Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Tn. S, umur 32 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA,
agama Islam, suku Jawa, alamat Tanjung Bintang dan status perkawinan
belum menikah. Tn. S adalah pasien rawat inap di ruang Kutilang, nomor
rekam medis 033XXX dan dilakukan pengambilan data dan pemeriksaan
pada tanggal 12 Maret 2018 pukul 09:00 WIB.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI


Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 12 Maret 2018 dan alloanamnesis
dari Ny. S, kakak kandung pasien yang tinggal bersebelahan dengan pasien.
Alloanamnesis dilakukan via telepon pada tanggal 12 Maret 2018.

A. Keluhan Utama
Pasien sering mendengar suara-suara bisikan, mengamuk dan menyerang
ibu kandung pasien

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar oleh bapak dan petugas puskesmas Tanjung Bintang
ke IGD RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung tanggal 5 Maret 2018
karena sering mendengar suara-suara bisikan, mengamuk dan menbawa
golok.

4 tahun yang lalu, pasien pulang merantau dari Tanggerang dimana pasien
bekerja sebagai buruh pabrik karpet. Saat pasien pulang ke Lampung,
pasien mengalami perubahan tingkah laku seperti mengamuk, membawa
senjata tajam seperti golok dan terlihat cemas serta gelisah, namun
terkadang sering melamun. Pasien merasakan bahwa sesuatu bayangan
hitam yang mengikuti pasien dimanapun pasien berada meskipun begitu
pasien tidak merasa bahwa nyawanya terancam. Pasien juga mengatakan

1
bahwa sering mendengar bisikan - bisikan suara perempuan yang berbeda-
beda, kadang terdengar seperti suara saudara pasien. Bisikan tersebut
sering menghina dan memfitnah pasien. Pasien juga pernah melihat
bayangan hitam, macan putih, dan macan hitam. Pasien mengatakan
bahwa macan putih sering menyuruh pasien melakukan hal baik
sedangkan macan hitam meyuruh pasien melakukan hal jahat. Pasien
mengatakan dia hanya mengikuti perintah yang baik-baik dan mencoba
melawan bisikan yang menyuruh dia untuk melakukan hal jahat. Selain itu
pasien pernah merasakan seperti berada di dimensi yang berbeda. Pasien
juga mengatakan sering merasakan ada yang aneh dari organ tubuhnya dan
sering merasa pegal. Pasien pernah merasakan tangan pasien bukan
tangannya sendiri dan sulit dikendalikan.

1 bulan terakhir, pasien mengatakan bahwa bisikan tersebut semakin lama


semakin sering menghina dan memfitnah pasien, diikuti dengan perasaan
tidak tenang karena bayangan hitam yang mengikutinya sering muncul
bahkan seperti memegang leher pasien dari belakang hingga membuat
pasien ketakutan. Hal ini membuat pasien mencoba untuk melawan suara-
suara tersebut, lalu mengamuk dan pasien juga pernah memukul ibu
kandungnya sendiri.

Menurut pasien, ia tidak pernah sekolah namun setelah dikonfirmasi


dengan pihak keluarga, pasien pernah bersekolah hingga SMA. Menurut
keluarga, perilaku pasien yang dianggap aneh terjadi sejak empat tahun
yang lalu sepulang dari perantauan. Pasien belum pernah dibawa untuk
berobat sebelumnya. Pasien sering berbicara sendiri dan emosi labil yang
ditunjukkan dengan wajah yang tampak murung dan mengamuk hingga
membawa golok. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari pasien masih
bisa melakukannya dengan baik, namun sosialisasi dengan keluarga
maupun tetangganya sedikit berkurang

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

2
Pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa meskipun sudah
mengalami perubahan perilaku sejak 4 tahun yang lalu.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien mengatakan merokok 1 bungkus perhari sejak berusia 7 tahun,
dan mulai mengonsumsi alkohol pada usia 10 tahun sebanyak
seminggu sekali, sekali minum pasien menghabiskan 2 botol
berukuran sedang, namun pasien berhenti sudah lama bertahun-tahun
lalu (pasien tidak bisa merincikan kapan pasien berhenti). Saat
dikonfirmasi dengan keluarga, pasien memang perokok dan pernah
mengonsumsi alkohol. Pasien mengatakan tidak pernah memakai
NAPZA.

3. Riwayat Penyakit Medis Umum


Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, asma, diabetes mellitus atau
penyakit yang berhubungan dengan sistem endokrin lainnya, tidak
memiliki riwayat trauma kepala, tidak pernah terjadi penurunan
kesadaran maupun kejang, dan tidak terdapat gangguan kongenital.

D. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Lahir secara
normal, cukup bulan, dengan posisi tidak sungsang, Ketika lahir
langsung menangis, proses persalinan dibantu oleh dukun beranak.

2. Periode Bayi dan Balita


Pasien diasuh dan dirawat oleh ibu dan keluarganya. Menurut
keluarganya, perkembangan dan pertumbuhan pasien sesuai dengan
usianya.

3. Periode Masa Kanak-kanak (6-12 tahun)


Menurut keluarga, masa kanak-kanak pasien tidak berbeda dengan
anak-anak lainnya. Pasien dapat bergaul dengan teman-temannya dan
tergolong sopan. Pasien bahkan lebih senang bergaul dengan orang-
orang yang lebih tua usianya dari pasien.

3
4. Periode Masa Remaja (12-18 tahun)
Pasien mengaku tidak menempuh jenjang sekolah, namun keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien sekolah hingga SMA. pasien
mengaku tidak pernah mendengar bisikan-bisikan seperti memanggil
namanya dan tidak dikenali oleh pasien pada masa ini. Pasien sudah
mengenal dan mengkonsumsi rokok dan alkohol.

E. Riwayat Pendidikan
Pasien mengatakan pasien tidak pernah menempuh jenjang pendidikan.
Namun, menurut keterangan keluarga, pasien menempuh pendidikan
hingga SMA.

F. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja sejak 4 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien bekerja
sebagai buruh pabrik karpet di Tanggerang.

G. Riwayat Hukum
Keluarga mengatakan pasien tidak pernah terkait atau bermasalah dengan
hukum yang berlaku di Indonesia.

H. Riwayat Perkawinan / Psikoseksual


Pasien belum pernah menikah, namun pernah memiliki hubungan dengan
2 orang wanita di usia awal 20-an. Pasien mengatakan tidak pernah
merasakan patah hati meskipun putus dengan pacarnya.

I. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien pemeluk agama islam. Pendidikan agamanya didapat dari keluarga
dan lingkungan sekitar. Namun pasien tidak menjalankan nilai agamanya
sesuai keyakinan yang dianut.

J. Riwayat Keluarga

4
Pasien merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara. Pasien tinggal
bersama ibu dan bapak pasien. Menurut keluarga pasien, tidak ada
keluarga yang memiiki keluhan seperti pasien.

Skema Pedigree

Keterangan:
= laki-laki = perempuan

= pasien = tinggal satu rumah

K. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari bapak pasien yang
merupakan petani.

L. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama bapak dan ibu pasien. Saat ini pasien tidak bekerja.
Keadaan pasien tampak mulai berubah sejak 4 tahun yang lalu setelah
pulang dari perantauan. Menurut keluarga keluhan seperti mengamuk,
membawa senjata tajam, emosi labil, suka melamun dan memukul ibu
pasien pada 1 bulan yang lalu. Semenjak kejadian pemukulan ibu pasien,
keadaan pasien menjadi semakin memberat. Sulit untuk diajak
berkomunikasi, dan sering merasa cemas.

M. Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai

5
Pasien tidak memiliki cita-cita. Penilaian terhadap agama, nilai sosial
cukup baik.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, berambut cepak baru saja dipotong sebelumnya
rambut pasien panjang melewati bahu dan lurus, mengenakan baju kaos
merah dan celana setinggi lutut. Terlihat tato di kedua lengan, kedua
kaki, leher, dan bagian dada depan bermotif batik, dan bekas tindikan di
telingan kanan. Kulit sawo matang, kuku panjang dan memakai sandal.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Selama wawancara pasien dalam keadaan tenang. Kontak mata dengan
pemeriksa cukup. Beberapa kali memberikan senyuman yang tidak
lepas.

3. Sikap terhadap Pemeriksa


Kooperatif

B. Keadaan Afektif
Mood : Disforia
Afek : Sempit
Keserasian : appropriate

C. Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien spontan, lancar, artikulasi jelas,
intonasi sedang, volume cukup, kualitas baik, kuantitas cukup, kontak
mata baik.

D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
visual (+),auditori (+), olfaktori (+), taktil (+), gustatorik (-),
2. Ilusi
Tidak ditemukan
3. Derealisasi

6
Ditemukan
4. Depersonalisasi
Ditemukan

E. Proses Berpikir :
1. Proses dan Bentuk Pikir
Koheren, pasien dapat menjawab cukup spontan bila diajukan
pertanyaan.
2. Arus Pikiran
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ditemukan

3. Isi pikiran
Pada pasien tidak didapatkan kemiskinan isi pikir. Pasien didapatkan
waham kejar (merasa diikuti oleh bayangan hitam kemanapun pasien
pergi), waham persekutorik (merasa difitnah oleh orang lain bahkan
pasien merasa oleh keluarga pasien sendiri).
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf Kesadaran
Kompos mentis.

2. Orientasi
a. Waktu : baik (pasien mengetahui waktu saat dilakukannya
wawancara)
b. Tempat : baik (pasien mengetahui tempat saat dilakukannya
wawancara)
c. Orang : baik (pasien dapat menyebutkan nama orang di sekitar
pasien)
d. Situasi : baik (pasien menyebutkan situasi ramai saat dilakukannya
wawancara)

3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik (pasien dapat menyebutkan tempat tinggal
pasien sewaktu kecil)
b. Jangka Sedang : baik (pasien dapat mengingat siapa yang
membawanya ke RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung)
c. Jangka Pendek : baik (pasien dapat menyebutkan menu
makanannya pagi ini)
d. Segera : tidak baik (pasien tidak dapat menyebutkan nama
pemeriksa)
4. Konsentrasi dan Perhatian : baik

7
5. Kemampuan Membaca dan Menulis : tidak dapat baca tulis
6. Kemampuan Visiospasial : baik
7. Kemampuan Kalkulasi : sedikit terganggu
8. Pikiran Abstrak : baik
9. Intelegensi dan Kemampuan Informasi : sesuai dengan taraf
pendidikannya

G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien dapat
mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara.

H. Daya Nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Terganggu

I. Tilikan
Tilikan 4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab dari penyakitnya.

J. Taraf dapat dipercaya


Pasien kurang dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan
gastrointerstinal dalam batas normal.

B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi :53x/menit, RR:18x/menit, suhu:
36,7o C

C. Pemeriksaan Fisik
1. Mata : tidak ditemukan kelainan
2. Hidung : tidak ditemukan kelainan
3. Telinga : tidak ditemukan kelainan
4. Paru Jantung : Bradikardia, (N: 53x/menit)
5. Abdomen : tidak ditemukan kelainan
6. Ekstremitas : tidak ditemukan kelainan

D. Status Neurologis

8
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.

E. Pemeriksaan Laboratorium
Pada tanggal 5 Februari 2018
Hb: 15,3 g/dL; eritrosit: 5,5 juta/uL; leukosit: 9.400/uL; trombosit:
254.000 uL; Ht: 44%, SGOT: 27 mg/dL; SGPT: 35 mg/dL; MCV: 38 fL
Kesan: dalam batas normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tn. S, laki-laki, 32 tahun, Islam, belum menikah, tidak bekerja, tinggal di
Tanjung Bintang, masuk ke RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada tanggal
5 Maret 2018. Pasien diantar oleh bapak dan petugas puskesmas Tanjung
Bintang karena mengamuk dan pernah memukul ibunya. Riwayat stressor
tidak ada. Perubahan pasien dirasakan 4 tahun yang lalu dimana pasien baru
pulang dari perantauan. Sejak saat itu, emosi pasien sangat labil, cenderung
kurang berinteraksi dengan orang-orang sekitar, sering berbicara sendiri dan
merasa cemas. Gejala memberat sejak 1 bulan terakhir dimana pasien
menyerang ibu pasien, dan pernah membawa senjata tajam. Pasien
mendengar dan percaya bahwa ada yang senang memfitnah pasien, serta
pasien merasa ada bayangan hitam yang mengikuti pasien.

Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala, kejang, ataupun penyakit


organik lainnya. Pasien pernah mengonsumsi rokok sejak usia 7 tahun
sebanyak 1 bungkus per hari dan alkohol sejak usia 10 tahun sebanyak 2 botol
per minggu namun pasien tidak pernah menggunakan zat psikotropika. Dari
pemeriksaan status mental didapatkan penampilan pasien dengan badan
penuh tato di lengan kiri, kanan, kedua kaki, leher dan bagian dada, bekas
tindik di telinga kanan. Mood disforia dan afek sempit. Pasien cukup
kooperatif, ketika senyum terlihat kurang lepas dan sering menyatukan kedua
tangan. Tilikan derajat 4. Pada status generalis tidak tampak adanya kelainan.
Pada hasil laboratorim tidak tampak adanya kelainan.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

9
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, maka kasus ini
termasuk gangguan jiwa karena menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien serta terdapat hendaya (disability) dalam fungsi aktivitas sosial.

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam
tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik lainnya yang dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum gangguan jiwa. Hal tersebut dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik
(F0). Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengkonsumsi alkohol namun
hal tersebut sudah ditinggalkan oleh pasien bertahun lalu dan jumlah 2 botol
per minggu tidak mengakibatkan kerusakan organ yang berat hingga
menimbulkan efek psikotik dan pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat
psikoaktif lainnya, berdasarkan hal tersebut, pasien bukan termasuk
penderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol atau
zat psikoaktif lainnya (F1).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien. Pada pasien ini


didapatkan halusinasi auditorik, visual, olfaktorik, dan taktil. Pada pasien
juga dijumpai depersonalisasi, derealisasi, dan adanya keluhan yang
berhubungan dengan gangguan isi pikir perihal waham berupa waham
persekutorik dan waham kejar. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak 4
tahun yang lalu namun pasien belum pernah mendapatkan pengobatan. Hal
ini dapat menjadi dasar untuk mendiagnosis skizofrenia (F20).
Berdasarkan adanya waham kejar dan curiga didapatkan diagnosis skizofrenia
paranoid (F20.0) sebagai diagnosis Aksis I.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan fungsi


kognitif baik, pengetahuan baik, dan pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda
gangguan kepribadian sehingga sampai saat ini tidak ada diagnosis aksis II.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda


kelainan ataupun kondisi medis yang bermakna sehingga tidak ada diagnosis
aksis III.

10
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap pasien, pasien memiliki
masalah terhadap lingkungan sosial, namun tidak memiliki masalah keluarga,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi dan hukum. Oleh karena itu pada
aksis IV terdapat masalah terkait lingkungan sosial.

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya


menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning) Scale. Menurut
PPDGJ III, pada aksis V didapatkan GAF saat ini (GAF current) adalah 70-
61 yaitu gejala ringan dan disabilitas ringan dalam menjalani aktivitas sosial,
kerja, pendidikan, namun secara umum masih baik, dan memiliki hubungan
interpersonal yang bermakna. GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah
70-61, yaitu gejala ringan dan disabilitas ringan dalam menjalani aktivitas
sosial, kerja, pendidikan, namun secara umum masih baik, dan memiliki
hubungan interpersonal yang bermakna. GAF cenderung menetap karena
selama 4 tahun terakhir pasien tidak mendapatkan pengobatan sebagaimana
mestinya.

VII.EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia paranoid
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Belum ada diagnosis
Aksis IV : Masalah terkait lingkungan sosial
Aksis V : GAF (current) 70-61
GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 70-61

VIII. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter.
 Psikologik
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi visual, audiotorik, olfaktori,
taktil. Disertai adanya waham kejar dan waham persekutorik sehingga
pasien membutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka.
 Sosiologik

11
Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan stigma
buruk pada pasien sehingga keluarga dan lingkungan pasien
membutuhkan psikoedukasi.

IX. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : Dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
 Risperidone 2 x 1 mg
 Triheksipenidil (THP) 2 x 2 mg
 Asam folat 1 x 1
 Neurodex 2 x 1
2. Psikoterapi
 Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
 Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik serta
menganjurkan untuk berobat teratur. Mempersiapkan diri dan
memperhitungkan apabila ingin melanjutkan perkuliahan.
Membiasakan diri untuk menceritakan setiap permasalahan.
 Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang sekitar
pasien (Keluarga dan Tetangga) untuk memberikan dorongan dan
menciptakan lingkungan yang kondusif. Membiasakan untuk
memusyawarahkan apabila terdapat permasalahan.

XI. DISKUSI
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien ini tidak ditemukan riwayat trauma kepala,
tidak ditemukan demam tinggi atau kejang, tidak memiliki gangguan vaskular,
tidak memiliki penyakit autoimun, tidak memiliki gangguan metabolik endokrin
ataupun kelainan organik lainnya sebelum pasien mengalami keluhan. Hal ini
dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik

12
(F0). Pada pasien juga tidak didapatkan riwayat penggunaan NAPZA, sehingga
menyingkirkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif (F1).

Pasien ini memiliki gejala yang sangat khas yaitu berupa adanya gangguan
persepsi seperti halusinasi, depersonalisasi dan derealisasi, isi pikir yang berupa
waham kejar dan curiga. Pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa karena
gangguan tersebut menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien (Maslim, 2013).

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya distorsi realita,
disorganisasi dan kemiskinan psikomotor. Gejala psikotik ditandai oleh
abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi, emosi, motivasi,
neurokognitif, serta aktvitas motoric. Gejala pada skizofrenia sering kali dikenal
sebagai gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif meliputi waham, halusinasi
dan gangguan pikiran formal. Gejala negatif direfleksikan dalam bentuk
kemiskinan pembicaraan, penumpulan dan pendataran afek, anhedonia, penarikan
diri secara sosial, kurangnya inisiatif atau motivasi dan berkurangnya atensi.

Kriteria diagnostik gangguan skizofrenia berdasarkan DSM-V (APA, 2013):


a. Terdapat   2   atau   lebih   dari   kriteria   dibawah   ini,   masing­masing   terjadi

dalam kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah

berhasil diobati). Paling tidak salah satu harus ada (delusi), (halusinasi),

atau (bicara kacau ): 

(1) Delusi/Waham 

(2) Halusinasi 

(3) Bicara Kacau (sering melantur atau inkoherensi) 

(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik 

(5)   Gejala   negatif   (ekspresi   emosi   yang   berkurang   atau   kehilangan

minat)

b. Disfungsi Sosial/Pekerjaan 

13
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu

atau lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang

dicapai   sebelum   awitan   (atau   jika   awitan   pada   masa   anak­anak   atau

remaja,   ada   kegagalan   untuk  mencapai   beberapa   tingkat   24  pencapaian

hubungan interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan). 

c. Durasi 

Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode

6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila

telah berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif) dan

dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode

gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi

sebagai gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam

kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (keyakinan aneh,

pengalaan perseptual yang tidak lazim). 

d. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif 

Gangguan   skizoafektif   dan   gangguan   depresif   atau   bipolar   dengan   ciri

psikotik telah disingkirkan baik karena: 

(1) Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor yang terjadi

bersamaan dengan gejala fase aktif. 

(2) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif

singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

e. Eksklusi kondisi medis umum/zat 

Gangguan   tersebut   tidak   disebabkan   efek   fisiologis   langsung   suatu   zat

(obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi medis umum.

f. Hubungan   dengan   keterlambatan   perkembangan   global.  Jika   terdapat

riwayat   gangguan   autistik   atau   keterlambatan   perkembangan   global

14
lainnya,   diagnosis   tambahan   skizofrenia   hanya   dibuat   bila   waham   atau

halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan (atau

kurang bila telah berhasil diobati)

Sedangkan berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik untuk gangguan


skizofrenia sebagai berikut (Maslim, 2013):
 Setidaknya salah satu dari gejala berikut:
(1) Adanya pikiran yang bergema (thought echo), penarikan pikiran atau
penyisipan (thought insertion atau thought withdrawal, dan penyiaran
pikiran (broadcasting).
(2) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi
(delusion of being influenced), atau “passivity”, yang jelas merujuk pada
pergerakan tubuh, anggota gerak, atau pikiran, perbuatan dan perasaan.
(3) Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien atau
sekelompok orang yang sedang mendiskusikan tentang pasien, atau bentuk
halusinasi suara lainnya yang datang dari beberapa bagian tubuh.
(4) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap
tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas
keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan “manusia super”
(tidak sesuai dengan budaya dan sangat tidak mungkin atau tidak masuk
akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan makhluk asing yang datang
dari planet lain)
 Setidaknya ada dua gejala dari berikut:
(1) Halusinasi yang menetap pada berbagai modalitas, apabila disertai
baikoleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide
berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus
(2) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi)
yang berakibat inkoheren atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.

15
(3) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme,
dan stupor.
(4) Gejala-gejala negatif, seperti sikap masa bodoh (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial (Kaplan, 2010).

Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling stabil dan paling sering
dijumpai di negara manapun. Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah
delusi persecusion dan grandeur, dimana individu merasa dikejar-kejar.
Gambaran klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, sering
kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama
halusinasi pendengaran. Gangguan afektif dan pembicaraan serta gejala-gejala
katatonik tidak menonjol (Elvira, 2013).

Berdasarkan PPDGJ III, maka kasus ini dititikberatkan pada:


Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Pedoman diagnostik :
 Memenuhi kriteria umum skiofrenia.
 Sebagia tambahan :
- Halusinasi dan atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atu
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control),dipengaruhi (delusion of influence), atau

16
“passivity”(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, dalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Pada pasien didapatkan gangguan berupa gejala positif berupa halusinasi visual
(melihat bayangan hitam yang tidak nyata, seseorang yang menyerupai wali-ahli
agama, macan berwarna hitam dan macan berwarna putih), halusinasi penciuman
(pasien terkadang merasakan adanya bau bangkai di sekitar pasien), halusinasi
auditorik (pasien sering berbicara sendiri). Selain halusinasi, pasien mengalami
gangguan persepsi yaitu derealisasi dimana pasien merasa lingkungan pasien
terasa aneh, seolah pasien masuk ke dimensi lain dan asing serta depersonalisasi
dimana pasien merasakan keanehan pada tangan kiri pasien yang terkadang tidak
bisa dikontrol dan terasa asing oleh pasien. Pasien juga mengalami gangguan isi
pikir seperti waham kejar (pasien merasa diikuti oleh bayangan hitam dan waham
persekutorik (merasa seperti diganggu dan difitnah oleh orang lain karena banyak
orang tidak menyukai kepribadian pasien). Gejala negatif juga nampak menurut
keterangan keluarga bahwa pasien cenderung menarik diri dan sedikit melakukan
interaksi dengan keluarga. Aktivitas sehari-hari self-hygiene tidak mengalami
perubahan, pasien masih melakukan makan, minum, mandi sebagaimana
mestinya. Tidak ditemukan kelainan pada postur tubuh, pembicaraan dan
gangguan mood pada saat wawancara dengan pasien. Gejala tersebut sudah
dialami oleh pasien sejak 4 tahun yang lalu dan memberat sejak 1 bulan terakhir.
Hal tersebut memenuhi kriteria umum skizofrenia paranoid (F20.0).

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan psikoterapi dan farmakoterapi. Obat


yang diberikan berupa Risperidon 2x2mg, THP 2x2mg, Asam folat 1x1, dan
Neurodex 2x1.

Risperidon
Risperidon merupakan golongan anti psikostik atipikal (APG-II) dengan
mekanisme kerja adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik

17
neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan system ekstrapiramidal
(Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga berafinitas terhadap “Serotonin 5
HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif untuk gejala
positif maupun negatif. Efek samping yang terjadi dapat berupa sedasi dan
inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung), gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson
seperti tremor, brdikinesia, rigiditas), gangguan endokrin, hematologik biasanya
pada pemakaian jangka panjang. Kekuatan antagonis D2 dari risperidone lebih
rendah bila dibandingkan dengan haloperidol, sehingga efek samping
ekstrapiramidalnya juga lebih rendah. Sediaan risperidone tersedia dalam bentuk
tablet 1mg, 2mg, 3mg; ada juga dalam bentuk depo (long acting) yang digunakan
setiap 2 minggu secara IM. Dengan rentang dosis 2-6mg/hari. Pada pasien ini,
diberikan risperidon dengan dosis 2x2mg, maka dapat disimpulkan dosis dan
indikasi pemberian risperidon sudah sesuai (PDSKJI, 2011)

Triheksipenidil
Triheksipenidil merupakan obat antikolinergik dengan mekanisme kerja sebagai
antagonis selektif reseptor asetilkolin M1 muskarinik (kortikal dan neuronal) dan
secara parsial menghambat aktivitas kolinergik di SSP, yang berperan pada gejala
parkinson. Efek samping obat ini berupa hipersensitivitas, euforia yang
berlebihan, penurunan fungsi memori jangka panjang, gangguan jantung,
gangguan gastrointestinal (mulut kering, mual dan muntah), kulit kering, retensi
urin dan haus. Antikolinergik tidak perlu diberikan secara rutin atau untuk tujuan
pencegahan efek samping ekstrapiramidal, karena munculnya efek samping
bersifat individual dan obat antikolinergik perlu diberikan hanya bila terjadi efek
samping ekstrapiramidal. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 2,5 mg dan elixir 2
mg/5ml. Dosis harian yang dianjurkan adalah 2-4x2 mg. Pada pasien ini diberikan
triheksipenidil 2x2 mg, maka dapat disimpulkan dosis sudah tepat (PDSKJI,
2011).

18
Pada pasien ini tidak diberikan klorpromazin (CPZ) dikarenakan pasien menjadi
bradikadi setelah pemberian CPZ tersebut. Klorpromazin merupakan golongan

APG 1 fenotiazin yang berpotensi rendah, bekerja sebagai antagonis reseptor

dopamin di otak. Sistem dopamin yang terlibat adalah sistem nigrostriatal,

mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler. Manifestasi efek samping yang

terjadi   berkaitan   dengan   hambatan   yang   berlebihan   pada   sistem­sistem

tersebut.   Bila   hambatan   pada   sistem   nigrostriatal   berlebihan,   gangguan

terutama   pada   aktivitas  motorik  dapat terjadi,   sedangkan hambatan pada

sistem mesolimbokortikal  dapat memengaruhi  fungsi kognitif.  Hambatan

yang   berlebihan   pada   sistem   tuberoinfundibuler   dapat   menyebabkan

gangguan endokrin. Oleh karena itu, untuk mengkompensasi  efek samping

dari APG 1, maka diberikan THP. Namun pada pasien ini tidak diberikan

APG1 sehingga  indikasi pemberian THP  menjadi  kurang tepat (PDSKJI,


2011)

Asam Folat dan Neurodex


Penelitian Roffman (2013) pada 140 subjek yang secara acak menambahkan asam
folat ditambah B12 atau plasebo per oral. Subjek yang menyelesaikan studi (n =
135) diperiksa perubahan gejala yang ada. Pasien yang menerima folat ditambah
B12 menunjukkan penurunan gejala negatif yang signifikan (-0,19 perubahan
SANS per minggu; 95% CI, -0,35 untuk -0,03; p = 0,02) dan mereka yang diberi
plasebo tidak menunjukkan perubahan (0,02 per minggu; 95% CI, -0,21 0,24; p =
88). Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi obat antipsikotik dengan folat
dan B12 memperbaiki gejala negatif skizofrenia. Brown et.al. (2014) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin, terutama asam folat,
vitamin B12 dan vitamin D, memainkan peranan penting pada pengobatan
skizofrenia di subkelompok tertentu. Di antara pasien dengan varian genetik
tertentu suplementasi baik folat maupun vitamin B12 bermanfaat, terutama untuk
memperbaiki gejala negatif..

19
Pada pasien juga perlu diberikan psikoterapi. Psikoterapi yang diberikan pada
pasien berupa ventilasi, konseling, dan psikoedukasi. Ventilasi merupakan bentuk
psikoterapi yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk
mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta
keluhannya akan berkurang. Konseling merupakan proses untuk membantu
seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional, dan
memutuskan hal tertentu. Sementara, psikoedukasi yaitu suatu psikoterapi yang
memberikan nasehat atau bimbingan dengan penuh wibawa dan pengertian
(Kusumawardhani, 2015).

Pada pasien ini di prognosis baik dikarenakan onset awal terjadinya episode
psikotik terjadi pada kisaran akhir usia 20-an, lalu sebelumnya pasien memiliki
fungsi pekerjaan dan sosial yang baik, dan pasien tidak ada riwayat keluarga yang
menderita skizofrenia (Elvira, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

20
American   Psychiatric   Association   (APA).   2013.   Diagnostic   and   Statistical
Manual   of   Mental   Disorder:   Fifth   Edition  (DSM­V).   United   States   of
America: APA.

Brown   HE,   et.al.,   2014.   Vitamin   Supplementation   in   the   Treatment   of


Schizophrenia.   CNS   Drugs.;   28(7):   611–622.   doi:10.1007/s40263­014­
0172­4.

Elvira,   S.D.,  Hadisukanto,  G.  2013.  Terapi  Fisik  dan   Psikofarmaka  di   Bidang
Psikiatri.   Buku   Ajar   Psikiatri.   Edisi   2.   Jakarta:   Badan   Penerbit   Fakulas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Kaplan,   H.I.,   Saddock,   B.J.,   dan   Grebb,   J.A.   2010.   Sinopsis   Psikiatri   Ilmu
Pengetahuan   Perilaku   Psikiatri   Klinis.   Edisi   Ketujuh.   Jakarta:   Binapura
Aksara.

Kusumawardhani, Husin A, Adikusumo A, Damping CE, Briliantina CE, Lubis
DB,   et   al.   2015.   Buku   Ajar   Psikiatri.   Jakarta:   Badan   Penerbit   Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III dan DSM­5. Jakarta: PT Nuh Jaya.

Perhimpunan   Dokter   Spesialis   Kedokteran   Jiwa   Indonesia.   2011.   Konsensus


Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Jakarta: AstraZeneca

Roffman JL, et.al., 2013. A Randomized Multi­Center Investigation of Folate Plus
B12 Supplementation in Schizophrenia. JAMA Psychiatry; 70(5): 481–489. 
doi:10.1001/jamapsychiatry.2013.900.

21
LAMPIRAN

22
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Pulang dari
perantauan

2014 2015 2016 2017 Sekarang


Jan Feb

28 tahun 29 tahun 30 tahun 31 tahun

Perasaan tidak
tenang karena
Mengamuk bayangan hitam
Membawa senjata tajam seperti golok sering muncul dan
Terlihat cemas serta gelisah
memegang leher
Berbicara sendiri
Sering melamun pasien dari belakang
Diikuti bayangan hitam hingga membuat
Bisikan - bisikan suara perempuan yang pasien ketakutan
berbeda-beda yang menghina dan memfitnah
Semakin sering
pasien
Sosok macan putih dan macan hitam yang mengamuk
menyuruh pasien melakukan sesuatu
Berada di dimensi yang berbeda
Aneh dari organ tubuhnya dan sering merasa
pegal.
Merasakan tangan pasien bukan tangannya
sendiri dan sulit dikendalikan. Mengamuk
Memukul ibu

23
AUTOANAMNESIS (12 Maret 2018 Pukul 09.00 WIB)
D : Assalamu’alaikum mas, perkenalkan saya Sutria dan Salsa, kami
merupakan dokter muda di sini, boleh ngobrol-ngobrol sebentar nggak
mas?
P : Iya boleh mba.
D : Mas, namanya siapa?
P : Nama saya P (Benar)
D : Gimana mas kabarnya?
P : Alhamdulillah baik
D : Uda berapa hari di sini mas?
P : Kurang lebih uda seminggu lah mba
D : Uda sarapan kan tadi mas? Lauk apa?
P : Nasi, telor, sayur, sama pisang mba
D : Mas, alamatnya dimana?
P : Di Tanjung Bintang mba (Daya ingat jangka menengah cukup)
D : Dari kecil sudah di Tanjung Bintang yah mas?
P : Gak mba, saya dulu tinggalnya di Gedong Aji, Tulang Bawang
D : Mas lahirnya tanggal berapa?
P : 1986 (Benar, daya ingat jangka panjang baik)
D : Jadi sekarang mba umurnya berapa?
P : 38 tahun mas (Pasien tidak memiliki kemampuan berhitung yang baik)
D : Mas tinggal di rumah sama siapa? Mas berapa bersodara?
P : Di rumah tinggal bertiga dengan ibu sama bapak, kalo saya 9 bersaudara
D : Mas anak ke berapa?
P : Saya anak ke-5 mba.
D : Nama kakak pertamanya siapa mas?
P : Mas Eddy Siswanto, sudah berkeluarga dan sudah punya 2 orang anak
D : Kalau adik terakhirnya namanya siapa mas?
P : Suprihatin, dia juga sudah menikah dan punya 2 orang anak, tinggalnya
di Teluk
D : Sekarang hari apa ya mas?
P : Senin. (Benar)

24
D : Kalau sekarang senin, besok hari apa mas?
P : Selasa mba.
D : Kalau kemarin?
P : Minggu dong.
D : Sekarang pagi atau siang atau sore atau malam ya mas?
P : pagi menuju siang (Orientasi waktu baik).
D : Mas tau ga sekarang mba lagi dimana?
P : Di RS Jiwa Provinsi Lampung. (Orientasi tempat baik).
D : Agamanya apa mas?
P : Islam mba
D : Sering sholat nggak?
P : Dulu waktu kecil sering mba, sekarang udah gak
D : Mas, dulu pernah jatuh terus kebentur kepalanya, demam tinggi, kejang-
kejang, atau penyakit lain?
P : Gak pernah mba
D : Mas merokok?
P : Iya mba, sampe sekarang
D : Kalo minum-minum alkohol?
P : Iya mba, pertama kali minum usia 10 tahun. Waktu itu saya minum vigur
pas ada acara takbiran
D : Minumnya berapa kali dalam seminggu? Kalo minum pake gelas atau
botol langsung?
P : Seminggu sekali mba, kalo minum langsung pake botol yang ukuran
sedang. Tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Saya sudah lama tidak
minum.
D : Kalo tatonya sejak kapan mas?
P : Ini juga udah lama, sejak ABG gitu mba.
D : Wah ini tato model apa ya mas?
P : Model batik ini mba
D : Wah, banyak juga yah tatonya. Dimana mas dapetin tatonya?
P : Sama temen mba, hehe.
D : Kalo make obat-obatan, mas pernah?

25
P : Kalo itu saya nggak pernah mba.
D : Oiya mas, waktu itu kesininya sama siapa mas? Naik apa?
P : Sama kakak dan bapak mba. Naik mobil.
D : Menurut mas, waktu itu kenapa dibawa ke sini?
P : Dibawa ke sini karena kata bapak mau diobatin, biar sembuh.
D : Memangnya mas sakit apa?
P : Saya merasa sakit di tubuh saya, sama saya juga suka denger-denger
orang ngatain saya
D : Orang tersebut ngatain mas kayak gimana mas? Suara nya itu terus atau
berganti-ganti orang?
P : Kalo lihat orangnya nggak mba. Suaranya ganti-ganti tapi selalu
perempuan mba, kadang saya dengar suara saudara saya yang ngefitnah
saya, kadang orang lain. Dia sering ngejek saya, dan kalo dia terlalu
keterlaluan saya marahin dia mba karena ga sopan.
D : Dia pernah nyuruh Mas melakukan sesuatu gak?
P : Gak mba, cuma saya kadang suka dibuat marah sama dia karena
mancing-mancing amarah saya.
D : Begitu ya. Mas pernah gak ngelihat sesuatu hal yang aneh?
P : Iya Mba, saya pernah melihat wali datang ke saya. Cuma bilang kalo
saya harus melakukan hal-hal yang baik.
D : Selain itu ada, pernah lihat hal-hal lain gak mas?
P : Pernah mba, saya pernah melihat macan warna hitam dan warna putih
berseliweran di sekitar saya. Kalo sama macan warna hitam, bawaannya
bikin saya marah, sedangkan kalo saya ketemu warna putih gak merasakan
apa-apa.
D : Mulai melihat hal-hal tersebut sudah berapa lama mas?
P : Sudah lama sekali mba, sudah bertahun-tahun. Saya lupa tepatnya kapan.
Saya juga pernah melihat bayangan hitam yang selalu ngikutin saya mba.
D : Bayangan itu melakukan apa ke mas?
P : Dia ngikutin saya, terus kemarin saya dipegang lehernya, bulu kuduk
saya langsung merinding mba.
D : Dia mau melakukan hal yang berbahaya ke mas?

26
P : Gak mba, tapi saya terganggu dengan kehadiran dia.
D : Mas pernah ngamuk gak sebelumya?
P : Ngamuk? Gak pernah mba, tapi saya sering marah kalo ada yang sering
ngatain saya.
D : Mas P sudah menikah?
P : belum mba.
D : Pernah pacaran?
P : Pernah, udah lama banget waktu usia saya 20an. Tapi gak sampe ke
pelaminan.
D : Putusnya kenapa ya mas?
P : Karena nggak cocok aja mba
D : Kalo boleh tau, dulu mas sekolah dimana ya?
P : Saya nggak sekolah mba.
D : Bisa baca tulis dan berhitung?
P : Baca tulis saya gak bisa mba, tapi berhitung saya bisa
D : Mas suka nyium-nyium bau busuk gitu ga?
P : Iya, pas baru-baru di sini, saya kayak nyium bau bangkai gitu mba.
D : mas ngerasa ada yang aneh ga sama tubuh mas?
P : ada, saya ngerasa tangan kiri saya kayak bukan punya saya, ngerasa
kayak gak dikontrol gitu, saya pernah jatuh dari motor karena gak bisa
ngegerakin tangan kiri. Sejak saat itu saya gak pernah mau mengendarai
motor lagi.
D : Mas juga pernah ngerasa ada yang aneh dengan lingkungan sekitar?
P : Iya, waktu sebelum saya dibawa ke sini, saya merasa ada yang aneh mba
dengan kamar saya. Saya seperti masuk dimensi lain.
D : mas ngerasa ga kalau pikiran mas dikendalikan sama orang lain?
P : engga
D : ngerasa ga kalau orang lain bisa baca pikiran mas?
P : engga juga
D : mas bilang ngerasa keluhan itu sejak bertahun-tahun lalu. Pernah di bawa
ke rumah sakit ga sebelumnya?
P : pernah, 1 tahun yang lalu saya berobat ke RSJ bekasi

27
P : ini baru pertama kalinya saya dibawa ke rumah sakit
D : mas pernah ga kepikiran, terucap atau malah nyoba bunuh diri?
P : enggalah mba, ngapain bunuh diri, dosa
D : mas ngerasa akhir-akhir ini ngerasa ga semangat, males buat ngapa-
ngapain?
P : nggak mba
D : mas beberapa waktu yang lalu ngerasa ini sulit tidur ga?
P : nggak juga mba
D : mas punya cita-citanya mau jadi apa?
P : hmmm, apa yah mba
D : Mas bisa baca dan nulis?
P : Nama juga gak sekolah mba, jadi ga bisa
D : Kalo ngambar rumah bisa mas?
P : (pasien bisa menggambar rumah)
D : mas saya ada angka 100 dikurang 7 berapa?
P : 93
D : kurangi lagi?
P : 86
D : kurangi lagi?
P : 79
D : kurangi lagi?
P : 74
D : kurangi lagi?
P : 67
D : mas, panjang tangan itu artinya apa?
P : suka maling
D : kalo presiden kita yang sekarang siapa?
P : Jokowi.
D : kalo suka maling itu baik gak mas?
P : ya nggak mba, itu dosa
D : kalo mas nemuin dompet terus mas apain dompetnya?

28
P : saya simpen, kalo ada yang nyariin saya kasih kalo nggak ada ya saya
pegang aja mba
D : nggak mau lapor polisi?
P : ribet mba
D : Mas kalau keluar dari sini mau ngapain?
P : mau pulang. Saya kangen sama keluarga mba.
D : Mas ngerasa ga kalau mba ini sakit?
P : Iya mba, saya ngerasa aneh dalam diri saya
D : Mas harus rajin minum obatnya, biar cepet pulang ya
P : Iya mba.
D : Ada yang mau ditanyain mba?
P : Engga mba.
D : Yaudah kalau gitu terimakasih ya mas F atas waktunya.
Keterangan :
Dokter Muda (D)
Pasien (P)

ALLOANAMNESIS (12 Maret 2018 Pukul 11.00 WIB)


Kakak kandung Pasien
D : Assalamu’alaikum, bu. Perkenalkan saya Salsabila petugas RSJ Provinsi
Lampung, saya ingin bertanya-tanya tentang Tn. S , boleh bu?
K : Wa’alaikumussalam. Oh iya mba, ini saya kakak kandungnya. Mau tanya
apa mba?
D : Ibu tinggal satu rumah dengan Tn. S?
K : Tidak mba, tapi rumah saya sebelahan sama rumah tempat tinggal Tn.S.
D : Kalau Tn. S tinggal serumah dengan siapa saja ya bu?
K : Sama ibu dan bapak kami mba.
D : Tn. S anak ke berapa dari berapa bersaudara ya bu?
K : Dia anak ke lima dari sembilan bersaudara. Tapi saudaranya yang lain
udah berkeluarga semua mba.
D : Oh iya bu, awal mula Tn. S mulai ada keluhan sejak kapan ya bu?
K : Dari 4 tahun yang lalu sejak dia balik dari rantau mba.

29
D : Keluhan awal yang muncul apa ya bu?
K : Awalnya dia mulai suka marah-marah. Sampai waktu itu dia bawa-bawa
golok marah marah sama suka cemas gelisah gitu. Suka ngomong sendiri
juga, bilang kalau ada yang mau nyerang dia. Waktu itu dia juga pernah
mukul ibu saya.
D : Selama 4 tahun itu tidak pernah dibawa untuk berobat bu?
K : Belum pernah mba, ngga punya uang juga mba.
D : Sebelumnya, Tn. S pernah ada kecelakaan atau kejang tidak bu?
K : Enggak ada mbak
D : Kira-kira ada hal yang mungkin jadi penyebab Tn.S seperti ini tidak bu?
K : Kurang tau sih mba, yang jelas dia pernah merantau dan dia pernah di
pondok mba, mungkin pas di pondok itu dia ngga kuat. Tapi saya ngga
tau juga mba.
D : Oh gitu. Kemarin alasan pertama dibawa berobatnya karna apa, mas?
K : Waktu itu dia marah marah mba, ngamuk ngamuk sendiri gitu.
D : Kalau keseharian dia biasanya gimana ya bu?
K : Dia sebenernya anaknya sopan mba, dia marah marah kalau lagi kumat
aja. Dia sering bilang ada yang ngata-ngatain dia, jadinya dia pendiam
gitu orangnya kayak menutup diri. Mana tetangga sama anak-anak suka
ngeledekin dia, jadilah dia kumat.
D : Sering tidak bu Tn. S kumatnya? kalau lagi kumat berapa lama ya bu?
K : Wah ngga tentu mba, suka suka dia. Tiba-tiba aja gitu.
D : Tn. S bilang dia tidak pernah sekolah, apa benar ya bu?
K : Engga mba, dia pernah sekolah sampe SMA terus dia pernah masuk
pondok itu.
D : Kalau tentang konsumsi alkohol dan merokok itu benar tidak bu?
K : Iya kalau itu mah benar mba, sudah lama dari kecil.
D : Kalau sewaktu kecil Tn. S orangnya gimana ya bu?
K : Kalau waktu kecil sih biasa mba, main sama temen-temennya. Tapi
temennya emang agak aneh mba makanya dia udah minum, ngerokok
sama tatoan dari kecil.
D : Kalau di keluarga sendiri ada yang pernah kayak gini juga tidak bu?

30
K : Engga ada mba.
D : Hubungan Tn. S dengan keluarga bagaimana ya bu?
K : Baik kok mba, dia kalau sama kita mau terbuka, tapi ya kalau lagi kumat
agak serem mba.
D : Oh gitu, baik bu segini dulu ya bu, terimakasih atas waktunya ya.
K : Iya mba sama-sama.

Keterangan :
Dokter Muda (D)
Keluarga (K)

31

Anda mungkin juga menyukai