Disusun oleh :
A. LATAR BELAKANG
Ada fenomena bahwa posisi Penyedia Jasa dipandang lebih lemah daripada
posisi Pengguna Jasa. Dengan kata lain posisi Pengguna Jasa lebih dominan dari pada
posisi Penyedia Jasa. Penyedia Jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draf
kontrak yang dibuat Pengguna Jasa karena Pengguna Jasa selalu menempatkan
dirinya lebih tinggi dari Penyedia Jasa. Mungkin hal ini diwarisi dari pengertian
bahwa dahulu Pengguna Jasa disebut Bouwheer (Majikan Bangunan) sehingga
sebagimana biasa “majikan” selalu lebih “kuasa”.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
C. PENYELESAIAN SENGKETA
Secara umum jenis penyelesaian sengketa di luar pengadilan (cara litigasi) yaitu
(UU RI nomor 18 tahun 1999; UU RI nomor 30 tahun 1999)
1. Negosiasi
Negosiasi dapat diartikan sebagai suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak
tanpa melalui proses peradilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas
dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif. Negosiasi tidak melibatkan
pihak ketiga namun memerlukan orang yang tepat untuk bernegosiasi.
2. Mediasi
Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan kesepakatan
bersama melalui mediator yang bersifat netral, dan tidak membuat keputusan atau
kesimpulan bagi para pihak tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya
dialog antar pihak dengan suasana keterbukaan, kejujuran dan tukar pendapat
untuk tercapainya mufakat.
3. Konsiliasi
Konsiliasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan cara mempertemukan
keinginan para pihak dengan menyerahkannya kepada suatu komisi/pihak ketiga
yang ditunjuk atas kesepakatan para pihak yang bertindak sebagai konsiliator.
Peranan konsiliator yaitu menyusun dan merumuskan upaya penyelesaian untuk
ditawarkan kepada para pihak.
4. Arbitrase
Arbitrase adalah perjanjian perdata dimana para pihak sepakaat untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi antara mereka yang mungkin akan timbul
dikemudian hari yang diputuskan oleh seorang ketiga, atau penyelesaian sengketa
oleh seorang atau beberapa orang wasit (arbitrator) yang bersama-sama ditunjuk
oleh pihak yang berperkara dengan tidak diselesaikan melalui pengadilan tetapi
secara musyawarah dengan menunjukan pihak ketiga, hal mana dituangkan dalam
salah satu bagian dari kontrak. Badan arbitrase terdiri dari arbitrator yaitu
pengacara, kontraktor, konsultan (engineer) dan konsultan hakim. Arbiter harus
memiliki pengetahuan bidang konstruksi dan memahami permasalahan sengketa
yang dihadapi. Terdapat jenis penyelesaian sengketa di luar pengadilan (cara
litigasi) lainnya yang digunakan di luar negeri, yaitu Eastern Distric of New York,
1993; Thomas B. Treacy, 1995; Frederick S. Keith, P. E.,1997) Court-Annexed
Arbitration, Early Neutral Evaluation, Mediation, Concensual Jury or Court Trial
before a United States Magistrate Judge, Settlement Conferences, Special
Masters, Arbritration, Dispute Review Board (by ASCE committee on Contract
Administration), Minitrial Summary Jury Trial dan Private Judging.
D. LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi peraturan tentang sengketa
kontruksi, karena dari dari dunia aspek hukum kontruksi Negara bisa maju membagun
Infrastruktur atau kontruksi Indonesia lebih baik.
Selain belajar mahasiswa juga berperan aktif karena mahasiswa adalah agen
perubahan dalam sebuah negara, semoga banyak lulusan sarjana yang dapat membuat
hukum-hukum tentang kontruksi jadi lebih baik untuk semua kalangan. amin