Anda di halaman 1dari 10

Patofisiologi dan Marker Airway Remodeling pada Asma Bronkial

Rahadi Widodo*, Susanthy Djajalaksana**


* Mahasiswa PPDS I Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
** Laboratorium Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Pathophysiology and Markers of Airway Remodeling in Bronchial Asthma

Abstract
Asthma is a chronic inflammatory disease characterized by reversible airflow limitation and airway hyperresponsiveness.
Persistent inflammation in airway tissues may lead to structural changes known as airway remodeling and consequently
airway obstruction that is not fully reversible and progressive loss of lung function over time. In asthma, airway structural
changes include subepithelial fibrosis, increased smooth muscle mass, enlargement of glands, neovascularization,
and epithelial alterations. A number of markers have been and are being considered as noninvasive markers of airway
remodeling, including airway smooth muscle, eosinophil count and serum ECP, TGF-β1, MMP-9 and TIMP-1, VEGF,
serum tryptase, mucin and MUC genes, ADAM33, and functional markers : FEV1/FVC and airway distensibility (Δ ΔVD).

Key words: asthma, airway remodeling, lung function, markers.

Abstrak
Asma adalah penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang reversibel serta
hiperesponsivitas saluran napas. Inflamasi yang persisten pada jaringan saluran napas bisa menyebabkan perubahan
struktural yang dikenal sebagai airway remodeling dan konsekuensinya adalah obstruksi saluran napas menjadi
tidak sepenuhnya reversibel serta terjadi penurunan faal paru dari waktu ke waktu. Pada asma, perubahan struktural
di saluran napas tersebut meliputi fibrosis subepitelial, peningkatan massa otot polos, pembesaran kelenjar,
neovaskularisasi, dan perubahan epitel. Beberapa marker telah dan sedang dipertimbangkan sebagai marker non-
invasif dari airway remodeling, diantaranya hitung eosinophil darah dan eosinophil cationic protein (ECP) serum, TGF-
β1, MMP-9 dan TIMP-1, VEGF, tryptase serum, Mucin, ADAM33, serta marker fungsional: VEP1/KVP dan airway
distensibility (ΔVD).

Kata kunci: asma, airway remodeling, faal paru, marker

PENDAHULUAN reversibel. Kemudian diketahui bahwa “penyimpangan”


dari reversibel ke ireversibel tersebut adalah akibat
Airway remodeling pada asma pertama kali modifikasi struktur saluran napas, yang disebut dengan
dideskripsikan tahun 1922 oleh Hubert dan Koessler remodeling.2
pada kasus-kasus fatal asma.1 Remodeling pada Setiap klinisi sebaiknya mempertimbangkan
penyakit-penyakit paru, terutama jalan napas, telah airway remodeling pada semua pasien dengan asma
menjadi subjek yang menarik perhatian sejak beberapa dan rhinitis. Terjadinya obstruksi saluran napas yang
dasawarsa lalu. Pada awal tahun 1960-an, telah ada menetap bisa jadi merupakan manifestasi lanjut dan
laporan bahwa pasien-pasien yang sudah lama ireversibel dari airway remodeling. Oleh karena itu,
menderita asma menunjukkan gejala obstruksi saluran walaupun belum tersedia alat pemeriksaan yang baik
napas yang persisten dan ireversibel. Ini mengejutkan dan mudah dilakukan untuk memastikan adanya
karena hampir bertolak-belakang dengan definisi remodeling, klinisi sebaiknya memberikan obat-obat
fundamental asma sebagai penyakit yang ditandai pengontrol untuk mencegah perkembangan atau
dengan obstruksi saluran napas yang bersifat perburukan airway remodeling.1

110 J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012


DEFINISI melalui presentasi antigen oleh sel-sel dendrit. Pada
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada aktivasi tersebut, sel-sel T pada penderita asma
saluran napas yang melibatkan banyak sel dan memproduksi sitokin T-helper cell type 2 (Th2) yang
elemennya. Inflamasi kronik tersebut berkaitan dengan mengatur pengerahan dan aktivasi sel-sel inflamasi
hiperesponsif saluran napas yang menyebabkan gejala yang lain, termasuk eosinofil dan sel mast. Penguatan
episode berulang berupa mengi, sesak napas, rasa respons inflamasi bisa juga terjadi melalui jalur yang
berat di dada, dan batuk, terutama malam atau pagi tidak spesifik antigen, seperti neurokinin, eikosanoid,
hari. Episode berulang tersebut berhubungan dengan atau mediator-mediator lain.Selain itu, sel-sel struktural
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi, dan saluran napas juga memainkan peran aktif pada induksi
seringkali reversibel dengan/tanpa pengobatan. 3 dan pemeliharaan respons inflamasi. Peranan sel-sel
Remodeling adalah perubahan ukuran, massa, inflamasi yang lain, termasuk makrofag dan netrofil,
atau jumlah komponen struktural jaringan yang terjadi pada airway remodeling juga belum bisa
dalam pertumbuhan atau sebagai respons terhadap dikesampingkan. 7
jejas dan/atau inflamasi.3,4 Perubahan tersebut bisa
baik, seperti yang terjadi dalam masa pertumbuhan
paru normal atau sebagai respons terhadap jejas akut,
dan bisa juga tidak baik, bila menjadi kronik dan
menyebabkan perubahan fungsi atau struktur jaringan
yang abnormal.5
Airway remodeling adalah suatu istilah kolektif
yang bisa didefinisikan sebagai perubahan menetap
dari struktur saluran napas normal yang mencakup
perubahan dalam komposisi, organisasi, dan fungsi
dari sel-sel struktural. Perubahan struktural tersebut
meliputi fibrosis subepitelial, peningkatan massa otot
polos, hiperplasia kelenjar mukosa, serta peningkatan
vaskularisasi bronkial. Dengan demikian maka airway
remodeling menimbulkan penebalan dinding saluran
napas pada penderita asma. 6
Gambar 1 : Mediator-mediator dan akibat dari inflamasi yang
diperantarai oleh Th2 dan airway remodeling pada asma.
MEKANISME AIRWAY REMODELING Dikutip dari : (7)

Peranan inflamasi Proses fibrosis saluran napas terkait dengan


Hubungan yang tepat antara berbagai pencetus berbagai sitokin yang diproduksi oleh sel-sel inflamasi
asma dengan remodeling belum jelas, meskipun dan sel-sel struktural jalan napas. Diantaranya, TGF-
paparan alergen terhadap orang-orang yang telah β merupakan sitokin paling poten dan paling banyak
tersensitisasi merupakan stimulus paling kuat yang diteliti, yang terutama diproduksi oleh eosinofil. TGF-
terlibat pada remodeling. Data dari asma eksperimental β meningkatkan produksi fibroblas dari protein-protein
pada beberapa spesies menunjukkan bahwa paparan matriks ekstraseluler seperti kolagen I, kolagen III, dan
alergen yang diikuti respons inflamasi bisa fibronektin, serta menurunkan kadar kolagenase pada
mencetuskan terjadinya airway remodeling.7 model in vitro. Matrix metalloproteinases (MMPs)
Inflamasi alergik merupakan suatu proses adalah sekelompok protease yang terlibat dalam
komplek yang melibatkan aktivasi sel-sel T, terutama degradasi kolagen. Diantaranya, MMP-9 terkait intensif

J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012 111


dengan asma. Ketidakseimbangan antara MMP-9 dan mengendalikan percabangan morfogenesis pada fetus,
tissue inhibitor metalloproteinase (TIMP-1) mendorong dimana epitel dan mesenkim berfungsi sebagai suatu
ke arah rasio profibrotik dari MMP-9/TIMP-1. 8 trophic unit. Holgate et al. mengajukan pendapat
Peranan pencetus lain terhadap airway bahwa EMTU yang tereaktivasi dalam perjalanan asma
remodeling, seperti infeksi bakteri atau virus, masih kronik memicu terjadinya remodeling patologis. Teori
belum banyak diteliti. Data-data terakhir dari pasien ini bisa menjelaskan temuan yang berlawanan
asma berat, onset-lambat, dan non-atopik mengenai sel-sel inflamasi sehubungan dengan
menunjukkan bahwa infeksi Chlamydia pneumoniae marker-marker remodeling, yang beberapa mungkin
mungkin berperan pada terjadinya obstruksi saluran konsekuen dengan inflamasi sedangkan yang lain
napas yang menetap. Selain itu, efek dari infeksi tidak. Selain itu, hipotesis ini mungkin bisa menjawab
Mycoplasma terhadap deposisi kolagen, baik tersendiri beberapa dari kontroversi mengenai inflamasi pada
maupun kombinasi dengan paparan alergen, juga telah asma, misalnya mengapa penggunaan jangka panjang
diteliti pada hewan coba. 7 kortikosteroid hanya sedikit atau tidak berpengaruh
pada perjalanan penyakit asma, bahkan bilapun
Mekanisme noninflamasi pengobatan sudah dimulai sejak awal masa kanak-
Meskipun umumnya dipercaya bahwa airway kanak.6
remodeling terjadi akibat inflamasi kronik yang Selain itu, rangsangan mekanis juga bisa
diinduksi oleh paparan alergen yang berulang, teori- mendorong ke arah airway remodeling.
teori yang baru muncul saat ini meragukan konsep Bronkokonstriksi menyebabkan terjadinya lipatan pada
tersebut. Pendapat yang menyatakan bahwa reaktivasi dinding jalan napas, sehingga menyebabkan stres
EMTU (epithelial mesenchymal trophic unit) merupakan pada lapisan epitel. Stres tersebut merangsang sel
kunci utama dari induksi airway remodeling telah epitel untuk memproduksi faktor-faktor yang akan
mengarah pada kesimpulan bahwa inflamasi dan mempengaruhi fibroblas dan sel otot-polos ke arah
remodeling bukannya kejadian berurutan, melainkan profil profibrotik. Fibroblas yang teregang pada bronkus
paralel. (Gambar 2).6 penderita asma meningkatkan pengeluaran decorin dan
versican, sedangkan sel-sel pada subjek bukan-asma
hanya meregulasi versican. 8
Di samping aspek-aspek fisiologis dan patologis
asma, proses remodeling juga bisa dipengaruhi oleh
determinan genetik. Gejala-gejala fenotip asma akan
berkembang pada individu yang peka secara genetik
dan terpapar oleh pemicu dari lingkungan. Skrining
genome telah mendorong ke arah identifikasi gen atau
cluster gen yang relevan dengan asma dan atopi.
Diantaranya, a disintegrin and metalloproteinase
(ADAM-33) telah menjadi fokus perhatian pada
beberapa tahun terakhir. 8

PATOFISIOLOGI AIRWAY REMODELING


Gambar 2 : Ringkasan dari konsep mutakhir tentang patogenesis
airway remodeling pada allergen-induced asthma. Airway remodeling berkaitan dengan perubahan
Dikutip dari (6).
struktural saluran napas pada penderita asma, yang
Komunikasi antara epitel dan lapisan fibroblas di tidak terjadi pada orang sehat. Perubahan struktural
bawahnya mengingatkan pada proses yang tersebut meliputi hilangnya integritas epitel, penebalan

112 J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012


membran basal, fibrosis subepitelial, pembesaran juga bisa ditemukan pada asma yang masih dini.12
kelenjar submukosa dan sel goblet, peningkatan massa Secara histologis, penebalan membran basal retikuler
otot polos, berkurangnya integritas tulang rawan, serta dari epitel saluran napas merupakan ciri khas asma,
peningkatan vaskularisasi saluran napas. 1 yang tidak didapatkan pada PPOK, termasuk bronkitis
kronik.9 Penebalan membran basal yang terlihat dengan
mikroskop tersebut berhubungan dengan deposisi
matriks ekstraseluler pada ruang subepitel yang bisa
diamati dengan mikroskop elektron, dan disebut
sebagai fibrosis subepitelial.10

Gambar 3 : Airway remodeling pada asma kronik meliputi hiperplasia sel


goblet, penebalan membran basal yang berkaitan dengan
fibrosis subepitelial, hipertrofi/hiper-plasia otot-polos saluran
napas dan angiogenesis
Dikutip dari (9).

Perubahan pada epitel


Epitel saluran napas memainkan peran penting,
tidak hanya sebagai pertahanan terhadap lingkungan
luar, tetapi juga sebagai regulator dari fungsi metabolik
dan imunologi di dalam saluran napas. Ada peneliti
melaporkan bahwa sel-sel epitel tersebut meningkat
jumlahnya dalam dahak penderita asma, dan
terlepasnya epitel dari membran basal seringkali
didapati pada berbagai model eksperimental penyakit Gambar 4 : Airway remodeling pada penderita asma yang meninggal.
Perhatikan peningkatan pada fibrosis sub-epitelial,
asma.9 Kerusakan dan pengelupasan epitel permukaan otot-polos yang prominen, metaplasia mukosa epitel, serta
mukus dan debris di lumen saluran napas.
saluran napas sering didapatkan pada pemeriksaan Dikutip dari : (11).
histologis penderita asma. Terdapat sekelompok
rontokan sel epitel (dikenal sebagai creola bodies) Peningkatan massa otot polos saluran napas
dalam sputum penderita asma, serta peningkatan Otot polos saluran napas merupakan sel efektor
jumlah sel epitel dalam cairan bronchoalveolar lavage penting yang mengatur fungsi saluran napas. Pada
(BAL), dan hilangnya permukaan epitel pada spesimen saluran napas penderita asma, massa otot polos
biopsi saluran napas. 5 meningkat sebagai akibat dari peningkatan ukuran
(hipertrofi) maupun jumlah (hiperplasia) sel-sel otot-
Penebalan membran basal dan fibrosis polos. Perlu diperhatikan bahwa sel-sel otot polos
subepitelial penderita asma tidak hanya berperan dalam proliferasi
Penebalan epitel membran basal merupakan ciri dan sekresi, tapi juga bisa bermigrasi ke area
khas remodeling pada asma yang sudah lama, tapi subepitelial. Sel-sel otot-polos berperan aktif pada

J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012 113


proses inflamasi dan remodeling melalui pelepasan asma. Penurunan integritas tulang rawan bisa
sitokin, kemokin, dan protein-protein matriks memperberat bronkokonstriksi akibat pengurangan
ekstraseluler, yang oleh karenanya berperan dalam beban bundel otot polos saluran napas. Degradasi
patogenesis asma. Migrasi dari sel-sel otot polos ini tulang rawan bisa menyebabkan obstruksi kronik serta
merupakan gambaran airway remodeling.1 memungkinkan terjadinya bronkokonstriksi yang lebih
hebat untuk setiap derajat kontraksi otot polos yang
Hiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet terjadi. 1
Hiperplasia sel goblet dan kelenjar submukosa
nampak pada saluran napas penderita asma, dewasa Angiogenesis
maupun anak-anak; terutama nampak jelas pada asma Ekspansi dari kompartemen vaskular dinding
yang fatal. Konsekuensi fungsionalnya terutama saluran napas pada asma bisa timbul dari pembesaran
mengarah pada peningkatan produksi sputum, struktur-struktur vaskuler yang sudah ada tanpa
penyempitan saluran napas oleh sekresi sputum, dan pembentukan pembuluh darah baru, dan bisa juga dari
peningkatan ketebalan dinding saluran napas. 1 angiogenesis, yaitu pembentukan pembuluh darah baru
Produksi mukus merupakan ciri penting asma serta dari yang sudah ada. Kedua proses tersebut bisa
berperan besar terhadap morbiditas dan mortalitas, terjadi secara simultan dan merupakan hasil dari
terutama pada penyakit yang berat. Sel-sel goblet dan migrasi dan proliferasi sel endotel, pengerahan
kelenjar submukosa mensekresi mukus, dan proporsi perivascular supporting cell (pericytes), dan proses
sel goblet yang tinggi serta pembesaran kelenjar maturasi. Angiogenesis adalah suatu proses yang
submukosa berhubungan dengan hipersekresi mukus, diregulasi ketat, diperantarai oleh keseimbangan antara
yang bisa menyebabkan penyempitan lumen saluran faktor proangiogenik dan antiangiogenik. 12
napas, sehingga memperberat obstruksi. 9 Faktor proangiogenik meliputi endothelial cell-
Unsur pembentuk mukus saluran napas terutama restricted tyrosine kinase receptor ligands, termasuk
adalah mucins, yang berperan signifikan pada sifat vascular endothelial growth factor (VEGF), dan
adesif dan viskoelastisnya. Unsur pembentuk lainnya angiopoietins yang bekerja bersama dengan growth
meliputi protein-protein derivat plasma, terutama factors seperti fibroblast growth factor (FGF)-2,
albumin, serta produk-produk dari sel mati seperti DNA angiogenin, sitokin dan kemokin seperti Interleukin-6
dan actin. Mucins adalah komponen penting pertahanan dan Interleukin-8 (IL-6 dan IL-8). Jaringan yang sakit
tubuh, tapi juga merupakan penyebab utama dari atau mengalami cidera akan memproduksi dan
obstruksi saluran napas bila disekresi berlebihan. melepaskan faktor-faktor tersebut ke jaringan yang
Misalnya pada fatal asma, hampir selalu berkaitan berdekatan, untuk mengikatnya ke reseptor-reseptor
dengan oklusi saluran napas akibat mucus plugs. permukaan yang asalnya sama pada sel-sel endotelial
Riwayat produksi sputum berhubungan dengan dari pembuluh darah yang telah ada sebelumnya.
peningkatan kecepatan penurunan VEP1, menunjukkan Angiogenesis dihambat oleh banyak faktor
bahwa hipersekresi mukus merupakan pertanda antiangiogenik, meliputi arresten, canstatin, tumstatin,
beratnya asma.10 restin, dan endostatin, meskipun baru sedikit yang
diketahui mengenai peran masing-masing dalam
Hilangnya integritas tulang rawan neovaskularisasi pada asma. Jadi, perubahan ke arah
Tulang rawan adalah determinan penting pada angiogenik pada pembuluh darah bronkus sepertinya
kekakuan dan integritas saluran napas. Penurunan melibatkan perubahan pada keseimbangan lokal antara
volume tulang rawan dan peningkatan degradasi regulator-regulator positif dan negatif tersebut.12
proteoglycan nampak pada saluran napas penderita

114 J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012


RELEVANSI KLINIS AIRWAY REMODELING PADA Remodeling bisa menyebabkan gangguan faal
ASMA paru pada pasien asma pada masa awal kehidupan
(atau pada saat onset penyakit) dengan menghambat
Airway remodeling, seperti halnya inflamasi paru untuk tumbuh sempurna atau dengan
bronkial, bisa kita amati tanpa adanya gejala klinis, mempercepat penurunan faal paru berbanding dengan
dan mungkin ada ambang batas yang sesudah usia. Penurunan faal paru pada asma nampaknya
kombinasi berbagai pengaruh terhadap fungsi saluran berhubungan dengan durasi dan beratnya gejala klinis.
napas baru akan menginduksi gejala-gejala Penelitian terhadap penderita asma kronik berat
pernapasan.8 Pada asma, batuk bisa berupa batuk menunjukkan bahwa terjadinya obstruksi aliran udara
kering atau disertai produksi sputum yang jernih atau yang persisten berhubungan dengan inflamasi
keruh. Batuk kering umumnya disertai sesak napas, (berdasarkan eosinofilia darah serta ekshalasi nitrogen
dada terasa berat, dan mengi, yang dianggap berkaitan oksida) serta remodeling (ditunjukkan dengan
dengan penyempitan saluran napas, tetapi mekanisme penebalan dinding saluran napas pada CT Scan).3
pasti dalam hubungannya dengan airway remodeling
masih belum jelas. Remodeling dari kelenjar-kelenjar Efek protektif airway remodeling
yang mensekresi mukus pada penderita asma akan Uraian di atas sepertinya hanya menyatakan
menyebabkan peningkatan produksi mukus, tapi bahwa remodeling mempunyai efek merugikan.
mungkin perlu akumulasi dan penimbunan mukus dari Walaupun begitu, sebaiknya juga dipertimbangkan
waktu ke waktu untuk menimbulkan penyempitan hebat bahwa peningkatan ketebalan dinding saluran napas,
pada saluran napas. Pemendekan otot-polos di seputar otot-polos, kelenjar mukus, dan deposisi protein
saluran napas akan memperberat efeknya. Aliran matriks ekstraseluler mungkin juga mempunyai efek
mukus yang meningkat pada asma bisa menyebabkan menguntungkan. Mungkin kelainan awal yang
penurunan bersihan (clearance) dan penumpukan mengenai struktur dan/atau fungsi saluran napas akan
mukus dalam saluran napas.3 diikuti oleh proses remodeling sekunder untuk
Perubahan struktural saluran napas sudah terjadi meminimalkan efek dari perubahan awal tersebut. Hal
bahkan sebelum berkembangnya gejala-gejala asma, itu bisa terjadi dalam jangka pendek atau lama, tapi
dan mungkin terjadi pada saat awal perkembangan yang jelas bisa bersifat protektif. Peningkatan matriks
penyakit ketika proses repair diaktifkan. Proses repair ekstraseluler bisa bermanfaat untuk meminimalkan
yang abnormal bisa menimbulkan perubahan permanen pemendekan otot-polos dengan menambah (bukan
yang menyebabkan atau mendukung berkembangnya mengurangi) beban yang melawan pemendekan otot-
penyakit kronik di saluran napas. 8 polos, sehingga bisa membatasi penyempitan saluran
nafas. Perlu lebih banyak penelitian untuk menetapkan
Pengaruh terhadap faal paru manfaat relatif dari remodeling apakah protektif
Sejak terapi kortikosteroid inhalasi diperkenalkan ataukah merusak. Itu perlu karena pengobatan terhadap
secara global pada akhir abad ini, faal paru dan kualitas remodeling mungkin potensial untuk memutar-balikkan
hidup penderita asma telah meningkat tajam. Akan aspek remodeling, baik yang merugikan maupun meng-
tetapi, banyak klinisi mencatat bahwa keterbatasan untungkan.3
aliran udara tetap berlanjut pada beberapa penderita
asma sesudah pemberian kortikosteroid oral, inhalasi MARKER - MARKER UNTUK MENILAI AIRWAY
kortikosteroid dosis tinggi, dan bronkodilator. Selain REMODELING
itu, dilaporkan bahwa volume ekspirasi paksa detik
pertama (VEP1) pada penderita asma menurun lebih Banyak pendekatan yang bisa digunakan untuk
10
cepat dibanding orang normal. menilai perubahan struktural pada saluran napas serta

J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012 115


remodeling. Jaringan bisa didapatkan dari otopsi dan indeks ΔVD yang diukur dengan forced oscillation
pembedahan, serta dari biopsi endo dan transbronkial. technique (FOT) menurun pada penderita asma
Bahan pemeriksaan bisa didapatkan dari cairan BAL, dibandingkan dengan orang sehat. Indeks tersebut
sputum, darah, saliva, udara ekshalasi napas, tidak berhubungan dengan karakteristik tekanan-
kondensat dari ekshalasi napas, dan urin, untuk volume dari paru dan tidak berubah sesudah
dianalisa kandungan sel-sel dan mediatornya. Selain pemberian bronkodilator. Peneliti menyatakan bahwa
itu, informasi tentang pembentukan kembali saluran penurunan ΔVD hampir pasti merupakan efek dari
napas bisa didapatkan dari teknik pencitraan, seperti perubahan struktural saluran napas atau remodeling. 16
computerized tomography (CT Scan) dan endobronchial
ultrasound, serta metode pemeriksaan faal paru seperti Otot polos saluran napas
spirometri, respon terhadap bronkodilator, dan Irisan dari kultur jaringan otot-polos telah
bronchial challenge. 4 digunakan secara efektif dalam penilaian otot polos
Beberapa biomarker yang relatif noninvasif telah saluran napas. Irisan kasar digunakan untuk
dan sedang dipertimbangkan. Beberapa diantaranya mengevaluasi besaran dan kecepatan kontraksi otot
telah diteliti secara luas mengenai reliabilitas dan polos pada paparan agonis kontraktil, sedang irisan
validitasnya untuk menilai inflamasi saluran napas pada tipis memberikan sinyal kejadian seperti kalsium
asma, meliputi hitung eosinofil darah, eosinophil transien untuk dinilai pada saat yang sama dengan
cationic protein (ECP) serum, udara ekshalasi napas, kontraksi. Penelitian terhadap kultur sel-sel otot
mediator-mediator dalam kondensat pernapasan atau polos saluran napas menghasilkan informasi yang
sputum induksi. Menggunakan biomarker tersebut berguna, meskipun kontraktilitas dari sel-sel
dalam diagnosis, terutama untuk follow-up penyakit, tersebut tidak mudah untuk dinilai. 17
bisa memberikan informasi tambahan pada pengukuran
kesembuhan klinis. Akan tetapi penggunaan rutin dari Eosinofil dan eosinophil cationic protein (ECP)
teknik ini pada praktek sehari-hari masih memerlukan Hitung eosinofil darah dan kadar eosinophil
penyederhanaan dari metodologi terkait. Biomarker cationic protein (ECP) serum bila dilakukan dengan
yang ideal sebaiknya tidak saja mengukur inflamasi benar hasilnya cukup konsisten dan reprodusibel.
saluran napas melalui cara noninvasif, tapi juga cost- Tetapi hitung eosinofil darah menunjukkan korelasi yang
effective dan mudah dikerjakan berulang sesuai lemah terhadap jumlah eosinofil biopsi, serta
keadaan klinis. 13 spesifisitasnya rendah. Baik hitung eosinofil maupun
kadar ECP berespon terhadap faktor-faktor yang
Marker faal paru : VEP 1 /KVP dan Airway diketahui mempengaruhi derajat inflamasi saluran
ΔVD )
Distensibility (Δ napas, seperti perubahan terapi atau paparan alergen.
Pemeriksaan faal paru sebagai marker fungsional Sensitivitas ECP terhadap perubahan ini dibanding
dari remodeling, sebelum dan sesudah pengobatan dengan biomarker lain belum diteliti secara luas. Dari
antiasma, masih belum didefinisikan. Oleh karena itu data yang tersedia, nampaknya ECP agak lebih sensitif
perwujudan airway remodeling ditentukan secara dibanding hitung eosinophil darah saja, tapi kurang
arbitrase sebagai volume ekspirasi paksa detik pertama sensitif dibanding hitung eosinophil sputum.13
dibagi kapasitas vital paksa (VEP 1/KVP), serta
persentase VEP1 terhadap prediksi, kurang dari 75%.14 Transforming growth factor (TGF)-β β1
Kelenturan saluran napas atau airway distensibility TGF-β1 adalah sitokin utama yang disintesis oleh
ΔVD, ml/L) diukur sesudah pemberian 300 ug albuterol
(Δ banyak sel dan menstimulasi produksi matriks
dalam hubungan antara anatomical dead space (Δ ΔVD) ekstraseluler. TGF-β1 meningkat pada penderita asma
15
dengan volume paru. Brown et al. menunjukkan bahwa sedang dan berat dibandingkan pada orang normal,

116 J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012


dan ekspresi sitokin ini secara langsung berkaitan pada sputum dan cairan BAL meningkat pada penderita
dengan fibrosis subepitelial. Banyak dari efek asma dan kadar tersebut berkorelasi langsung dengan
Interleukin-13 (IL-13) mungkin diperantarai oleh aktivitas penyakit. Spesimen biopsi bronkus yang
metallo-proteinases, dan ekspresi berlebihan IL-13 diambil dari penderita asma menunjukkan peningkatan
diperantarai oleh TGF-β, dan aktivasi TGF-â vaskularisasi saluran napas dan pelepasan VEGF dan
tergantung pada MMP-9. Smad7 adalah suatu reseptor VEGF pada mukosa bronkus. 9
protein inhibitor yang menghambat transduksi sinyal
intraseluler oleh TGF-β dan dianggap merupakan Serum Tryptase
modulator dari aksi TGF-β. Jadi, ekspresi Smad7 Baru-baru ini, tryptase disebut sebagai mediator
mungkin terlibat dalam kelanjutan penebalan penting berkaitan dengan airway remodeling. Kadar
membran basal.9 tryptase signifikan lebih tinggi pada penderita asma
bila dibandingkan dengan orang sehat, bahkan pada
MMP-9 dan TIMP-1 periode asimtomatik, dan kadar tersebut lebih lanjut
Penebalan ruang subepitelial berhubungan dengan meningkat selama serangan asma. Ada korelasi negatif
deposisi kolagen I, III, V, dan matriks extraseluler, antar kadar serum tryptase dan VEP1 yang ditentukan
seperti fibronektin, laminin, dan tenascin dan kelainan sesudah pengobatan dengan agonis-β2. 9
lain juga terjadi pada matriks nonkolagen termasuk
elastin, proteoglycans, dan tulang rawan. Mekanisme Mucin dan gen-gen MUC
dari deposisi matriks extraseluler ini akibat dari Jumlah sel-sel goblet meningkat signifikan pada
ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasinya. penderita asma, dan mucin yang tersimpan di saluran
Deposisi kolagen dalam jaringan dikendalikan oleh napas juga meningkat signifikan dibanding individu
keseimbangan antara matrix metalloproteinases normal, meskipun tidak ada perbedaan dalam ukuran
(MMPs) dan faktor penghambatnya, yaitu tissue individual sel goblet antara penderita asma dan individu
inhibitor of metalloproteinases (TIMPs). Pada asma, normal. Jumlah mucin yang tersimpan di saluran napas
anggota potensial paling penting dari kelompok ini tidak berbeda antara asma ringan dan sedang; akan
adalah MMP-9 dan TIMP-1. Ekspresi yang berlebihan tetapi, kandungan mucin pada sputum induksi lebih
dari TIMP-1 menyebabkan deposisi matriks tinggi pada asma sedang dibanding asma ringan. Hasil
ekstraseluler dan penebalan membran basal melalui ini menunjukkan bahwa sekresi mucin akut terlibat pada
penghambatan degradasi matriks ekstraseluler. eksaserbasi akut pada asma ringan dan sedang,
Penelitian pada penderita asma menunjukkan sedangkan sekresi mucin kronik mungkin merupakan
peningkatan produksi MMP-9 maupun TIMP-1 pada salah satu penyebab keterbatasan aliran udara kronik
sputum dan cairan BAL. Rasio MMP-9 dan TIMP-1 pada asma sedang. 18
pada penderita asma lebih rendah dibanding orang Sel-sel goblet dan kelenjar mukus merupakan
normal serta berhubungan dengan derajat obstruksi sumber dari mucin glycoproteins (MUCs) dan saat
saluran napas. Sumber utama MMP-9 pada penderita ini 13 MUC genes. Ekspresi gen MUC5AC nampak
asma adalah eosinofil.9 menonjol pada saluran napas penderita asma
maupun bukan, tapi mungkin lebih besar pada
Vascular endothelial growth factors (VEGF) penderita asma. Fahy et al. melaporkan peningkatan
VEGF berada di sel-sel epitel saluran napas, sel- ekspresi imunohistokimia dari MUC5AC pada biopsi
sel mononuclear, dan limfosit-T. VEGF dipahami bronkial dari penderita asma. Pada penelitian
sebagai regulator angiogenik multifungsi yang tersebut, ekspresi MUC5AC, MUC2, dan MUC4
menstimulasi proliferasi sel epitel, pembentukan sama-sama meningkat pada pasien yang sama
pembuluh darah dan survival sel endotel. Kadar VEGF dibandingkan dengan orang normal. 10

J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012 117


ADAM33 segera sesudah surutnya serangan akut. Perlu dicatat
bahwa merokok juga meningkatkan kadar etana.13
A disintegin and metalloproteinase (ADAM)33
adalah gen kerentanan terhadap asma yang pertama KESIMPULAN
kali diidentifikasi dengan positional cloning,
menunjukkan keterkaitan dengan asma dan 1. Airway remodeling bisa terjadi pada asma melalui
hiperesponsivitas bronkus, tapi tidak dengan atopi. mekanisme inflamasi yang berlangsung terus-
Keterkaitan ini menunjukkan keseragaman pada menerus, serta mekanisme noninflamasi.
populasi etnis yang berbeda, serta pada metaanalisis. 2. Airway remodeling berkaitan dengan perubahan
Polimorfisme ADAM33 juga berhubungan dengan struktural saluran napas yang meliputi hilangnya
cepatnya penurunan faal paru pada populasi umum, integritas epitel, penebalan membran basal,
pada penderita asma maupun PPOK. Polimorfisme fibrosis subepitelial, pembesaran kelenjar
nukleotida tunggal berkaitan-dengan-asma pada submukosa dan sel goblet, peningkatan massa
ADAM33 bisa memprediksi penurunan faal paru pada otot polos, berkurangnya integritas tulang rawan,
anak-anak, menunjukkan bahwa pengaruh ADAM33 serta peningkatan vaskularisasi saluran napas.
sudah mulai pada awal usia kehidupan. 2 3. Airway remodeling bisa menyebabkan gangguan
faal paru pada pasien asma pada masa awal
Udara ekshalasi : NO, CO, dan Hidrokarbon kehidupan (atau saat onset penyakit) dengan
Saat ini, diantara gas-gas yang terdapat pada menghambat paru untuk tumbuh sempurna atau
hembusan napas, nitrogen oksida (NO) merupakan mempercepat penurunan faal paru berbanding
yang paling banyak diteliti. Didapatkan korelasi lemah usia. Akibat airway remodeling pasien asma juga
antara exhaled nitric oxide (eNO) dengan jumlah mengalami obstruksi aliran udara yang menetap
eosinofil pada biopsi maupun sputum. eNO meningkat sebagaimana terjadi pada pasien PPOK.
pada asma yang tidak diobati dengan steroid, meskipun 4. Marker-marker yang berhubungan dengan airway
peningkatan ini tidak spesifik terhadap penyakit. Pada remodeling diantaranya adalah otot polos saluran
asma yang sudah nyata, didapatkan hubungan antara napas, eosinofil dan/atau ECP, TGF-β1, MMP-9
eNO dan gejala asma serta dengan penggunaan dan TIMP-1, VEGF, serum tryptase, mucin,
agonis-β2. Eksaserbasi, baik pada anak maupun ADAM33, dan udara ekshalasi berupa NO, CO,
dewasa, juga diikuti oleh peningkatan kadar NO. Pada dan hidrokarbon; serta marker fungsional : VEP1/
suatu studi komparatif, eNO terbukti berkorelasi baik KVP dan ΔVD.
dengan beratnya asma, dibandingkan dengan serum
ECP atau reseptor soluble IL-2.13 DAFTAR PUSTAKA
Gas lain yang bisa diukur dalam udara ekshalasi
termasuk karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon 1. Bergeron C, Al-Ramli W, Hamid Q. Remodeling
seperti etana dan pentana. Keduanya dipertimbangkan in asthma. Proc Am Thorac Soc. 2009; 6: 301-5.
sebagai representasi dari tingkat stres oksidatif. Sama 2. Lazaar A. Bronchial vascular remodeling in asthma
dengan eNO, perbandingan dengan orang normal and COPD. Lung Biology in Health and Disease.
menunjukkan bahwa exhaled CO meningkat pada non- 2006; 216: 1-264.
steroid, tapi tidak pada asma yang diberi steroid. 3. James AL, Wenzel S. Clinical relevance of airway
Peningkatan kadar etana dan pentana juga didapatkan remodelling in airway disease. Eur Respir J. 2007;
pada asma yang tidak diobati dengan steroid. Peneliti 30: 134-55.
lain mendeskripsikan peningkatan kadar pentana 4. Larsson, K. Monitoring airway remodeling in
selama episode asma akut hingga kembali normal asthma, The Clinical Respira-tory Journal. 2010;
4 (Suppl. 1): 35-40.

118 J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012


5. Jeffery PK. Remodeling and inflammation of 13. Kips JC, Kharitonov SA, Barnes PJ. Noninvasive
bronchi in asthma and chronic obstructive assesment of airway inflammation in asthma. Eur
pulmonary disease. Proc Am Thorac Soc 2004; Respir Mon 2003; 23: 164-79.
1: 176-83. 14. Jang AS, Lee JH, Park SW, Park JS, Kim DJ,
6. Lloyd CM, Robinson DS. Allergen-induced airway Park CS. Risk factors related to fixed airway
remodelling. Eur Respir J. 2007; 29: 1020-32. obstruction in patients with asthma after
7. Fixman ED, Stewart A, Martin JG. Basic antiasthma treatment. Ann Allergy Asthma
mechanisms of development of airway structural Immunol. 2007; 99: 408-12.
changes in asthma. Eur Respir J. 2007; 29: 379- 15. Ward C, Johns DP, Bish R, Pais M, Reid DW,
89. Ingram C, Feltis B, Walters EH. Reduced airway
8. Bergeron C, Boulet LP. Structural changes in distensibility, fixed airflow limitation, and airway
airway disease: characteristic, mechanisms, wall remodeling in asthma. Am J Respir Care Med
consequences, and pharmacologic modulation. 2001; 164: 1718-21.
Chest 2006; 129: 1068-87. 16. Brown NJ, Salome CM, Berend N, Thorpe CW,
9. Tagaya E, Tamaoki J. Mechanisms of airway King GG. Airway distensibility in adults with
remodeling in asthma. Allergology International asthma and healthy adults, measured by Forced
2007; 56: 331-40. Oscillation Technique. Am J Respir Crit Care Med
10. Fahy JV. Goblet Cell and Mucin Gene 2007; 176: 129-37.
Abnormalities in asthma. Chest 2002; 122:320S– 17. Lauzon AM, Martin JG. Airway smooth muscle in
6S. experimental models. In: Kian Fan Chung’s.
11. Homer RJ, Elias JA. Airway remodeling in asthma: Airway Smooth Muscle in Asthma and COPD,
Therapeutic implications of mechanisms. London: Jhon Wiley & Sons Ltd. 2008. p.159-79
Physiology 2005; 20: 28-35. 18. Yamauchi K. Airway remodeling in asthma and
12. Bischof, RJ. Bourke JE, Hirst SJ, Meeusen ENT, its influence on clinical pathophysiology. Tohoku
Snibson KJ, Velden JVD. Measurement and J. Exp. Med. 2006; 209: 75-87.
impact of remodeling in the lung: Airway neovascu-
larization in asthma. Proc Am Thorac Soc 2009;
6: 673-7.

J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012 119

Anda mungkin juga menyukai