi
(2005:87), percaya diri adalah kondisi keluarga.”

9
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani

Menurut Santrock (2007: 163) memelihara, membimbing, dan


pengasuhan (parenting) memerlukan mengarahkan putra-putrinya. Sikap
sejumlah kemampuan interpersonal dan tersebut tercermin dalam pola pengasuhan
mempunyai tuntutan emosional yang kepada anaknya yang berbeda-beda,
besar, namun sangat sedikit pendidikan karena orangtua mempunyai pola
dan pengetahuan mengenai tugas ini. pengasuhan tertentu. Sebagai pengasuh
Kebanyakan orang tua mempelajari dan pembimbing dalam keluarga, orang
praktik pengasuhan anak dari orang tua tua sangat berperan dalam meletakkan
mereka sendiri. Sebagian praktik tersebut dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Orang
mereka terima dan sebagian lagi mereka tua jugadapat merealisasikan dan
tinggalkan. Suami dan istri (orang tua) menciptakan situasi dan kondisi yang
mungkin saja membawa pandangan yang dihayati anak-anaknya agar memiliki
berbeda mengenai pengasuhan ke dalam dasar-dasar dalam pengembangan diri
keluarga. Dapat diartikan bahwa proses
Pola asuh orang tua terhadap anak mendidik anak tiap orang tua tentunya
merupakan bentuk interaksi antara anak tidak sama. Hal ini karena dari faktor
dan orang tua selama mengadakan pengalaman dan tingkat pendikan dari
kegiatan pengasuhan yang berarti orang orang tua masing-masing. Orang tua yang
tua mendidik, membimbing, dan mempunyai tingkat pendidkan tinggi akan
mendisiplinkan serta melindungi anak mempunyai wawasan yang luas terhadap
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan pandangan hidup maupun terhadap dunia
norma-norma yang berlaku dalam pendidikan sehingga berharap kelak anak-
lingkungan setempat dan masyarakat. anaknya akan dapat memperoleh
Orang tua mempunyai peran yang sangat pendidkan yang tinggi dan menjadikan
penting dalam menjaga, mengajar, anak-anaknya berguna bagi nusa dan
mendidik, serta memberi contoh bangsa. Berbeda dengan orang tua yang
bimbingan kepada anak-anak untuk tingkat pendidikannya rendah atau sedang,
mengetahui, mengenal, mengerti, dan mereka akan mempunyai wawasan yang
akhirnya dapat menerapkan tingkah laku kurang luas terhadap pendidkan, sehingga
yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma- dalam mendidik anak kebanyaakan mereka
norma yang ada dalam masyarakat. melakukannnya berdasarkan apa yang
Dalam mengasuh anak, orang tua pernah di peroleh pada zaman dahulu,
dipengaruhi oleh budaya yang ada misalnya mereka dahulu hanya lulus
dilingkungannya. Disamping itu, orang tua tingkat sekolah dasar maka tidak mustahil
diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam

10
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18

jika mereka akan menurunkannya kepada merasa perlu menjelaskan kepada anak apa
anak –anaknya. guna dan alasan dibalik aturan tersebut,
Dapat dipahami bahwa peranan orang serta cenderung mengekang keinginan
tua dalam keluarga sangat penting sekali anaknya
mengingat keluarga adalah tempat pertama Pola asuh demokratis adalah pola asuh
dan utama bagi anak dalam memperoleh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban
pendidikan dan proses adaptasi orang tua dan anak adalah sama dalam arti
lingkungan. Peserta didik yang tinggal di saling melengkapi, anak dilatih untuk
dalam lingkungan keluarga yang tidak bertanggung jawab dan menentukan
utuh dan sering terjadi pertengkaran antar perilakunya sendiri agar dapat berdiplin
anggota keluarga kondisi emosionalnya mendorong anak untuk mandiri namun
akan jauh berbeda dengan peserta didik masih menerapkan batas dan kendali pada
yang tinggal dilingkungan keluarga yang tindakan mereka. Orang tua yang otoritatif
harmonis. menunjukkan kesenangan dan dukungan
Menurut Grant dan Ray (2010: 78) sebagai respons terhadap perilaku
terdapat 3 macam pola asuh orang tua, kontruktif anak. Mereka juga
yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh mengharapkan perilaku anak yang dewasa,
otoritatif/demokratis, pola asuh yang mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak
mengabaikan, pola asuh yang menuruti. yang memiliki orang tua otoritatif sering
Pola asuh otoriteradalah gaya kali ceria, bisa mengendalikan diri dan
yangmembatasidan menghukumdi mana mandiri, dan berorientasi pada prestasi
orang tuamendesakanak untukmengikuti untuk mempertahankan hubungan yang
petunjukmereka,menghormatipekerjaan ramah dengan teman sebaya, bekerja sama
dan usahamereka.Pola asuh otoriter adalah dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi
bentuk pola asuh yang menekankan pada stres dengan baik
pengawasan orangtua atau kontrol yang Pengasuhan yang mengabaikan adalah
ditujukan kepada anak untuk mendapatkan gaya di mana orang tua sangat tidak
ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang
adalah pengasuhan yang kaku, diktator, memiliki orang tua yang mengabaikan
dan memaksa anak untuk selalu mengikuti merasa bahwa aspek lain kehidupan orang
orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku tua lebih penting daripada diri mereka.
orangtua dalam berinteraksi dengan anak Anak-anak ini cenderung tidak memiliki
bercirikan tegas, suka menghukum, anak kemampuan sosial. Banyak di antaranya
dipaksa untuk patuh terhadap aturan- memiliki pengendalian diri yang buruk
aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa dan tidak mandiri. Mereka sering kali

11
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani

memiliki harga diri yang rendah, tidak upaya memenuhi kebutuhan individu dari
dewasa, dan mungkin terasing dalam Maslow, maka keluarga merupakan
keluarga. lembaga pertama yang dapat memenuhi
Pengasuhan yang menuruti adalah kebutuhan tersebut
gaya pengasuhan di mana orang tua sangat Jika dikaitkan hubungan antara
terlibat dengan anak, namun tidak terlalu kepercayaan diri peserta didik dengan
menuntut atau mengontrol mereka. Orang faktor dari keluarga, para ahli
tua dengan tipe ini membiarkan anak berkeyakinan bahwa kepercayaan diri
melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, bukanlah diperoleh secara instant,
anak tidak pernah belajar mengendalikan melainkan melalui proses yang
perilakunya sendiri dan selalu berharap berlangsung sejak usia dini, dalam
mendapatkan keinginannya. Beberapa kehidupan bersama orangtua. Meskipun
orang tua sengaja membesarkan anak banyak faktor yang mempengaruhi
mereka dengan cara ini karena mereka kepercayaan diri seseorang, namun faktor
percaya bahwa kombinasi antara pola asuh dan interaksi di usia dini,
keterlibatan yang hangat dan sedikit merupakan faktor yang amat mendasar
batasan akan menghasilkan anak yang bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap
kreatif dan percaya diri orangtua, akan diterima oleh anak sesuai
Berdasarkan uraian di atas dapat dengan persepsinya pada saat itu.
diketahui bahwa proses pembelajaran Orangtua yang menunjukkan kasih,
dapat dilakukan di dalam keluarga dan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih
masyarakat selain lingkungansekolah. sayang serta kelekatan emosional yang
Inilah yang dinamakan dengan lingkungan tulus dengan anak, akan membangkitkan
tempat tinggal peserta didik dalam rasa percara diri pada anak tersebut. Anak
memperoleh pendidikan awal. Keluarga akan merasa bahwa dirinya berharga dan
memiliki peranan yang sangat penting bernilai di mata orangtuanya. Dan,
dalam upaya mengembangkan pribadi meskipun ia melakukan kesalahan, dari
anak. Perawatan orang tua yang penuh sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya
kasih sayang dan pendidikan tentang nilai- tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial dicintai dan dihargai bukan tergantung
budaya yang diberikannya merupakan pada prestasi atau perbuatan baiknya,
faktor yang kondusif untuk namun karena eksistensinya. Di kemudian
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan hari anak tersebut akan tumbuh menjadi
anggota masyarakat yang sehat. Apabila individu yang mampu menilai positif
mengaitkan peranan keluarga dengan dirinya dan mempunyai harapan yang

12
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18

realistik terhadap diri seperti orangtuanya Populasi dalam penelitian ini adalah
meletakkan harapan realistik terhadap mahasiswa prodi Pendidikan Matematika
dirinya Untuk menumbuhkan rasa percaya STKIP PGRI Pacitan. Sedangkan
diri yang proporsional maka individu sampelnya adalah mahasiswa prodi
harus memulainya dari dalam diri sendiri. Pendidikan Matematika Semester II tahun
Hal ini sangat penting mengingat bahwa akademik 2013/2014.
hanya individu yang bersangkutan yang Teknik pengumpulan data dalam
dapat mengatasi rasa kurang percaya diri penelitian ini adalah dengan cara
yang sedang dialaminya. memberikan angket atau kuesioner.
Berdasarkan uraian tersebut, tujuan Sedangkan untuk mengukur prestasi
dari penelitian ini adalah untuk belajar matematika, peneliti menggunakan
mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan nilai tes prestasi belajar. Instrumen yang
pola asuh orang tua terhadap prestasi digunakan dalam penelitian ini adalah
belajar mata kuliah Teori Bilangan angket angket kepercayaan diri, pola asuh
mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP orang tua dan tes prestasi belajar
PGRI Pacitan. matematika
Pengujian hipotesis menggunakan
2. METODE PENELITIAN tehnik analisis regresi linier berganda
Penelitian ini menggunakan dengan 2 variabel bebas, dengan
pendekatan kuantitatif, dengan jenis Uji anava dalam penelitian ini
penelitian ex-post facto, karena meneliti menggunakan bantuan SPSS 16.0.
hubungan yang saling mempengaruhi serta Pengujian prasyarat analisis berupa uji
tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan multikolinieritas, uji heterokedastisitas, uji
terhadap variabel dan data yang diambil normalitas, dan uji autokorelasi.
pada penelitian ini setelah atau saat
kejadian berlangsung. Sesuai dengan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tujuan penelitian di atas maka desain Hasil
penelitian adalah : Analisis data penelitian ditunjukkan
untuk menguji pengaruh kepercayaan diri
X1 dan pola asuh orang tua pada pelajaran
Y matematika terhadap prestasi belajar. Ada
X2
2 (dua) variabel bebas dalam penelitian
X1: Kepercayaan Diri ini, yaitu variabel X1 adalah kepercayaan
X2: Pola Asuh Orang Tua
diri, X2 adalah pola asuh orang tua pada
Y : Prestasi belajar
pelajaran matematika. Untuk variabel

13
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani

terikatnya adalah prestasi belajar Dari hasil Tabel 1 di atas diperoleh


matematika. Untuk variabel X2 adalah pola nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan
asuh orang tua, data dikategorikan menjadi berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak
3. Hal ini dikarenakan ada 3 macam pola sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
asuh yang diungkapkan dalam penelitian linier antara variabel X1 (kepercayaan diri)
ini, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh dengan variabel Y.
demokratis, dan pola asuh permisif. Pada Untuk melihat pengaruh variabel X1
penelitian ini hanya variabel X1 (kepercayaan diri) terhadap variabel Y
(kepercayaan diri) yang berpengaruh digunakan uji t. Hasil uji t diperlihatkan
terhadap prestasi belajar matematika seperti pada tabel 2 berikut.
siswa, sedangkan variabel X2 (pola asuh Tabel 2
orang tua) tidak berpengaruh.. Dalam
penelitian ini pengujian hipotesis
menggunakan analisis regresi ganda
dengan variabel dummy. Metode yang
digunakan dalam analisis regresi ganda
Berdasarkan Tabel 2 di atas masing-
adalah metode stepwise. Perhitungan
masing nilai sig lebih kecil dari 0.05 maka
analisis regresi ganda dengan metode
dapat disimpulkan ada pengaruh antara
stepwise disajikan pada tabel 1 sampai 5
variabel X1 (kepercayaan diri) dan variabel
berikut ini
Y (Prestasi belajar matematika). Dari tabel
Pada penelitian ini hanya variabel X1
di atas juga menggambarkan persamaan
(kepercayaan diri) yang berpengaruh
regresi, sehingga dapat dilihat bahwa
terhadap prestasi belajar matematika
persamaan regresinya adalah:
siswa, sedangkan variabel X2 (pola asuh
orang tua) tidak berpengaruh.
Y = 32,605 + 0, 516 X1
Untuk melihat apakah ada hubungan
yang linier antara variabel X1
Di mana
(kepercayaan diri) terhadap variabel Y
Y = prestasi belajar Matematika
digunakan uji anava. Hasil uji anava
X1 = kepercayaan diri
disajikan pada tabel berikut.
Persamaan di atas menunjukkan
Tabel 1
bahwa untuk koefisien regresi X1 sebesar
0, 516 mempunyai arti bahwa setiap
penambahan 1 poin kepercayaan diri di
mana pola asuh orang tua bersifat tetap
pada pelajaran matematika maka prestasi

14
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18

belajar siswa SMP kelas VIII di 2. Uji heteroskedastisitas


Kabupaten Pacitan akan bertambah
sebesar 0,516.
Tabel selanjutnya akan disajikan nilai
koefisien determinasi yang merupakan
besarnya sumbangan variabel X1
(kepercayaan diri) terhadap Y.

Tabel 3

Gambar 1

Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa


titik-titik menyebar dan tidak berbentuk
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai R
Square 0,166, hal ini berarti bahwa sebesar pola tertentu. Dengan demikian dapat

16,6% prestasi belajar Matematika dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
heteroskedastisitas.
dijelaskan dengan menggunakan variabel
kepercayaan diri. Sisa dari R Square, yaitu
3. Uji normalitas residual
83,4% (100% - 16,6%) prestasi belajar Tabel 5
Matematika dipengaruhi oleh faktor lain.
Pengujian asumsi
Sebelum mendapatkan persamaan
regresi ganda, ada empat uji asumsi dasar
yang harus dipenuhi, yaitu
1. Uji multikolinieritas
Tabel 4
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa
besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
0,644 dan nilai asympt.sig (2-tailed)
adalah 0,800 > 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data residual
Berdasarkan tabel 4 ternyata variabel berdistribusi normal.
bebas mempunyai nilai VIF < 10. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas antara variabel
bebas.

15
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani

Pembahasan
1. Berdasarkan analisis regresi ganda
dengan variabel dummy diperoleh
kesimpulan bahwa variabel
kepercayaan diri belajar terbukti telah
memberikan pengaruh dan signifikan
terhadap prestasi belajar Matematika.
Berdasarkan hasil uji koefisien
determinasi, besarnya pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap
Gambar 2
variabel terikat (R square) sebesar
Berdasarkan gambar 2 di atas, terlihat 0,166. Hal tersebut memberikan
bahwa titik-titik menyebar disekitar garis pengertian bahwa hanya 16,6% prestasi
diagonal serta penyebarannya tidak jauh belajar dipengaruhi oleh variabel
dari garis diagonal. Dengan demikian kepercayaan diri. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwa data residual ternyata masih banyak variabel lain
berdistribusi normal. sebesar 83,4% (100% - 16,6%) yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar
4. Uji autokorelasi Matematika, seperti motivasi,
Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat kecerdasan, minat, dan lingkungan
nilai DW sebesar 1,361. Sedangkan pada sosial. Sumbangan kepercayaan diri
tabel Durbin Watson dengan variabel terhadap prestasi belajar Matematika
bebas (k) = 2 dan n = 93 nilai dL = 1,5966 ditunjukkan oleh koefisien yaitu
dan dU = 1,72955. Oleh karena nilai DW sebesar 0,516. Dengan demikian, hasil
hitung kurang dari nilai dL, sehingga dapat penelitian ini menunjukkan bahwa jika
disimpulkan bahwa model regresi linier seseorang mempunyai kepercayaan diri
ganda terdapat masalah autokorelasi. belajar yang tinggi, maka variabel
Masalah autokorelasi ini dapat disebabkan tersebut menyumbangkan sebesar
karena pada penelitian ini hanya 2 faktor 16,6% prestasi belajar Matematika
yang diteliti, yaitu kepercayaan diri dan siswa yang baik pula.
pola asuh orang tua pada pelajaran 2. Hasil analisis korelasi parsial
matematika, sedangkan faktor-faktor yang menunjukkan tidak terdapat model
lain tidak diteliti. Hal ini menjelaskan variabel pola asuh orang tua maka tidak
bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh terdapat pengaruh pola asuh orang tua
banyak faktor. terhadap prestasi belajar Matematika.

16
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18

Hal tersebut dikarenakan banyak faktor Saran


yang mempengaruhi prestasi belajar 1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat
Matematika. Seperti hasil dari angket meningkatkan kepercayaan diri yang
ternyata jawaban mahasiswa dapat mendukung dalam belajar.
mengerucut ke satu tipe pola asuh yaitu 2. Orang tua diharapkan meluangkan
pola asuh demokratis. Selain itu waktu untuk anaknya agar dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain membimbing, mengarahkan, dan
seperti sikap, motivasi, minat, dan memberikan fasilitas yang memadai
bakat anak terhadap Matematika. Dapat bagi anaknya dalam mendukung proses
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh belajar di rumah.
yang signifikan pola asuh orang tua 3. Dosen diharapkan dapat membantu
terhadap prestasi belajar. siswa tidak hanya dalam belajar akan
tetapi dalam memotivasi siswa serta
4. KESIMPULAN melakukan pendekatan terhadap siswa
dan orang tua atau wali siswa agar
Kesimpulan
dapat meningkatkan prestasi belajar
Berdasarkan analisis data dan
anak didiknya.
pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut.
5. REFERENSI
1. Tidak terdapat pengaruh secara
Agus Widarjono. (2010). Analisis
bersama-sama kepercayaan diri dan statistika multivariate terapan.
pola asuh orang tua pada mata kuliah Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
teori bilangan terhadap prestasi belajar
Matematika mahasiswa STKIP PGRI Berns, R.M. (2004). Child, family, school,
community socialization and
Pacitan. support (6rd ed.). London, UK:
2. Terdapat pengaruh kepercayaan diri Thomson Learning.

terhadap prestasi belajar Matematika Gazzaniga, M.S. & Heatherton, T.F.


mahasiswa STKIP PGRI Pacitan.. (2003). Psychological science:
mind, brain, and behavior. New
3. Tidak terdapat pengaruh pola asuh York: W.W. Norton & Company,
Inc.
orang tua terhadap prestasi belajar
Matematika mahasiswa STKIP PGRI Geary, D.C., & Flin, M.V. (2001).
Evolution of human parental
Pacitan.
behavior and the human family.
Parenting: Science and Practice, 1,
5-61.
Grant, K.B., & Ray, J.A. (2010). Home,
school, and community
collaboration. California: Sage.

17
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani

Grassi, C. (2004). Gender-based Waluya. 2012. “Peran Matematika Dan


achievement, self-confidence and Pendidikan Matematika Dalam
enrollment gaps: Mathematics at Membangun Karakter Bangsa”.
trinity college. Diakses dari Prosiding. ISBN: 978-979-16353-8-
http://www.trincoll.edu/depts/educ/ 7 tahun 2012. Yogyakarta: FMIPA
Recearch/Grassi.pdf UNY.

Hannula, M.S., Maijala, H., & Yoder, J. & Proctor, W. (1988). The
Pehkonen, E. (2004). self-confident child. New York: Fact
Development of understanding and on File Publications.
self confidence in Mathematics;
grades 5-8. Journal of Mathematics
education, 3, 17-24. Diambil pada
tanggal 23 Januari 2011 dari
http://www.emis.de/proceedings/P
ME28/RR/RR162_Hannula.pdf

Imam Ghozali. (2009). Aplikasi analisis


multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Nawangsari, N.A.F. 2001. Pengaruh Self-


Efficacy dan Expectancy-Value
terhadap Kecemasan Menghadapi
Pelajaran Matematika. Jurnal
Psikologi Pendidikan: Insan Media
Psikologi, 3,2, 2001, 75-88.
Program Pascasarjana UNY. (2011).
Statistika. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UNY.

Santrock, J.W. (2007). A topical approach


to life-span development. New
York: McGraw-Hill.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan


anak (Terjemahan Mila Rahmawati
dan Anna Kuswanti). Texas: The
University of Texas at Dallas.

Siska, Sudardjo & Purnamaningsih, Esti


Hayu. 2003. “Kepercayaan Diri dan
Kecemasan Komunikasi
Interpersonal Pada Mahasiswa”.
Jurnal Psikologi. Vol. 9 No. 2 tahun
2003.http://jurnal.psikologi.ugm.ac.i
d/index.php/fpsi/article/view/106/96
.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai